Academia.eduAcademia.edu

LAPORAN PRAKTIKUM MANGROVE

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT “IDENTIFIKASI RUMPUT LAUT, LAMUN DAN MANGROVE” Disusun Oleh : Nama :Eviani NIM : 2061411012 Kelompok : 2B PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN,PERIKANAN,DAN BIOLOGI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG 2014/2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Luas pantai di Indonesia berpotensi membentuk ekosistem dengan keanekaragamannya. Ekosistem terpenting yang ada di perairan laut, yaitu ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun. Keberadaan ketiga ekosistem tersebut menjadi habitat berbagai biota laut. Biota laut yang ada di dalamnya merupakan kekayaan laut pesisir, seperti rumput laut. Banyaknya pulau yang dimiliki Indonesia , sehingga Indonesia disebut negara kepulauan. Keberadan pulau-pulau tersebut tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Bahkan wilayah pesisir mempunyai keunggulan wilayah yang berbeda diantara wilayah yang lain.Keunggulan suatu wilayah dapat terlihat dari keunggulan sumberdaya alamnya, misalnya mangrove, terumbu karang,dan lamun. Sumberdaya tersebut saling keterkaitan serta mempunyai karakteristik kultur yang khas. Keberadaan sumberdaya alam juga berhubungan dan saling keterkaitan dengan masyarakat (Karmana, 1987). 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi jenis rumput laut, lamun dan mangrove. Sedangkan manfaat dari praktikum ini agar mengetahui jenis rumput laut, lamun dan mangrove. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mangrove Mangrove adalah salah satu diantara sedikit tumbuh-tumbuhan tanah timbul yang tahan terhadap salinitas laut terbuka (Odum, 1998). Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Vegetasi mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi, serta kondisi tanah yang kurang stabil. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang paling bervariasi dalam kelompok tumbuhan, struktur dan laju pertumbuhan, serta memiliki nilai ekologis dan sosial ekonomi yang sangat penting. Adaptasi pohon mangrove terhadap kadar oksigen yang rendah adalah dengan memiliki bentuk perakaran yang khas, yaitu: (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya Avicennia, spp., Xylocarpus spp., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2) bertipe penyangga/ tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhizopora spp). Adaptasi pohon mangrove terhadap kadar garam tinggi,yaitu dengan: (1) memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam; (2) berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam; dan (3) daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan. Adaptasi mangrove terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut adalah dengan mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar (Bengen, 2002). Hutan mangrove meliputi pohon-pohon-pohonan dan semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Ceriops, Xylocarpus, Lumnizera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam 8 famili. 2.2. Lamun Lamun (seagrass) adalah satu satunya tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap efektif untuk berkembang-biak dan mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara. Lamun juga merupakan tumbuhan yang telah menyesuaikan diri hidup terbenam di laut dangkal. Lamun mempunyai akar dan rimpang (rhizome) yang mencengkeram dasar laut sehingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak dan gelombang. Padang lamun dapat terdiri dari vegetasi lamun jenis tunggal ataupun jenis campuran. Fungsi lamun tidak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh berbagai aktivitas manusia. Padang lamun di Indonesia mengalami penyusutan luasan 30 - 40 % dari luas keseluruhanya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia secara langsung (Nontji, 2002). Lamun berkurang secara luas terjadi di belahan dunia sebagai akibat dari dampak langsung kegiatan manusia termasuk kerusakan secara mekanis (pengerukan dan jangkar), eutrofikasi, budidaya perikanan, pengendapan, pengaruh pembangunan konstruksi pesisir, dan perubahan jaring makanan. Dampak kegiatan manusia termasuk pengaruh negatif dari perubahan iklim (erosi oleh naiknya permukan laut, naiknya 2 penyinaran ultraviolet), baik dari sebab-sebab alami, seperti angin siklon dan banjir. Padang lamun yang mulai hilang ini diduga akan terus meningkat akibat tekanan pertumbuhan penduduk di daerah pesisir. 2.3. Rumput Laut Istilah rumput laut sudah dikenal dalam perdagangan. Istilah ini merupakan terjemahan dari kata “sea weed” (bahasa inggris). Pemberian nama terhadap alga laut bentuk ini sebenarnya kurang tepat, karena apabila ditinjau secara botanis, tumbuhan ini tidak tergolong rumput (graminae), tetapi akan lebih tepat bila kita menggunalkan istilah alga laut benthik-benthik, atau alga benthik saja. Rumput laut yang dalam bahasa inggrisnya disebut “sea weeds” adalah alga makro yang bersifat bentik dan termasuk tanaman tidak berbunga, sehingga merupakan tanaman tingkat rendah (Thallophyta) atau sederhana dan tidak dijumpai perbedaan antara akar, batang, dan daun (Aslan, 1991). Sepintas lalu banyak jenis alga yang memperlihatkan bentuk luar seperti mempunyai akar, batang, bahkan juga buah, tetapi itu adalah semu saja. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus belaka. Bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya. Percabangan thallus ada yang dichotomous (bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada salah satu thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongious) dan sebagainya. Struktur anatomi tali untuk tiap jenis alga berbeda-beda, misalnya pada famili yang sama antara Eucheuma cottoni, potongan thallus yang melintang mempunyai susunan sel yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini membantu dalam pengenalan berbagai jenis alga baik dalam mengidentifikasi jenis, genus, maupun famili (Soedarto, 1990).   BAB III METODOLOGI 3.1.Waktu dan Tempat Praktikum ini di laksanakan pada hari Rabu tanggal 13 April 2016, pukul 14:20-16:00 WIB. Bertempat di Laboratorium Budidaya perairan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung. 3.2.Alat dan Bahan Alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah alat tulis dan nampan, sedangkan bahan yang di gunakan adalah awetan rumput laut, lamun dan mangrove. 3.3.Cara Kerja 1. Mengamati awetan rumput laut, Gambar bagian – bagiannya dan mengidentifikasinya. 2. Mengamati mangrove, Gambar bagian – bagiannya dan mengidentifikasinya 3. Mengamati lamun, Gambar bagian – bagiannya dan mengidentifikasinya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil pengamatan Mangrove 1. Acanthus ebracteatus Klasifikasi Kingdom         : Plantae Divisi               : Magnoliophyta Kelas               : Magnoliopsida Ordo                : Scrophulariales Famili              : Acanthaceae Genus              : Acanthus Spesies            : Acanthus ebracteatus Vahl. Tipe akar : Akar tunjang 4.2. Hasil pengamatan lamun 1. Enhalus acoroides Klasifikasi Divisi : Anthophyta Kelas : Angiospermae  Subkelas : Monocotyledonae Ordo : Helobiae  Famili : Hydrocharitaceae Genus : Enhalus  Species : Enhalus acoroides 2. Cymodocea serrulata Klasifikasi Kingdom : Plantae   Divisi : Magnoliophyta   Class : Liliopsida   Order : Potamogetonales   Family : Cymodoceaceae   Genus : Cymodocea   Species : serrulata   4.3. Hasil pengamatan rumput laut 1. Padina australis Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Phaeophyta Class : Phaeophyceae Ordo : Dictyotales Famili : Dictyotaceae Genus : Padina Spesies : Padina sp. 2. Caulerpa lentillifera Klasifikasi Kingdom: Plantae Division:  Chlorophyta Class:       Bryopsidophyceae Order:      Bryopsidales Family:    Caulerpaceae Genus:     Caulerpa Species:   C. lentillifera 3. Sargassum crassifolium  Klasifikasi Kingdom : Chromista Subkingdom : Harosa Phylum : Ochrophyta Subphylum : Phaeista Class : Phaeophyceae Order : Fucales  Family  :Sargassaceae  Genus  :Sargassum Species : sargassum crassifolium 4. Caulerpa sertularioides Klassifikasi Kingdom : Plantae Subkingdom : Viridaeplantae Phylum : Chlorophyta Class : Bryopsidophyceae/ Chlorophyceae Order : Bryopsidales Family : Caulerpaceae Genus : Caulerpa Species : Caulerpa sertularioides 4.2. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan maka di dapatkan jenis mangrove Acanthus ebracteatus dan akar tunjang, kemudian pada pengamatan lamun di dapatkan jenis Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata dan pada pengamatan rumput laut di dapatkan jenis Padina australis, Caulerpa lentillifera, Sargassum crassifolium, dan Caulerpa sertularioides. Hutan mangrove dikatakan sebagai hutan yang terdapat disepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi pasang surut air laut, yakni tergenang pada waktu pasang dan bebas genangan pada waktu surut. Pada pengamatan yang telah dilakukan di dapatkan jenis mangrove Acanthus ebracteatus spesies ini ditemukan di zona muara menengah di pertengahan hingga daerah intertidal tinggi (Robertson dan Alongi 1992). Spesies ini sering simpatrik dengan Acanthus ilicifolius. Spesies ini secara alami berkembang biak secara vegetatif dan juga dengan biji, karena lamanya generasi maka sulit untuk ditentukan. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkan hidup di lingkungan laut, yaitu mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam, mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang baik, mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan terbenam. Faktor Lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan lamun adalah suhu, kecerahan, salinitas, subtrat, arus, kedalaman, nutrient dan gelombang. Lamun sangat sensitif terhadap kelebihan siltasi ( kekeruhan ) yang disebabkan oleh erosi karena penebangan hutan dan aktivitas manusia, penambangan, tumpahan minyak di laut, dan disposal sampah. Lamun Enhalus acoroides dapat beradaptasi dengan perairan keruh akibat tingginya laju siltasi (kekeruhan) dari daratan jika terdapat sinar matahari dan unsur-unsur nutrisi yang diperlukan masih mencukupi. Lamun jenis Cymodocea serrulata umumnya dijumpai di daerah intertidal didekat hutan mangrove. Ciri – ciri morfologi dari lamun Cymodocea serrulata adalah tepi daun bergerigi / seperti gergaji, akar tiap nodus banyak dan bercabang, tulang daun sejajar, lebar daun dari samping ke samping + 1 cm, jarak antar nodus + 2 cm, jumlah tulang daun pada sehelai daun antara 13 – 17 buah, tiap nodus hanya ada satu tegakan, satu tegakan terdiri dari 2 – 3 helai daun. Rumput laut jenis Padina sp.  merupakan spesies rumut laut dari filum Phaeyophyta (ganggang coklat) yang pada umumnya tersebar di perairan laut, mulai perairan laut dangkal hingga perairan dalam. Ganggang ini memiliki bentuk lembaran atau filament yang lebar yang berwarna coklat transparan. Ganggang ini berwarna coklat karena di dalam talusnya terkandung pigmen fikosantin (coklat) dan xantofil. Selain fikosantin, ganggang ini juga memiliki klorofil a dan c, fikosantin dan klorofil itu terdapat di dalam plastid talusnya. Peranan Padina sp. sendiri ini banyak digunakan untuk bahan kosmetik dan obat-obatan. Ciri umum dari rumput laut spesies Sargassum crassifolium adalah berwarna coklat karena dominasi pigmen fikosantin yang menutupi pigmen klorofil sehingga ganggang ini terlihat berwarna coklat. Percabangan thallus pada Sargassum crassifolium membentuk formasi dua-dua tidak beraturan yang berlawanan pada sisi sepanjang thallus utama yang disebut (pinnate alternate). Thallus yang menyerupai daun (blade) tumbuh melebar dan bergerigi dengan permukaan yang licin. Daun pada ganggang ini berbentuk oval dengan ukuran panjang sekitar 40 mm dan lebar 10 mm.  Sargassum crassifolium mempunyai thallus berbentuk pipih dengan percabangan rimbun dan berselang-seling menyerupai tanaman darat. Pada bagian pinggir daun yang bergerigi mempunyai gelembung yang disebut vesikel. Gelembung udara ini berfungsi mempertahankan daun agar tetap di permukaan air. Ukuran diameter gelembung udara sekitar 15 mm dengan bentuk pipih dan bersayap. Rumput laut Caulerpa sertularioides memiliki thallus membentuk stolon merambat dengan mempunyai akar penancap ke substrat dan ramuli timbul pada stolon antara perakaran, berbentuk menyirip tertaur rapat dan tipis dengan ujung ramuli mendua arah. Warna hijau muda-hijau tua. Tingginya mencapai 15-20 cm. Tanaman ini biasanya ditemukan dalam perairan hangat, perairan yang tenang di daerah pasang surut atau berpasir, terumbu karang. Untuk di wilayah Indonesia sendiri, jenis ini adalah umum di dapat dan memiliki sebaran tumbuh yang luas di perairan Indonesia. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat jenis jenis mangrove Acanthus ebracteatus dan akar tunjang, kemudian pada pengamatan lamun di dapatkan jenis Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata dan pada pengamatan rumput laut di dapatkan jenis Padina australis, Caulerpa lentillifera, Sargassum crassifolium, dan Caulerpa sertularioides. DAFTAR PUSTAKA Karmana, 1987. Biologi . Bandung: Ganeca Exact. Odum, E.P. 1998. Dasar – dasar Ekologi. 4rd ed. Gadjah University Press. Yogyakarta. Bengen, D.G. 2002. Pedoman Teknis Pengenalan Dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.Bogor. Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan. Aslan, Laode. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius.Yogyakarta : viva pakarindo. Soediarto. 1990. Budidaya Rumput Laut. Jakarta: Djambatan LAMPIRAN Lamun Cymodocea serrulata Mangrove Acanthus ebracteatus Akar tunjang Padina australis Caulerpa lentillifera Rumput laut Caulerpa sertularioides Sargassum crassifolium