Academia.eduAcademia.edu

EKOKRITIK NARASI.docx

Sejak awal, alam telah menjadi bagian dari sastra. Ini terbukti dengan tidak sedikitnya sastrawan, khususnya dari kalangan penyair, yang menggunakan diksi hutan, laut, pohon, dan lain-lain dalam karya mereka. Namun seiring perkembangan, sastra telah banyak mengalami perubahan, begitu juga alam. Kedua elemen yang tak terpisahkan ini seakan selalu berjalan beriringan. Sastra tempo dulu adalah wajah alam masa lalu dan sastra sekarang adalah wajah alam masa kini. Sastra membutuhkan alam sebagai inspirasinya, sedang alam membutuhkan sastra sebagai alat konservasinya. Sesungguhnya bumi dan alam seisinya telah menyediakan berbagai keperluan manusia dengan cukup. Namun, keserakahan manusialah yang membuat semuanya dirasakan tidak cukup. Dengan demikian, manusia menjadi subjek paling depan dalam membuat kerusakan di muka bumi ini.Untuk itu perlu kesadaran dan peran semua pihak untuk mengatasi kerusakan lingkungan khususnya perubahan iklim dengan menghijaukan dan menghutankan lahan kritis di muka bumi. Kepedulian dan kepekaan terhadap lingkungan harus diartikulasikan siapa pun dengan latar belakang apa pun. Termasuk dalam bidang sastra. Bahkan, mungkin, bidang sastra justru berada di baris depan dalam menyuarakan kepedulian terhadap pelestarian alam semesta. Melalui karya sastra para sastrawan bisa menyeruakkan kerinduan akan hadirnya alam dan lingkungan yang bersih dan terjaga dari polusi. Karya-karya sastra mampu mendorong dan menjadi kampanye efektif mengembalikan kondisi alam kita. Degradasi lingkungan merupakan gejala yang berdampak pada terjerembabnya sisi kemanusiaan kita, melihat betapa korban harta bahkan jiwa dalam jumlah besar semakin kerap terjadi.. Kekhawatiran ini telah menyebabkan cabang baru sastra yang disebut ecocriticism, yang mempelajari hubungan antara sastra dan lingkungan fisik. Ecocriticism adalah studi literatur dan lingkungan dari titik pandang interdisipliner dalam arti semua ilmu digunakan bersama-sama untuk menganalisis lingkungan dan mencari solusi yang mungkin untuk koreksi situasi lingkungan kontemporer. Ecocriticism adalah pendekatan secara luas

ECOCRITICISM 1. Latar Belakang Sejak awal, alam telah menjadi bagian dari sastra. Ini terbukti dengan tidak sedikitnya sastrawan, khususnya dari kalangan penyair, yang menggunakan diksi hutan, laut, pohon, dan lain-lain dalam karya mereka. Namun seiring perkembangan, sastra telah banyak mengalami perubahan, begitu juga alam. Kedua elemen yang tak terpisahkan ini seakan selalu berjalan beriringan. Sastra tempo dulu adalah wajah alam masa lalu dan sastra sekarang adalah wajah alam masa kini. Sastra membutuhkan alam sebagai inspirasinya, sedang alam membutuhkan sastra sebagai alat konservasinya. Sesungguhnya bumi dan alam seisinya telah menyediakan berbagai keperluan manusia dengan cukup. Namun, keserakahan manusialah yang membuat semuanya dirasakan tidak cukup. Dengan demikian, manusia menjadi subjek paling depan dalam membuat kerusakan di muka bumi ini.Untuk itu perlu kesadaran dan peran semua pihak untuk mengatasi kerusakan lingkungan khususnya perubahan iklim dengan menghijaukan dan menghutankan lahan kritis di muka bumi. Kepedulian dan kepekaan terhadap lingkungan harus diartikulasikan siapa pun dengan latar belakang apa pun. Termasuk dalam bidang sastra. Bahkan, mungkin, bidang sastra justru berada di baris depan dalam menyuarakan kepedulian terhadap pelestarian alam semesta. Melalui karya sastra para sastrawan bisa menyeruakkan kerinduan akan hadirnya alam dan lingkungan yang bersih dan terjaga dari polusi. Karya-karya sastra mampu mendorong dan menjadi kampanye efektif mengembalikan kondisi alam kita. Degradasi lingkungan merupakan gejala yang berdampak pada terjerembabnya sisi kemanusiaan kita, melihat betapa korban harta bahkan jiwa dalam jumlah besar semakin kerap terjadi.. Kekhawatiran ini telah menyebabkan cabang baru sastra yang disebut ecocriticism, yang mempelajari hubungan antara sastra dan lingkungan fisik. Ecocriticism adalah studi literatur dan lingkungan dari titik pandang interdisipliner dalam arti semua ilmu digunakan bersama-sama untuk menganalisis lingkungan dan mencari solusi yang mungkin untuk koreksi situasi lingkungan kontemporer. Ecocriticism adalah pendekatan secara luas yang dikenal oleh sejumlah sebutan lain, termasuk "(budaya) studi hijau", "ecopoetics", dan "kritik sastra lingkungan". Ecocriticism merupakan studi representasi alam dalam karya sastra dan hubungan sastra dengan lingkungan. Dengan demikian secara tidak langsung ecocritisism menyalurkan tanggapan manusia terhadap perkembangan lingkungannya. Ekokritisisme menganggap ada suatu realitas ekstra-tekstual yang memengaruhi manusia dan artefaknya—dan seluruh kebijaksanaannya. Melalui studi ini dipandang tepat untuk melakukan penyembuhan pada pelanggaran-pelanggaran antara sains berat dan kemanusiaan—dan teori sastra tidak sedang melakukan hal itu. Ecocritisism bertujuan menunjukkan bagaimana karya sastra mempunyai kepedulian terhadap lingkungan dan berperan memecahkan masalah ekologi. ekokriti mempertanyakan: Bagaimana alam direpresentasikan dalam sebuah puisi? Apa peranan lingkungan hidup dalam plot sebuah novel atau cerpen? Apakah nilai-nilai yang diekspresikan dalam suatu drama sesuai dengan kearifan ekologi? Dengan cara apa sastra berpengaruh pada hubungan antara manusia dan alam? Selain itu, sebuah teori sastra pada umumnya meneliti hubungan antara penulis, teks dan dunia -dalam artian lingkungan sosial. segala sesuatu terhubung satu sama lain, sastra bukanlah sesuatu yang `mengapung` di atas dunia materi saja. Ia juga berperan sebagai bagian dari sistem global yang kompleks yang melibatkan energi, persoalan dan ide-ide saling berinteraksi (Glotfelty, 1996)Maksudnya adalah bahwa bahasa yang sebagaimana tampak sebagai `teks` dalam sebuah `wacana` tidak melulu memandang dunia luar secara sosial dan linguistik terstruktur. Bagi para ekokritik, alam itu benar-benar ada, eksis, melebihi manusia. Studi ekokritik harus "dilakukan dalam semangat komitmen terhadap praksis lingkungan analisis sastra "seolah-olah sifat penting." Studi initidak dapat dilakukan tanpa pemahaman yang tajam tentang krisis lingkungan dari zaman modern dan dengan demikian harus memberitahukan tindakan pribadi dan politik; itu, dalam rasa, bentuk aktivisme. Munculnya ecocritisism diilhami oleh pergerakan-pergerakan lingkungan modern. Diawali dengan gerakan lingkungan pada tahun 1960-an karena kekhawatiran terhadap perubahan populasi dan kelangkaan sumber daya alam. Rachel Carson mampu memanfaatkan gaya pastoral yang berarti dalam terobosan "Silent Spring" nya (1962), yang sering dibahas oleh berbagai ekokritiker. Meskipun demikian istilah "ecocriticismbaru diciptakan pada tahun 1978 oleh William Rueckert dalam esainya: Minat studi penulisan alam dan dengan membaca sastra dengan fokus pada "hijau" masalah tumbuh di tahun 1980, "Sastra dan Ekologi Sebuah Percobaan di Ecocriticism." Sementara itu Ecocriticism sebagai disiplin akademis mulai digalakkan pada 1990-an, Ecocriticism memiliki asosiasi untuk studi sastra dan lingkungan (ASLE) ) memiliki akses ke jaringan internasional dengan berbagai konferensi, publikasi dan kursus. Asosiasi ini berkembang di Jerman, Jepang, Inggris, dan korea yang telah rutin menerbitkan tulisan tentang sastra lingkungan.Host pertemuan asosiasi ini dilaksanakan dua tahun sekali bagi para sarjana yang berurusan dengan masalah lingkungan dalam literatur. ASLE menerbitkan jurnal-Interdisipliner Studi Sastra dan Lingkungan (Isle)-di mana beasiswa Amerika saat ini dapat ditemukan. 2. Landasan 2.1 Landasan Filosofis a. Lingkungan tidak hanya hadir sebagai perangkat tetapi kehadirannya juga menunjukkan keterlibatan manusia dalam sejarah alam. b. Manusia dan alam harus mengikuti simbiosis universal c. Pusat ekologi merupakan estetika eksistensialis ekologi d. Sastra dan ekologi menjadi kritik sastra E. Teori ekologi diterapkan untuk kritik sstra dan seni. F. Kekhawatiran tentang feomena alam g. Alam kedekatan dengan spiritualitas 2.2 Landasan estetis a. Pemahaman biologi, kognisi, evolusi, ekologi perilaku b. Johm Keats” Cinta prinsip keindahan alamdalam segala hal” c. Alam memainkan peran penting dalam pemahaman tentang ambisi aestetika dan prestasi. d, Alam sebagai kekuatan universal yang menyoroti tentang spiritual manusia. e. Menangkap alam dan kreativitas aestetika sebagai momen. f.Alam sebagai sumber inspirasi untuk estetika 2.3 Landasan Literer a Hubungan psikologis ntara penyair dan alam menyediakan bahan kreatif b. Alam berfungsi sebagai sumber inspirasi c. Fungsi sastra yang penting adalah mengerahkan kesadaran manusia dalam mempertimbangkan ancaman alam. d. Bagaimana alam dihadirkan dalam teks sastra e. Menekankan pentingnya konstruksi budaya lingkungan dalam teks. 3. Pandangan Teori a. Ecocriticism tidak hanya studi alam tetapi juga artistic, social, social, sejarah,idiologi, teori lingkungan alam b. Tidak menolak tentang feminisme: tindakan politik yang tidak hanya bertujuan untuk menafsirkan dunia tetapi untuk mengubahnya dengan mengubah kesadaran mereka yang membaca dan hubungan mereka untuk apa mereka membaca. c. Memanfaatkan perspektif dari historicis yang menekankan pada tekstualitas sejarah dan kesejarahan teks. d. Inhern interdisipliner : agar bias menerapkan ekokritik kita harus memahami geologi, botani, zoology, meteorology, ekologi, geofisika, estetika, social, psikologi, dan sejarah alam. e. muncul antara konteks pascamodern, postmodern teori kritik dengan berpikir dekonstruksi mengritik logosentrik dan kinerja ekokritik mengritisi/memrotes antroposentrisme.(filosofi era modern : budaya barat sangat pentin) f. Sasatra adalah ilmu manusia harus berpikir tentang hubungan manusia dan alam. g. Sastra sebagai media kritik budaya berupa krisis ekologi h. Landasan ekokritik adalah eksistensialis ekologi estetika. 4. Cara Kerja a. Memahami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan lingkungan b. Mengamati dan paham betul serta peduli terhadap lingkungan ( kesadaran ekologi) : pemahaman konsekwensi estetika filosofis memiliki kekhawatiran terhadap kerusakan alam c. Mengevaluasi teks dan ide-ide dalam hal koherensi dan kegunaan sebagai tanggapan terhadap krisis lingkungan. 5. Proyek Ecocriticism ( wilayah kajian ekokritik) a. Penyelidikan ilmiah (ekologi, biologi, evolusioner, social, geografi, ekologi social sebagai model refleksi sastra. b. Analisis tekstual teoritis c. Studi sastra sebagai sebuah situs lingkungan, etika refleksi, sebagai kritik atas asumsi antroposentris. d. Representasi sastra dari lingkungan fisik dalam teks sastra. e. Studi retorika: model wacana. f. Hubungan lingkungan dan praktik pedagogis 6.KRITIK Untuk bias menerapkan ecocriticism, seseorang harus memahami secara mendalam berbagai ilmu berkaitan dengan alam secara luas/ menyeluruh, misalnya ekologo, evolusi, ekologi perilaku ,zologi, botani, dan sebagainya. Di samping itu, studi ini tidak dapat dilakukan tanpa kepekaan yang tajam dan pemahaman terhadap krisis lingkungan.Maka dari itu tidak mudah menerapkan ecocriticism untuk melakukan studi terhadap karya sastra 5