BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak ada keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan serta hubungan yang tidak harmonis antara gigi geligi dengan komponen kraniofasial. Etiologi maloklusi terbagi atas penyebab khusus yang meliputi gangguan perkembangan embriologi, gangguan pertumbuhan skeletal, disfungsi otot, akromegali dan hipertrofi hemimandibula serta gangguan perkembangan gigi, pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan yang meliputi teori keseimbangan dan perkembangan oklusi gigi serta pengaruh fungsional pada perkembangan dentofasial (Basavaraj,2011; Mitchell, 2007, Proffit, 2007, Staley, 2011).
Angka kejadian fraktur gigi bervariasi , tapi patah tulang cukup umum , terutama pada orang tua dan orang-orang dengan gigi devitalized . Fraktur mandibula terjadi lebih sering daripada patah tulang lainnya wajah ( dengan pengecualian dari patah tulang hidung ) , sebagian karena posisi terkemuka mandibula ini . Angka kejadian fraktur gigi bervariasi , tapi patah tulang cukup umum , terutama pada orang tua dan orang-orang dengan gigi devitalized . Fraktur mandibula terjadi lebih sering daripada patah tulang lainnya wajah ( dengan pengecualian dari patah tulang hidung ) , sebagian karena posisi terkemuka mandibula ini . ( Marilyn, Donna. 1991).
Manajemen nonsurgical(obat), klien yang mengalami trauma pada rongga mulut sering menerimaantibiotik profilaksis karena kemungkinan kontaminasi luka dari benda asing atau oral floranormal. Analgetik narkotik dan nonnarcotic sering diperlukan, patah tulang gigi atau rahangdapat menyakitkan, terutama saat makan. tindakan kenyamanan alternatif. banyak ketidaknyamanan gigi atau rahang bawah patah berhubungan dengan tekanan dari edema. perawat menginstruksikan klien untuk menjaga kepala tempat tidur ditinggikan atau tidur di beberapa bantal untuk mendorong gravitasi drainase edema. perawat juga memperingatkan klien untuk menghindari tidur di sisi yang terluka untuk mencegah ketidaknyamanan lebih lanjut. Prevalensi maloklsi di Indonesia mencapai 80% dan menduduki urutan ketiga setelah karies dan penyakit periodontal. Penelitian tentang prevalensi maloklusi pada remaja usia 12-14 tahun di SMP di Jakarta menyatakan 83,3 % responden mengalami maloklusi. Banyaknya jumlah tersebut disertai dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai masalah maloklusi serta meningkatnya taraf hidup masyarakat menjadi penyebab bertambahnya permintaan kebutuhan perawatan ortodenti. (Lib UI. FKG, Universitas Indonesia)
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi dan fisiologi geligi ?
Apa definisi dari maloklusi?
Apa klasifikasi dari maloklusi?
Bagaimana etiologi dari maloklusi?
Bagaimana komplikasi dari maloklusi?
Bagaimana epidemologi dari maloklusi?
Bagaimana asuhan keperawatan keperawatan yang harus dilakukan untuk pasien dengan maloklusi?
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Setelah pembelajaran mata kuliah keperawatan pencernaan II materi maloklusi diharapkan mahasiswa semester 4 dapat memahami konsep dan teori dan mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pencernaan yakni maloklusi
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi maloklusi
Untuk mengetahui anatomi fisiologi geligi
Untuk mengetahui patofisiologi maloklusi
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan maloklusi.
Manfaat
Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai anatomi fisiologi geligi.
Menambah sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan bagi pembaca.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi Fisiologi Geligi
Geligi terletak pada rahang dalam bentuk dua kurva parabola, lengkung rahang atas lebih besar dari lengkung rahang bawah, sehingga normalnya geligi rahang atas berada di luar lengkung geligi rahang bawah. Bentuk lengkung geligi menyerupai kurva parabola tetapi bervariasi terhadap ras dan jenis kelamin (Bishara, 2001).
Terdapat hubungan antara tipe muka dan bentuk lengkung geligi. Bentuk lengkung geligi antara lain adalah bentuk square, round, ovoid dan tappered. Sedang dalam penelitiannya sendiri ia menemukan lima buah bentuk lengkung geligi rahang bawah yaitu narrow, wide, mid, pointed dan flat (Ong, 2011) .
Geligi ada dua macam:
Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak berumur 6-7 bulan. Lengkap pada umur 2,5 tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri( dens insisivus), 4 buah gigi taring ( dens kaninus), 8 gigi geraham ( dens molare).
Gigi tetap atau permanen tumbuh pada umur 6-18 tahun, jumlahnya 32 buah, terdiri dari : 8 buah gigi seri, 4 buah gigi taring, 8 gigi geraham depan (molare), 12 gigi geraham (premolare).
Fungsi gigi terdiri dari gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring gunanya untuk memutus makanan yang keras, dan geraham untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong. Bagian-bagian gigi : Mahkota gigi atau corona, merupakan bagian yang tampak di atas gusi. Terdiri atas :
Lapisan email, merupakan lapisan paling keras.
Tulang gigi (dentin), didalamnya terdapat saraf dan pemnuluh darah.
Rongga gigi ( pulpa), merupakan bagian anatara corona dan radeks.
Leher gigi (kolum), merupakan bagian yang berada dalam gusi
Akar gigi ( radiks), merupakan bagian yang tertanam pada tulang rahang. Akar gigi melekat pada tulang rahang dengan perantara semen gigi.
Semen gigi melapisi akar gigi dan membantu menahan gigi agar tetap melekat pada gusi. Semen gigi terdiri atas :
Lapisan semen, merupakan pelindung akar gigi dan gusi
Gusi merupakan tempat gigi tumbuh ( syaifuddin, 2006)
1. Variasi Bentuk Lengkung Geligi
Bentuk lengkung geligi sangat bervariasi, tetapi lengkung geligi rahang atas secara umum tampak elips sedangkan lengkung geligi rahang bawah berbentuk parabola. Ada pula yang mengatakan bahwa bahwa 75% bentuk lengkung adalah elips, 20% adalah parabola dan hanya 5% berbentuk U (AlHarbi, 2008).
Terdapat tiga tipe bentuk wire yang sering dijumpai di pasaran, yaitu tipe tappered, square dan ovoid. Tipe tappered lebih lancip ke anterior, tipe square lebih melebar ke lateral sedang tipe ovoid merupakan tipe normal atau seimbang (Basavaraj, 2011).
2. Variasi Ukuran Geligi
Bentuk lengkung geligi merupakan refleksi hubungan antara kombinasi ukuran mahkota geligi, lidah, bibir, otot-otot pipi, angulasi geligi dan kekuatan 10 jaringan mulut anterior. Kombinasi lebar mesiodistal geligi harus harmonis dengan lengkung basal, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Di dalam praktek sehari-hari yang paling sering ditemui adalah disharmoni antara ukuran gigi dengan tulang basal (Bishara, 2001).
Besarnya ukuran gigi berpengaruh terhadap besarnya lengkung geligi, ukuran gigi yang lebih besar akan menghasilkan lengkung geligi yang besar pula (Nourallah, 2005).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ukuran geligi :
a. Genetik
Ukuran geligi dipengaruhi oleh faktor genetik, seperti anomali ukuran gigi, anomali jumlah gigi, anomali warna gigi, anomali bentuk gigi serta anomali tonjol Carabelli. Faktor genetik memegang peranan penting dalam menentukan ukuran gigi (Proffit, 2007).
b. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan ukuran gigi rata-rata 4% pada kelompok laki-laki dan perempuan. Ukuran gigi berbeda menurut jenis kelamin, gigi laki-laki mempunyai ukuran yang lebih besar dibanding perempuan. Apabila dilakukan pengukuran gigi dengan arah bukolingual dan mesiodistal, pada umumnya perbedaan itu tampak pada bentuknya yaitu gigi laki-laki cenderung mempunyai bentuk persegi, sedang perempuan mempunyai ukuran yang lebih kecil. Ukuran geligi laki-laki lebih besar daripada perempuan (Endo, 2008).
c. Ras
Ukuran gigi ternyata juga dipengaruhi oleh unsur ras. Perbedaan ukuran gigi rata-rata dapat mencapai 4%, yang paling besar perbedaannya adalah gigi kaninus rahang. Pada penelitian lain mengenai ukuran gigi pada ras Kaukasoid, Negroid, Mongoloid, ditemukan bahwa ras Negroid mempunyai ukuran yang paling besar, kemudian diikuti oleh ras Mongoloid, dan yang paling kecil adalah ras Kaukasoid. Ukuran gigi kelompok ras Negroid lebih besar 8,4% dibanding kelompok ras Kaukasoid (Hong, 2008). Pada penelitian lain ditemukan pula ukuran mesiodistal gigi orang kulit hitam lebih besar secara bermakna daripada orang kulit putih, sehingga rata-rata lebar lengkung geligi orang kulit hitam lebih besar secara bermakna daripada orang kulit putih (Othman, 2007).
Ras menunjukkan sekelompok individu suatu spesies yang memiliki beberapa ciri khas, dapat diwariskan kepada keturunannya yang membuat mereka berbeda dari kelompok lain. Sedangkan populasi adalah sekelompok 12 individu dari spesies sama, tinggal di teritori yang sama, dan karena proses perkawinan dengan kelompok yang lain (Endo, 2008).
2.2 Definsi Maloklusi
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah keturunan, lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan, etnik, fungsional, patologi. Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung geligi (rahang) di
luar rentang kewajaran yang dapat diterima. Terdapat bukti bahwa prevalensi maloklusi meningkat, peningkatan ini sebagian dipercayai sebagai suatu proses evolusi yang diduga akibat meningkatnya variabilitas gen dalam populasi yang bercampur dalam kelompok ras.
Meningkatnya letak gigi yang berdesakan mungkin disebabkan tidak adanya atrisi proksimal dan oklusal yang terjadi pada gigi.
(Rahardjo, 2009)
2.3 Klasifikasi Maloklusi
1. Protrusi
Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan menghisap bibir bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah serta bernafas melalui mulut.
2. Intrusi dan Ekstrusi
Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan intrusi membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi mendekati bidang oklusal.
3. Crossbite
Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik terdapat kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap gigi geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok gigi, atau satu gigi saja.
Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu:
a. Crossbite anterior
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula.
b. Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula.
4. Deep bite
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.
5. Open bite
Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut lokasinya adalah :
a. Anterior open bite
Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan klas II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
b. Posterior open bite pada regio premolar dan molar
c. Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior, posterior, dapat unilateral atau bilateral.
6. Crowded
Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi. Derajat keparahan gigi crowded:
a. Crowded ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak memerlukan perawatan.
b. Crowded berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan hygiene oral yang jelek
Diastema
Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :
Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens supernumerary frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan jelek, dan persistensi.
Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis. (Rahardjo, 2009)
2.4. Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada masa prenatal dan posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan penyakit-penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi ke arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan metabolis, penyakit-penyakit infeksi.
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi.
Faktor Luar :
Kelainan herediter
Beberapa kelainan gigi yang dipengaruhi factor herediter ialah kekurangan
jumlah gigi (hipodontia),kelebihan jumlah gigi (hiperdontia), misalnya adanya
mesiodens, bentuk gigi yang khas misalnya carabelly pada molar, kaninus
yang impaksi di palatal, transposisi gigi misalnya kaninus yang terletak di
antara premolar pertama dan kedua.
b. Kekurangan Jumlah Gigi
Kelainan jumlah gigi dapat berupa tidak ada pembentukan gigi atau agenesis gigi. Anodontia adalah suatu keadaan tidak terbentuk gigi sama sekali,
biasanya merupakan bagian dari sindrom dysplasia ektodermal.
c. Kelebihan Jumlah Gigi
Yang paling sering ditemukan adalah gigi kelebihan yang terletak di garis
median rahang atas yang disebut mesiodens. Adanya gigi-gigi kelebihan dapat
menghalangi terjadinya oklusi normal.
d. Disharmoni Dentomaksiler
Disharmoni dentomaksiler ialah suatu keadaan disporsisi antara besar gigi dan rahang dalam hal ini lengkung geligi
B. Faktor Dalam:
a. Gigi Sulung Tanggal Prematur
Gigi sulung yang tanggal premature dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin muda umur pasien pada saat terjadi tanggal premature gigi sulung semakin besar akibatnya pada gigi permanen.
b. Persistensi Gigi
Persistensi gigi sulung atau disebut juga over retained deciduous teeth berarti gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal.
c. Trauma
Trauma yang mengenai gigi sulung dapat menggeser benih gigi permanen. Bila terjadi trauma pada saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk dapat terjadi gangguan pembentukan enamel, sedangkan bila mahkota gigi permanen telah terbentuk dapat terjadi dilaserasi yaitu akar gigi yang mengalami distorsi bentuk (biasanya bengkok). Gigi yang mengalami dilaserasi biasanya tidak dapat mencapai oklusi yang normal.
d. Pengaruh Jaringan Lunak
Tekanan dari otot bibir, pipi dan lidah memberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanan dari otot-otot ini jauh lebih kecil daripada tekanan otot pengunyah tetapi berlangsung lebih lama. Menurut penelitian tekanan yang berlangsung selama 6 jam dapat mengubah letak gigi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa bibir , pipi dan lidah yang menempel terus menerus pada gigi hamper selama 24 jam dapat sangat memengaruhi letak gigi.
e. Kebiasaan Buruk
Suatu kebiasaan yang berdurasi sedikitnya 6 jam sehari, berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan mengisap jari atau benda benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Dari ketiga factor ini yang paling berpengaruh adalah durasi kebiasaan berlangsung. Kebiasaan mengisap jari pada fase geligi sulung tidak mempunyai dampak pada gigi permanen bila kebiasaan tersebut telah berhenti sebelum gigi permanen erupsi. Bila kebiasaan tersebut terus berlanjut sampai gigi permanen erupsi akan terdapat maloklusi dengan tanda- tanda berupa insisiv atas proklinasi dan terdapat diastema, gigitan terbuka, lengkung atas sempit serta retroklinasi insisi bawah.
2.5 Komplikasi dari Maloklusi
Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta estetik. Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu dapat berupa rasa tidak nyaman saat mengunyah,8 terjadinya rasa nyeri pada TMJ dan juga mengakibatkan nyeri kepala dan leher.16 Pada gigi yang berjejal dapat mengakibatkan kesulitan dalam pembersihan.17 Tanggalnya gigi-gigi akan mempengaruhi pola pengunyahan misalnya pengunyahan pada satu sisi, dan pengunyahan pada satu sisi ini juga dapat mengakibatkan rasa sakit pada TMJ.16,17 Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf p dan b. Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf s, z, t, dan n.6 Menurut Bruggeman anomali dental yang mengakibatkan gangguan bicara adalah18
Ruang antar gigi (spaces) yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan semua huruf terutama s, sh, z, zh kecuali huruf n dan y.
Lebar lengkung yaitu terjadi kelainan saat mengucapkan huruf s, z, th.
Open bite yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z, zh, th, dan kadang-kadang pada huruf t dan d.
Derajat protrusi yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh,z, zh.
Pada gigi yang rotasi kelainan bunyi yang terjadi sama dengan kelainan pada ruang antar gigi.
Maloklusi dapat mempengaruhi estetis dari penampilan seseorang. Penampilan wajah yang tidak menarik mempunyai dampak yang tidak menguntungkan pada perkembangan psikologis seseorang, apalagi pada saat usia masa remaja.
2.6. Epidemologi dari Maloklusi
Angka kejadian fraktur gigi bervariasi , tapi patah tulang cukup umum , terutama pada orang tua dan orang-orang dengan gigi devitalized . Fraktur mandibula terjadi lebih sering daripada patah tulang lainnya wajah ( dengan pengecualian dari patah tulang hidung ) , sebagian karena posisi terkemuka mandibula ini .
2.7. Pencegahan dari Maloklusi
Kuat gigi dan pertumbuhan tulang dari diet yang tepat , pencegahan osteoporosis , pencegahan jatuh pada orang tua , penurunan cedera kecelakaan mobil dari penggunaan sabuk pengaman , dan penggunaan peralatan olahraga yang benar adalah segala cara untuk mencegah patah tulang rahang bawah . patah tulang gigi dapat dicegah dengan kebiasaan -hati mengunyah , rutin gigi yang tepat, perawatan gigi teratur profesional , dan nutrisi yang tepat .
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN MALOKLUSI TEORITIS
Pengkajian
Identitas Klien : meliputi nama, alamat, umur
Keluhan utama : klien mengalami kesulitan makan akibat nyeri dari maloklusi
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji riwayat gigi yang lengkap, kecukupan gizi yang mepengaruhi pertumbuhan gigi dan tulang, personal hygine, klien mengalami trauma dan kurangnya perhatian terhadap gigi sehingga dapat menimbulkan gigi patah.
Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji kebiasaan klien, menggigit benda keras dalam makanan.
Riwayat kesehatan keluarga
Pemeriksaan fisik
Inspeksi kelainan bentuk struktur wajah untuk mengamati otot otot wajah pada saat istirahat, bergerak, berbicara dan makan. Dengan cara klien membuka dan menutup rahang, perawat menggunakan palpates atas daerah gigi dan rahang bawah secara lembut, menilai untuk nyeri, kelainan atau pembatasan gerak, crepitance (grinding sensasi dan suara yang disebabkan oleh fragmen tulang), atau perubahan sensasi.
Kaji rongga mulut : catat gigi rusak, status gizi, keutuhan membran nukosa mulut.
Palpasi rongga mulut dengan menggunakan teknik palpasi daerah gigi dan rahang bawah secara lembut untuk memeriksa bagian luar apakah timbul gerakan abnormal dan nyeri.
Kaji tingkat nyeri
Perhatikan gejla fraktur mandibula ( nyeri dan hilangnya sensasi ) akibat kerusakan saraf kranial V.
Penilaian psikososial
Perawat menilai reaksi psikososial klien untuk patah tulang dalam rongga mulut. Sebagai fungsi dan penampilan dalam rongga mulut dan wajah sangat terkait dengan citra tubuh dan seksualitas, perawat bertanya tentang dampak patah tulang pada konsep diri klien. Jika gangguan ini disebabkan oleh trauma, perawat menilai reaksi klien terhadap dan pemulihan dari kejadian tersebut. Jika patah tulang adalah hasil dari pertengkaran, perawat mengevaluasi kebutuhan untuk konseling atau intervensi oleh pekerja sosial untuk mengevaluasi hubungan interpersonal klien. Klien lanjut usia yang mengalami patah tulang karena osteoporosis atau jatuh dinilai untuk perlunya penjagaan atau bantuan di rumah. Perawat mengeksplorasi dengan klien makna dan konsekuensi dari setiap ketidakmampuan atau pilihan gaya hidup ( seperti ketidakmampuan untuk makan atau sakit) yang di sebabkan oleh patah tulang. Selain itu perawat menilai. Level pendidikan klien, menentukan kebutuhan dan keinginan untuk informasi, dan identifikasi banyak etnik atau hambatan budaya untuk pendidikan atau instruksi.
Pemeriksaan Penunjang
Jika terjadi fraktur gigi, x-ray gigi sering diperlukan untuk menentukan status pulpa gigi. X-ray wajah lain mungkin diperlukan termasuk radiografi panoramik (panorex), yang menghasilkan gambar seluruh mandibula dibandingkan dengan hanya satu bagian.
Analisis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Umum
Diagnosis umum untuk klien dengan maloklusi akibat gigi atau fraktur mandibular yakni infeksi berhubungan dengan gangguan integritas jaringan.
Diagnosis tambahan
Nyeri berhubungan dengan fraktur
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan menyatunya sekresi dan edema oral
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera di area wajah
Gangguan membran mukosa berhubungan dengan cedera
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan protokol pengobatan
Kecemasan dan ketakutan berhubungan dengan prosedur diagnostik dan pengobatan
Perubahan gizi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri oral atau maloklusi
3.3 Penatalaksanaan
Manajemen nonsurgical(obat), klien yang mengalami trauma pada rongga mulut sering menerimaantibiotik profilaksis karena kemungkinan kontaminasi luka dari benda asing atau oral floranormal. Analgetik narkotik dan nonnarcotic sering diperlukan, patah tulang gigi atau rahangdapat menyakitkan, terutama saat makan. tindakan kenyamanan alternatif. banyak ketidaknyamanan gigi atau rahang bawah patah berhubungan dengan tekanan dari edema. perawat menginstruksikan klien untuk menjaga kepala tempat tidur ditinggikan atau tidur di beberapa bantal untuk mendorong gravitasi drainase edema. perawat juga memperingatkan klien untuk menghindari tidur di sisi yang terluka untuk mencegah ketidaknyamanan lebih lanjut.
Kebersihan mulut. langkah-langkah kebersihan mulut seringkali perlu diubah ketika patah tulang malocclusive terjadi, seperti menyikat kuat atau agen bilas komersial dapat meningkatkan ketidaknyamanan. perawat menyarankan klien untuk menjaga kebersihan mulut yang memadai dengan menggunakan suam-suam kuku garam atau sodium bikarbonat bilasan dan menyikat dengan sikat lembut kapan dan di mana sesuai.
Terapi diet
Perawat menyiapkan makanan keluarga tentang perubahan diet yang dianjurkan untuk mengurangi ketidaknyamanan. Makanan lunak yang membutuhkan sedikit atau tidak mengunyah seperti bubur sering direkomendasikan jika klien merasa sakit yang disebabkan oleh tekanan dari mengunyah. makanan dan minuman panas dan dingin juga dihindari, seperti ekstrem termal dapat merangsang terkena pulpa gigi atau syaraf. Perawat memberikan tindakan dengan pedoman untuk memastikan bahwa keseimbangan yang tepat dari elemen nurition dipertahankan sementara klien membutuhkan perubahan dalam konsistensi makanan.
Manajemen bedah
Manajemen bedah maloklusi akibat patah gigi atau fraktur mandibula melibatkan ekstraksi gigi, pulpectomy, perbaikan gigi dengan mahkota, atau pengurangan fraktur mandibula. Perbaikan mahkota memerlukan memulihkan kontur gigi dengan emas, porselen, atau campuran dari bahan tersebut oleh dokter gigi. Klien mungkin tidak memerlukan pulpectomy sebelum penempatan mahkota. Pengurangan fraktur mandibula melibatkan menempatkan mandibula dalam keselarasan dan mempertahankan penurunan hingga fraktur sembuh, biasanya untuk jangka waktu 6 minggu. Klien dengan fraktur nondisplaced sering ditempatkan di IMF (gigi rahang bawah yang tersumbat pada gigi rahang atas dan kabel atau banded tanpa memerlukan pengurangan lebih lanjut. Gigi kabel di fiksasi intermaxillary sering membutuhkan reduksi terbuka, sayatan bedah untuk mengekspos mandibula dan mengurangi fraktur selama operasi. Pasca operasi, klien ditempatkan di IMF.
Perawatan perioperative
Klien yang tidak memerlukan reduksi terbuka fraktur mandibula sering diperlakukan dengan anasthetics topikal ketika kabel ditempatkan. Nurs membahas dengan klien ini kebutuhan untuk diet cair, sementara IMF, kebersihan mulut lanjutan sementara di oklusi, dan adanya rasa sakit dan analgesik tersedia. Perawat menginstruksikan klien menjalani pengurangan terbuka untuk mengharapkan berikut pascaoperasi: IV cairan selama 24 jam atau sampai dapat mengambil makanan cair tanpa rasa mual, suction nasogastric selama 24 jam (jika gigi ditempatkan di oklusi selama operasi), kehadiran rasa sakit dan analgesik yang tersedia, kemampuan untuk keluar dari tempat tidur hari pertama pasca operasi, dan aplikasi penempatan atas sayatan jika pengurangan tersebut tidak dilakukan sayatan intraoral.
Perawatan pascaoperasi
Perawat memonitor saluran udara klien sampai klien bangun dari anestesi umum di IMF. Muntahan atau secrection lisan sangat sulit untuk dibersihkan dari jalan napas ketika gigi mengalami oklusi. Perawat membutuhkan perawatan untuk memvisualisasikan posisi band atau kawat yang akan membutuhkan pemotongan seharusnya klien mengalami kesulitan napas.
Pencegahan muntah adalah tujuan keperawatan utama. Monitor sampai klien sepenuhnya terjaga dari anasthesia untuk menghindari masalah muntah setelah anestesi umum. Jika klien ditempatkan di IMF di ruang operasi, klien mungkin memiliki tabung nasogastrik untuk suction dan mengosongkan isi lambung sampai benar-benar terjaga. Setelah klien di IMF sepenuhnya sadar dan mulai makan makanan cair, perawat menginstruksikan klien dan keluarga untuk memberitahukan staf perawat jika terjadinya tanda mual. Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi mual. Jika klien mulai muntah, perawat akan memotong kabel dengan pemotong kawat disimpan di samping tempat tidur atau memotong pita dengan gunting untuk membersihkan jalan napas mulut klien. Peralatan hisap sering disimpan untuk keadaan darurat untuk membantu dalam membersihkan jalan napas melalui mulut dalam keadaan ini. Band atau kawat juga akan dipotong untuk keadaan darurat pernapasan lainnya, seperti pernapasan dan kebutuhan untuk resusitasi kardiopulmonari.
Perawat memeriksa sayatan tanda-tanda infeksi atau perdarahan. garis jahitan kulit dua sampai empat kali sehari dengan campuran setengah hidrogen peroksida (setengah hidrogen peroksida, setengah salin normal), dan sejumlah kecil salep antibakteri diterapkan untuk mencegah infeksi, mencegah crusing dan penurunan jaringan parut. Perawat menginstruksikan klien untuk menjaga kesehatan gigi, serta mencegah infeksi jika ada incisons intraoral. Dengan gigi kabel di oklusi, menyikat aspek lingual dari gigi tidak mungkin. perawat memeriksa dengan dokter tentang kelayakan menggunakan sikat lembut untuk membersihkan aspek luar dari gigi. Perawat juga memasok klien dengan emolien bibir untuk mencegah bibir pecah-pecah.
Untuk tindakan kenyamanan, perawat mengangkat kepala tempat tidur klien setidaknya 30 derajat setelah klien sepenuhnya terjaga dari anasthesia umum untuk membantu dalam mengurangi edema. Perawat menilai terjadinya tanda subjektif dan objektif klien ketidaknyamanan untuk menentukan kebutuhan analgesik dan efektivitas regimen analgesik. perawat hati-hati menilai tingkat analgesik untuk mencegah oversedation dan penurunan Refleks importent, khususnya Refleks gag. Kabel yang digunakan untuk menempatkan klien dalam IMF sering menekan terhadap resiko gigi dan bibir dan dapat menyakitkan bagi klien, terutama jika edema oral menempatkan kabel bersentuhan langsung dengan struktur oral. Perawat menilai perlunya anasthetics topical.
Klien di IMF tidak dapat mengunyah dan harus mendapat semua nutrisi dalam bentuk cair atau bubur. perawat berkonsultasi dengan ahli gizi untuk menginstruksikan klien dan menyiapkanmakanan keluarga dalam penyusunan diet dan pemeliharaan keseimbangan gizi sementara klien menelan makanan cair. Seringkali, makanan yang disiapkan harus kreatif untuk memberikan cukup variasi dalam diet berpotensi monoton. Klien di IMF sering kehilangan 10 sampai 20 kg BB di 6 minggu. Perhatian khusus harus diambil untuk menilai status gizi klien dan prefent penurunan berat badan yang berlebihan.
Discharge Planning.
Persiapan perawatan di rumah.
persiapan perawatan di rumah kecil yang diperlukan untuk klien yang telah mengalami perbaikan atau ekstraksi gigi retak. Untuk klien yang telah mengalami perbaikan dari mandibula retak, perawat menilai kebutuhan klien untuk blender untuk persiapan diet dan waterpik untuk perawatan mulut.
Klien / pendidikan keluarga.
Perawat menginstruksikan keluarga dan klien tentang perawatan (seperti perawatan jahitan line dan perubahan rias), perawatan mulut, obat, diet, dan deteksi dini infeksi.
Perawat menasihati klien di IMF tentang tindakan pencegahan sementara gigi dilengkapi di dalam oklusi. Perawat memperingatkan klien untuk memiliki gunting atau pemotong kawat dengan dia / nya setiap saat dan menginstruksikan klien di mana kabel untuk memotong dalam keadaan darurat. kegiatan berenang dan air merupakan kontraindikasi, sebagai air memasuki rongga mulut sulit untuk menghapus cepat sementara di IMF. Perawat menginstruksikan klien untuk menghindari minuman berkarbonasi karena mendesis di rongga mulut sering dapat menyebabkan sensasi tersedak. Minuman beralkohol merupakan kontraindikasi sementara klien dipertahankan di IMF, tidak hanya karena potensi untuk muntah setelah konsumsi alkohol yang berlebihan, tetapi juga karena efek alkohol pada penurunan refleks muntah. Klien disarankan untuk menghindari olahraga atau kegiatan yang dapat mengakibatkan luka kembali ke daerah fraktur.
Perawat juga menyarankan klien untuk mencari bantuan gigi profesional setelah kabel yang dihapus, sebagai langkah kebersihan minimal selama periode enam minggu IMF sering mengakibatkan banyak karies, yang membutuhkan perhatian.
Persiapan Psikososial.
Adapun klien dengan gangguan lain dari rongga mulut, klien yang telah mengalami perbaikan gigi atau ekstraksi karena fraktur atau yang berada di IMF untuk fraktur mandibula sering mengalami gangguan dalam konsep diri. Munculnya gangguan lisan seringkali sulit untuk menyembunyikannya. Selain itu, klien di IMF mengalami perubahan dalam pola bicara dan makan. Jika perawat mengantisipasi bahwa klien mungkin mengalami gangguan dalam konsep diri, topik diperkenalkan ke klien dan keluarga sebelum pulang dari rumah sakit untuk mendorong verbalisasi perasaan ini dan menjamin klien bahwa perasaan semacam itu umum dan menjadi diharapkan.
Sumber perawatan kesehatan.
Pekerja sosial sering dicari untuk membantu klien dengan kebutuhan keuangan, pengadaan peralatan, menyediakan kebutuhan makanan khusus di rumah, atau membantu dalam konseling klien yang mengalami kesulitan kembali ke peran sosial. Komunitas perawat kesehatan menilai situasi rumah, memastikan kemampuan klien dan keluarga untuk melakukan perawatan atau menyediakan diet di rumah, memberikan evaluasi berkelanjutan klien di rumah (misalnya, menilai status gizi dan kontrol nyeri), memberikan dukungan emosional untuk klien dan keluarga, dan menentukan kebutuhan petugas kesehatan lainnya di rumah.
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MALOKLUSI
Studi Kasus:
Ny.A datang ke Rumah Sakit Universitas Airlangga bersama dengan anaknya An.B berusia 7 tahun. Ny.A mengatakan bahwa anaknya merasa kesulitan dan rasa tidak nyaman ketika menggigit atau mengunyah makanan. Ny.A juga mengatakan bahwa anaknya gemar menghisap ibu jarinya, kebiasaan ini sudah berlangsung sejak lama dan hampir setiap hari dilakukan. Profil muka An.B nampak cembung, bibir bawah condong terdorong ke belakang dan dagu terdesak ke dalam.
Pengkajian:
Identitas pasien
Nama : An.B
Usia : 7 tahun
Jenis kelamin : laki - laki
Alamat : Surabaya
Keluhan utama
An.B kesulitan dan rasa tidak nyaman ketika menggigit atau mengunyah makanan
Riwayat penyakit sekarang
Kesulitan dan rasa tidak nyaman ketika menggigit atau mengunyah makanan, profil muka An.B nampak cembung
Riwayat Penyakit Dahulu
Ny.S mengatakan bahwa saat ia sedang mengandung pada trimester pertama pernah mengalami trauma.
Riwayat penyakit keluarga
Data tidak ditemukan
Riwayat gaya hidup
Sudah lama gemar menghisap ibu jari dan hampir setiap hari
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing) : Normal
B2 (Blood) : Normal
B3 (Brain) : Cemas
B4 (Bladder) : Normal
B5 (Bowel) : Kesulitan dan rasa tidak nyaman ketika menggigit atau mengunyah makanan
B6 (Bone) : gigi anterior terdorong ke depan
Analisa Data
No.
Data Fokus
pathway
Masalah Keperawatan
1.
DS :
Ny. A mengeluh anaknya merasa kesulitan dan rasa tidak nyaman ketika menggigit atau mengunyah.
DO :
Profil muka nampak cembung.
Bibir bawah condong terdorong ke belakang.
Dagu terdesak ke dalam.
Faktor yang mempengaruhi ( kebiasaan buruk)
Penyimpangan letak gigi dan lengkung geligi
Fraktur gigi atau rahang akibat penyimpangan yang tidak wajar ( condong ke depan )
Maloklusi : protrusi
Kesulitan dan merasa tidak nyaman ketika menggigit dan mengunyah
Misperception
Nafsu makan menurun
Intake makanan tidak adekuat
Kebutuhan nutrisi kurang
Nutrisi kurang dari kebutuhan
2.
DS :
Tidak ditemukan data
DO :
An. B memiliki profil muka cembung, bibir bawah condong terdorong ke belakang dan dagu terdesak ke dalam.
Faktor yang mempengaruhi ( kebiasaan buruk)
Penyimpangan letak gigi dan lengkung geligi
Fraktur gigi atau rahang akibat penyimpangan yang tidak wajar ( condong ke depan )
Gigi anterior condong terdorong ke arah depan
Maloklusi : protrusi
Profil muka tampak cembung
Perubahan bentuk wajah
Perasaan negatif tentang tubuh
Perubahan pada persepsi diri
Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh
Diagnosis Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d misperception b/d faktor biologis
Gangguan citra tubuh b/d perasaan negatif terhadap tubuh b/d perubaha pada persepsi diri.
Rencana Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d misperception b/d faktor biologis
Diagnosa 1 : Imbalance nutrition: less than body requirements related factors weaknes of muscles required for swallowing related factors biological factors.
Domain : 2 Nutrition
Class : 1 Ingestion
Kode 00002
Kriteria Hasil NOC
Intervensi NIC
Nutritional status : adequacy of nutrient
Nutritional status : food and fluid intake
Weight control
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan keseimbangan nutrisi dibuktikan dengan indkator : (p.386)
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total ion binding capacity
Jumlah limfosit
Nutrition Monitoring : (p.276)
Menimbang berat badan pasien.
Kaji adanya alergi makanan
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Ajarrkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Monitor adanya BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Monitor turgor kulit
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor mual muntah
Monitor intake nutrisi
Monitor pucat, kemerahan, dan kekerngan jarngan konjungtiva
Atur posisi semifowler/fowler selama makan
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Kolaborasi dengan dokter tentang kebuthan suplemen makanan seperti NGT/TPN sehingga intake cairan yang adequat dapat dipertahankan.
Gangguan citra tubuh b/d perasaan negatif terhadap tubuh b/d perubaha pada persepsi dirI. (Disturbed body image related factors negative feeling about body)
Domain 6. Self Perception
Class 3. Body Image
Kode 00118
Kriteria Hasil NOC
Intervensi NIC
Body image
Koping
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan keseimbangan nutrisi dibuktikan dengan indkator :
Menggambarkan diri secara internal
Kesesuaian antara realita tubuh, ideal tubuh, dan penampilan tubuh.
Mendeskripsikan pengaruh bagian tubuh
Menentukan ekspektasi citra diri berdasarkan daalam tingkatan
Menggunakan bimbingan antisipasi untuk menyiapkan pasien untuk perubahan yang dapat diketahui dalam citra tubuh
Mendampingi paisen untuk menentukan pengaruh dari kelompok sekawan pada penampilan citra tubuh dalam persepsi pasien
Monitor frequensi dari pernyataan kecaman
Mendampingi pasien dalam mengidentifikasi ketepatan tujuan dalam jangka endek dan jangka panjang.
Menggunakan pendekatan ketenangan, meredakan.
Membantu pasien untuk mengidentifikasi informasi yang paling menarik yang pasien peroleh.
Evaluasi
Atas dasar diagnosa keperawatan umum, perawat mengevaluasi perawatan klien dengan maloklusi yang berdasarkan dari gigi atau fraktur mandibula sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan meliputi :
1. Mematuhi rejimen kebersihan mulut
2. Menyatakan bahwa nyeri diringankan atau dikendalikan
3. Mengakui manifestasi klinis awal infeksi
4. Menjaga gizi seimbang sementara di IMF
BAB 5
KESIMPULAN
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi.15 Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah keturunan, lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan, etnik, fungsional, patologi. Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung geligi (rahang) di
luar rentang kewajaran yang dapat diterima.
Klasifikasi maloklusi anatara lain: protrusi, intrusi dan ekstrusi, crossbite (crossbite anterior dan crossbite posterior ), deep bite, open bite (anterior open bite, posterior open bite pada regio premolar dan molar, kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior, posterior, dapat unilateral atau bilateral), crowded (crowded ringan dan crowded berat) dan diastema.
Etiologi Maloklusi terdiri dari faktor herediter dan faktor lokal. Faktor herediter antara lain:kelainan gigi, kekurangan jumlah gigi, kelebihan jumlah gigi,disharmoni dentomaksiler. Selain itu dari faktor lokal adalah : gigi sulung tanggal prematur, persistensi gigi, trauma, pengaruh jaringan lunak, kebiasaan buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Chapter II_3 Maloklusi Pdf. Diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 12.20 WIB
Eddy Hariyanto-Fkg Unhas.pdf. Diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 12.40 WIB
Davies, lorna dan Mcdonald, Sharon. 2009. Pemeriksaan Kesehatan Bayi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gloria M. Bulechek, et. al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definition and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestnal dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.
Sue Moorhead, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes
5th Edition. USA: Elsevier
Marilyn, Donna. 1991. Medical Surgical Nursing. London : W.B Saunders Company
lib.ui.ac.id/file?file=digital/125312-R19-ORT-125%20%20Efek%20Topical-Pendahuluan.pdf
30