Academia.eduAcademia.edu

Ahmad Lutfi Fathullah dan Digitalisasi ?ad?th di Nusantara

2020, Islamica: Jurnal Studi Keislaman

This article aims to discuss the relationship between Ahmad Lutfi Fathullah and digitalization of h} adīth in Indonesia. The emergence of digitalization of h} adīth in Indonesia can be associated with one of the leading scholars in the field of h} adīth, namely Ahmad Lutfi Fathullah through the Center of H{ adīth Studies (PKH). The reason for the efforts of h} adīth digitalization by Ahmad Lutfi Fathullah departed from the awareness to maintain the existence of h} adīth studies in modern era that demands the use of technological tools. The effort to digitalize the h} adīth as the result of collaboration with the use of technology has now given birth to a variety of digital h} adīth products, such as softwares, websites, android applications and h} adīth visualization. The effort to digitalize the h} adīth, one of which is undertaken by Ahmad Lutfi Fathullah at this time, has made the tradition of h} adīth studies especially in Indonesia experience a dynamic orientation and transformation of h} adīth studies.

{ Abstract: This article aims to discuss the relationship between Ahmad Lutfi Fathullah and digitalization of h}adīth in Indonesia. The emergence of digitalization of h}adīth in Indonesia can be associated with one of the leading scholars in the field of h}adīth, namely Ahmad Lutfi Fathullah through the Center of H{adīth Studies (PKH). The reason for the efforts of h}adīth digitalization by Ahmad Lutfi Fathullah departed from the awareness to maintain the existence of h}adīth studies in modern era that demands the use of technological tools. The effort to digitalize the h}adīth as the result of collaboration with the use of technology has now given birth to a variety of digital h}adīth products, such as softwares, websites, android applications and h}adīth visualization. The effort to digitalize the h}adīth, one of which is undertaken by Ahmad Lutfi Fathullah at this time, has made the tradition of h}adīth studies especially in Indonesia experience a dynamic orientation and transformation of h}adīth studies. Keywords: H{adīth; digitalization; Ahmad Lutfi Fathullah. Pendahuluan Dewasa ini, teks h}adīth Nabi mengalami perkembangan model seiring dengan masuknya era digital. Suryadilaga menyatakan bahwa perkembangan teknologi di masa sekarang telah memberikan dampak terhadap produktivitas h}adīth. H{adīth kini telah menyentuh ruang digital, yang bisa dilihat di antaranya dengan beredarnya buku atau tulisan tentang h}adīth yang diterbitkan baik dalam versi PDF (Portable Document Format), software, situs web (website), audio visual, ataupun versi digital lainnya yang bertebaran ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman Volume 14, Nomor 2, Maret 2020; p-ISSN: 1978-3183; e-ISSN: 2356-2218; 291-316 Rahmatullah di duni maya.1 Fenomena digitalisasi h}adīth ini kemudian menarik perhatian para peneliti h}adīth, seperti Amran Abdul Halim et al., yang kemudian melakukan penelitian atas aplikasi-aplikasi h}adīth yang populer digunakan di Malaysia;2 Amna Basharat et al. yang meneliti penggunaan link h}adīth pada sebuah aplikasi;3 dan kemudian Emha Taufiq Lutfi et al. dengan penelitannya atas otentisitas h}adīth digital.4 Beberapa hasil kajian tersebut setidaknya memberikan gambaran bahwa kini studi h}adīth telah mengalami kebaruan orientasi kajian yang ditandai dengan mulai bermunculannya h}adīth-h}adīth digital. Kebaruan orientasi kajian h}adīth di era digital merupakan salah satu fase perkembangan yang tidak bisa dilepaskan dari rentetan panjang fase sebelumnya. Meskipun kajian h}adīth di tanah air terbilang sudah sangat tua, yaitu sejak masuknya Islam ke Indonesia, fase-fase perkembangannya terbilang sedikit tertinggal jika dibandingkan dengan bidang kajian Islam lainnya di Indonesia.5 Bahkan, perkembangan dalam hal digitalisasi pun, yang diketahui sangat masif saat ini, masih terbilang tertinggal jauh dari upaya digitalisasi al-Qur’ān yang sudah terlebih dahulu ‘mapan’. Kondisi tersebut, menurut Ummah, dikarenakan h}adīth mempunyai karakteristik tersendiri dan kuantitas yang berbeda jika dibandingkan dengan al-Qur’ān.6 Digitalisasi h}adīth kini merupakan salah satu upaya mengejar ketertinggalan dalam fase perkembangan tersebut, selain sebagai tuntutan zaman digital yang tak terhindarkan. Sebagian kalangan Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis di Era Global”, Esensia: Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin, Vol. 15, No. 2 (2014), 202-203. 2 Amran Abdul Halim et al., “Popularity of Digital Hadith Application (DHA) in Malaysia”, International Journal of Civil Engineering and Technology, Vol. 9 (2018), 1382-1390. 3 Amna Basharat et al., “Semantic Hadith: Leveraging Linked Data Opportunities for Islamic Knowledge”, makalah pada konferensi Linked Data on the Web (LDOW), Montreal, Kanada (2016). 4 Emha Luthfi et al., “Digital hadith authentication: A literature review and analysis”, Journal of Theoretical and Applied Information Technology, Vol. 96, No. 15 (2018), 5054-5068. 5 Muhajirin, “Melacak Akar Pembelajaran Hadis di Nusantara”, Holistic Al-Hadis: Jurnal Studi Hadis, Keindonesiaan, dan Integarasi Keilmuan, Vol. 1, No. 1 (2015), 124. 6 Siti Syamsiyatul Ummah, “Digitalisasi Hadis (Studi Hadis di Era Digital)”, Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis, Vol. 4, No. 1 (2019), 2. 1 292 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah umat Islam terpicu untuk mengembangkan kajian h}adīth dengan melakukan upaya rebuilding (membangun kembali) menjadi sesuatu yang lebih menarik serta sesuai dengan spirit era digital yang sedang berlangsung melalui upaya digitalisasi h}adīth.7 Sekilas dinamika perkembangan kajian h}adīth tersebut menjadi sesuatu yang menarik dan penting untuk dikaji lebih jauh lagi. Oleh karena itu, artikel ini akan mengkaji perjalanan digitalisasi h}adīth yang kemunculan dan keberadaannya diperankan atau diupayakan oleh salah satu cendekiawan h}adīth di Indonesia, Ahmad Lutfi Fathullah. Artikel ini menemukan bahwa digitalisasi h}adīth merupakan sesuatu yang urgen dan niscaya dilakukan, dan mempengaruhi orientasi kajian h}adīth era kontemporer. Ahmad Lutfi Fathullah, dengan gagasan-gagasan besarnya, menjadi salah satu tokoh penting dalam proyek digitalisasi h}adīth di Indonesia. Kemunculan Digitalisasi H}adīth di Indonesia Digitalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses pemberian atau pemakaian sistem digital. Digitalisasi yang identik dengan kecanggihan teknologi pada dasarnya lahir untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tekologi digital memberikan kemudahan bagi manusia dalam mengakses informasi secara bebas dengan ragam cara dan fasilitas.8 Dalam konteks digitalisasi h}adīth, secara sederhana dapat diambil pengertian sebagai sebuah proses konversi atau perubahan bentuk kemasan, pemakaian, atau kajian h}adīth dengan menggunakan sistem digital. Kemudahan dan kebebasan dalam mengakses atau mengkaji h}adīth sudah bukan sesuatu yang sulit lagi mengingat sudah banyaknya produk h}adīth di era new media ini yang bermunculan. Produk h}adīth tersebut muncul dengan beragam model dan bertebaran di dunia maya sebagaimana telah dikemukakan oleh Suryadilaga.9 Kemunculan beragam produk h}adīth di era digital ini tidak bisa dilepaskan dari upaya para ilmuwan h}adīth yang berusaha secara terus-menerus untuk menjadikan kajian h}adīth Luthfi Maulana, “Periodesasi Perkembangan Studi Hadits (Dari Tradisi Lisan/Tulisan hingga Berbasis Digital)”, Esensia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol. 17, No. 1 (2016), 120. 8 Wawan Setiawan, “Era Digital dan Tantangannya”, makalah pada Seminar Pendidikan Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia (2017), 1-2. 9 Suryadilaga, “Kajian Hadis Di Era Global”, 202-209. 7 Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 293 Rahmatullah selalu eksis di setiap zaman yang dilaluinya. Maulana menyebutkan bahwa terdapat periode yang cukup panjang dalam alur perjalanan berkembangnya orientasi tradisi kajian h}adīth yang semula kajiannya bersifat tradisi lisan hingga sekarang telah menyentuh tradisi kajian yang berbasis atau bersifat digital.10 Secara historis, kajian h}adīth yang kini sudah merambah ke dunia digital memiliki latar belakang alur sejarah yang cukup panjang dan perkembangan yang dinamis. Menurut Suryadilaga, jika diklasifikasikan, perkembangan h}adīth terbagi menjadi tujuh fase, yakni (1) fase kelahiran h}adīth dan pembentukan masyarakat Islam; (2) fase kodifikasi dan penyeleksian riwayat h}adīth; (3) fase penyebaran h}adīth ke berbagai wilayah; (4) fase tadwin h}adīth yang berlangsung sejak abad ke-2 H; (5) fase penyaringan, pemeliharaan, dan pelengkapan h}adīth yang dimulai sejak awal abad ke-3 H; (6) fase pembersihan, penyusunan, penambahan, dan penghimpunan h}adīth pada awal abad ke-4 H; (7) fase pensyarahan, penghimpunan, pen-takhrīj-an, dan pembahasan h}adīth yang berlangsung sejak 656 H hingga sekarang.11 Sementara sumber lain seperti Muhammad ‘Ajāj al-Khat}īb dalam karyanya al-Sunnah Qabl al-Tadwīn (h}adīth sebelum dibukukan) menyebutkan bahwa alur perkembangan h}adīth terdiri dari 3 fase, yakni pra-pembukuan, masa pembukuan, dan pascapembukuan.12 Namun demikian, terlepas dari adanya ikhtilaf dalam pemetaan fase perkembangan studi h}adīth, kini mesti disepakati bahwa berdasarkan sisi historisitasnya tersebut, terdapat pelajaran yang dapat dipetik tentang betapa tingginya perhatian dan semangat kalangan umat Islam kala itu dalam berupaya untuk memelihara dan mengkaji h}adīth nabi. Buah dari perhatian dan semangat itu pun nyatanya dapat dirasakan umat Islam pada saat ini yang dibuktikan dengan bertebarannya literatur h}adīth dan beragamnya model kajian h}adīth yang masih tetap eksis dan dapat dinikmati oleh setiap kalangan di masa sekarang. Eksistensi itu masih terus berlanjut hingga masa sekarang. Hal ini terlihat dari adanya upaya digitalisasi terhadap h}adīth nabi Maulana, “Periodesasi Perkembangan Studi Hadits”. Suryadilaga, “Kajian Hadis di Era Global”, 200-201. 12 Muh}ammad ’Ajaj al-Khat}īb, al-Sunnah Qabl al-Tadwīn (Beirut: Dār al-Fikr, 1981). 10 11 294 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah dalam berbagai macam aspeknya. Kondisi ini, menurut hemat penulis, bisa disebut “new era” atau babak baru dalam pemeliharaan atau pengkajian h}adīth nabi. Perkembangan h}adīth yang kurang begitu signifikan di masa sebelumnya telah memantik kalangan intelektual h}adīth untuk melakukan rebuilding menjadi sesuatu yang lebih menarik, kekinian, dan berkesesuaian dengan spirit era digital. Hasil dari digitalisasi tersebut di antaranya adalah software-softwar h}adīth seperti: Maktabah Syamilah, al-Jāmi‘ al-H{adīth al-Nabawī, Jawāmi‘ al-Kalīm, dan Maktabah Alfīyah li al-Sunnah al-Nabawīyah. Kemunculan beberapa software tersebut kemudian membuka jalan bagi produk-produk digital h}adīth yang lain untuk turut muncul dengan beragam bentuk dan model, seiring semakin berkembangnnya teknologi dan media. Ragam dan Bentuk Digitalisasi H{adīth13 1. Programisasi dan Literatur Salah satu pemrograman digital h}adīth bisa dilihat pada sebuah situs web (website), yaitu program komputer yang befungsi sebagai penyedia layanan akses kepada beberapa laman; atau sebuah situs yang berisikan beragam informasi yang disediakan oleh pihakpihak tertentu. Dengan demikian, situs web h}adīth dapat dipahami sebagai sebuah situs web yang di dalamnya menyediakan fasilitas guna mengkaji h}adīth nabi. Terdapat beberapa situs web jenis ini, di antaranya adalah Islamweb.net, Carilahhadis.com, Dorar.net, termasuk literatur versi digital. Islamweb.net merupakan situs yang dikelola dari Doha, Qatar, yang memuat berbagai macam kajian keislaman dan juga memuat beberapa aplikasi yang dapat dinikmati secara online maupun offline. Salah satu aplikasi tersebut dapat digunakan untuk mengkaji h}adīth khususnya terkait aktivitas takhrīj h}adīth. Bagi orang yang ingin Dalam identifikasi awal, setidaknya terdapat beberapa bentuk model h}adīth yang bisa dilacak jejak digitalnya; pertama, digitalisasi literatur dan programisasi, yaitu dengan melakukan proses scan terhadap literatur h}adīth lalu mengunggahnya ke media sosial, atau dengan membuat programming h}adīth berupa software atau aplikasi-aplikasi h}adīth yang bisa diakses di internet atau diunduh lalu diinstal pada masing-masing perangkat lunak yang dimiliki pengguna. Kedua, berupa video sebagai bentuk audioisasi dan visualisasi h}adīth. Ketiga, meme atau gambar sebagai bentuk visualisasi h}adīth. Miski Mudin, Islam Virtual: Diskursus Hadis, Otoritas, dan Dinamika Keberislaman di Media Sosial (Yogyakarta: Bildung, 2019), 69. 13 Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 295 Rahmatullah memanfaatkan situs ini, ada baiknya memiliki pengetahuan bahasa asing, sebab situs ini hanya menyediakan lima pilihan bahasa, yakni bahasa Ingris, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Arab. Berikut ini tampilan situs Islamweb.net dan aplikasi h}adīth yang disediakan: Gambar 1: Tampilan Situs Islamweb.net Sementara Carilahhadis.com merupakan situs sederhana yang dapat digunakan untuk mencari h}adīth secara tematik. Cara mengaplikasikannya adalah dengan menuliskan kata kunci topik h}adīth yang ingin dicari. Situs ini hanya menyediakan 55 literatur kitab h}adīth, di mana para pengguna dapat dengan bebas memilih kitab mana saja yang ingin dijadikan rujukan dalam pencarian h}adīth yang dimaksud. Menurut hemat penulis, kelebihan dari situs ini adalah pemberian harakat pada h}adīth yang ditampilkan, baik pada bagian sanad maupun matan. Namun demikian, berdasarkan temuan penulis saat menggunakan situs ini, kelebihan tersebut tidak berlaku untuk semua h}adīth, melainkan hanya beberapa saja. Adapun kekurangan dari situs ini adalah tidak adanya keterangan atua informasi terkait status suatu h}adīth. Gambar 2: Tampilan Situs Carilahhadis.com Selanjutnya, Dorar.net merupakan salah satu situs berbahasa Arab yang menyediakan fasilitas kajian h}adīth. Kata “dorar” sendiri 296 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah merupakan singkatan dari al-D{urar al-Sanīyah, sebuah lembaga yang didedikasikan untuk pelestarin h}adīth nabi melalui basis data elektronik modern. Perlu untuk diketahui bahwa situs ini tidak dikhususkan untuk hanya memuat h}adīth, tetapi juga memberikan ruang pada kajian-kajian keislaman lainnya. Fasilitas yang disediakan oleh situs ini berupa pengayaan fitur yang bisa digunakan untuk mengkaji hal-hal yang terkait dengan h}adīth nabi, seperti pelacakan perawi dari kalangan kodifikator h}adīth, kualitas h}adīth, dan keterangan keberadaan h}adīth dalam suatu kitab h}adīth (dilengkapi jilid dan halaman). Selain itu, situs ini juga menyediakan fitur yang memungkinkan penggunanya untuk memodifikasi kriteria h}adīth yang diinginkan, misalnya h}adīth sahih saja, h}adīth lemah sajam dan seterusnya.14 Situs ini beroperasi online, sehingga pemanfaatan situs ini mensyaratkan adanya koneksi internet yang stabil. Gambar 3: Tampilan Situs Dorar.net Tidak hanya dalam bentuk situs web, wujud digitalisasi h}adīth lainnya dapat dijumpai dalam banyak bentuk dan model, termasuk dalam bentuk literatur versi digital. Di antara bentuk dan model literatur versi digital adalah format PDF atau dokumen sehingga penggunaannya bersifat praktis atau tidak perlu adanya proses instalasi terlebih dahulu setelah proses pengunduhan. Pengguna cukup membuka dokumen digital tersebut di perangkat lunak yang tersedia seperti telepon seluler, laptop, atau perangkat lainnya yang mendukung untuk digunakan dalam megakses dokumen digital tersebut. Dalam konteks ini, terlihat adanya pergeseran wujud literatur h}adīth yang asalnya benbentuk fisik (hardware) kemudian berubah menjadi versi digital (software) lewat proses scanning. 14 Ibid., 75. Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 297 Rahmatullah Terhadap literatur versi kitab h}adīth yang telah melalui proses scaning biasanya disebut dengan istilah e-book (electronic book), yang wujud digitalnya sama persis dengan kitab aslinya.15 Literatur h}adīth lainnya juga dapat dilihat dalam bentuk tulisantulisan hasil kajian akademik h}adīth dalam berbagai perspektif yang telah disubmit dan diterbitkan oleh berbagai situs jurnal akademik. 2. Visualisasi H{adīth Menurut KBBI, “visualisasi” memiliki dua pengertian. Pertama, pengungkapan gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (huruf/kata dan angka), peta grafik, dan sebagainya. Kedua, proses pengubahan konsep menjadi gambar untuk disajikan lewat televisi oleh produsen. Sedangkan pengertian sederhananya adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Mudin, yakni suatu media yang melibatkan penglihatan karena berbentuk gambar dan sejenisnya.16 Selanjutnya, pada bagian ini akan diuraikan beberapa bentuk visualisasi h}adīth berupa audiovisual dan visualisasi h}adīth dalam bentuk gambar atau meme dan komik. H{adīth dalam bentuk audiovisual berarti suatu h}adīth berada pada ruang media yang memuat suara dan gambar sekaligus, yang biasanya juga melibatkan gerak dan juga pencahayaan yang cukup. Dengan menggunakan format ini, h}adīth dapat menciptakan daya tarik lebih bagi para audiensnya, khususnya penikmat media sosial. Hal ini bisa dimaklumi, karena melalui format audiovisual, kemasan h}adīth berubah menjadi sesuatu yang menarik serta lebih mudah untuk dipahami. Selain itu, dengan format ini, h}adīth menjadi sesuatu yang unik karena wujud interpretasinya terkadang dapat melahirkan dhawq (rasa) tersendiri bagi para penikmatnya sebagai efek visualisasi tersebut.17 Audiovisual h}adīth setidaknya dapat dijumpai dalam empat model; (1) ceramah atau kegitan kajian h}adīth lainnya yang bersifat offline (nyata) yang dilakukan oleh para kalangan tertentu yang kemudian diunggah atau disiarkan ke berbagai media sosial (maya) secara langsung (live); (2) hanya sebatas menampilkan redaksi h}adīth tanpa adanya efek visualisasi; (3) h}adīth yang ditampilkan Ibid., 73-74. Ibid., 79. 17 Ibid. 15 16 298 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah dalam bentuk narasi dan menggunakan media audiovisual;18 dan (4) h}adīth yang ditampilkan dalam bentuk animasi, yang hal ini bisa dikatakan sebagai salah satu gaya living h}adīth (h}adīth yang hidup). Contoh keempat model tersebut bisa dilihat pada gambar-gambar berikut: Gambar 4: Audiovisual H{adīth Bentuk Pertama Gambar 5: Audiovisual H{adīth Bentuk Kedua 18 Ibid., 80. Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 299 Rahmatullah Gambar 6: Audiovisual H{adīth Bentuk Ketiga Gambar 7: Audiovisual H{adīth Bentuk Keempat Video animasi yang berjudul “NUSSA: Dahsyatnya Basmallah” merupakan bentuk interpretasi dari pemahaman h}adīth nabi yang redaksinya sebagai berikut: ‫ َع ْن أَِِب‬،َ‫اْلَ َّذاء‬ ْ ‫ َع ْن َخالِ ٍد يَ ْع ِِن‬،‫ َع ْن َخالِ ٍد يَ ْع ِِن ابْ َن َعْب ِد اللَّ ِه‬،َ‫ب بْ ُن بَِقيَّة‬ ُ ‫َحدَّثَنَا َوْه‬ ِ ‫ال ُكْن‬ ِ ،‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ِ‫ َع ْن أَِِب الْ َمل‬،َ‫يمة‬ َ ‫ت َرد‬ ِّ ِ‫يف الن‬ ُ َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن َر ُج ٍل‬،‫يح‬ َ ‫َِّب‬ َ ‫ََت‬ ِ ِ ‫َّك إِذَا‬ َ ‫ فَ َق‬،‫س الشَّْيطَا ُن‬ َ ‫ فَإِن‬،‫س الشَّْيطَا ُن‬ ْ ‫فَ َعثَ َر‬ ُ ‫ فَ ُق ْل‬،ٌ‫ت َدابَّة‬ َ ‫ َ"َل تَ ُق ْل تَع‬:‫ال‬ َ ‫ تَع‬:‫ت‬ ِ ‫قُ ْل‬ ِ ‫ك تَعاظَم ح ََّّت ي ُكو َن ِمثْل الْب ي‬ ،‫ بِ ْس ِم اللَّ ِه‬:‫ َولَ ِك ْن قُ ْل‬،‫ بُِق َّوِِت‬:‫ول‬ ُ ‫ َويَ ُق‬،‫ت‬ َ َْ َ َ َ َ َ َ ‫ت ذَل‬ 19 ِ ُّ ِ ِ ِ "‫صا َغَر َح ََّّت يَ ُكو َن مثْ َل الذبَاب‬ َ ‫ت َذل‬ َ ‫فَِإن‬ َ ‫َّك إ َذا قُ ْل‬ َ َ‫ك ت‬ Lihat h}adīth No. 4982 pada bab jangan berkata buruk terhadap diri sendiri. H{adīth ini dihukumi sahih oleh al-Banī. Sulaymān b. al-Asy’as b. Ish}āq b. Bishr b. Shidād b. Amr al-Azdī al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwūd, Vol. 4, Tah}qīq: Muh}ammad Muh}y al-Dīn ‘Abd al-H{amīd (Beirut: Maktabah al-‘As}rīyah, t.th.), 296. 19 300 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah “Ketika aku dibonceng nabi, tiba-tiba unta beliau tergelincir. Serta merta aku mengatakan, ‘celakalah setan’. Maka beliau bersabda: ‘Jangan kamu katakan ‘celakalah setan’, sebab jika kamu katakan seperti itu maka setan akan membesar sebesar rumah dan dengan sombongnya setan akan berkata, ‘itu terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, ucapkanlah ‘Bismillāh’, sebab jika engkau mengucapkan bism Allāh, niscaya setan akan mengecil hingga seukuran lalat’” (HR. Abū Dāwūd). Sedangkan untuk animasi yang berjudul “AYO OLAHRAGA” dibuat dengan berlandaskan potongan h}adīth yang redaksinya sebagai berikut: ٍ ِِ ِ ِ ِ َ‫ َع ْن َربِ َيعة‬،‫يس‬ َ ‫ َحدَّثَنَا َعْب ُد اهلل بْ ُن إ ْدر‬:‫ قَ َاَل‬،‫ َوابْ ُن ُُنَْْي‬،َ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْكر بْ ُن أَِب َشْيبَة‬ ‫ال‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َ‫ َع ْن أَِِب ُهَريْ َرة‬،‫ َع ِن ْاْل َْعَرِج‬،‫ َع ْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن ََْي ََي بْ ِن َحبَّا َن‬،‫بْ ِن ُعثْ َما َن‬ ِ ُ ‫رس‬ ‫ب إِ ََل اهللِ ِم َن الْ ُم ْؤِم ِن‬ ُّ ‫َح‬ ُّ ‫ الْ ُم ْؤِم ُن الْ َق ِو‬:‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ول اهلل‬ َ ‫ َخْي ٌر َوأ‬،‫ي‬ َُ 20 ِ ِ .‫الضَّعيف‬ “Dari Abū Hurayrah berkata, bahwasanya Rasulullah bersabda: ‘Seorang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah’” (HR. Muslim). Menurut hemat penulis, bentuk keempat ini merupakan bentuk yang unik dan sangat menarik, karena h}adīth dapat direpresentasikan atau divisualkan melalui animasi yang tentu dapat menciptakan daya tarik bagi anak-anak untuk menyaksikannya. Hal ini merupakan sesuatu yang positif, karena lewat media ini h}adīth dapat diajarkan ke anak-anak sedini mungkin tanpa membuat mereka bosan atau setidaknya kemungkinannya penolakan mereka terhadap pelajaran h}adīth tersebut sangatlah kecil. Berbeda dari bentuk audiovisual di atas adalah visualisasi h}adīth dalam bentuk gambar atau meme dan komik. Maksud dari visualisasi h}adīth dalam bentuk gambar atau meme yakni bagaimana sebuah h}adīth dinarasikan ke dalam bentuk suatu gambar yang dinilai relevan dengan kandungan atau konten h}adīth. Dalam hal ini terdapat dua ragam konten visualisasi. Yang pertama adalah konten h}adīth dan gambar, yang dibuat dengan cara Lihat h}adīth No. 2664 pada Abū H{asan Muslim b. al-H{ujjāj al-Qushayrī alNayshābūrī, S{ah}īh} Muslim, Vol. 4, tahqīq oleh Muh}ammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī (Beirut: Dār al-Ih}yā’ al-Turāth al-‘Arabī, t.th.), 2052. 20 Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 301 Rahmatullah menggabungkan keduanya,21 sehingga menghasilkan sebuah gambar dengan tambahan caption tertentu. Dalam istilah saat ini, ia disebut dengan meme.22 Contohnya sebagai berikut: Gambar 8: Visualisasi H{adīth dalam Bentuk Meme Kemudian visualisasi h}adīth tersebut juga dapat dilihat dalam bentuk komik h}adīth, sebagai berikut: Gambar 9: Visualisasi H{adīth dalam Bentuk Komik Urgensi Digitalisasi H{adīth Salah satu dampak terpenting era new media saat ini adalah terjadinya pergeseran otoritas keagamaan; yang semula merujuk pada pelbagai otoritas yang eksistensinya bersifat riil (nyata) dan tradisional, kini bergeser pada otoritas yang berwujud lebih modern atau yang keberadaanya dapat ditemukan dalam suatu media digital. Dampak tersebut dapat dilihat terutama di kalangan generasi milenial, di mana media memiliki peran sentral dalam proses transformasi pengetahuan. Para generasi milenial lebih Mujibur Rahman, “Visualisasi Agama di Ruang Publik: Komodifikasi, Reproduksi Simbol dan Maknanya”, Humanistika: Jurnal Keislaman, Vol. 4, No. 1 (2018), 96. 22 Mudin, Islam Virtual, 83. 21 302 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah tertarik belajar agama melalui media digital ketimbang melalui media-media tradisional.23 Kondisi tersebut setidaknya menjadi alasan penting atas perlunya upaya digitalisasi kajian keislaman, dalam hal ini kajian h}adīth, selain mengejar ketertinggalan dari pada kajian keislamana lainnya yang telah terlebih dahulu semakin ‘semarak’ di era digital ini. Demikian pula, dalam konteks dakwah, upaya digitalisasi h}adīth juga menemukan titik urgensinya. Dinamika dakwah di era digital menuntut kreativitas dan inovasi guna membuat setiap orang mampir dan mengikuti jalan kebaikan. Dalam strateginya, upaya dakwah haruslah menyesuaikan dengan perkembangan zaman kekinian (mu‘ās}irah/modern) jika tidak ingin ditinggalkan peminatnya.24 Tentu, hal ini bisa dijawab dengan cara, salah satunya, melakukan upaya pengajaran atau pengkajian bidangbidang keislaman melalui media digital. Secara umum, dalam banyak kasus kekinian, digitalisasi selalu menjadi pilihan penting guna menarik lebih banyak manfaat, seperti menghemat waktu, proses belajar menjadi lebih cepat, menghemat uang, lebih aman, selalu memperoleh informasi terkini, selalu terhubung, membuat keputusan yang lebih baik, meringankan aktivitas, membuat lebih bahagia, dan dapat mempengaruhi dunia.25 Tak terkecuali dalam konteks kajian h}adīth, upaya digitalisasi mendapatkan posisinya mengingat begitu kompleksnya kajian h}adīth dengan berbagai literaturnya yang teramat banyak dan aktivitas kajiannya yang masih cenderung bersifat tradisional. Oleh karenanya, adalah hal yang amat penting untuk membuat kajian h}adīth menjadi lebih menarik, lebih efisien, lebih modern, sehingga lebih mudah untuk meningkatkan gairah para pengkajinya.26 Ibid., 21. Waryono Abdul Ghafur, “Dakwah Bil-Hikmah di Era Informasi dan Globalisasi: Berdakwah di Masyarakat Baru”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 34, No. 2 (2014), 256.; Nur Ahmad, “Tantangan Dakwah di Era Teknologi dan Informasi: Formulasi Karakteristik, Popularitas, dan Materi di Jalan Dakwah”, Addin, Vol. 8, No. 2 (2014), 331; Wahyu Budiantoro, “Dakwah di Era Digital”, Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 11, No. 2 (2018). 25 Munir, Pembelajaran Digital (Bandung: CV. Alfabeta, 2017), 116-17. 26 Bagaimana pemanfaatan teknologi dapat berefek positif pada perkembangan minat, motivasi, dan perilaku belajar dalam sebuah proses pembelajaran, dapat ditelusuri lebih jauh dalam Muhasim, “Pengaruh Tehnologi Digital terhadap 23 24 Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 303 Rahmatullah Peran Ahmad Lutfi Fathullah dalam Upaya Digitalisasi H{adīth di Indonesia Perbincangan mengenai upaya digitalisasi h}adīth di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari keberadaan salah satu tokoh pentingnya, yakni Ahmad Lutfi Fathullah, seorang akademisi dan juga kiai, yang melakukan digitalisasi h}adīth lewat sebuah lembaga yang dibangunnya dengan nama Pusat Kajian Hadis (PKH) yang berlokasi di kota Bogor, Jawa Barat. PKH merupakan lembaga yang dibangun dalam rangka ikut menjaga kemurnian ajaran Islam terutama yang bersumber dari h}adīth nabi, serta menjadi wadah dan media untuk mengkaji dan menyebarluaskan h}adīth-h}adīth nabi.27 Upaya digitalisasi h}adīth oleh Fathullah bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengkaji h}adīth, sehingga masyarakat dapat dengan mudah menelusuri atau memperoleh referensi-referensi h}adīth dan mengkajinya secara digital, terkhususnya bagi kalangan akademisi yang menekuni bidang kajian h}adīth. Selain itu, upaya tersebut juga merupakan salah satu aktualisasi dari misi PKH dalam menyebarluaskan ilmuilmu yang bersumber dari al-Qur’ān dan h}adīth melalui media cetak, elektronik, dan kegiatan pendidikan. Misi ini pun pada kenyataannya kini sudah terealisasi dengan adanya literatur h}adīth digital yang sudah tersedia baik pada program komputer, situs web, dan android berkat ketekunan dan komitmen para programmer di PKH.28 Lebih lanjut, upaya digitalisasi h}adīth yang dilakukan oleh Fathullah merupakan sebuah ide yang muncul dan berangkat dari kesadarannya atas perlunya akses yang mudah dalam memahami atau mempelajari h}adīth nabi, sehingga langkah yang coba ia tempuh untuk merealisasikan idenya tersebut adalah dengan Motivasi Belajar Peserta Didik”, Palapa: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol. 5, No. 2 (2017), 68; lihat pula Shulhan Alfinnas, “Arah Baru Pendidikan Islam di Era Digital”, Fikrotuna: Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam, Vol. 7, No. 1 (2018), 816. 27 Lihat https://pkh.or.id., khususnya pada kolom “Tentang PKH”. Diakses pada 5 Desember 2019. 28 Istianah dan Sri Wahyuningsih, “The Hadith Digitization in Millennial Era: A Study at Center for Hadith Studies, Indonesia”, QIJIS, Vol. 7, No. 1 (2019), 3435. 304 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah membumikan h}adīth melalui media digital. Bagi Fathullah, keberadaan teknologi digital meniscayakan kehadirannya untuk dimanfaatkan di segala aktivitas kehidupan manusia, terlebih dalam hal pengajaran atau penyebaran h}adīth nabi.29 Oleh karenanya, bisa dimaklumi, jika upaya digitalisasi h}adīth dirumuskan menjadi salah satu program utama di lembaga PKH. Hasil dari program ini adalah munculnya beragam bentuk h}adīth versi digital yang terwujud baik dalam format software, aplikasi android, dan visualisasi h}adīth yang telak banyak dinikmati kini. Implementasi Ide-ide Ahmad Lutfi Fathullah dalam Digitalisasi H{adīth Implementasi ide-ide Fathullah secara spesifik dirumuskan dalam bentuk rancangan program kerja PKH yang terbagi menjadi tiga, yakni program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.30 Upaya digitalisasi h}adīth yang digagas oleh Fathullah telah dirumuskan ke dalam program jangka pendek yang kini sudah direalisasikan dengan baik dan hasilnya pun sudah dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Hasil digitalisasi h}adīth tersebut antara lain adalah seperti berikut ini. Pertama, software h}adīth. Software h}adīth produksi program PKH ini bertujuan untuk memberikan kemudahan terhadap masyarakat dalam mengkaji h}adīth. Software-software h}adīth ini dapat dinikmati masyarakat secara gratis dengan cara mengunduhnya di laman situs web PKH. Software-software h}adīth yang telah ada ini pun sering kali digunakan oleh Fathullah dalam aktivitas pengajaran h}adīth yang ia lakukan di berbagai tempat. Berdasarkan pengamatan penulis, kegiatan kajian h}adīth yang dilakukan Fathullah tersebut dinilai menjadi lebih menarik karena sudah memanfaatkan teknologi. Kajian tersebut, yang sebelumnya dilakukan secara tradisional kini menjadi lebih modern dan memberikan antusiasme tersendiri bagi para audiens yang terlibat dalam kajian tersebut. Kedua, situs web. PKH memiliki sebuah situs web yang beralamatkan di warungustad.com. Menurut Kinta Minhaji, pada Alfi Nur’aini, “Metodologi Interpretasi Hadis Ahmad Lutfi Fathullah dalam Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari (Studi Terhadap Interpretasi Audio Visual)” (Tesis--UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018), 61. 30 Lihat https://pkh.or.id/tentang-kami/program-kerja-pkh/. Diakses pada 5 Desember 2019. 29 Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 305 Rahmatullah “Pengantar” situs ini, disebutkan disebutkan bahwa situs ini muncul dan berangkat dari keresahan Tim PKH terhadap adanya video-video dakwah yang bertebaran yang seringkali bersandingan dengan gambar-gambar yang dinilai kurang layak atau terindikasi gambar yang bersifat kemungkaran. Guna menghindari hal yang demikian itu, maka perlu adanya wadah yang khusus menampung video-video dakwah dimaksud, sekaligus menjadi penyaring atas konten lainnya yang dinilai tidak layak untuk bersanding dengan konten dakwah. Situs ini kemudian mengklasifikasi konten video dakwah tersebut berdasarkan dua kategori besar, yakni dakwah berbahasa Indonesia dan Arab.31 Gambar 10: Tampilan Situs Web Warungustad.com Ketiga, aplikasi android. Aplikasi android ini terbagi menjadi dua ranah produksi, yang pertama yakni aplikasi android yang diproduksi oleh pihak PKH sendiri, dan yang kedua adalah aplikasi android yang diproduksi oleh para mahasiswa magang atau praktik lapangan di PKH. Mahasiswa mendapat bimbingan dan pengawasan langsung dalam proses pembuatan aplikasi android tentang kajian h}adīth tersebut. Dalam prosesnya, pihak PKH bertanggung jawab sebatas pada proses digitaliasi h}adīthnya. Sedangkan terkait konten h}adīth-h}adīth yang akan didigitalkan tersebut dilimpahkan ke mahasiswa tanpa adanya pengawasan atau pengontrolan lebih lanjut. Daftar produk aplikasi h}adīth yang dihasilkan PKH adalah sebagai berikut: Lebih lanjut lihat http://warungustad.com/pengantar/. Diakses pada 5 Desember 2019. 31 306 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah Adapun daftar produk aplikasi h}adīth PKH adalah sebagai berikut; Hazarta, 40 Kumpulan Ayat Populer, 40 Hadis Mudah Dihafal – Sanad dan Matan (Bukhari), Potret Pribadi Nabi Muhammad, Alquran al-Hadi, Membuka Pintu Rezeki Melalui Wirid Pagi dan Petang, Manasik Haji dan Umrah, Satu Hari Satu H}adīth , Qurban: Sejarah, Fiqh dan Fadhilah, Fatwa dan Tausyiah MUI. Sementara itu, produk pesantren PKH adalah sebagai berikut; 40 H}adīth Dosa Besar yang dianggap Remeh, 40 Hadis Populer Keutamaan Alquran, 20 Hadis Tentang Aqidah, 40 Hadis Muamalah, 40 Hadis Sains, Riyadush Shalihat: Aplikasi Hadis Wanita Salihah, Potret Masa Depan di Masa Nabi, 40 Hadis Qudsi, 40 Hadis Kepedulian Sosial, Pengobatan Ala Nabi, 40 Hadis Gerakan Shalat Secara Sains, 40 Hadis Menyantuni Anak Yatim, 40 Hadis Keutamaan Shalat, 40 Hadis Tentang Ilmu, 40 Hadis Tentang Shalat, 40 Hadis Perumpamaan, 40 Hadis Kewajiban Seorang Istri, 20 Hadis Sains, Ayat-ayat Ekonomi dalam Alquran, Takhrij Hadis Antara Teori dan Praktik, 40 Hadis Etika di Dalam Masjid, 40 Hadis Keajaiban Sedekah, 40 Hadis Tentang Iman, 40 Hadis Tentang Sifat Allah, Anjuran, Nasihat, Hak, dan Kewajiban Perempuan, 40 Hadis Pilihan Terkait Akhlak, 20 Hadis tentang Ibadah, Kumpulan Hadis Hari Baik, 40 Hadis tentang Muamalah Perempuan, Kumpulann Hadis tentang Pemimpin, Pembentukan dan Pendidikan Karakter Anak, 40 Hadis tentang Nikah, 40 Hadis Sunnah yang Terabaikan, Larangan Riba dalam Alquran dan Hadis, 40 Hadis Seputar Ramadhan, Shalat Sunnah, Yuk! Hadis Keutamaan Shalat Sunnah, Tafsir Ringkas–Alquran dan Krisis Lingkungan, Perdagangan dalam Alquran, Memaknai Tawakal dalam Alquran, 40 Hadis Toleransi, Mengikat Makna di Jagad Maya, Qisas dan Diyat dalam Islam, Perdamaian yang Kami Pahami, 40 Hadis Tentang Jihad, Menggapai Hidup Berkah, Be Khaiir, Kumpulan Hadis Motivasi Dunia Akhirat, Ilmu Tajwid, Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah, 40 Hadis Tentang Hewan dan Tumbuhan, Islam dan Perdamaian, Hadis Wanita Seputar Haid, Pesona Istri yang Sholehah, Hadis Tentang Pendidikan Anak. Jika ditelisik lebih jauh lagi, hal menarik dari upaya ini adalah bahwa mayoritas karya-karya yang dirilis PKH cenderung memilih tema 40 H{adīth (H}adīth Arba‘īn) dalam rancangan pembuatan aplikasi h}adīth-nya. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan tentang mengapa tema yang dipilih adalah H{adīth Arba‘īn. Pertanyaan ini setidaknya sudah dijawab oleh PKH salah satunya lewat aplikasi Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 307 Rahmatullah h}adīth android yang telah mereka buat dengan judul 40 Hadis Mudah Dihafal, sebagaimana berikut: Menjadi pertanyaan banyak orang, kenapa para ulama banyak yang menulis Arba‘īn, bahkan dalam catatan penulis, tidak kurang dari 350 Arba‘īn yang sudah ditulis ulama. Barangkali apa yang disebutkan oleh Imam al-Nawawi dalam Arba‘īn-nya, menjadi sandaran dan dasar yang sama yang dilakukan oleh para ulama. Bahkan, di akhir mukaddimahnya, beliau menjelaskan bahwa salah satu sebab beliau ikut menulis kitab Arba‘īn adalah karena mengikuti tradisi ulama-ulama yang sholeh yang sudah lebih dahulu melakukan hal yang positif ini. Selain apa yang sudah disampaikan oleh Imam al-Nawawi, hemat penulis, ada beberapa faktor lain, yaitu: dapat menjadi bacaan awal bagi para pemula, mudah dihafal, dapat dijadikan standar dasar yang cukup simpel buat satu tema, dan bagi ulama pun, menjadi sangat mudah untuk mengarangnya.32 Alasan yang bersumber dari apa yang telah dikemukakan oleh kalangan ulama h}adīth di masa yang telah lalu turut diaminkan dan dikutip oleh pihak PKH, sebagai alasan mereka dalam memilih tema h}adīth Arba‘īn terhadap pembuatan produk-produknya. Keempat, visualisasi h}adīth. Dalam hal ini, PKH melakukan visualisasi h}adīth baik berbentuk audiovisual seperti kajian h}adīth yang ditayangkan di channel YouTube maupun melalui live streaming di Halaman (Page) Facebook milik PKH sendiri, serta visualisasi h}adīth dalam bentuk meme yang biasanya diposting melalui akun Instagram dan Fecebook PKH. Gambar 11: Channel YouTube dan Akun Instagram PKH Ahmad Lutfi Fathullah, 40 Hadis Mudah di Hafal, aplikasi android, diakses pada 5 Desember 2019. 32 308 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah Gambar 12: Tampilan Halaman Facebook PKH Implikasi Digitalisasi terhadap Transformasi Kajian H{adīth 1. Statis Pada tingkatan tertentu, upaya digitalisasi h}adīth membawa, salah satunya, implikasi statis terhadap tradisi kajian h}adīth. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari pemanfaatan keberadaan kitab h}adīth versi cetakan yang kini perannya sudah mulai tergeser; peran kitab h}adīth versi cetak dalam situasi terkini sudah cenderung tidak diminati lagi akibat adanya pergeseran orientasi tradisi kajian h}adīth yang kini lebih menaruh perhatian pada kajian yang bersifat digital. Dalam konteks hari ini, fenomena di atas terutama terasa dengan grafik tingkat konsumsi terhadap kitab h}adīth versi cetak yang menurun. Eksistensi media digital, dengan demikian, pada tingkatan tertentu menjadi ancaman bagi keberadaan media cetak.33 Transmisi keilmuan h}adīth pun secara fundamental mengalami kedaan statis. Dalam hal ini, digitalisasi h}adīth telah berdampak pada statisnya tradisi lisan (hafalan) maupun tulisan. Selain memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam kajian h}adīth, upaya digitalisasi h}adīth rupanya juga telah meniscayakan terkikisnya tradisi kajian h}adīth secara lisan (hafalan) maupun tulisan yang begitu kuat pada masa-masa sebelumnya. Terkikisnya tradisi tersebut diakibatkan oleh kemudahan masyarakat dalam mengakses, memperoleh, maupun mengkaji h}adīth melalui media Satria Kusuma, “Posisi Media Cetak di Tengah Perkembangan Media Online di Indonesia”, Jurnal InterAct, Vol. 5, No. 1 (2016); Andrey Andoko, “Teknologi Digital: Akankah Media Cetak Berakhir?”, Jurnal Ultimatics, Vol. 2, No. 1 (2010). 33 Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 309 Rahmatullah digital. Tradisi kajian yang bersifat tradisional dan pernah berlangsung di masa yang telah lalu kini secara pelan-pelan telah berhenti. Hal senada juga terjadi dalam tradisi akademik dunia pendidikan. Tidak kegiatan pembelajaran yang mulai kurang melakukan kajian h}adīth secara tradisional, seperti pemanfaatan kitab h}adīth versi cetak, atau kegiatan menghafal dan menulis h}adīth. Para akademisi kini telah dimanjakan dengan keberadaan dan pemanfaatan software dalam mengkaji h}adīth. Pemanfaatan software Maktabah Syamilah dan Jawāmi‘ al-Kalīm di banyak Perguruan Tinggi Agama Islam dalam rangka penelusuran h}adīth atau kajian takhrīj h}adīth merupakan contoh terbaik dalam konteks ini. Tradisi kajian h}adīth yang bersifat tradisional kini sudah mulai layu atau telah dikesampingkan, dan beralih pada pola kajian h}adīth yang lebih modern dengan basis digital yang simpel, efisien, dan lebih menarik. 2. Dinamis Upaya digitalisasi h}adīth telah membawa implikasi transformasi yang dinilai dinamis berupa adanya pergerakan atau penyesuaian kajian h}adīth dengan spirit era yang sedang berlangsung, dalam hal ini adalah era digital. Dinamis dalam hal ini berarti penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dan sebagainya; mengandung dinamika. Tradisi kajian h}adīth yang mulanya bersifat tradisional kini telah mendapat angin segar dengan adanya digitalisasi h}adīth yang tidak bisa tidak memberikan implikasi bagi dinamika perkembangan kajian h}adīth. Proyek digitalisasi h}adīth berupa software, aplikasi android, dan visualisasi h}adīth telah memberikan efek positif terhadap kajian h}adīth, baik yang bersifat formal maupun non-formal. Dinamika kajian h}adīth di era kontemprer terutama terlihat pada sisi pemanfaatan teknologi digital, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa situs web seperti Islamweb.net, Carilahhadis.com, Dorar.net, Perpustakaanislamdigital.com, dan lain sebagainya. Produksi dan pemanfaatan software h}adīth seperti Lidwa Pusaka, Maktabah Syamilah, Jawāmi‘ al-Kalīm, dan sejenisnya juga merupakan bagian dari dinamikan kajian h}adīth era kontemporer. Demikin pula, aplikasi android juga turut ikut hadir dalam memenuhi kebutuhan para pengkaji h}adīth yang pemanfaatannya dapat 310 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah diaplikasikan secara praktis melalui handphone atau smartphone. Salah satu contoh aplikasi h}adīth pada android yang dimaksud adalah Ensiklopedi Hadits-Kitab 9 Imam, dan beragam aplikasi h}adīth lainnya yang dapat dengan mudah ditelusuri dan diperoleh lewat aplikasi Play Store yang sudah terpasang di setiap media seluler berbasis android. Selain itu, implikasi dari digitalisasi h}adīth juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap ragam kajian akademik h}adīth kini, terutama hubungannya dengan media digital, yang kini bermunculan dengan ragam perspektif. Di antara beerapa kajian yang dimaksud adalah takhrīj h}adīth melalui aplikasi atau software yang dilakukan oleh Zulkipli et al.;34 kajian aplikasi h}adīth dengan nama “Seratus Satu Hadis” oleh Silviadi et al;35 kajian atas aplikasi h}adīth “Masuk Surga” karya Ahmad Lutfi Fathullah yang dilakukan oleh Fahrudin;36 kajian h}adīth dengan objek yang sedikit berbeda, yaitu mengenai orientasi kajian h}adīth di Indonesia lewat penelusuran atas artikel digital yang berada dalam portal morarf, oleh Huda et al.;37 hingga menyentuh pada kajian h}adīth dan visualisasi yang kini sudah mulai ramai dilakukan dengan salah satu objeknya yaitu komik h}adīth.38 Shahril Nizam Zulkipli et al., “Takhrij Al-Hadith via Mobile Apps: Study of 9 Imam Encyclopedia, Kutub Tis‘ah and Mawsu‘ah al-Hadith al-Nabawi alSyarif”, International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 7, No. 6 (2017). 35 Diki Silviadi et al., “Pengembangan Aplikasi Seratus Satu Hadis tentang Budi Luhur Berbasis Multimedia”, Jurnal Algoritma, Vol. 13, No. 1 (2016). 36 Fahrudin, “Kajian Hadis Era Android (Telaah Aplikasi ‘Masuk Surga’ Karya Ahmad Lutfi Fathullah)”, Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis, Vol. 4, No. 1 (2019). 37 Nailil Huda dan Ade Pahrudin, “Orientasi Kajian Hadis Kontemporer Indonesia (Studi Artikel E-Jurnal dalam Portal Moraref 2015-2017)”, Refleksi, Vol. 17, No. 2 (2018). 38 M Syaifurriza Nuris dan Aditya Rahman Yani, “Komik Hadits Pokok Ajaran Islam”, Createvitas, Vol. 3, No. 1 (2014), 14; Suryadilaga, “Syarah Hadis Sahih Bukhari dan Muslim dalam Komik: Studi atas Deskripsi 99 Pesan Nabi: Komik Hadis Bukhari Muslim (Edisi Lengkap)”, Esensia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol. 16, No. 2 (2015), 153-168; Miski, “Komikisasi Hadis: Arah Baru Syarah Hadis di Indonesia Studi Kritis atas 99 Pesan Nabi: Komik Hadis BukhariMuslim”, Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities, Vol. 2, No. 1 (2017), 125-144; Suryadilaga, “Komik Hadis Nasihat Perempuan: Pemahaman Informatif dan Performatif”, Jurnal Living Hadis, Vol. 2, No. 2 (2018), 209-252. 34 Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 311 Rahmatullah 3. Statis-Dinamis Adapun implikasi yang bersifat statis sekaligus dinamis dalam kajian h}adīth dapat dilihat melalui platform Perpustakaan Islam Digital (PID) yang merupakan salah satu produk PKH. PID merupakan platform yang menghimpun berbagai macam kitab terkait kajian keislaman (Islamic studies), yang sementara ini telah menghimpun 6.100 jilid kitab dengan 2.770 judul. Salah satunya adalah kitab h}adīth dengan jumlah 2.066 jilid yang terdiri dari tiga bagian, yakni ilmu h}adīth (sebanyak 135), rijāl al-h}adīth (258), dan matn al-h}adīth (1.673). Literatur h}adīth merupakan literatur yang paling mendominasi jumlah koleksi digital PID. Kapasitas PID yang terbilang presitius tersebut tak bisa dilepaskan dari misinya untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan platform digital h}adīth lain yang telah ada sebelumnya, seperti Maktabah Syamilah, Mawsū‘at H{adīth al-Sharīf, Jawāmi‘ al-Kalīm, dan Waqfeya.com. Sebagai sebuah perpustakaan digital dengan basis literatur kajian ke-Islaman, PID dapat dikatakan sebagai wadah kolaborasi bagi kajian h}adīth yang bersifat statis sekaligus dinamis. Implikasi statis dalam hal ini ditunjukkan oleh informasi maupun lietaratur h}adīth yang menjadi konten dalam platform ini tetap fokus menyediakan literatur-literatur h}adīth tanpa mengubah formatnya atau sesuai wujud kitab h}adīth versi cetaknya. Format interaksinya pun sama persis ketika berinteraksi langsung dengan kitab versi cetaknya (flipbook). Bagi kalangan yang merasa tidak nyaman dengan fasilitas tersebut, format pdf bisa menjadi opsi yang tepat. Perlu ditegaskan bahwa ini bukan platform yang dapat digunakan untuk men-takhrīj h}adīth atau menyediakan fasilitas pencarian h}adīth menurut kata atau tema. Platform ini hanya berfungsi sebagai wadah untuk menampung kitab h}adīth dan mengklasifikasikannya sehingga fasilitas yang disediakan pun hanya sebatas pencarian terhadap kitab h}adīth yang ingin digunakan. Pada titik ini lahplatform ini menunjukkan implikasi statisnya. 312 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah Gambar 13: Tampilan Koleksi Digital PID Sementara itu, implikasi dinamis dari platform ini menunjuk pada eksistensi platform ini yang setidaknya sudah menjadi salah satu wadah representatif bagi kitab-kitab h}adīth yang sudah didigitalkan. Keberadaan literatur h}adīth memunculkan penilaian bahwa eksistensi kajian h}adīth kini telah mulai merambah bergerak dan berkembang sesuai spirit kekinian, yaitu salah satunya adalah degan pemanfaatan teknologi digital. Sisi dinamis dari platform ini pun akan terus berlanjut melalui program pengembangan yang dirangcang oleh PKH yang tanpa henti menambah koleksi kitab digital yang juga telah dialihbahasakan (dalam hal ini dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia). Penutup Perkembangan digitalisasi h}adīth di Indonesia tebilang dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari beragamnya bentuk digitalisasi h}adīth, seperti software, situs web, literatur versi digital, aplikasi h}adīth, dan visualisasi h}adīth. Urgensi digitalisasi h}adīth dapat didasarkan pada beberapa faktor, seperti keniscayaan perkembangan zaman digital; tingginya minat serta perhatian generasi milenial untuk mengonsumsi segala hal melalui media digital; dan keharusan untuk mempertahankan eksistensi tradisi kajian h}adīth. Upaya digitaliasi h}adīth di Indonesia dipelopori oleh, salah satunya yang terpeting, Fathullah melalui lembaga PKH yang dibangunnya. Ragam produk digitalisasi h}adīth yang dihasilkan oleh PKH kini telah memberikan implikasi yang cukup signifikan dalam hal transformasi tradisi kajian h}adīth; kini kajian h}adīth, lebih-lebih dalam konteks Indonesia, menjadi lebih baru dan segar. Berdasarkan kenyaan ini, kehadiran digitalisasi h}adīth tampak menjadikan masa depan kajian h}adīth kian cerah dan dinamis. Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 313 Rahmatullah Daftar Rujukan Ahmad, Nur. “Tantangan Dakwah di Era Teknologi dan Informasi: Formulasi Karakteristik, Popularitas, dan Materi di Jalan Dakwah”, Addin, Vol. 8, No. 2, 2014. Alfinnas, Shulhan. “Arah Baru Pendidikan Islam di Era Digital”, Fikrotuna: Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam, Vol. 7, No. 1, 2018. Andoko, Andrey. “Teknologi Digital: Akankah Media Cetak Berakhir?”, Jurnal Ultimatics, Vol. 2, No. 1, 2010. Basharat, Amna et al. “Semantic Hadith: Leveraging Linked Data Opportunities for Islamic Knowledge”. Makalah pada konferensi Linked Data on the Web (LDOW), Montreal, Kanada (2016). Budiantoro, Wahyu. “Dakwah di Era Digital”, Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 11, No. 2, 2018. Fahrudin. “Kajian Hadis Era Android (Telaah Aplikasi ‘Masuk Surga’ Karya Ahmad Lutfi Fathullah)”, Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis, Vol. 4, No. 1, 2019. Fathullah, Ahmad Lutfi. 40 Hadis Mudah di Hafal. Aplikasi android, diakses pada 5 Desember 2019. Ghafur, Waryono Abdul. “Dakwah Bil-Hikmah di Era Informasi dan Globalisasi: Berdakwah di Masyarakat Baru”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 34, No. 2, 2014. Halim, Amran Abdul et al. “Popularity of Digital Hadith Application (DHA) in Malaysia”, International Journal of Civil Engineering and Technology, Vol. 9 (2018). http://warungustad.com/pengantar/. Diakses pada 5 Desember 2019. https://pkh.or.id., “Tentang PKH”. Diakses pada 5 Desember 2019. https://pkh.or.id/tentang-kami/program-kerja-pkh/. Diakses 5 Desember 2019. Huda Nailil, dan Ade Pahrudin. “Orientasi Kajian Hadis Kontemporer Indonesia (Studi Artikel E-Jurnal dalam Portal Moraref 2015-2017)”, Refleksi, Vol. 17, No. 2, 2018. Istianah dan Sri Wahyuningsih. “The Hadith Digitization in Millennial Era: A Study at Center for Hadith Studies, Indonesia”, QIJIS, Vol. 7, No. 1, 2019. 314 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020 Ahmad Lutfi Fathullah Khat}īb (al), Muh}ammad ’Ajaj. Al-Sunnah Qabl al-Tadwīn (Beirut: Dār al-Fikr, 1981). Kusuma, Satria. “Posisi Media Cetak di Tengah Perkembangan Media Online di Indonesia”, Jurnal InterAct, Vol. 5, No. 1, 2016. Luthfi, Emha et al., “Digital hadith authentication: A literature review and analysis”, Journal of Theoretical and Applied Information Technology, Vol. 96, No. 15 (2018). Maulana, Luthfi. “Periodesasi Perkembangan Studi Hadits (Dari Tradisi Lisan/Tulisan hingga Berbasis Digital)”, Esensia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol. 17, No. 1 (2016). Miski. “Komikisasi Hadis: Arah Baru Syarah Hadis di Indonesia Studi Kritis atas 99 Pesan Nabi: Komik Hadis BukhariMuslim”, Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities, Vol. 2, No. 1, 2017. Mudin, Miski. Islam Virtual: Diskursus Hadis, Otoritas, dan Dinamika Keberislaman di Media Sosial. Yogyakarta: Bildung, 2019. Muhajirin. “Melacak Akar Pembelajaran Hadis di Nusantara”, Holistic Al-Hadis: Jurnal Studi Hadis, Keindonesiaan, dan Integarasi Keilmuan, Vol. 1, No. 1 (2015). Muhasim. “Pengaruh Tehnologi Digital terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik”, Palapa: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2017. Munir. Pembelajaran Digital. Bandung: CV. Alfabeta, 2017. Nayshābūrī (al), Abū H{asan Muslim b. al-H{ujjāj al-Qushayrī. S{ah}īh} Muslim, Vol. 4, Tahqīq: Muh}ammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī. Beirut: Dār al-Ih}yā’ al-Turāth al-‘Arabī, t.th. Nur’aini, Alfi. “Metodologi Interpretasi Hadis Ahmad Lutfi Fathullah dalam Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari (Studi Terhadap Interpretasi Audio Visual)”. Tesis--UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018. Nuris, M Syaifurriza dan Aditya Rahman Yani. “Komik Hadits Pokok Ajaran Islam”, Createvitas, Vol. 3, No. 1, 2014. Rahman, Mujibur. “Visualisasi Agama di Ruang Publik: Komodifikasi, Reproduksi Simbol dan Maknanya”, Humanistika: Jurnal Keislaman, Vol. 4, No. 1, 2018. Setiawan, Wawan. “Era Digital dan Tantangannya”. Makalah pada Seminar Pendidikan Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia (2017), 1-2. Volume 14, Nomor 2, Maret 2020, ISLAMICA 315 Rahmatullah Sijistānī (al), Sulaymān b. al-Asy’as b. Ish}āq b. Bishr b. Shidād b. Amr al-Azdī. Sunan Abī Dāwūd, Vol. 4, Tah}qīq: Muh}ammad Muh}y al-Dīn ‘Abd al-H{amīd. Beirut: Maktabah al-‘As}rīyah, t.th. Silviadi, Diki et al. “Pengembangan Aplikasi Seratus Satu Hadis tentang Budi Luhur Berbasis Multimedia”, Jurnal Algoritma, Vol. 13, No. 1, 2016. Suryadilaga, Muhammaad Alfatih. “Syarah Hadis Sahih Bukhari dan Muslim dalam Komik: Studi atas Deskripsi 99 Pesan Nabi: Komik Hadis Bukhari Muslim (Edisi Lengkap)”, Esensia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol. 16, No. 2, 2015. -----. “Kajian Hadis di Era Global”, Esensia: Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin, Vol. 15, No. 2 (2014). -----. “Komik Hadis Nasihat Perempuan: Pemahaman Informatif dan Performatif”, Jurnal Living Hadis, Vol. 2, No. 2, 2018. Ummah, Siti Syamsiyatul. “Digitalisasi Hadis (Studi Hadis di Era Digital)”, Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis, Vol. 4, No. 1 (2019). Zulkipli, Shahril Nizam et al. “Takhrij Al-Hadith via Mobile Apps: Study of 9 Imam Encyclopedia, Kutub Tis‘ah and Mawsu‘ah al-Hadith al-Nabawi al-Syarif”, International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 7, No. 6, 2017. 316 ISLAMICA, Volume 14, Nomor 2, Maret 2020