Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
10 pages
1 file
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane,
A Konsep Dasar Penyakit 1 Pengertian Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111). Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002). Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000). Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005).
LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS KELOMPOK IX : BOBY KURNIAWAN 13408 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GAJAH MADA YOGYAKARTA 2012 2 BAB 1 KAJIAN TEORI A. Trauma Pelvis Merupakan 5 % dari seluruh fraktur. 2/3 trauma pelvis terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. 10% diantaranya disertai trauma pada alatalat dalam rongga panggul seperti uretra, bulibuli, rektum serta pembuluh darah. B. Mekanisme / patofisiologi trauma pelvis Trauma biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang besar atau karena jatuh dari ketinggian. Pada orang tua dengan osteoporosis dan osteomalasia dapat terjadi fraktur stress pada ramus pubis. Mekanisme trauma pada cincin panggul terdiri atas: 1. Kompresi anteroposterior Hal ini biasanya akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki dengan kendaraan. Ramus pubis mengalami fraktur, tulang inominata terbelah dan mengalami rotasi eksterna disertai robekan simfisis. Keadaan ini disebut sebagai open book injury. 2. Kompresi lateral Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami keretakan. Hal ini terjadi apabila ada trauma samping karena kecalakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Pada keadaan ini ramus pubis bagian depan pada kedua sisinya mengalami fraktur dan bagian belakang terdapat strain dari sendi sakroiliaka atau fraktur ilium atau dapat pula fraktur ramus pubis pada sisi yang sama. 3. Trauma vertikal Tulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara vertikal disertai fraktur ramus pubis dan disrupsi sendi sakroiliaka pada sisi yang sama. Hal ini terjadi apabila seseorang jatuh dari ketinggian pada satu tungkai 4. Trauma kombinasi Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan diatas.
Secara normal dalam rongga pleura terdapat cairan fisiologis 1 – 20 ml yang berfungsi sebagai sistem transmisi antara paru dan dinding thoraks. Oleh karena berbagai sebab, diantaranya infeksi, infark paru dan neoplasma / tumor, jumlah cairan tersebut bisa bertambah dan tertimbun didalam rongga pleura yang di sebut efusi pleura. (Price dan Wilson, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel -sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Amputasi berasal dari kata "amputare" yang kurang lebih diartikan "pancung".
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal )
Cultural Politics, 2021
Cultural Politics 17:2 (2021): 145–62. Originally a lecture delivered at the University of Canterbury, Christchurch, 11 May 2018. Abstract: This article proposes dividing Bernard Stiegler's work into three phases, and that a notion of care develops and deepens as these phases progress. To each of these phases there corresponds a particular relationship to Heidegger's thought: 1) the Heidegger of Being and Time who denies the role of technics in the opening of the possibility of authentic time; 2) as a thinker of the “they” who corrects Simondon's inability to think collective disindividuation while being himself unable to think a genuine collective individuation process; 3) the later Heidegger who indeed approaches the most mysterious and unsettling aspect of tekhnē and who foresees the most threatening aspect of Gestell as a world in which Dasein loses its privilege as the questioning being. Yet this third Heidegger also failed to reflect on what Stiegler puts at the heart of the thought of his third phase: the question of entropy, understood as describing fundamental but diverse thermodynamic, biological, and informational tendencies. For Stiegler, taking care in the Anthropocene necessarily entails reinscribing philosophical concepts, including that of Ereignis, in relation to entropy, anthropy, and the struggle against them. Beyond Heidegger, this also entails addressing the obsolescence and self-destructiveness of the current macroeconomic model.
Revista de Literatura, 2024
RICI, 2020
Actualidad Civil, 2022
Narrativas antropológicas. Instituto Nacional de Antropología e Historia, 2024
Debate Feminista, 2013
International Journal for Research in Applied Science & Engineering Technology (IJRASET), 2023
Fruit, Vegetable and Cereal Science and Biotechnology, 2008
SSRN Electronic Journal, 2000
Spinal cord, 2018
Applied Geochemistry, 2010
Journal für Kardiologie - Austrian Journal of Cardiology, 2017
Surface and Interface Analysis, 2014