Academia.eduAcademia.edu

ilmu lingkungan

ilmu lingkungan

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah mengenai masalah lingkungan. Saya juga berterima kasih kepada bapak trimaijon selaku dosen ilmu lingkungan yang telah memberikan tugas kepada saya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai masalah lingkungan yang terjadi serta dampak-dampak yang diakibatkan oleh permasalah lingkungan. Kami juga menyadari adanya kekurangan atau kesalahan yang jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami juga mengharapkan kritik serta saran yang dapat membuat saya menjadi lebih baik dalam membuat makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun juga yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Pekanbaru, Penulis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara selalu memiliki berbagai macam permasalahan lingkungan yang kompleks. Salah satu permasalah lingkungan tersebut ialah sampah. Sampah merupakan konsekuensi kehidupan, yang sering menimbulkan permasalahan, dan jumlahnya akan semakin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk berarti mengakibatkan peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Kebiasaan mengolah sampah juga mulai diterapkan dengan mengunakan konsep 4R (reduce, reuse, recycle, recovery). Namun kesadaran masyarakat yang masih berkurang hanya membiarkan sampah menumpuk dan tersebar di mana saja. Tanpa kita sadari jumlah sampah yang menumpuk semakin tak terkendali. Untuk tahun 2010, jumlah sampah diperkirakan mencapai 4,8 juta ton hingga 12,7 juta ton. Sampah yang menumpuk berupa botol bekas, kantung plastik, pakaian, serta sampah organik lainnya. Sebanyak 20 negara teratas dalam bertanggung jawab atas 83% sampah yang berujung di lautan. Apabila sampah plastik dibiarkan tanpa adanya pengelolahan yang pasti, maka diperkirakan 17,5 juta ton plastik per tahun akan memasuki lautan pada tahun 2025. Bahkan untuk saat ini jumlah sampah di lautan telah membentuk sebuah pulau sampah di Samudra Pasifik. Ukuran pulau sampah pun mencapai seluas Texas. Hal tersebut menjadi kekhawatiran pada saat ini. Pengelolahan sampah saat ini pun sudah mulai ditingkatkan demi mencegah bencana sampah di masa yang akan datang. 1.2 Rumusan Permasalahan Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah jumlah sampah yang tidak terkendali. Bahkan jumlah tempat pengolahan sampah pun tidak dapat mengurangi jumlah sampah yang semakin bertambah. Hasilnya jumlah sampah yang tidak diolah pun menumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) serta dibuang ke sungai hingga berlanjut ke lautan. Sampah yang menumpuk di lautan pun akhirnya membentuk sebuah pulau sampah di Samudra Pasifik. Kemunculan pulau sampah ini lah yang menimbulkan persoalan terhadap ekosistem lautan yang saat ini mulai terancam. 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan: 1.Untuk mengetahui berbagai macam jenis sampah. 2.Untuk mengetahui informasi mengenai pulau sampah di Samudra Pasifik. 3.Untuk mengetahui fakta-fakta mengenai pulau sampah. 4.Untuk mengetahui dampak dari munculnya pulau sampah. Manfaat: 1.Dapat mempelajari berbagai macam jenis sampah serta dampaknya. 2.Dapat mempelajari kerugian yang ditimbulkan dari sampah. 3.Dapat menjadi tolak ukur dalam membuat sebuah keputusan di masa yang akan datang. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Pengertian Pencemaran Pencemaran adalah masuknya makluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air atau udara, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Pencemaran juga dapat dikatakan berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam. Bahan penyebab pencemaran tersebut bahan pencemar atau polutan. Pencemaran pun merupakan sebuah siklus yang selalu berputar dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Siklus itu pun dapat dilihat pada diagram 2.1 Tiap pencemaran mempunyai derajat pencemaran atau tahap pencemaran yang berbeda, didasarkan kepada: Konsentrasi zat pencemar. Waktu tercemarnya. Lamanya kontak antara bahan pencemar dengan lingkungan. Menurut WHO, ditetapkan empat tahapan pencemaran: 1. Pencemaran tingkat pertama Pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik dilihat dari kadar zat pencemarannya maupun kontaknya dengan lingkungan. 2. Pencemaran tingkat kedua Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi ringan pada pancaindera dan alat vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem lainnya. 3. Pencemaran tingkat ketiga Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi yang fatal pada tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis. 4. Pencemaran tingkat keempat Pencemaran yang telah menimbulkan dan mengakibatkan kematian dalam lingkungan karena kadar zat pencemaran yang terlalu tinggi. Pencemaran dapat juga terjadi secara alami, seperti peristiwa gunung meletus yang dapat menimbulkan polusi udara, air dan juga di lahan-lahan pemukiman maupun lahan potensial lainnya. Pada ilmu lingkungan biasanya membahasa pencemaran yang disebabkan oleh manusia. Sebab penyebab munculnya permasalahan lingkungan saat ini diakibatkan oleh manusia. Pencemaran lingkungan tentu tidak dapat kita hindari, namun dapat kita lakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kepedulian terhadap lingkungan. 2.2 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Dalam proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Sampah pun telah menyebabkan timbulnya polusi antara lain polusi udara, polusi air, serta polusi tanah. Hal ini pun jelas akan mempengaruhi produktivitas air, tanah, dan lingkungan secara luas. Sampah yang dibiarkan saja pun dapat menjadi sumber penyakit baik bagi manusia maupun hewan di sekitarnya. 2.3 Jenis-Jenis Sampah Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut: 1.Sampah organik Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah seperti ini mudah diuraikan dan dapat diolah lebih lanjut menjadi pupuk kompos. 2.Sampah anorganik Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol bekas, kaleng, dan sebagainya. Berdasarkan sumbernya sampah juga dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Sampah alam 2. Sampah manusia 3. Sampah Konsumsi 4. Sampah nuklir 5. Sampah industri 6. Sampah pertambangan Berdasarkan bentuknya, sampah juga dapat digolongkan sebagai berikut: 1.Sampah padat Sampah padat adalah segalal bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Sampah padat dapat berupa sampah rumah tangga, sampah kebun, plastik, metal, gelas, dan lainnya. 2.Sampah cair Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakana dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Sampah cair pada umumnya mengandung patogen yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup. 3.Sampah alam Samaph alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. 4.Sampah manusia Sampah manusia adalah sampah yang berasal dari hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi masalah serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai sarang penyakit. 5.Sampah nuklir Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan manusia. Sampah nuklir pun disimpan di tempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi bagi kehidupan manusia. 2.4 Dampak dari timbulnya sampah Pengaruh sampah saat ini telah mulai dirasakan bagi makhluk hidup. Pengelolahan smapah yang kurang memadai serta tidak terkontrol dapat menimbulkan timbulnya masalah kesehatan yang cukup serius. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari sampah yaitu penyakit saluran pencernaan seperti diare, kolera, serta tifus. Penyakit yang ditimbulkan akibat sampah pun dapat menyebakan seseorang kehilangan nyawa seperti keracuan zat kimia akibat mengonsumsi ikan yang telah tercemar. Selain permasalahan kesehatan, sampah pun telah berdampak pada lingkungan hidup. Timbulnya berbagai macam pencemaran seperti pencemaran udara, air, serta tanah merupakan dampak yang ditimbulkan dari sampah. Hasilnya bau yang tidak sedap, air yang tercemar, tanah dalam kondisi yang tidak bagus merupakan salah satu contoh polusi yang diakibatkan oleh sampah. Sampah pun telah mengakibakan timbulnya ganguan dalam bidang perekonomian serta sosial. Salah satu dampak yang dirasakan ialah pemandangan yang kurang sedap serta biaya pengolahan air yang tinggi. Selain itu, masih banyak dampak negatif yang dapat kita rasakan akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik. BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Kemunculan Pulau Sampah Kemunculan pulau sampah pertama kali ditemukan pada 1997 oleh Charles Moore seorang kapten kapal dari California. Kemunculan pulau sampah pun menimbulkan banyak pemikiran bahwa sampah yang dibuang ke laut akan berkumpul di satu tempat. Kemudian diketahui bahwa sampah yang dibuang di laut akan berkumpul di tempat yang sama. Tempat itu kemudian diberi nama Great Pacific Garbage Patch. Great Pacific Garbage Patch terletak pada Samudra Pasifik kira-kira antara 135o sampai 155o W dan 35o ke 42o. Penyebab sampah di wilayah Samudra Pasifik adalah terdapat sejenis gelombang yang disebut gyre. Gyre adalah sebuah sistem gelombang samudra yang berputar-putar mengelilingi wilayah yang tenang, mirip dengan sebuah vortex. Sampah-sampah yang mengambang di lautan akan terbawa oleh gelombang dan diangkut ke pusat gyre lalu terjebak di wilayah perairan tenang. Setiap sampah akan dapat menambah ukuran pulau tersebut. Semakin lama sampah tersebut akan semakin banyak sehingga pulau sampah pun semakin meluas hingga menjadi seluas benua kecil . Diperkirakan jumlah sampah di wilayah tersebut akan terus bertambah setiap tahun. Kebanyakan sampah berasal dari setiap negara di Pasifik Utara, dari Amerika Utara hingga Asia timur dan Australia. Setelah kemunculan pulau sampah, banyak peneliti yang datang ke pulau tersebut untuk meneliti. Salah satu penelitan tersebut menunjukan bahwa kandungan plastik di daerah pulau tersebut 6 kali lebih banyak dari jumlah plankton. 2.2 Fakta Mengenai Great Pacific Garbage Patch Berikut merupakan fakta-fakta mengenai Great Pacific Garbage Patch: Setiap tahun, 10% dari 200 milyar pon plastik diproduksi secara global berakhir di laut kita dan sekarang, sekitar 46.000 potong sampah plastik yang mengambang setiap mil dari laut 1.700 mil massa sampah plastik berada di tengah pasifik utara dan searah jarum jam bergerak perlahan dari arus berbentuk spiral. 100.000 mamalia laut setiap tahun seperti kura-kura laut, anjing laut, dan burung menjadi korban kematian akibat mengonsumsi sampah atau terjebak dalam limbah sampah tersebut. 2.3 Dampak Munculnya Great Pacific Garbage Patch Munculnya sampah di wilayah Great Pacific Garbage Patch telah menimbulkan masalah yang cukup serius. Salah satunya ditimbulkan oleh sampah plastik. Sampah plastik tidak akan mengalami biodegradasi, tetapi mengalami fotodegrasi. Fotodegrasi merupakan penguraian plastik yang dilakukan oleh cahaya matahari. Hasil dari fotodegrasi adalah mikroplastik yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Selain itu, sampah di lautan pun dapat mempengaruhi siklus kehidupan di lautan. Bentuk kehidupan utama yang ditemukan di lautan berupa fitoplankton serta organisme kecil yang dapat berfotosintesis menggunakan cahaya matahari untuk menghasilkan energi. Dengan adanya sampah yang menutupi permukaaan lautan maka fitoplankton tidak dapat berfotosintesis. Hasilnya kadar oksigen di lautan pun berkurang yang mengakibatkan hewan-hewan di lautan pun kelaparan serta kekurangan oksigen. Selain itu, rantai makanan di lautan pun terganggu dengan adanya sampah. Banyak hewan laut yang mengonsumsi sampah di wilayah Great Pasific Garbage Patch. Hasilnya banyak hewan laut yang mengalami kematian akibat saluran pencernaan yang telah rusak. Salah satu keanehan yang terjadi adalah bahwa 99% wilayah Pulau Sampah menghilang secara misterius. Salah satu hipotesis yang memungkinkan bahwa sampah tersebut telah dikonsumsi oleh hewan lautan. Konsentrasi zat polutan pada hewan laut akan sangat berbahaya. Ini sama dengan manusia yang terkena berbagai macam penyakit setelah berlebihan mengonsumsi bahan makanan sintesis. BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan