CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Judul
Pengendalian dan
Pencegahan Infeksi
Oleh,
Sobur Setiaman, Ns., M.Kep., MMK3L
Edisi tanggal 03 Juli, 2024
i
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Sinopsis
Modul Pengendalian dan Pencegahan Infeksi ini dirancang untuk
memberikan pemahaman yang mendalam dan keterampilan praktis
kepada tenaga kesehatan dalam mencegah dan mengendalikan
infeksi di lingkungan pelayanan kesehatan.
Pengendalian infeksi merupakan aspek kritis dalam praktik kesehatan
yang bertujuan untuk melindungi pasien dari risiko tertularnya infeksi
selama perawatan medis. Selain itu, pengendalian infeksi juga sangat
penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan tenaga kesehatan
yang setiap hari terpapar potensi sumber infeksi.
Langkah-langkah pengendalian infeksi ini berperan vital dalam
mencegah penyebaran penyakit infeksi ke masyarakat luas, baik
melalui lingkungan rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya.
Penerapan praktik pengendalian infeksi yang efektif dapat membantu
mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh
penyakit menular, serta memastikan sistem pelayanan kesehatan
yang lebih aman dan efisien.
Modul ini menggunakan pendekatan interaktif dengan aktivitas
praktis, studi kasus, dan evaluasi untuk memastikan pemahaman dan
penerapan prinsip-prinsip pengendalian infeksi yang efektif. Dengan
menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan mampu menerapkan
langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan tenaga kesehatan.
Modul ini memberikan panduan komprehensif bagi tenaga kesehatan
untuk meningkatkan praktik pengendalian infeksi, sehingga
memastikan lingkungan pelayanan kesehatan yang aman dan bebas
infeksi.
ii
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Kata pengantar
Selamat datang di Modul Pengendalian dan Pencegahan Infeksi.
Modul ini telah dirancang dengan cermat untuk membekali para
profesional kesehatan dan mahasiswa keperawatan dengan
pengetahuan komprehensif dan keterampilan praktis di bidang
pengendalian infeksi. Pencegahan dan pengendalian infeksi
merupakan aspek mendasar dalam pemberian layanan kesehatan,
yang penting untuk menjaga keselamatan pasien dan meminimalkan
penyebaran penyakit menular di fasilitas layanan kesehatan dan
masyarakat.
Modul ini dirancang untuk menjadi sumber berharga bagi individu
yang ingin meningkatkan pemahaman mereka tentang prinsip,
praktik, dan pedoman pengendalian infeksi. Baik Anda seorang
profesional perawatan kesehatan berpengalaman atau pelajar yang
sedang memulai perjalanan perawatan kesehatan Anda, modul ini
menawarkan banyak informasi dan wawasan untuk mendukung
pengembangan profesional Anda dan berkontribusi pada pemberian
perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan aman.
Dengan modul ini, Anda akan mengeksplorasi berbagai topik,
termasuk mikrobiologi penyakit menular, cara penularan, prinsip
epidemiologi, metode pengawasan, dan strategi investigasi dan
pengendalian wabah. Anda akan belajar tentang pentingnya
kebersihan tangan, alat pelindung diri (APD), pembersihan
lingkungan, dan praktik kesehatan dan keselamatan kerja dalam
mencegah infeksi terkait layanan kesehatan.
Kami telah memasukkan kegiatan pembelajaran interaktif, studi kasus,
dan contoh dunia nyata untuk memfasilitasi pemahaman Anda dan
penerapan konsep-konsep utama dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi.
iii
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Seiring kemajuan Anda dalam modul ini, kami mendorong Anda untuk
berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengajukan pertanyaan, dan
merefleksikan pengalaman belajar Anda. Dengan terlibat dengan
konten modul dan berkolaborasi dengan rekan-rekan Anda, Anda
akan memperoleh wawasan berharga dan keterampilan praktis yang
dapat Anda terapkan dalam praktik sehari-hari untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan keunggulan pengendalian infeksi.
Kami berterima kasih atas komitmen Anda untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan Anda dalam pengendalian dan
pencegahan infeksi. Kami percaya bahwa modul ini akan menjadi
sumber berharga dalam perjalanan Anda untuk menjadi praktisi
pengendalian infeksi yang mahir dan proaktif.
Terima kasih telah bergabung dengan kami dalam perjalanan
pendidikan ini. Kami berharap Anda sukses dalam upaya Anda untuk
melindungi kesehatan dan kesejahteraan mereka yang berada di
bawah perawatan Anda.
Salam hangat,
Sobur Setiaman
Kata pengantar ini menetapkan tahapan untuk modul pengendalian
dan pencegahan infeksi dengan menyoroti signifikansi, tujuan, dan
audiens yang dituju. Acara ini mengungkapkan apresiasi atas
komitmen peserta untuk belajar dan menekankan pentingnya
pengendalian infeksi dalam praktik perawatan kesehatan.
iv
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Daftar Isi
Judul ........................................................................................................ i
Sinopsis .................................................................................................. ii
Kata pengantar ..................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................. v
Modul 1: Pengantar Pengendalian Infeksi............................................ 1
1.1 Definisi pengendalian infeksi ...................................................... 1
1.2 Perspektif sejarah........................................................................ 3
1.3 Pentingnya pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan ..... 5
Daftar Pustaka: .................................................................................. 8
Modul 2: Mikrobiologi Penyakit Menular ............................................ 9
2.1 Gambaran Umum Mikroorganisme ........................................... 9
2.2 Faktor patogenisitas dan virulensi ........................................... 12
2.3 Interaksi inang-patogen ............................................................ 14
Daftar Pustaka: ................................................................................ 17
Modul 3: Epidemiologi dan Surveilans ............................................... 18
3.1 Prinsip epidemiologi ................................................................. 18
3.2 Metode surveilans penyakit ..................................................... 21
3.3 Laporan Pengawasan Penyakit: Wabah Campak di Springfield
County ............................................................................................. 24
3.3 Investigasi dan pengendalian wabah ....................................... 27
3.4 Laporan Wabah: Wabah Norovirus di Sekolah Dasar Sunnyville
......................................................................................................... 30
Daftar Pustaka: ................................................................................ 33
Modul 4: Cara Penularan .................................................................... 34
4.1 Penularan langsung dan tidak langsung .................................. 34
4.2 Penularan melalui udara, tetesan, dan kontak ........................ 36
4.3 Infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs) .................................. 39
Daftar Pustaka: ................................................................................ 42
Modul 5: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ............... 43
5.1 Kewaspadaan standar ............................................................... 43
5.2 Tindakan pencegahan berdasarkan penularan ....................... 46
5.3 Kebersihan tangan dan alat pelindung diri (APD) .................... 49
Daftar Pustaka: ................................................................................ 51
Modul 6: Pembersihan dan Disinfeksi Lingkungan ............................ 52
v
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
6.1 Prinsip kebersihan lingkungan .................................................. 52
6.2 Pemilihan dan penggunaan disinfektan ................................... 55
6.3 Protokol dan praktik pembersihan ........................................... 58
Daftar Pustaka: ................................................................................ 61
Modul 7: Kesehatan dan Keselamatan Kerja ..................................... 63
7.1 Risiko paparan terhadap agen infeksius di tempat kerja ........ 63
7.2 Cedera tertusuk jarum dan benda tajam ................................. 66
7.3 Pencegahan Covid 19................................................................ 69
7.4 Terkena Patogen yang Ditularkan melalui Darah ..................... 71
7.5 Penanganan Patogen yang Ditularkan Melalui Darah Pasca
Pajanan ............................................................................................ 74
7.6 Protokol pengendalian infeksi di tempat kerja ........................ 77
Daftar Pustaka: ................................................................................ 79
Modul 8: Persyaratan dan Pedoman Peraturan ................................. 81
8.1 Ikhtisar badan pengatur ........................................................... 81
8.2 Standar dan pedoman pengendalian infeksi ........................... 84
8.2 Inisiatif peningkatan kepatuhan dan kualitas .......................... 87
Daftar Pustaka: ................................................................................ 90
Modul 9: Pengendalian Infeksi dalam Pengaturan Khusus ............... 91
9.1 Pengendalian infeksi di fasilitas perawatan jangka panjang ... 91
9.2 Pengendalian infeksi di tempat perawatan rawat jalan .......... 94
9.3 Pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan di rumah ...... 97
Daftar Pustaka: .............................................................................. 100
Modul 10: Infeksi yang Muncul dan Kesehatan Global ................... 102
10.1 Penyakit menular yang baru muncul ................................... 102
10.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemunculan Penyakit Menular Baru:
....................................................................................................... 104
10.3 Kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi ................... 105
10.4 Upaya global dalam pengendalian dan pencegahan infeksi
....................................................................................................... 109
Daftar Pustaka: .............................................................................. 113
Modul 11: Studi Kasus dan Praktik Terbaik ...................................... 115
11.1 Analisis Studi Kasus Kehidupan Nyata: Wabah Ebola di Afrika
Barat (2014-2016) ......................................................................... 115
11.2 Praktik terbaik dalam pengendalian dan pencegahan infeksi
....................................................................................................... 117
vi
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
11.3 Peran kolaborasi interdisipliner ............................................ 121
Daftar Pustaka: .............................................................................. 125
Modul 12: Tinjauan dan Penilaian .................................................... 126
12.1 Review materi modul ............................................................ 126
12.2 Penilaian hasil belajar ........................................................... 130
12.3 Arah masa depan dalam pengendalian infeksi .................... 134
KUIS .................................................................................................... 137
Modul 13: Kegiatan Program PPI ...................................................... 140
1.
Workshop Pelatihan Kebersihan Tangan ............................ 140
2.
Pelatihan Simulasi APD ........................................................ 142
3.
Lokakarya Praktek Injeksi yang Aman ................................. 145
4.
Simulasi Pengelolaan Tumpahan ........................................ 148
5.
Pelatihan dan Simulasi Ruang Isolasi .................................. 150
Formulir evaluasi ........................................................................... 154
Modul 14: Organisasi Perawat Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
............................................................................................................ 156
1. Definisi dan Tujuan Organisasi Perawat PPI ............................. 156
2. Tujuan Organisasi Perawat PPI ................................................. 156
3. Peran dan Tanggung Jawab Perawat PPI .................................. 157
4. Keterampilan dan Kualifikasi: ................................................... 157
4. Organisasi Perawat Pencegah dan Pengendai Infeksi ............. 158
5. Keanggotaan dan Kegiatan Organisasi Perawat PPI ................ 158
6. Peran Kolaborasi dengan Profesi Kesehatan Lainnya .............. 159
6. Tantangan dan Peluang ............................................................. 159
Kesimpulan .................................................................................... 160
Silabus Modul Pengendalian dan Pencegahan Infeksi ..................... 161
Riwayat Penulis .................................................................................. 166
vii
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 1: Pengantar Pengendalian Infeksi
Ringkas: Pengendalian infeksi adalah disiplin yang bertujuan untuk
mencegah penyebaran penyakit menular di lingkungan layanan
kesehatan dan masyarakat.
Hal ini mencakup serangkaian praktik dan strategi yang dirancang
untuk meminimalkan risiko infeksi pada pasien, petugas kesehatan,
dan masyarakat.
Pengendalian infeksi sangat penting untuk melindungi pasien,
petugas kesehatan, dan masyarakat dari penyebaran penyakit
menular. Dengan menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi
yang efektif, fasilitas layanan kesehatan dapat meminimalkan risiko
infeksi, meningkatkan hasil pasien, dan berkontribusi terhadap
kesehatan dan keselamatan masyarakat secara keseluruhan.
1.1 Definisi pengendalian infeksi
Pengendalian infeksi mengacu pada serangkaian praktik dan prosedur
yang diterapkan untuk mencegah penyebaran penyakit menular di
berbagai lingkungan, termasuk fasilitas kesehatan, lingkungan
masyarakat, dan tempat kerja.
Tujuan utama pengendalian infeksi adalah untuk meminimalkan risiko
penularan patogen (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit) dari
individu yang terinfeksi ke individu yang rentan, sehingga melindungi
pasien dan petugas kesehatan dari tertular infeksi.
1
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Komponen utama pengendalian infeksi meliputi:
1.
Mencegah Penularan
Hal ini melibatkan penerapan langkah-langkah untuk memutus
rantai infeksi dengan mengendalikan sumber infeksi, memblokir
jalur penularan, dan melindungi individu yang rentan dari
paparan patogen.
2.
Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar adalah praktik pengendalian infeksi
mendasar yang dirancang untuk mengurangi risiko penularan
agen infeksi. Hal ini mencakup praktik seperti kebersihan tangan,
penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan
masker, praktik penyuntikan yang aman, serta penanganan dan
pembuangan benda tajam dan bahan yang terkontaminasi
dengan benar.
3.
Kewaspadaan Berbasis Penularan
Selain kewaspadaan standar, kewaspadaan berbasis penularan
diterapkan ketika pasien diketahui atau diduga terinfeksi atau
terkolonisasi dengan patogen yang sangat menular. Tindakan
pencegahan ini mencakup tindakan pencegahan kontak, tindakan
pencegahan droplet, dan tindakan pencegahan melalui udara,
yang disesuaikan dengan cara penularan agen infeksius yang
spesifik.
4.
Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan melibatkan pemeliharaan kondisi bersih
dan sanitasi di layanan kesehatan dan tempat lain untuk
mengurangi keberadaan dan penyebaran agen infeksi. Hal ini
mencakup pembersihan rutin dan disinfeksi permukaan,
peralatan, dan area perawatan pasien.
5.
Pengawasan dan Pemantauan
2
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pengendalian infeksi juga mencakup pengawasan dan
pemantauan infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs) dan wabah
penyakit menular lainnya. Sistem surveilans membantu
mengidentifikasi tren, kelompok, dan area potensial untuk
perbaikan dalam praktik pencegahan infeksi.
6.
Pendidikan dan Pelatihan
Program pendidikan dan pelatihan sangat penting bagi petugas
layanan kesehatan dan personel lainnya untuk memastikan
mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang
efektif. Pelatihan mencakup topik-topik seperti kebersihan
tangan, penggunaan APD, tindakan pencegahan isolasi, dan
penanganan bahan menular yang benar.
Secara keseluruhan, pengendalian infeksi adalah pendekatan
multidisiplin yang melibatkan kolaborasi antara profesional
kesehatan, praktisi pengendalian infeksi, otoritas kesehatan
masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menjaga
kesehatan dan keselamatan individu dan masyarakat dengan
mencegah penyebaran penyakit menular.
1.2 Perspektif sejarah
Di bagian perspektif sejarah dari silabus modul pengendalian dan
pencegahan infeksi, siswa akan mengeksplorasi bagaimana umat
manusia telah bergulat dengan penyakit menular sepanjang sejarah
dan bagaimana pemahaman dan pengelolaan penyakit ini telah
berkembang seiring berjalannya waktu.
3
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Berikut ikhtisar singkat tentang apa yang mungkin dibahas di bagian
ini:
Perspektif Sejarah:
1.
Pemahaman Awal Tentang Penyakit
Siswa akan mengkaji keyakinan dan pemahaman peradaban awal
tentang penyakit, termasuk perspektif Mesir kuno, Yunani, dan
Romawi. Hal ini mungkin mencakup diskusi tentang teori
humoral, teori racun, dan upaya awal pencegahan penyakit.
2.
Kematian Hitam dan Epidemi Wabah
Eksplorasi dampak buruk wabah pes (Black Death) di Abad
Pertengahan, termasuk penyebab, penularan, dan dampaknya
terhadap masyarakat. Pembahasan upaya pengendalian
penyebaran wabah, seperti tindakan karantina.
3.
Lahirnya Epidemiologi
Pengantar perkembangan metode dan konsep epidemiologi,
khususnya pada abad ke-19. Siswa akan belajar tentang pionir di
bidang ini, seperti John Snow dan karyanya mengenai penularan
kolera di London.
4.
Teori Kebangkitan Kuman
Diskusi mengenai penerimaan teori kuman di akhir abad ke-19
dan dampak revolusionernya terhadap pemahaman kita tentang
penyakit menular. Siswa akan mengeksplorasi karya Louis
Pasteur, Robert Koch, dan tokoh penting lainnya dalam
pengembangan teori kuman.
5.
Zaman Keemasan Antibiotik
Kajian terhadap penemuan dan meluasnya penggunaan
antibiotik pada abad ke-20 serta efek transformatifnya terhadap
pengobatan. Diskusi tentang tantangan resistensi antibiotik dan
pentingnya penggunaan antibiotik secara bijaksana.
4
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
6.
Era Modern Munculnya Penyakit
Eksplorasi munculnya penyakit menular baru pada abad ke-20
dan ke-21, antara lain HIV/AIDS, Ebola, Zika, dan COVID-19.
Diskusi mengenai faktor-faktor yang mendorong munculnya
penyakit-penyakit ini dan respons global terhadap wabah
tersebut.
7.
Intervensi dan Vaksinasi Kesehatan Masyarakat
Analisis peran intervensi kesehatan masyarakat, seperti
kampanye vaksinasi dan perbaikan sanitasi, dalam
mengendalikan penyebaran penyakit menular. Diskusi mengenai
keberhasilan penting, seperti pemberantasan penyakit cacar, dan
tantangan yang sedang berlangsung dalam upaya vaksinasi.
8.
Perundang-undangan dan Regulasi
Pemeriksaan terhadap perkembangan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pengendalian dan pencegahan
infeksi, termasuk pembentukan badan kesehatan masyarakat
dan penerapan standar pengendalian infeksi di lingkungan
layanan kesehatan.
Dengan mempelajari perspektif sejarah penyakit menular, siswa
mendapatkan wawasan tentang interaksi yang kompleks antara
patogen, masyarakat, dan pengetahuan ilmiah. Mereka juga
mengembangkan apresiasi atas kemajuan yang dicapai dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi sepanjang sejarah dan
tantangan-tantangan yang masih ada.
1.3 Pentingnya pengendalian infeksi dalam layanan
kesehatan
Memahami pentingnya pengendalian infeksi di layanan kesehatan
dan tempat lainnya sangat penting untuk menjaga kesehatan
5
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
masyarakat, memastikan keselamatan pasien, dan mencegah
penyebaran penyakit menular.
Berikut beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:
1.
Mencegah Infeksi Terkait Layanan Kesehatan (HAIs)
Di lingkungan layanan kesehatan, pasien sangat rentan terhadap
infeksi akibat penyakit yang mendasari, prosedur invasif, dan
paparan patogen. Tindakan pengendalian infeksi yang efektif,
seperti kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD)
yang benar, dan pembersihan lingkungan, membantu mencegah
HAIs dan melindungi pasien dari bahaya.
2.
Melindungi Tenaga Kesehatan
Petugas kesehatan mempunyai risiko lebih tinggi terpapar agen
infeksi karena kontak dekat mereka dengan pasien dan bahan
yang terkontaminasi. Praktik pengendalian infeksi, termasuk
vaksinasi, penggunaan APD, dan kepatuhan terhadap tindakan
pencegahan standar, membantu menjaga kesehatan dan
kesejahteraan petugas kesehatan.
3.
Membatasi Penularan Organisme Resisten
Penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang berlebihan
telah berkontribusi pada munculnya resistensi antimikroba
sehingga menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesehatan
masyarakat. Tindakan pengendalian infeksi, seperti program
pengelolaan antimikroba dan tindakan pencegahan berbasis
penularan, membantu membatasi penyebaran organisme yang
resisten dan menjaga efektivitas antibiotik.
4.
Mencegah Wabah di Lingkungan Komunitas
Pengendalian infeksi tidak terbatas pada fasilitas kesehatan saja,
namun meluas ke lingkungan masyarakat seperti sekolah, tempat
kerja, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Menerapkan
langkah-langkah pengendalian infeksi, seperti kampanye
6
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
vaksinasi, promosi kebersihan tangan, dan sanitasi lingkungan,
membantu mencegah berjangkitnya penyakit menular di
lingkungan ini dan melindungi populasi yang rentan.
5.
Mengurangi Biaya Kesehatan
HAIs dan wabah penyakit menular dapat menyebabkan
peningkatan biaya perawatan kesehatan karena lamanya masa
rawat inap di rumah sakit, tambahan perawatan medis, dan
hilangnya produktivitas. Dengan menerapkan langkah-langkah
pengendalian infeksi yang efektif, fasilitas kesehatan dan
masyarakat dapat mengurangi beban ekonomi yang terkait
dengan infeksi yang dapat dicegah.
6.
Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Pelayanan
Kesehatan
Praktik pengendalian infeksi yang efektif menunjukkan komitmen
terhadap keselamatan pasien dan kualitas layanan, sehingga
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi dan
penyedia layanan kesehatan. Pasien lebih cenderung mencari
perawatan di fasilitas yang memiliki reputasi standar
pengendalian infeksi yang ketat dan tingkat HAIs yang rendah.
7.
Berkontribusi pada Keamanan Kesehatan Global
Di dunia yang saling terhubung, penyakit menular dapat
menyebar dengan cepat melintasi negara dan menimbulkan
ancaman kesehatan global. Langkah-langkah pengendalian
infeksi yang kuat , dipadukan dengan kolaborasi dan pengawasan
internasional, memainkan peran penting dalam mendeteksi dan
merespons penyakit menular dan pandemi yang muncul.
Secara keseluruhan, pengendalian infeksi sangat penting untuk
melindungi individu, komunitas, dan populasi dari dampak buruk
penyakit menular. Dengan memprioritaskan pengendalian infeksi di
layanan kesehatan dan tempat lainnya, kita dapat memitigasi dampak
7
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
wabah, menyelamatkan nyawa, dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan bagi semua orang.
Daftar Pustaka:
•
•
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
8
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 2: Mikrobiologi Penyakit Menular
Singkat: Mikrobiologi penyakit menular adalah bidang multidisiplin
yang berfokus pada pemahaman mikroorganisme yang menyebabkan
infeksi, serta mekanisme interaksinya dengan inangnya.
Mikrobiologi penyakit menular mencakup berbagai topik yang
bertujuan untuk memahami biologi patogen, interaksinya dengan
inang, dinamika penularan, dan strategi diagnosis, pengobatan, dan
pencegahan. Pengetahuan ini penting untuk memitigasi dampak
penyakit menular terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Epidemiologi dan pengawasan memainkan peran penting dalam
memahami beban penyakit, mengidentifikasi ancaman kesehatan
yang muncul, dan memandu intervensi kesehatan masyarakat untuk
melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Dengan mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematis, ahli
epidemiologi dan profesional kesehatan masyarakat dapat
memberikan masukan dalam pengambilan keputusan berdasarkan
bukti dan meningkatkan hasil kesehatan di tingkat lokal, nasional, dan
global.
Memahami karakteristik dan perilaku patogen ini sangat penting
untuk mendiagnosis, mengobati, dan mencegah penyakit menular.
2.1 Gambaran Umum Mikroorganisme
Tentu! Berikut ikhtisar empat jenis utama mikroorganisme: bakteri,
virus, jamur, dan parasit:
1.
Bakteri
• Ciri-ciri: Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang
bersifat prokariotik, artinya mereka tidak memiliki inti sejati
dan organel lain yang terikat membran. Mereka datang
9
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
2.
dalam berbagai bentuk (bulat, berbentuk batang, spiral) dan
ukuran.
• Metabolisme:
Bakteri
menunjukkan
kemampuan
metabolisme yang beragam, termasuk bentuk aerobik
(membutuhkan oksigen), anaerobik (tidak memerlukan
oksigen), dan anaerobik fakultatif (dapat bertahan hidup
dengan atau tanpa oksigen).
• Habitat: Bakteri ditemukan hampir di mana-mana, termasuk
tanah, air, udara, dan di dalam organisme hidup (sebagai
komensal, simbion, atau patogen).
• Peran: Beberapa bakteri bermanfaat dan penting untuk
proses seperti pencernaan, fiksasi nitrogen, dan
dekomposisi. Namun bakteri tertentu dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Virus
• Ciri-ciri: Virus adalah agen penular yang terdiri dari materi
genetik (DNA atau RNA) yang dibungkus dalam selubung
protein yang disebut kapsid. Mereka jauh lebih kecil dari
bakteri dan tidak dapat bereplikasi secara mandiri.
• Replikasi: Virus mereplikasi dengan membajak mesin sel
inang. Mereka menyuntikkan materi genetiknya ke dalam sel
inang, yang kemudian menghasilkan partikel virus baru.
• Kekhususan Inang: Virus menunjukkan kekhususan untuk sel
atau organisme inang tertentu. Misalnya, beberapa virus
hanya menginfeksi bakteri (bakteriofag), sedangkan virus
lainnya menginfeksi spesies hewan tertentu.
• Penyakit: Virus bertanggung jawab atas berbagai penyakit
pada manusia, hewan, tumbuhan, dan bahkan
mikroorganisme lainnya. Infeksi virus yang umum termasuk
flu, pilek, HIV/AIDS, dan COVID-19.
10
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
3.
4.
Jamur
• Ciri-ciri: Jamur merupakan organisme eukariotik yang
meliputi khamir, kapang, dan jamur. Mereka memiliki inti
dan organel berbeda yang tertutup membran.
• Reproduksi: Jamur berkembang biak melalui produksi spora,
yang dapat disebarkan melalui udara, air, atau cara lain.
Beberapa jamur bereproduksi secara aseksual, sementara
yang lain melakukan reproduksi seksual.
• Peran Ekologis: Jamur memainkan peran penting dalam
ekosistem sebagai pengurai, menguraikan bahan organik
dan mendaur ulang nutrisi. Mereka juga membentuk
hubungan simbiosis dengan tanaman (mikoriza) dan
berkontribusi terhadap penyerapan nutrisi.
• Patogenisitas: Meskipun banyak jamur tidak berbahaya atau
bermanfaat, beberapa spesies dapat menyebabkan infeksi
pada manusia dan hewan. Infeksi jamur dapat berkisar dari
infeksi kulit superfisial hingga penyakit sistemik invasif,
bergantung pada spesies dan faktor inang.
Parasit
• Ciri-ciri: Parasit adalah organisme yang hidup di dalam atau
pada organisme inang dan mendapatkan keuntungan
dengan mengorbankan inangnya. Mereka bisa berupa
protozoa (organisme bersel tunggal) atau cacing (cacing
multiseluler).
• Siklus Hidup: Parasit memiliki siklus hidup kompleks yang
sering kali melibatkan banyak inang atau tahap
perkembangan. Mereka mungkin mengalami reproduksi
aseksual dan seksual, tergantung pada spesiesnya.
• Penularan: Parasit ditularkan melalui berbagai cara,
termasuk konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi,
vektor serangga, dan kontak langsung dengan orang yang
terinfeksi.
11
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
Penyakit: Infeksi parasit, yang dikenal sebagai parasitosis,
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada
manusia dan hewan, termasuk malaria, giardiasis,
schistosomiasis, dan infestasi cacing usus.
Memahami karakteristik, habitat, dan peran bakteri, virus, jamur, dan
parasit sangat penting untuk mencegah dan mengelola penyakit
menular serta menjaga keseimbangan ekologi.
2.2 Faktor patogenisitas dan virulensi
Patogenisitas mengacu pada kemampuan suatu mikroorganisme
untuk menyebabkan penyakit pada organisme inang. Hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kemampuan
mikroorganisme untuk menyerang jaringan inang, menghindari
sistem kekebalan inang, dan menghasilkan racun atau faktor virulensi
lain yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit.
Berikut ikhtisar konsep utama terkait faktor patogenisitas dan
virulensi:
1.
Faktor Virulensi
• Molekul Adhesi:
Banyak patogen memiliki molekul adhesi yang
memungkinkan mereka menempel pada sel atau jaringan
inang. Adhesi adalah langkah pertama dalam proses infeksi
dan memungkinkan patogen menetap di inangnya.
•
Faktor Invasi:
Patogen menggunakan berbagai mekanisme untuk
menyerang jaringan inang, termasuk sekresi enzim yang
menurunkan penghalang inang (misalnya kolagenase,
hialuronidase) dan manipulasi jalur sinyal sel inang untuk
memfasilitasi masuknya patogen.
12
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
Racun:
Racun adalah zat yang dihasilkan oleh patogen yang
menyebabkan kerusakan pada sel atau jaringan inang. Racun
dapat dihasilkan oleh bakteri (misalnya eksotoksin,
endotoksin), virus (misalnya racun virus), jamur, atau parasit.
Contohnya termasuk toksin kolera, toksin tetanus, dan toksin
botulinum.
•
Menghindari Respons Kekebalan Tubuh:
Patogen telah mengembangkan strategi untuk menghindari
atau menumbangkan sistem kekebalan tubuh inang,
sehingga memungkinkan mereka menimbulkan infeksi dan
menyebabkan penyakit. Strategi ini mungkin mencakup
variasi antigenik, bersembunyi di dalam sel inang, dan
penghambatan fungsi sel imun.
•
Formasi Biofilm:
Beberapa patogen dapat membentuk biofilm, yaitu
komunitas mikroorganisme kompleks yang terbungkus
dalam matriks pelindung. Biofilm memungkinkan patogen
menempel pada permukaan, melawan respon imun inang,
dan meningkatkan kelangsungan hidup mereka di
lingkungan yang tidak bersahabat.
2.
Faktor yang Mempengaruhi Virulensi
• Faktor Genetik: Virulensi sering kali ditentukan oleh susunan
genetik patogen, termasuk keberadaan gen virulensi yang
mengkode faktor virulensi tertentu.
• Faktor Tuan Rumah: Kerentanan tuan rumah memainkan
peran penting dalam menentukan hasil infeksi. Faktor-faktor
seperti usia, status kekebalan tubuh, kondisi kesehatan yang
mendasarinya, dan kecenderungan genetik dapat
mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap infeksi dan
tingkat keparahan penyakit.
13
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
Faktor Lingkungan: Kondisi lingkungan, seperti suhu,
kelembapan, dan ketersediaan nutrisi, dapat berpengaruh
ekspresi faktor virulensi dan kemampuan patogen untuk
bertahan hidup dan berkembang di lingkungan yang
berbeda.
Interaksi Antar Patogen: Patogen dapat berinteraksi satu
sama lain di dalam inang, baik secara kompetitif atau
kooperatif, sehingga berpengaruh virulensinya secara
keseluruhan dan cara penularannya.
Memahami mekanisme faktor patogenisitas dan virulensi sangat
penting untuk mengembangkan strategi mencegah, mendiagnosis,
dan mengobati penyakit menular. Menargetkan faktor virulensi atau
menghentikan interaksi patogen-inang merupakan peluang potensial
untuk pengembangan terapi dan vaksin baru.
Selain itu, pengetahuan tentang faktor virulensi dapat menjadi
masukan bagi intervensi kesehatan masyarakat yang bertujuan
mengendalikan penyebaran penyakit menular dan mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan manusia dan hewan.
2.3 Interaksi inang-patogen
Interaksi inang-patogen mengacu pada interaksi kompleks antara
organisme inang dan patogen (mikroorganisme yang mampu
menyebabkan penyakit) selama modul infeksi. Interaksi ini melibatkan
serangkaian proses dinamis, termasuk pengenalan patogen, aktivasi
respon imun, dan strategi penghindaran patogen.
Berikut ikhtisar aspek-aspek utama interaksi inang-patogen:
Pengenalan Patogen
•
Sistem imun inang mendeteksi keberadaan patogen melalui
reseptor pengenalan pola (PRRs), yang mengenali pola
14
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
molekuler yang dilestarikan yang unik untuk patogen, yang
dikenal sebagai pola molekuler terkait patogen (PAMPs).
Contoh PRR termasuk reseptor mirip Tol (TLR), reseptor
mirip NOD (NLR), dan reseptor mirip RIG-I (RLR). Reseptor ini
diekspresikan pada berbagai sel imun, seperti makrofag, sel
dendritik, dan neutrofil.
Aktivasi Respon Imun
•
•
•
Setelah mengenali PAMP, PRR memulai rangkaian sinyal yang
memicu aktivasi respons imun yang bertujuan
menghilangkan patogen yang menyerang.
Respon imun bawaan memberikan pertahanan awal
terhadap patogen dan mencakup proses seperti
peradangan, fagositosis, dan aktivasi protein antimikroba.
Respon imun adaptif, yang dimediasi oleh sel T dan sel B,
berkembang seiring waktu dan memberikan kekebalan
jangka panjang terhadap patogen tertentu melalui produksi
antibodi dan sel T memori.
Strategi Penghindaran Patogen
•
•
•
Patogen telah mengembangkan berbagai mekanisme untuk
menghindari atau menumbangkan respons imun inang,
sehingga memungkinkan mereka menimbulkan infeksi dan
bertahan di dalam inang.
Contoh strategi penghindaran termasuk variasi antigenik
(mengubah antigen permukaan untuk menghindari
pengenalan antibodi), penghambatan apoptosis sel inang
(mencegah kematian sel terprogram), dan modulasi jalur
sinyal imun.
Beberapa patogen dapat menghindari pengawasan
kekebalan dengan berada di dalam sel inang (patogen
intraseluler), di mana mereka terlindung dari deteksi dan
serangan kekebalan.
15
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Perkembangan Penyakit
•
•
•
Hasil
interaksi
inang-patogen
bergantung
pada
keseimbangan antara faktor virulensi patogen dan efektivitas
respon imun inang.
Dalam beberapa kasus, respons imun pejamu dapat
menghilangkan patogen dan mengatasi infeksi, sehingga
mengarah pada pemulihan.
Namun, dalam kasus lain, patogen dapat membebani
pertahanan tubuh, sehingga menyebabkan timbulnya infeksi
kronis atau penyakit parah.
Faktor Tuan Rumah yang Mempengaruhi Interaksi
•
•
•
Faktor pejamu, seperti latar belakang genetik, usia, status
kekebalan, dan kondisi kesehatan yang mendasarinya, dapat
berpengaruh hasil interaksi pejamu-patogen.
Variasi genetik pada gen imun inang dapat mempengaruhi
kerentanan terhadap infeksi dan tingkat keparahan penyakit.
Perubahan sistem imun yang berkaitan dengan usia, seperti
immunosenescence (penurunan fungsi imun yang berkaitan
dengan usia), dapat berdampak pada respon tubuh
terhadap patogen.
Memahami interaksi inang-patogen sangat penting untuk
mengembangkan strategi mencegah, mendiagnosis, dan mengobati
penyakit menular. Pemahaman mengenai mekanisme yang
mendasari interaksi ini dapat menjadi masukan bagi pengembangan
vaksin, terapi antimikroba, dan intervensi imunomodulator yang
bertujuan mengendalikan penyakit menular dan meningkatkan
kesehatan manusia.
16
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Daftar Pustaka:
•
•
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
17
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 3: Epidemiologi dan Surveilans
Singkat: Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan faktor
penentu kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk
penyakit, cedera, dan kondisi terkait kesehatan lainnya, dalam suatu
populasi.
Ahli epidemiologi menggunakan berbagai metode untuk
mengidentifikasi pola, faktor risiko, dan penyebab penyakit untuk
menginformasikan intervensi dan kebijakan kesehatan masyarakat.
Surveilans adalah komponen kunci epidemiologi dan melibatkan
pengumpulan, analisis, dan interpretasi data terkait kesehatan secara
sistematis untuk tujuan pemantauan dan pengendalian penyakit.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, ahli epidemiologi dapat
secara efektif menyelidiki wabah penyakit, mengidentifikasi faktor
risiko penyakit, mengevaluasi efektivitas intervensi kesehatan
masyarakat, dan berkontribusi pada pengambilan keputusan berbasis
bukti dalam praktik kesehatan masyarakat.
3.1 Prinsip epidemiologi
Prinsip-prinsip epidemiologi membentuk landasan untuk memahami
distribusi dan faktor-faktor penentu kejadian-kejadian yang
berhubungan dengan kesehatan, termasuk penyakit, cedera, dan
kondisi terkait kesehatan lainnya, dalam suatu populasi.
Prinsip-prinsip ini memandu studi pola kejadian penyakit dan
memberikan kerangka kerja untuk menyelidiki dan mengendalikan
masalah kesehatan masyarakat.
18
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Berikut adalah prinsip-prinsip utama epidemiologi:
1.
Perspektif Kependudukan
Epidemiologi berfokus pada kesehatan populasi daripada
individu. Hal ini mengkaji pola kejadian penyakit dan faktor risiko
di seluruh populasi atau subkelompok populasi.
2.
Distribusi
Epidemiologi berusaha untuk menggambarkan distribusi
kejadian-kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dalam
suatu populasi berdasarkan waktu, tempat, dan orang. Hal ini
termasuk mengidentifikasi tren, klaster, dan variasi kejadian
penyakit.
3.
Penentu
Epidemiologi menyelidiki faktor-faktor penentu atau faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa-peristiwa yang
berhubungan dengan kesehatan. Faktor penentu ini mungkin
mencakup faktor biologis, lingkungan, perilaku, dan sosial.
4.
Eksposur dan Hasil
Studi epidemiologi sering kali menguji hubungan antara paparan
terhadap faktor risiko potensial dan terjadinya dampak
kesehatan. Hal ini termasuk mengidentifikasi hubungan antara
paparan (misalnya merokok, kebiasaan makan) dan dampaknya
(misalnya kanker, penyakit jantung).
5.
Hubungan sebab dan akibat
Epidemiologi bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab
akibat antara paparan dan hasil. Membangun kausalitas
memerlukan bukti hubungan temporal, kekuatan hubungan,
hubungan dosis-respons, konsistensi antar penelitian, masuk akal
secara biologis, dan koherensi dengan pengetahuan yang ada.
6.
Bias dan Perancu
19
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Ahli epidemiologi berupaya meminimalkan bias dan perancu
dalam desain dan analisis penelitian. Bias mengacu pada
kesalahan sistematis dalam pengukuran atau interpretasi data,
sedangkan perancu terjadi ketika ada faktor asing yang
mendistorsi hubungan antara paparan dan hasil yang diinginkan.
7.
Desain Studi
Studi epidemiologi menggunakan berbagai desain studi untuk
menyelidiki hubungan antara paparan dan hasil. Ini termasuk
studi observasional (misalnya studi kohort, studi kasus-kontrol,
studi cross-sectional) dan studi eksperimental (misalnya uji coba
terkontrol secara acak).
8.
Validitas dan Reliabilitas
Kajian epidemiologi bertujuan untuk menghasilkan temuan yang
valid dan reliabel. Validitas mengacu pada keakuratan dan
kebenaran hasil penelitian, sedangkan reliabilitas mengacu pada
konsistensi dan reproduktifitas temuan.
9.
Generalisasi
Temuan-temuan epidemiologis harus dapat digeneralisasikan
terhadap populasi yang dijadikan sampel penelitian. Hal ini
memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap karakteristik
populasi penelitian dan metode pengambilan sampel.
10. Penerapan pada Praktik Kesehatan Masyarakat
Epidemiologi memberikan informasi kepada praktik kesehatan
masyarakat dengan mengidentifikasi masalah kesehatan, menilai
beban penyakit, mengevaluasi intervensi, dan memberikan
informasi dalam pengambilan kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, ahli epidemiologi dapat
secara efektif menyelidiki wabah penyakit, mengidentifikasi faktor
risiko penyakit, mengevaluasi efektivitas intervensi kesehatan
20
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
masyarakat, dan berkontribusi pada pengambilan keputusan berbasis
bukti dalam praktik kesehatan masyarakat.
3.2 Metode surveilans penyakit
Metode surveilans penyakit melibatkan pengumpulan, analisis,
interpretasi, dan penyebaran data terkait kesehatan secara sistematis
untuk memantau dan mengendalikan penyakit dalam suatu populasi.
Metode-metode ini bertujuan untuk mendeteksi, melacak, dan
merespons wabah penyakit, menilai tren penyakit, dan mengevaluasi
efektivitas intervensi kesehatan masyarakat.
Berikut adalah beberapa metode surveilans penyakit yang umum:
1.
Pengawasan Pasif
Surveilans pasif bergantung pada pelaporan kasus secara rutin
oleh penyedia layanan kesehatan, laboratorium, atau sumber lain
kepada otoritas kesehatan masyarakat.
Fasilitas kesehatan melaporkan kasus penyakit atau kondisi
tertentu ke departemen kesehatan lokal, negara bagian, atau
nasional melalui sistem pelaporan wajib.
Sistem surveilans pasif relatif sederhana dan hemat biaya, namun
mungkin mengalami kekurangan pelaporan dan keterlambatan
dalam pengumpulan data.
2.
Pengawasan Aktif
Surveilans aktif melibatkan pencarian kasus penyakit secara aktif
melalui upaya pengumpulan data yang ditargetkan.
Departemen kesehatan dapat melakukan surveilans aktif melalui
kegiatan pencarian kasus, seperti menghubungi fasilitas
kesehatan atau meninjau rekam medis, untuk mengidentifikasi
21
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
kasus-kasus yang mungkin tidak dilaporkan melalui surveilans
pasif.
Surveilans aktif sering digunakan untuk penyakit-penyakit yang
penting bagi kesehatan masyarakat atau dalam investigasi wabah
untuk memastikan kepastian kasus yang komprehensif.
3.
Pengawasan Sentinel
Surveilans sentinel memantau lokasi atau populasi tertentu
untuk melacak tren penyakit atau kondisi tertentu.
Situs sentinel, seperti fasilitas kesehatan atau laboratorium,
melaporkan data tentang sebagian kasus atau kejadian, sehingga
memberikan sampel yang mewakili aktivitas penyakit dalam
populasi.
Surveilans sentinel berguna untuk memantau penyakit dengan
pola yang dapat diprediksi atau untuk mendeteksi dini ancaman
yang muncul.
4.
Pengawasan Sindrom:
Pengawasan sindromik memantau indikator penyakit atau
kejadian terkait kesehatan, seperti kunjungan ke unit gawat
darurat, ketidakhadiran di sekolah, atau penjualan obat bebas,
untuk mendeteksi wabah atau pola yang tidak biasa secara realtime.
Sistem pengawasan sindromik menggunakan algoritme otomatis
untuk menganalisis data dalam jumlah besar dengan cepat dan
mengidentifikasi sinyal potensial peningkatan aktivitas penyakit.
Surveilans sindromik melengkapi metode surveilans tradisional
dan dapat memberikan peringatan dini terhadap wabah atau
peristiwa bioterorisme.
22
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
5.
Surveilans Berbasis Laboratorium:
Surveilans berbasis laboratorium bergantung pada pengujian
laboratorium untuk memastikan diagnosis dan memantau tren
penyakit.
Laboratorium kesehatan masyarakat melakukan pengujian
terhadap spesimen klinis untuk mengidentifikasi patogen dan
mengkarakterisasi sifat-sifatnya, seperti pola resistensi antibiotik
atau urutan genetik.
Data laboratorium diintegrasikan dengan informasi epidemiologi
untuk melacak penyebaran penyakit dan memandu respons
kesehatan masyarakat.
Catatan Kesehatan Elektronik (EHR) dan Sistem Informasi
Kesehatan:
Catatan kesehatan elektronik dan sistem informasi kesehatan
menangkap data tentang demografi pasien, diagnosis,
perawatan, dan hasil dalam pengaturan klinis.
Badan kesehatan masyarakat dapat mengakses data EHR untuk
memantau tren penyakit, melakukan pengawasan, dan
mendukung intervensi kesehatan masyarakat, seperti pencatatan
imunisasi atau sistem pelaporan penyakit.
6.
Jaringan Pengawasan Internasional:
Jaringan pengawasan internasional, seperti Sistem Pengawasan
dan Respons Influenza Global (GISRS) Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), memfasilitasi kolaborasi global dalam memantau dan
merespons penyakit menular yang menjadi perhatian
internasional.
Jaringan ini mengumpulkan dan berbagi data mengenai aktivitas
penyakit, melakukan pengujian laboratorium, dan memberikan
panduan mengenai respons wabah dan tindakan pengendalian.
23
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Metode surveilans penyakit yang efektif sangat penting untuk
deteksi dini, respons cepat, dan pengendalian penyakit menular,
serta untuk memantau tren penyakit tidak menular dan kejadian
terkait kesehatan lainnya. Dengan mengumpulkan dan
menganalisis data secara sistematis, otoritas kesehatan
masyarakat dapat mengidentifikasi ancaman yang muncul,
menerapkan intervensi yang ditargetkan, dan melindungi
kesehatan masyarakat.
3.3 Laporan Pengawasan Penyakit: Wabah Campak
di Springfield County
Tanggal: 1 Mei 2024
Latar belakang:
Departemen Kesehatan Springfield County telah melakukan
pengawasan terhadap penyakit menular, termasuk campak, di
wilayah tersebut. Campak adalah infeksi virus yang sangat menular
dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada orang yang
tidak divaksinasi. Sistem surveilans bertujuan untuk memantau
aktivitas campak, mendeteksi wabah, dan menerapkan tindakan
pengendalian untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Metode Pengawasan:
Pengawasan Pasif:
Penyedia layanan kesehatan di rumah sakit, klinik, dan
layanan primer wajib melaporkan kasus dugaan campak ke
departemen kesehatan.
Laboratorium yang melakukan pengujian campak
melaporkan kasus positif ke departemen kesehatan,
termasuk informasi mengenai demografi pasien, status
vaksinasi, dan gejala klinis.
24
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pengawasan Aktif:
Pejabat kesehatan masyarakat melakukan pengawasan aktif
dengan meninjau catatan medis dan mewawancarai pasien
yang diduga atau dikonfirmasi terkena campak untuk
mengidentifikasi sumber paparan dan kontak potensial.
Upaya penjangkauan masyarakat menargetkan populasi
berisiko tinggi, seperti individu yang tidak divaksinasi dan
wisatawan yang kembali dari daerah dengan wabah campak,
untuk mempromosikan vaksinasi dan meningkatkan
kesadaran akan gejala campak.
Pengawasan Sentinel:
Jaringan fasilitas kesehatan sentinel, termasuk unit gawat
darurat dan klinik anak, berpartisipasi dalam surveilans
campak dengan melaporkan kasus dugaan campak ke
departemen kesehatan.
Lokasi sentinel berlokasi strategis di seluruh wilayah untuk
menyediakan data representatif mengenai aktivitas campak
di berbagai wilayah geografis.
Surveilans Berbasis Laboratorium:
Laboratorium kesehatan masyarakat melakukan pengujian
campak pada spesimen yang dikumpulkan dari kasus yang
dicurigai untuk memastikan diagnosis dan mengidentifikasi
strain yang beredar.
Data laboratorium, termasuk genotipe campak dan
epidemiologi molekuler, digunakan untuk melacak
penyebaran virus campak dan menyelidiki pola penularan.
Situasi saat ini:
Sejak awal tahun, terjadi peningkatan jumlah kasus campak yang
dilaporkan di Springfield County.
25
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Hingga 1 Mei 2024, total 25 kasus campak yang terkonfirmasi
telah dilaporkan ke departemen kesehatan.
Kasus-kasus telah dilaporkan terjadi pada berbagai kelompok
umur, dengan mayoritas terjadi pada individu yang tidak
divaksinasi.
Penularan tampaknya terjadi di lingkungan rumah tangga dan
komunitas, dengan beberapa kelompok teridentifikasi di antara
individu yang tidak divaksinasi yang menghadiri pertemuan
keagamaan.
Tindakan Respons:
Departemen kesehatan telah mengeluarkan peringatan
kesehatan masyarakat kepada penyedia layanan kesehatan,
sekolah, pusat penitipan anak, dan organisasi masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran akan gejala campak dan rekomendasi
vaksinasi.
Klinik vaksinasi telah didirikan di daerah berisiko tinggi untuk
menyediakan vaksin campak-gondong-rubella (MMR) kepada
individu yang memenuhi syarat, termasuk anak-anak, remaja,
dan orang dewasa yang tidak divaksinasi.
Pejabat kesehatan masyarakat sedang melakukan pelacakan
kontak untuk mengidentifikasi dan memberi tahu individu yang
mungkin terkena kasus campak dan memberikan panduan
mengenai tindakan yang tepat untuk mencegah penularan lebih
lanjut.
Rekomendasi:
Departemen kesehatan merekomendasikan agar semua individu
memastikan bahwa mereka mendapatkan vaksinasi campak
terkini, terutama mereka yang bepergian ke luar negeri atau
menghadiri pertemuan besar.
26
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Penyedia layanan kesehatan disarankan untuk segera
melaporkan kasus dugaan campak ke departemen kesehatan
untuk penyelidikan lebih lanjut dan tindakan pengendalian.
Masyarakat diimbau untuk mencari pertolongan medis jika
mengalami gejala campak, termasuk demam, ruam, batuk, dan
konjungtivitis, serta menghindari kontak dengan orang lain untuk
mencegah penyebaran virus lebih lanjut.
Kesimpulan:
Wabah campak yang sedang berlangsung di Springfield County
menyoroti pentingnya pengawasan penyakit yang kuat dan upaya
respons kesehatan masyarakat untuk mengendalikan penyakit
menular. Pemantauan berkelanjutan, upaya vaksinasi, dan
keterlibatan masyarakat sangat penting untuk mencegah
penyebaran campak lebih lanjut dan melindungi kesehatan
masyarakat.
Disiapkan oleh: Departemen Kesehatan Kabupaten Springfield
Tanggal: 1 Mei 2024
3.3 Investigasi dan pengendalian wabah
Investigasi dan pengendalian wabah merupakan komponen penting
dari upaya respons kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mengelola, dan memitigasi penyebaran penyakit
menular dalam suatu komunitas atau populasi.
27
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Berikut ini ikhtisar langkah-langkah yang terlibat dalam penyelidikan
dan pengendalian wabah:
1.
Deteksi dan Konfirmasi
Wabah dapat dideteksi melalui sistem surveilans penyakit rutin,
laporan dari penyedia layanan kesehatan, atau peningkatan kasus
melebihi tingkat yang diperkirakan.
Langkah pertama adalah memastikan diagnosis penyakit
penyebab wabah melalui pengujian laboratorium dan evaluasi
klinis.
2.
Penilaian Wabah
Pejabat kesehatan masyarakat melakukan penilaian awal untuk
menentukan cakupan, tingkat keparahan, dan karakteristik
wabah. Hal ini melibatkan pengumpulan informasi tentang
individu yang terkena dampak, termasuk demografi, gejala klinis,
dan potensi paparan.
Investigasi epidemiologis, termasuk wawancara kasus dan
pelacakan kontak, membantu mengidentifikasi paparan umum
dan sumber infeksi potensial.
3.
Pembuatan Hipotesis
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama penilaian,
hipotesis dihasilkan untuk mengidentifikasi kemungkinan sumber
wabah dan cara penularannya.
Ahli epidemiologi menggunakan metode analisis, seperti studi
kasus-kontrol atau studi kohort, untuk menguji hipotesis dan
mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang terkait dengan wabah
tersebut.
4.
Penerapan Tindakan Pengendalian
Langkah-langkah pengendalian diterapkan untuk menghentikan
penularan dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.
28
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Tindakan yang dilakukan dapat mencakup isolasi kasus, karantina
kontak, pengobatan terhadap individu yang terkena dampak, dan
penerapan praktik pengendalian infeksi di fasilitas layanan
kesehatan dan rangkaian berisiko tinggi lainnya.
5.
Komunikasi dan Pelaporan
Badan-badan kesehatan masyarakat berkomunikasi dengan
penyedia layanan kesehatan, individu yang terkena dampak, dan
masyarakat untuk memberikan informasi tentang wabah ini,
rekomendasi untuk pencegahan, dan pembaruan mengenai
langkah-langkah pengendalian.
Pelaporan informasi wabah yang tepat waktu kepada otoritas
terkait, seperti departemen kesehatan negara bagian atau
nasional, memastikan koordinasi upaya respons dan alokasi
sumber daya sesuai kebutuhan.
6.
Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan berkelanjutan terhadap wabah ini dilakukan untuk
melacak perkembangan penyakit, menilai efektivitas tindakan
pengendalian, dan mengidentifikasi kasus atau klaster tambahan.
Data surveilans dianalisis untuk mengidentifikasi tren,
mendeteksi
perubahan
aktivitas
penyakit,
dan
menginformasikan keputusan tentang kelanjutan atau modifikasi
tindakan pengendalian.
7.
Investigasi Sumber
Pejabat kesehatan masyarakat menyelidiki potensi sumber
wabah, seperti makanan atau air yang terkontaminasi, individu
yang terinfeksi, atau paparan lingkungan.
Penilaian lingkungan, pengujian makanan atau air, dan investigasi
penelusuran balik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi asal
mula wabah dan mencegah kejadian di masa depan.
29
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
8.
Tindak Lanjut dan Setelahnya
Setelah wabah terkendali, lembaga kesehatan masyarakat
melakukan kegiatan tindak lanjut, seperti pemantauan kasus
sekunder, penilaian dampak kesehatan jangka panjang, dan
evaluasi efektivitas upaya respons.
Pembelajaran dari penyelidikan wabah digunakan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan, respons, dan strategi pencegahan
terhadap wabah di masa depan.
Investigasi dan pengendalian wabah yang efektif memerlukan
kolaborasi antara lembaga kesehatan masyarakat, penyedia layanan
kesehatan, pemangku kepentingan masyarakat, dan masyarakat.
Dengan mengidentifikasi dan merespons wabah secara cepat,
otoritas kesehatan masyarakat dapat mengurangi dampak penyakit
menular terhadap kesehatan masyarakat dan mencegah penyebaran
lebih lanjut di masyarakat.
3.4 Laporan Wabah: Wabah Norovirus di Sekolah
Dasar Sunnyville
Tanggal: 15 Mei 2024
Latar belakang
Departemen Kesehatan Masyarakat Sunnyville telah diberitahu
tentang dugaan wabah norovirus di Sekolah Dasar Sunnyville.
Norovirus adalah virus yang sangat menular yang menyebabkan
gastroenteritis, dengan gejala termasuk mual, muntah, diare, dan
kram perut. Investigasi wabah bertujuan untuk mengidentifikasi
sumber wabah, menerapkan langkah-langkah pengendalian, dan
mencegah penyebaran lebih lanjut dalam komunitas sekolah.
30
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Penilaian Awal
Pada tanggal 14 Mei 2024, perawat sekolah melaporkan peningkatan
jumlah siswa yang mengalami gejala gastroenteritis, termasuk
muntah dan diare.
Sebanyak 35 siswa dan 4 anggota staf telah melaporkan gejala yang
konsisten dengan infeksi norovirus sejak 10 Mei 2024.
Gejala biasanya berlangsung 24 hingga 48 jam dan ditandai dengan
timbulnya penyakit secara tiba-tiba.
Investigasi Epidemiologi
Wawancara kasus dilakukan dengan individu yang terkena dampak
untuk mengumpulkan informasi tentang gejala, timbulnya penyakit,
dan potensi paparan.
Mayoritas kasus melaporkan timbulnya gejala dalam waktu 48 jam
setelah masuk sekolah, yang menunjukkan adanya paparan umum di
lingkungan sekolah.
Analisis catatan kehadiran mengidentifikasi beberapa ruang kelas
dengan tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi dari perkiraan, yang
menunjukkan adanya pengelompokan kasus.
Pembuatan Hipotesis
Berdasarkan waktu dan pola timbulnya penyakit, hipotesis utamanya
adalah wabah ini disebabkan oleh penularan norovirus di sekolah.
Cara penularan yang mungkin terjadi adalah penyebaran dari orang
ke orang melalui kontak dekat, permukaan yang terkontaminasi, atau
sumber makanan atau air yang terkontaminasi.
Tindakan Pengendalian Diimplementasikan
Kepala sekolah telah diberitahu tentang wabah ini, dan langkahlangkah pengendalian sedang diterapkan untuk mencegah
penyebaran norovirus lebih lanjut di sekolah.
31
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Siswa dan anggota staf yang terkena dampak disarankan untuk tinggal
di rumah sampai mereka bebas dari gejala setidaknya selama 48 jam
untuk mengurangi risiko penularan.
Peningkatan pembersihan dan disinfeksi ruang kelas, toilet, dan area
umum dilakukan dengan menggunakan disinfektan yang sesuai dan
efektif melawan norovirus.
Pengujian Laboratorium
Spesimen tinja dari beberapa orang yang terkena dampak telah
dikumpulkan untuk pengujian laboratorium guna memastikan
diagnosis norovirus.
Hasil pengujian laboratorium masih menunggu keputusan dan akan
digunakan untuk memastikan etiologi wabah dan mengidentifikasi
strain spesifik norovirus yang terlibat.
Komunikasi dan Pelaporan
Pihak administrasi sekolah telah mengeluarkan pemberitahuan
kepada orang tua dan wali untuk memberi tahu mereka tentang
wabah tersebut dan menyarankan mereka untuk memantau gejala
norovirus pada anak-anak mereka.
Pejabat kesehatan masyarakat berkoordinasi dengan administrasi
sekolah untuk memberikan informasi dan bimbingan kepada orang
tua, siswa, dan anggota staf mengenai tindakan pencegahan dan
strategi pengendalian.
Kesimpulan
Wabah norovirus di Sekolah Dasar Sunnyville menyoroti pentingnya
deteksi dini, investigasi, dan pengendalian wabah penyakit menular di
lingkungan sekolah. Otoritas kesehatan masyarakat akan terus
memantau situasi dengan cermat, menerapkan langkah-langkah
pengendalian, dan memberikan dukungan kepada komunitas sekolah
untuk mencegah penyebaran norovirus lebih lanjut.
32
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Disiapkan oleh: Departemen Kesehatan Masyarakat Sunnyville
Tanggal: 15 Mei 2024
Daftar Pustaka:
•
•
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
33
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 4: Cara Penularan
Singkat: Cara penularan mengacu pada berbagai cara agen infeksi,
seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur, menyebar dari satu orang,
hewan, atau lingkungan ke orang lain. Memahami cara penularan
sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian
yang efektif untuk mencegah penyebaran penyakit menular.
Memahami cara penularan penyakit menular sangat penting untuk
menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat, seperti
kebersihan tangan, etika pernafasan, pembersihan lingkungan,
vaksinasi, pengendalian vektor, dan praktik keamanan pangan.
Dengan memutus rantai penularan, otoritas kesehatan masyarakat
dapat secara efektif mencegah penyebaran penyakit menular dalam
komunitas dan populasi.
4.1 Penularan langsung dan tidak langsung
Penularan langsung dan tidak langsung adalah dua cara utama
penyebaran agen infeksi dari satu orang ke orang lain atau dari
sumber lingkungan ke seseorang.
1.
Transmisi Langsung:
Penularan langsung terjadi ketika agen infeksi berpindah
langsung dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain tanpa
perantara. Hal ini dapat terjadi melalui kontak fisik, seperti:
•
•
•
•
•
Menyentuh (misalnya berjabat tangan, berpelukan).
Berciuman.
Kontak seksual.
Penyebaran droplet (misalnya, tetesan pernapasan yang
dikeluarkan saat batuk atau bersin).
Kontak dengan darah atau cairan tubuh.
34
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
2.
Penularan langsung biasa terjadi pada penyakit yang
ditularkan melalui kontak pribadi yang dekat atau kontak
dengan sekret atau ekskresi yang terinfeksi. Contohnya
meliputi:
• Infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV, gonore, dan sifilis.
• Infeksi saluran pernafasan seperti influenza, COVID-19, dan
tuberkulosis.
• Penyakit kontak kulit ke kulit seperti kudis dan impetigo.
Penularan Tidak Langsung:
Penularan tidak langsung melibatkan penyebaran agen infeksi melalui
benda atau permukaan perantara, yang dikenal sebagai fomites.
Dalam cara penularan ini, agen penular mencemari suatu benda atau
permukaan, dan orang yang rentan terinfeksi dengan menyentuh
benda yang terkontaminasi tersebut lalu menyentuh mulut, hidung,
atau matanya.
Penularan tidak langsung dapat terjadi melalui berbagai jalur, antara
lain:
•
•
•
•
Kontak dengan permukaan yang terkontaminasi (misalnya
gagang pintu, meja dapur, peralatan bersama).
Makanan atau air yang terkontaminasi.
Peralatan atau peralatan medis yang terkontaminasi.
Penularan melalui vektor (penularan tidak langsung yang
difasilitasi oleh vektor artropoda).
Penyakit yang ditularkan secara tidak langsung antara lain:
•
•
Infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri (misalnya
Salmonella, E. coli) atau virus (misalnya norovirus) melalui
makanan atau air yang terkontaminasi.
Infeksi pernafasan (misalnya influenza, flu biasa) menyebar
melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi atau
tetesan pernafasan pada benda.
35
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
Infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs) yang didapat melalui
kontak dengan perangkat medis atau permukaan yang
terkontaminasi di fasilitas layanan kesehatan.
Memahami perbedaan antara penularan langsung dan tidak langsung
sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian
infeksi yang tepat. Strategi untuk mencegah penularan dapat
mencakup kebersihan tangan, desinfeksi permukaan, praktik
keamanan pangan, penggunaan alat pelindung diri, dan vaksinasi.
Dengan menargetkan cara penularan tertentu, upaya kesehatan
masyarakat dapat secara efektif mengurangi penyebaran penyakit
menular di masyarakat.
4.2 Penularan melalui udara, tetesan, dan kontak
Penularan melalui udara, tetesan, dan kontak adalah tiga cara
berbeda yang menyebabkan agen infeksi menyebar dari satu orang ke
orang lain atau dari sumber lingkungan ke seseorang.
1.
Penularan Melalui Udara:
Penularan melalui udara terjadi ketika agen infeksi menyebar
melalui udara melalui tetesan pernapasan kecil atau partikel yang
dapat tersuspensi dalam jangka waktu lama. Tetesan atau
partikel ini biasanya berdiameter kurang dari 5 mikrometer dan
dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan, sehingga
menyebabkan infeksi.
Penularan melalui udara paling banyak dikaitkan dengan virus
pernapasan dan agen infeksi lainnya yang dapat bertahan hidup
dalam bentuk aerosol.
36
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Contohnya meliputi:
•
•
Virus pernapasan seperti influenza, campak, dan
COVID-19.
Bakteri tuberkulosis (TB), yang dapat dikeluarkan ke
udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Mencegah penularan melalui udara seringkali memerlukan
tindakan pengendalian infeksi khusus, termasuk:
•
2.
Tindakan pencegahan penularan melalui udara, seperti
penggunaan respirator N95 atau perlindungan
pernapasan tingkat tinggi.
• Pengendalian teknik, seperti sistem ventilasi dan ruang
bertekanan negatif, untuk mengurangi konsentrasi
aerosol menular.
Transmisi droplet:
Penularan droplet melibatkan penyebaran agen infeksi melalui
tetesan pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi
batuk, bersin, berbicara, atau menghembuskan napas. Tetesan ini
lebih besar dan lebih berat daripada partikel aerosol dan biasanya
menempuh jarak yang lebih pendek sebelum jatuh ke permukaan.
Tetesan dapat langsung mengenai selaput lendir (misalnya mulut,
hidung, mata) orang di sekitarnya atau dapat mencemari permukaan,
sehingga menyebabkan penularan tidak langsung melalui kontak
dengan benda yang terkontaminasi.
Penyakit yang ditularkan melalui penularan droplet antara lain:
•
•
Virus pernapasan seperti influenza, virus pernapasan
syncytial (RSV), dan adenovirus.
Infeksi bakteri seperti pertusis (batuk rejan) dan pneumonia
bakterial.
37
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pencegahan penularan droplet meliputi:
•
3.
Tindakan pencegahan terhadap droplet, termasuk
penggunaan masker bedah atau pelindung wajah oleh
petugas kesehatan dan individu yang terinfeksi untuk
mengurangi penyebaran droplet pernapasan.
• Etiket pernafasan, seperti menutup batuk dan bersin dengan
tisu atau siku.
Kontak Langsung:
Penularan melalui kontak terjadi ketika agen infeksi menyebar
melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan permukaan,
benda, atau orang yang terkontaminasi. Cara penularan ini dapat
melibatkan kontak fisik (penularan kontak langsung) dan kontak
dengan benda yang terkontaminasi (penularan kontak tidak
langsung).
Transmisi kontak dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi:
•
•
Penularan kontak langsung: Terjadi melalui kontak fisik
dengan orang yang terinfeksi atau cairan tubuh, lesi, atau
selaput lendirnya. Contohnya termasuk kontak kulit ke kulit,
kontak seksual, dan penularan melalui darah.
Penularan kontak tidak langsung: Terjadi melalui kontak
dengan permukaan, benda, atau benda yang
terkontaminasi. Contohnya termasuk menyentuh gagang
pintu yang terkontaminasi, peralatan bersama, atau
perangkat medis yang terkontaminasi.
Penyakit yang ditularkan melalui penularan kontak antara lain:
•
•
Infeksi kulit seperti impetigo dan kudis.
Infeksi gastrointestinal yang disebabkan oleh bakteri
(misalnya Clostridium difficile) atau virus (misalnya
norovirus) yang ditularkan melalui kontak fecal-oral.
38
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Mencegah penularan melalui kontak meliputi:
•
•
Tindakan pencegahan standar, termasuk kebersihan tangan,
penggunaan alat pelindung diri (misalnya sarung tangan,
baju pelindung), dan pembersihan serta desinfeksi
permukaan dan peralatan yang benar.
Tindakan pencegahan isolasi bagi individu yang terinfeksi
untuk mencegah kontak langsung dengan individu yang
rentan.
Memahami cara penularan sangat penting untuk menerapkan
langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat guna mencegah
penyebaran penyakit menular di lingkungan layanan kesehatan,
komunitas, dan populasi. Dengan menargetkan jalur penularan
tertentu, upaya kesehatan masyarakat dapat secara efektif
mengurangi risiko penularan dan melindungi individu dari infeksi.
4.3 Infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs)
Infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs), juga dikenal sebagai infeksi
nosokomial, adalah infeksi yang didapat pasien selama menerima
perawatan kesehatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Infeksi ini dapat terjadi di semua tempat layanan kesehatan, termasuk
rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, klinik rawat jalan, dan
pusat bedah rawat jalan.
HAIs merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan
karena dapat menyebabkan peningkatan morbiditas, mortalitas, biaya
perawatan kesehatan, dan lama rawat inap di rumah sakit.
39
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Berikut adalah aspek-aspek penting dari infeksi terkait layanan
kesehatan:
1.
2.
Jenis HAI:
• Infeksi Lokasi Bedah (SSI): Infeksi yang terjadi di lokasi
pembedahan, seperti sayatan atau luka, setelah prosedur
pembedahan.
• Infeksi saluran kemih (ISK): Infeksi pada sistem saluran
kemih, termasuk kandung kemih dan ginjal, sering dikaitkan
dengan penggunaan kateter urin.
• Infeksi aliran darah terkait jalur sentral (CLABSI): Infeksi yang
terjadi ketika patogen memasuki aliran darah melalui kateter
vena sentral atau perangkat intravaskular lainnya.
• Pneumonia terkait ventilator (VAP): Pneumonia yang
berkembang pada pasien yang menggunakan ventilasi
mekanis, biasanya karena aspirasi isi mulut atau lambung
atau kolonisasi saluran pernapasan.
• Infeksi Clostridioides difficile (CDI): Infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Clostridioides difficile, yang dapat
menyebabkan diare, radang usus besar, dan gejala
gastrointestinal lainnya, yang sering dikaitkan dengan
penggunaan antibiotik.
• Lainnya: Jenis HAIs lainnya mungkin termasuk infeksi aliran
darah, infeksi saluran cerna, dan infeksi kulit dan jaringan
lunak yang didapat selama pelayanan kesehatan.
Faktor Risiko HAIs:
• Rawat inap atau perawatan institusional yang
berkepanjangan.
• Prosedur medis invasif, seperti pembedahan, pemasangan
perangkat medis (misalnya kateter, ventilator, saluran
sentral), dan penggunaan perangkat yang terpasang di
dalam rumah.
• Sistem kekebalan tubuh terganggu atau kondisi medis yang
mendasarinya.
40
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
3.
Penggunaan antibiotik spektrum luas, yang dapat
mengganggu flora mikroba normal dan meningkatkan risiko
infeksi yang resistan terhadap antibiotik.
• Usia (orang dewasa yang lebih tua dan bayi berisiko lebih
tinggi).
• Tingkat keparahan penyakit atau cedera.
Pencegahan HAIs:
• Kepatuhan terhadap praktik pencegahan dan pengendalian
infeksi, termasuk kebersihan tangan, pembersihan dan
disinfeksi lingkungan, dan penggunaan alat pelindung diri.
• Penerapan pedoman berbasis bukti dan praktik terbaik
untuk mencegah jenis HAIs tertentu, seperti paket
pencegahan ISK terkait kateter (CAUTI) dan protokol
pencegahan infeksi lokasi bedah (SSI).
• Pengawasan dan pemantauan tingkat HAI untuk
mengidentifikasi tren, klaster, dan area yang perlu
ditingkatkan.
• Program pengelolaan antimikroba untuk mengoptimalkan
penggunaan antibiotik dan mencegah berkembangnya
infeksi yang resistan terhadap antibiotik.
• Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan pasien
mengenai tindakan pencegahan infeksi dan pentingnya
keselamatan pasien.
Infeksi terkait layanan kesehatan merupakan tantangan besar bagi
sistem layanan kesehatan di seluruh dunia, namun melalui strategi
pencegahan dan pengendalian infeksi yang komprehensif, termasuk
pengawasan, pendidikan, dan intervensi berbasis bukti, risiko HAIs
dapat diminimalkan, dan keselamatan pasien dapat ditingkatkan.
41
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Daftar Pustaka:
•
•
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
42
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 5: Tindakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
Ringkasan: Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC)
adalah strategi penting yang diterapkan di rangkaian layanan
kesehatan dan lingkungan lainnya untuk meminimalkan risiko infeksi
terkait layanan kesehatan (HAIs) dan penyebaran penyakit menular.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk melindungi pasien, petugas
kesehatan, pengunjung, dan masyarakat dari tertular dan menularkan
infeksi.
Menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi
yang komprehensif sangat penting untuk menjaga lingkungan yang
aman dan sehat di fasilitas layanan kesehatan dan lingkungan lain di
mana penyakit menular dapat ditularkan.
Langkah-langkah ini membantu melindungi pasien, petugas layanan
kesehatan, dan masyarakat dari penyebaran infeksi dan berkontribusi
terhadap peningkatan hasil pasien dan kualitas layanan kesehatan.
5.1 Kewaspadaan standar
Kewaspadaan standar adalah serangkaian praktik pengendalian
infeksi yang dirancang untuk mencegah penularan agen infeksius di
lingkungan layanan kesehatan mana pun. Hal ini didasarkan pada
prinsip bahwa semua pasien, terlepas dari diagnosis atau dugaan
status infeksinya, harus dianggap berpotensi menularkan dan diobati
dengan tepat.
Kewaspadaan standar adalah dasar dari upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi dan diterapkan untuk melindungi petugas
kesehatan, pasien, dan pengunjung dari penularan patogen.
43
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Berikut adalah komponen utama dari kewaspadaan standar:
1.
Kebersihan Tangan:
Kebersihan tangan adalah landasan pencegahan dan
pengendalian infeksi. Petugas kesehatan harus melakukan
kebersihan tangan:
•
•
•
2.
Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Sebelum dan sesudah melakukan prosedur invasif.
Setelah kontak dengan darah, cairan tubuh, atau
permukaan yang terkontaminasi.
• Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan
menggunakan sabun dan air atau cairan pembersih
tangan berbahan dasar alkohol yang mengandung
alkohol minimal 60%.
Alat Pelindung Diri (APD):
Alat pelindung diri (APD) harus digunakan untuk melindungi
petugas kesehatan dari paparan agen infeksi dan mencegah
penularan patogen. Contoh APD antara lain:
•
•
•
•
3.
Sarung tangan: Dipakai saat menyentuh darah, cairan
tubuh, selaput lendir, atau permukaan yang
terkontaminasi.
Gaun: Dipakai untuk melindungi pakaian dan mencegah
kontaminasi pada kulit dan pakaian.
Masker dan respirator: Dipakai untuk melindungi
saluran pernapasan dari paparan partikel di udara.
Pelindung mata: Dipakai untuk melindungi mata dari
cipratan atau cipratan darah, cairan tubuh, atau bahan
lain yang berpotensi menular.
Kebersihan Pernafasan/Etiket Batuk:
44
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Praktik kebersihan pernapasan dan etika batuk membantu
mencegah penyebaran infeksi saluran pernapasan. Pasien,
pengunjung, dan petugas kesehatan harus dididik tentang:
•
4.
5.
6.
Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan
tisu atau siku.
• Pembuangan tisu bekas dan kebersihan tangan yang benar
setelahnya.
Praktik Injeksi yang Aman:
• Praktik penyuntikan yang aman membantu mencegah
penularan patogen yang ditularkan melalui darah dan
mengurangi risiko infeksi terkait layanan kesehatan.
• Hal ini mencakup penggunaan teknik aseptik, jarum suntik
steril, penggunaan kotak tajam dan botol dosis tunggal bila
memungkinkan.
Pembersihan dan Disinfeksi Lingkungan:
• Pembersihan rutin dan disinfeksi area perawatan pasien,
peralatan medis, dan permukaan yang sering disentuh
membantu mencegah penularan patogen.
• Pembersihan lingkungan harus dilakukan dengan disinfektan
yang tepat sesuai dengan protokol yang ditetapkan.
Penempatan dan Pengelompokan Pasien:
• Penempatan dan pengelompokan pasien yang tepat
membantu mencegah penyebaran penyakit menular di
fasilitas layanan kesehatan.
• Pasien dengan status infeksi atau kolonisasi yang sama dapat
ditempatkan bersama untuk meminimalkan risiko penularan
ke pasien lain.
Kewaspadaan standar harus diterapkan secara konsisten oleh semua
petugas kesehatan di seluruh rangkaian perawatan pasien, tanpa
memandang status infeksi pasien. Dengan mematuhi tindakan
pencegahan standar, fasilitas layanan kesehatan dapat meminimalkan
risiko infeksi terkait layanan kesehatan, melindungi pasien dan
45
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
petugas layanan kesehatan, serta menciptakan lingkungan yang aman
dan sehat bagi semua orang.
5.2 Tindakan pencegahan berdasarkan penularan
Kewaspadaan berbasis penularan adalah tindakan pengendalian
infeksi tambahan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau
diduga mengalami infeksi yang memerlukan tindakan pencegahan
tambahan di luar kewaspadaan standar. Tindakan pencegahan ini
didasarkan pada cara penularan agen infeksi dan diterapkan sebagai
tambahan dari tindakan pencegahan standar untuk mencegah
penyebaran patogen di lingkungan layanan kesehatan.
Tindakan pencegahan berdasarkan penularan dikategorikan menjadi
tiga jenis:
1.
Hubungi Tindakan Pencegahan
Kewaspadaan kontak diterapkan pada pasien yang diketahui atau
diduga menderita infeksi, yang ditularkan melalui kontak
langsung atau tidak langsung dengan pasien atau lingkungannya.
Ini termasuk patogen yang mungkin ada pada kulit, luka, atau
cairan tubuh pasien.
Contoh kondisi yang memerlukan kewaspadaan kontak meliputi:
•
•
•
Organisme yang resistan terhadap berbagai obat
(MDRO) seperti Staphylococcus aureus (MRSA) yang
resistan terhadap methisilin, Enterococcus yang resistan
terhadap vankomisin (VRE), dan bakteri Gram-negatif
yang resistan terhadap berbagai obat.
Infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh
Clostridioides difficile (C. difficile).
Infeksi kulit dan jaringan lunak yang berpotensi tinggi
menular, seperti kudis atau impetigo.
46
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Tindakan pencegahan kontak mungkin termasuk:
•
2.
Mengenakan sarung tangan dan gaun pelindung saat
memasuki ruangan pasien.
• Peralatan perawatan pasien khusus.
• Pembersihan lingkungan dan desinfeksi area dan
peralatan perawatan pasien.
• Membatasi pergerakan dan transportasi pasien ke luar
ruangan.
Tindakan Pencegahan Tetesan Droplet
Kewaspadaan terhadap droplet diterapkan pada pasien yang
diketahui atau diduga mengalami infeksi yang ditularkan melalui
droplet pernapasan yang dihasilkan saat pasien batuk, bersin,
berbicara, atau mengeluarkan napas. Droplet ini dapat menyebar
dalam jarak dekat dan dapat menulari orang lain yang berada
dekat dengan pasien.
Contoh kondisi yang memerlukan tindakan pencegahan terhadap
tetesan air antara lain:
•
•
Infeksi pernafasan seperti influenza, pertusis (batuk rejan),
dan adenovirus.
Infeksi bakteri seperti meningitis meningokokus dan
pneumonia Haemophilus influenzae tipe b (Hib).
Tindakan pencegahan terhadap tetesan mungkin termasuk:
•
•
•
Mengenakan masker bedah saat berada dekat dengan
pasien (biasanya dalam jarak 6 kaki).
Menempatkan pasien di ruangan pribadi atau berkumpul
dengan pasien lain dengan infeksi yang sama.
Kebersihan pernafasan/etiket batuk bagi pasien dan
pengunjung.
47
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
3.
Tindakan Pencegahan Lintas Udara
Kewaspadaan penularan melalui udara diterapkan pada pasien
yang diketahui atau diduga mengalami infeksi yang ditularkan
melalui tetesan kecil yang tetap berada di udara dalam jangka
waktu lama dan dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan.
Infeksi ini menimbulkan risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
lain yang mungkin terpapar agen infeksi tersebut.
Contoh kondisi yang memerlukan tindakan pencegahan
penularan melalui udara meliputi:
•
•
•
•
Tuberkulosis (TBC).
Campak.
Cacar air (varicella).
Sindrom pernapasan akut parah virus corona 2 (SARS-CoV2), virus penyebab COVID-19.
Tindakan pencegahan penularan melalui udara dapat mencakup:
•
•
•
Menempatkan pasien di ruang isolasi infeksi melalui udara
(AIIR) dengan tekanan udara negatif.
Mengenakan pelindung pernapasan, seperti respirator N95
atau pelindung pernapasan tingkat lebih tinggi, saat
memasuki kamar pasien.
Membatasi pergerakan pasien di luar ruangan dan
menerapkan kebersihan pernapasan/etiket batuk yang
tepat.
Kewaspadaan berbasis penularan disesuaikan dengan cara penularan
agen infeksi tertentu dan diterapkan sebagai tambahan terhadap
kewaspadaan standar untuk mencegah penyebaran patogen di
lingkungan layanan kesehatan.
Kepatuhan terhadap tindakan pencegahan berbasis penularan sangat
penting untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, dan
48
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
pengunjung dari infeksi terkait layanan kesehatan dan meminimalkan
risiko penularan penyakit menular.
5.3 Kebersihan tangan dan alat pelindung diri (APD)
Kebersihan tangan dan alat pelindung diri (APD) merupakan tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi penting yang diterapkan di
fasilitas layanan kesehatan dan lingkungan lain untuk mengurangi
risiko penularan agen infeksi.
1.
Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan adalah proses membersihkan tangan untuk
menghilangkan kotoran, kotoran, dan mikroorganisme, termasuk
bakteri dan virus, yang mungkin ada pada kulit.
Kebersihan tangan yang benar adalah salah satu tindakan paling
efektif untuk mencegah penyebaran infeksi.
Kebersihan tangan harus dilakukan:
•
•
•
•
Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Sebelum dan sesudah melakukan prosedur invasif.
Setelah kontak dengan darah, cairan tubuh, atau
permukaan yang terkontaminasi.
Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.
Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan:
•
•
Sabun dan air: Efektif untuk menghilangkan kotoran,
kotoran, dan mikroorganisme sementara. Tangan harus
dicuci dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik,
memastikan seluruh permukaan tertutup secara
menyeluruh.
Pembersih tangan berbahan dasar alkohol: Efektif untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme sementara dan
49
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
2.
menetap di tangan ketika sabun dan air tidak tersedia.
Sabun tangan harus mengandung alkohol minimal 60%,
dan tangan harus digosok hingga kering.
Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) mengacu pada pakaian atau peralatan
khusus yang dipakai untuk melindungi individu dari paparan agen
infeksi dan mencegah penularan patogen.
Pemilihan dan penggunaan APD bergantung pada jenis paparan
yang diantisipasi dan agen infeksius yang terlibat.
Jenis APD yang umum meliputi:
•
•
•
•
Sarung tangan: Dipakai untuk melindungi tangan dari
paparan darah, cairan tubuh, selaput lendir, dan permukaan
yang terkontaminasi. Sarung tangan harus diganti antara
kontak dengan pasien dan saat berpindah dari area yang
terkontaminasi ke area bersih.
Gaun: Dipakai untuk melindungi pakaian dan kulit dari
paparan darah, cairan tubuh, dan bahan lain yang berpotensi
menular. Gaun harus diganti jika terlihat kotor dan dilepas
dengan hati-hati untuk mencegah kontaminasi.
Masker: Dipakai untuk melindungi saluran pernafasan dari
paparan partikel di udara, droplet pernafasan, dan cipratan
atau cipratan darah atau cairan tubuh. Berbagai jenis masker
tersedia tergantung pada tingkat perlindungan pernapasan
yang diperlukan.
Pelindung mata: Dipakai untuk melindungi mata dari
paparan darah, cairan tubuh, tetesan saluran pernapasan,
dan bahan lain yang berpotensi menular.
Kebersihan tangan yang benar dan penggunaan APD yang tepat
sangat penting untuk mencegah penularan agen infeksius di fasilitas
layanan kesehatan dan lingkungan lain di mana paparan terhadap
patogen mungkin terjadi.
50
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Kepatuhan terhadap praktik kebersihan tangan dan penggunaan APD
yang benar membantu melindungi petugas layanan kesehatan,
pasien, pengunjung, dan masyarakat dari infeksi terkait layanan
kesehatan dan mendorong terciptanya lingkungan yang aman dan
sehat bagi semua.
Daftar Pustaka:
•
•
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
51
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 6: Pembersihan dan Disinfeksi
Lingkungan
Penjelasan Ringkas: Pembersihan dan disinfeksi lingkungan
merupakan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi yang
penting yang bertujuan untuk mengurangi penularan agen infeksius
di lingkungan layanan kesehatan dan lingkungan lainnya. Praktikpraktik ini melibatkan penghilangan kotoran, serpihan, dan
mikroorganisme dari permukaan yang diikuti dengan penggunaan
disinfektan untuk membunuh atau menonaktifkan patogen yang
tersisa.
Pembersihan dan disinfeksi lingkungan merupakan komponen
penting dari program pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
kesehatan, fasilitas perawatan jangka panjang, sekolah, dan
lingkungan lain di mana penularan penyakit menular dapat terjadi.
Dengan menjaga lingkungan yang bersih dan didesinfeksi, fasilitas
layanan kesehatan dapat mengurangi risiko infeksi terkait layanan
kesehatan dan menyediakan lingkungan yang aman dan sehat bagi
pasien, staf, dan pengunjung.
6.1 Prinsip kebersihan lingkungan
Prinsip-prinsip kebersihan lingkungan mencakup praktik-praktik
mendasar yang bertujuan untuk menjaga lingkungan yang bersih,
aman, dan sehat di berbagai lingkungan, termasuk fasilitas kesehatan,
sekolah, tempat kerja, dan rumah tangga.
Prinsip-prinsip ini penting untuk mencegah penularan agen infeksi,
mengurangi risiko infeksi terkait layanan kesehatan, dan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
52
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Berikut adalah prinsip-prinsip utama kebersihan lingkungan:
1.
Pembersihan dan Disinfeksi:
Pembersihan dan desinfeksi permukaan, peralatan, dan area
yang sering disentuh secara rutin membantu menghilangkan
kotoran, serpihan, dan mikroorganisme, sehingga mengurangi
risiko penularan agen infeksi. Pembersihan melibatkan
penghilangan kontaminan secara fisik, sedangkan desinfeksi
melibatkan penggunaan bahan kimia untuk membunuh atau
menonaktifkan patogen yang tersisa.
Pilih bahan pembersih dan disinfektan yang sesuai berdasarkan
kemanjurannya terhadap patogen tertentu, kompatibilitasnya
dengan permukaan, dan pertimbangan keselamatan. Ikuti
instruksi penggunaan dari pabriknya, termasuk pengenceran,
waktu kontak, dan metode aplikasi.
Pastikan seluruh permukaan tertutup secara menyeluruh,
termasuk permukaan yang sering disentuh seperti gagang pintu,
sakelar lampu, meja dapur, dan peralatan medis.
Menerapkan prosedur pembersihan terminal di fasilitas layanan
kesehatan setelah pasien dipulangkan untuk menyiapkan
ruangan bagi penghuni berikutnya dan mengurangi risiko
penularan infeksi terkait layanan kesehatan.
2.
Kebersihan Tangan:
Kebersihan tangan merupakan komponen penting dari
kebersihan lingkungan dan pencegahan infeksi. Anjurkan untuk
sering mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan
hand sanitizer berbahan dasar alkohol, terutama sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien, sebelum makan, dan setelah
menggunakan kamar kecil.
53
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Menyediakan akses terhadap fasilitas cuci tangan dan pembersih
tangan di lokasi yang nyaman di seluruh fasilitas untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap praktik kebersihan tangan.
3.
Pengelolaan sampah:
Pengelolaan limbah yang tepat, termasuk limbah medis, limbah
rumah tangga, dan limbah berbahaya, sangat penting untuk
mencegah pencemaran lingkungan dan melindungi kesehatan
masyarakat.
Pisahkan sampah sesuai dengan peraturan dan pedoman
setempat, dan pastikan pembuangan yang benar melalui proses
pengelolaan sampah yang tepat, termasuk daur ulang,
pembakaran, atau pembuangan TPA.
4.
Kualitas air:
Pastikan akses terhadap air yang aman dan bersih untuk
keperluan minum, memasak, dan kebersihan pribadi. Pantau
kualitas air secara teratur untuk mendeteksi dan mengatasi
potensi kontaminan yang dapat menimbulkan risiko bagi
kesehatan masyarakat.
Terapkan langkah-langkah pengolahan dan pemurnian air sesuai
kebutuhan untuk menghilangkan atau menetralisir kontaminan,
seperti bakteri, virus, dan polutan kimia.
5.
Pengendalian hama:
Menerapkan
langkah-langkah
untuk
mencegah
dan
mengendalikan hama, seperti serangga, hewan pengerat, dan
vektor lainnya, yang dapat menimbulkan risiko kesehatan dan
menyebarkan penyakit menular.
Menjaga kebersihan dan sanitasi yang baik untuk menghilangkan
sumber makanan, air, dan tempat berlindung bagi hama.
Gunakan strategi pengelolaan hama terpadu, termasuk metode
54
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
pengendalian fisik, kimia, dan biologis, untuk meminimalkan
populasi hama.
6.
Ventilasi dan Kualitas Udara Dalam Ruangan:
Pastikan ventilasi yang memadai dan kualitas udara dalam
ruangan di gedung dan ruang tertutup untuk mengurangi
konsentrasi polutan di udara dan agen infeksi.
Memelihara sistem HVAC dan sistem penyaringan udara untuk
meningkatkan aliran udara, menghilangkan kontaminan, dan
mencegah penyebaran patogen di udara.
7.
Pendidikan dan Kesadaran:
Meningkatkan pendidikan dan kesadaran di kalangan individu,
komunitas, dan organisasi tentang pentingnya praktik kebersihan
lingkungan untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran
penyakit menular.
Memberikan pelatihan dan sumber daya tentang teknik
pembersihan dan disinfeksi yang benar, praktik kebersihan
tangan, pengelolaan limbah, pengendalian hama, dan aspek
kebersihan lingkungan lainnya.
Dengan mematuhi prinsip-prinsip kebersihan lingkungan ini, individu
dan organisasi dapat menciptakan dan memelihara lingkungan yang
bersih, aman, dan sehat yang meningkatkan kesejahteraan dan
mengurangi risiko penyakit menular dan bahaya kesehatan lainnya.
6.2 Pemilihan dan penggunaan disinfektan
Pemilihan dan penggunaan disinfektan merupakan aspek penting
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di berbagai lingkungan,
termasuk fasilitas kesehatan, sekolah, tempat kerja, dan rumah
tangga. Memilih disinfektan yang tepat dan menggunakannya dengan
55
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
benar sangat penting untuk mengurangi risiko penularan agen infeksi
secara efektif.
Berikut pedoman pemilihan dan penggunaan disinfektan:
1.
Identifikasi Patogen Sasaran
Pertimbangkan patogen spesifik yang perlu ditargetkan untuk
disinfeksi. Disinfektan yang berbeda mempunyai khasiat yang
berbeda-beda terhadap berbagai jenis mikroorganisme,
termasuk bakteri, virus, jamur, dan spora.
Lihat pedoman dari otoritas kesehatan masyarakat, badan
pengatur, dan organisasi profesional untuk mendapatkan
rekomendasi mengenai disinfektan yang efektif melawan
patogen umum di lingkungan spesifik Anda.
2.
Memahami Kategori Disinfektan
Disinfektan diklasifikasikan ke dalam kategori berbeda
berdasarkan cara kerja dan efektivitasnya terhadap patogen
tertentu. Kategori umum disinfektan meliputi:
•
•
•
•
Senyawa amonium kuarter (quats): Efektif melawan
berbagai macam bakteri dan beberapa virus, namun kurang
efektif terhadap jenis jamur dan spora tertentu.
Disinfektan berbahan dasar hipoklorit (misalnya pemutih):
Disinfektan berspektrum luas efektif melawan bakteri, virus,
jamur, dan spora.
Disinfektan berbahan dasar alkohol: Efektif melawan bakteri
dan beberapa virus, namun efektivitasnya terbatas terhadap
jenis jamur dan spora tertentu.
Senyawa fenolik: Efektif melawan bakteri, virus, dan jamur,
namun mungkin memiliki efektivitas terbatas terhadap jenis
spora tertentu.
56
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
3.
4.
Disinfektan berbahan dasar peroksigen (misalnya hidrogen
peroksida): Disinfektan berspektrum luas efektif melawan
bakteri, virus, jamur, dan spora.
Pertimbangkan Kompatibilitas Permukaan
• Pertimbangkan
kompatibilitas
disinfektan
dengan
permukaan dan bahan yang dirawat. Beberapa disinfektan
dapat merusak atau menimbulkan korosi pada jenis
permukaan tertentu, seperti logam, plastik, atau kain.
• Pilih disinfektan yang kompatibel dengan permukaan dan
peralatan di lingkungan spesifik Anda untuk menghindari
kerusakan dan memastikan disinfeksi yang efektif.
Ikuti Instruksi Pabrikan
Selalu ikuti instruksi pabrik untuk penggunaan disinfektan yang
benar, termasuk rasio pengenceran, waktu kontak, dan metode
aplikasi.
Gunakan konsentrasi larutan disinfektan yang disarankan dan
pastikan waktu kontak yang memadai untuk mencapai disinfeksi
yang efektif.
Hindari mencampurkan disinfektan kecuali jika diinstruksikan
secara khusus oleh produsen, karena mencampurkan bahan
kimia yang berbeda dapat menimbulkan reaksi berbahaya atau
mengurangi efektivitas disinfeksi.
5.
Pastikan Ventilasi yang Memadai
Saat menggunakan disinfektan, pastikan ventilasi yang memadai
di area tersebut untuk meminimalkan paparan asap dan uap.
Buka jendela atau pintu, gunakan kipas angin, atau gunakan alat
pelindung diri (APD) seperlunya untuk melindungi dari bahaya
penghirupan.
6.
Penyimpanan dan penanganan
57
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Simpan disinfektan dalam wadah aslinya dan di tempat sejuk dan
kering, jauh dari sinar matahari langsung dan sumber panas.
Jauhkan disinfektan dari jangkauan anak-anak dan hewan
peliharaan untuk mencegah konsumsi atau paparan yang tidak
disengaja.
Buang wadah disinfektan dan larutan yang tidak digunakan sesuai
dengan peraturan dan pedoman setempat.
7.
Memantau dan Mengevaluasi Efektivitas
Pantau dan evaluasi efektivitas praktik disinfeksi secara berkala
untuk memastikan bahwa praktik tersebut mencapai tingkat
pengurangan mikroba yang diinginkan.
Lakukan audit rutin, pengambilan sampel lingkungan, atau
penilaian lainnya untuk memverifikasi kemanjuran disinfeksi dan
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
Dengan memilih secara hati-hati dan menggunakan disinfektan
dengan benar sesuai pedoman ini, individu dan organisasi dapat
secara efektif mengurangi risiko penularan agen infeksi dan menjaga
lingkungan yang bersih dan aman bagi penghuninya.
6.3 Protokol dan praktik pembersihan
Protokol dan praktik pembersihan adalah prosedur sistematis yang
dirancang untuk memastikan pembersihan permukaan, peralatan,
dan lingkungan secara menyeluruh dan efektif untuk menghilangkan
kotoran, serpihan, dan mikroorganisme.
Protokol-protokol ini penting untuk menjaga lingkungan yang bersih,
aman, dan sehat di berbagai lingkungan, termasuk fasilitas kesehatan,
sekolah, tempat kerja, dan rumah tangga.
58
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Berikut adalah komponen utama protokol dan praktik pembersihan:
1.
Prosedur Operasi Standar (SOP)
Kembangkan SOP pembersihan tertulis yang menguraikan
prosedur langkah demi langkah untuk membersihkan berbagai
area, permukaan, dan peralatan di fasilitas atau lingkungan Anda.
SOP harus mencakup rincian seperti:
•
2.
Frekuensi pembersihan (misalnya harian, mingguan,
bulanan).
• Bahan pembersih dan desinfektan yang akan digunakan.
• Rasio pengenceran untuk larutan pembersih.
• Metode dan teknik pembersihan khusus.
• Tindakan pencegahan keselamatan dan persyaratan alat
pelindung diri (APD).
• Langkah-langkah pengendalian kualitas dan persyaratan
dokumentasi.
Identifikasi Prioritas Pembersihan
Prioritaskan tugas pembersihan berdasarkan penilaian risiko,
dengan fokus pada permukaan yang sering disentuh, area
perawatan pasien, area persiapan makanan, toilet, dan area lain
dengan tingkat kontaminasi tinggi atau potensi penularan agen
infeksi.
Mengalokasikan sumber daya dan tenaga kerja yang sesuai untuk
memastikan bahwa area kritis mendapat perhatian dan
pembersihan yang memadai.
3.
Pemilihan Bahan Pembersih dan Disinfektan
Pilih bahan pembersih dan disinfektan yang sesuai berdasarkan
kemanjurannya terhadap patogen tertentu, kompatibilitas
dengan permukaan dan peralatan, pertimbangan keselamatan,
dan persyaratan peraturan.
59
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pertimbangkan untuk menggunakan disinfektan tingkat rumah
sakit yang disetujui EPA untuk area berisiko tinggi di lingkungan
layanan kesehatan atau lingkungan dengan risiko penularan
penyakit menular yang lebih tinggi.
4.
Teknik dan Peralatan Pembersihan
Latih staf kebersihan tentang teknik pembersihan yang benar dan
penggunaan peralatan untuk memastikan pembersihan
menyeluruh dan efektif.
Gunakan kain mikrofiber, kain pel, dan alat pembersih yang
dirancang untuk menjebak dan menghilangkan kotoran dan
mikroorganisme secara efektif.
Terapkan sistem pembersihan berkode warna untuk mencegah
kontaminasi silang antar area atau jenis permukaan berbeda.
5.
Frekuensi Pembersihan
Tetapkan jadwal pembersihan berdasarkan tingkat kontaminasi,
pola penggunaan, dan kebutuhan fasilitas.
Permukaan yang sering disentuh dan area yang sering digunakan
mungkin memerlukan pembersihan dan disinfeksi lebih sering,
sedangkan area yang jarang digunakan mungkin lebih jarang
dibersihkan.
6.
Kontrol dan Pemantauan Kualitas
Menerapkan langkah-langkah pengendalian kualitas untuk
memastikan bahwa protokol pembersihan diikuti secara
konsisten dan efektif.
Lakukan inspeksi, audit, atau pengambilan sampel lingkungan
secara berkala untuk menilai kebersihan permukaan dan
kepatuhan terhadap protokol pembersihan.
60
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Memberikan umpan balik dan pelatihan kepada staf kebersihan
berdasarkan hasil inspeksi untuk mengatasi kekurangan dan
meningkatkan kinerja.
7.
Dokumentasi dan Pencatatan
Menyimpan catatan aktivitas pembersihan yang akurat, termasuk
jadwal pembersihan, produk pembersih yang digunakan,
konsentrasi disinfektan, dan hasil inspeksi.
Simpan catatan untuk kepatuhan terhadap peraturan, tujuan
jaminan kualitas, dan dokumentasi upaya pembersihan.
8.
Perbaikan terus-menerus
Tinjau dan perbarui protokol dan praktik pembersihan secara
berkala berdasarkan umpan balik, informasi baru, praktik terbaik,
dan ancaman penyakit menular yang muncul.
Mendorong komunikasi terbuka dan kolaborasi antara staf
kebersihan, manajer fasilitas, petugas pencegahan infeksi, dan
pemangku kepentingan lainnya untuk mengidentifikasi area yang
perlu diperbaiki dan menerapkan tindakan perbaikan.
Dengan menerapkan protokol dan praktik pembersihan yang
komprehensif, organisasi dapat secara efektif mengurangi risiko
penularan agen infeksi, menjaga lingkungan yang bersih dan aman,
serta melindungi kesehatan dan kesejahteraan penghuni.
Daftar Pustaka:
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
61
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
•
•
•
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
62
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 7: Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mengacu pada bidang
multidisiplin yang berkaitan dengan peningkatan dan perlindungan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja di berbagai
industri dan tempat kerja.
K3 mencakup serangkaian kegiatan, kebijakan, dan praktik yang
bertujuan untuk mencegah cedera, penyakit, dan kematian akibat
kerja, serta meningkatkan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Dengan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan kerja,
pengusaha dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat
yang melindungi pekerja dari bahaya, meningkatkan produktivitas dan
semangat kerja, serta berkontribusi terhadap keberhasilan dan
keberlanjutan organisasi.
7.1 Risiko paparan terhadap agen infeksius di tempat
kerja
Paparan agen infeksi di tempat kerja menimbulkan berbagai risiko
bagi pekerja di berbagai industri, termasuk layanan kesehatan,
pertanian, penelitian laboratorium, dan pengelolaan limbah. Risiko ini
dapat terjadi akibat kontak langsung dengan bahan infeksius, seperti
darah, cairan tubuh, atau permukaan yang terkontaminasi, serta
melalui penghirupan, konsumsi, atau cedera yang tidak disengaja
akibat benda tajam atau instrumen yang terkontaminasi.
Berikut adalah beberapa risiko utama yang terkait dengan paparan
agen infeksi di tempat kerja:
1.
Risiko Kesehatan bagi Pekerja
Penularan Penyakit Menular: Pekerja mungkin berisiko tertular
penyakit menular akibat paparan patogen seperti bakteri, virus,
63
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
jamur, dan parasit. Contohnya adalah petugas layanan kesehatan
yang tertular virus yang ditularkan melalui darah seperti HIV,
hepatitis B, dan hepatitis C melalui luka tertusuk jarum suntik
atau paparan darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi.
Infeksi Saluran Pernafasan: Pekerja di bidang kesehatan,
pertanian, dan industri lainnya mungkin berisiko terkena infeksi
saluran pernapasan akibat paparan patogen yang ditularkan
melalui udara seperti virus influenza, bakteri tuberkulosis, atau
virus pernapasan syncytial (RSV).
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak: Kontak dengan bahan infeksius
atau permukaan yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi
kulit dan jaringan lunak, termasuk infeksi bakteri seperti
Staphylococcus aureus atau infeksi jamur seperti dermatofitosis
(kurap).
Infeksi Saluran Pencernaan: Pekerja yang terlibat dalam
penanganan makanan, pengelolaan limbah, atau sanitasi
mungkin berisiko terkena infeksi saluran cerna akibat paparan
patogen fecal-oral seperti norovirus, Salmonella, atau
Escherichia coli (E. coli).
2.
Dampak Psikologis dan Emosional
Ketakutan dan Kecemasan: Paparan agen infeksi di tempat kerja
dapat menyebabkan ketakutan dan kecemasan di kalangan
pekerja, terutama di lingkungan berisiko tinggi seperti fasilitas
kesehatan selama wabah penyakit atau pandemi.
Stres dan Kelelahan: Kewaspadaan dan kepatuhan terhadap
protokol pengendalian infeksi dapat menyebabkan stres dan
kelelahan di kalangan petugas kesehatan dan pekerja garis depan
lainnya, sehingga berpengaruh kesehatan mental dan
kesejahteraan mereka.
64
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
3.
Beban Keuangan dan Hilangnya Produktivitas
Biaya Perawatan Kesehatan: Pekerja yang tertular penyakit
menular mungkin harus mengeluarkan biaya perawatan
kesehatan untuk diagnosis, pengobatan, dan perawatan lanjutan,
sehingga menimbulkan tekanan finansial bagi pekerja dan
pemberi kerja.
Hari Kerja yang Hilang: Penyakit atau cedera akibat paparan agen
infeksi di tempat kerja dapat menyebabkan ketidakhadiran,
penurunan produktivitas, dan kecacatan sementara atau
permanen, sehingga berdampak pada efisiensi tenaga kerja dan
produktivitas organisasi.
4.
Kepatuhan Hukum dan Peraturan
Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Pengusaha
diwajibkan secara hukum untuk menyediakan lingkungan kerja
yang aman dan sehat bagi karyawannya dan mematuhi peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk yang terkait dengan
pencegahan paparan agen infeksi di tempat kerja.
Persyaratan Pelaporan: Pengusaha mungkin diminta untuk
melaporkan paparan, cedera, atau penyakit di tempat kerja
kepada badan pengatur dan otoritas kesehatan, seperti
Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) di
Amerika Serikat.
5.
Penularan ke Orang Lain
Penularan Sekunder: Pekerja yang tertular penyakit menular
melalui paparan di tempat kerja mungkin secara tidak sengaja
menularkan penyakit tersebut ke anggota rumah tangga, rekan
kerja, pasien, atau orang lain di masyarakat, sehingga
menyebabkan kasus sekunder dan potensi wabah.
Untuk memitigasi risiko paparan agen infeksi di tempat kerja,
pengusaha harus menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi
65
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
yang komprehensif, memberikan pelatihan dan pendidikan yang
sesuai kepada pekerja, memastikan akses terhadap alat pelindung diri
(APD), mendorong kepatuhan terhadap tindakan pencegahan
standar, dan menetapkan protokol untuk penanganan yang aman.
dan pembuangan bahan infeksius.
Selain itu, pekerja harus didorong untuk segera melaporkan paparan
apa pun di tempat kerja agar dapat menerima evaluasi medis tepat
waktu dan perawatan lanjutan yang tepat.
7.2 Cedera tertusuk jarum dan benda tajam
Cedera tertusuk jarum dan benda tajam adalah cedera akibat kerja
yang terjadi ketika petugas kesehatan atau personel lainnya secara
tidak sengaja tertusuk atau terluka oleh jarum suntik, alat suntik,
lanset, pisau bedah, atau alat kesehatan tajam lainnya. Cedera ini
menimbulkan risiko besar terpapar patogen yang ditularkan melalui
darah dan penyakit menular, termasuk virus hepatitis B (HBV), virus
hepatitis C (HCV), dan human immunodeficiency virus (HIV).
Berikut poin-poin penting mengenai cedera tertusuk jarum dan
benda tajam:
1.
Penyebab:
Cedera tertusuk jarum dan benda tajam dapat terjadi selama
berbagai prosedur perawatan kesehatan, termasuk penyuntikan,
pungsi vena, penjahitan, dan pembuangan jarum dan benda
tajam bekas.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap cedera tertusuk jarum
dan benda tajam termasuk pelatihan yang tidak memadai,
penanganan atau pembuangan benda tajam yang tidak tepat,
praktik kerja yang tidak aman, gangguan, dan kurangnya
perangkat keselamatan yang sesuai.
66
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
2.
Risiko Penularan Patogen Melalui Darah:
Cedera tertusuk jarum suntik dan benda tajam menimbulkan
risiko penularan patogen yang ditularkan melalui darah dari
pasien sumber ke pekerja yang terluka. Patogen yang ditularkan
melalui darah yang dapat ditularkan termasuk HBV, HCV, dan HIV,
serta agen infeksi lainnya.
Risiko penularan bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti
jenis dan ukuran jarum atau benda tajam, kedalaman cedera,
status infeksi dari pasien sumber, dan manajemen pasca pajanan
yang diberikan kepada pekerja yang terluka.
3.
Prevalensi dan Dampak:
Cedera tertusuk jarum suntik dan benda tajam merupakan
bahaya pekerjaan yang umum terjadi di fasilitas layanan
kesehatan, dan berdampak pada jutaan petugas layanan
kesehatan di seluruh dunia setiap tahunnya.
Cedera ini dapat menimbulkan konsekuensi fisik, emosional, dan
finansial yang signifikan bagi pekerja yang terkena dampak,
termasuk risiko tertular infeksi yang ditularkan melalui darah,
kebutuhan akan profilaksis atau pengobatan pasca pajanan (PEP)
atau pengobatan, dan tekanan psikologis.
4.
Strategi Pencegahan:
Menerapkan pengendalian teknik, pengendalian administratif,
dan pengendalian praktik kerja untuk mencegah cedera tertusuk
jarum dan benda tajam.
Pengendalian teknik mencakup penggunaan perangkat rekayasa
keselamatan (SED) yang dirancang untuk mencegah cedera
tertusuk jarum, seperti jarum yang dapat ditarik, sistem tanpa
jarum, dan wadah pembuangan benda tajam dengan fitur
keselamatan internal.
67
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pengendalian administratif mencakup kebijakan dan prosedur
untuk penanganan, penggunaan, dan pembuangan jarum suntik
dan benda tajam yang aman, serta pelatihan dan pendidikan bagi
petugas kesehatan tentang praktik kerja yang aman.
Pengendalian praktik kerja mencakup praktik seperti
menghindari menutup kembali jarum, menggunakan teknik
menutup kembali jarum dengan dua tangan, dan membuang
benda tajam segera setelah digunakan ke dalam wadah benda
tajam yang telah ditentukan.
5.
Manajemen Pasca Paparan:
Penatalaksanaan pasca pajanan yang cepat dan tepat sangat
penting bagi pekerja yang mengalami cedera tertusuk jarum dan
benda tajam untuk meminimalkan risiko penularan patogen
melalui darah.
Profilaksis pasca pajanan (PEP) mungkin direkomendasikan untuk
patogen tertentu yang ditularkan melalui darah, seperti HBV,
HCV, dan HIV, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis
paparan, status penularan pasien sumber, dan status vaksinasi
dan kekebalan pekerja.
Pekerja harus segera melaporkan cedera tertusuk jarum dan
benda tajam kepada penyelia mereka atau layanan kesehatan
kerja untuk penilaian, pengobatan, dan perawatan lanjutan.
Dengan menerapkan strategi pencegahan yang komprehensif dan
memastikan manajemen pasca paparan yang cepat, fasilitas
kesehatan dan tempat kerja lainnya dapat meminimalkan risiko
cedera tertusuk jarum dan benda tajam, melindungi kesehatan dan
keselamatan pekerja, dan mendorong lingkungan kerja yang aman.
68
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
7.3 Pencegahan Covid 19
Mencegah penularan COVID-19 memerlukan kombinasi tindakan
individu, tindakan kesehatan masyarakat, dan upaya komunitas untuk
mengurangi penyebaran virus.
Langkah-langkah pencegahan utama yang dapat dilakukan individu
untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain dari COVID-19:
1.
Vaksinasi
Dapatkan vaksinasi terhadap COVID-19 segera setelah
memenuhi syarat. Vaksinasi membantu melindungi individu dari
penyakit parah, rawat inap, dan kematian, serta berkontribusi
terhadap kekebalan komunitas, mengurangi penyebaran virus.
2.
Penggunaan Masker
Kenakan masker di tempat umum di dalam ruangan dan di luar
ruangan yang ramai, terutama ketika jarak fisik tidak
memungkinkan. Gunakan masker yang pas di hidung dan mulut
serta memiliki banyak lapisan kain.
3.
Kebersihan Tangan
Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
minimal 20 detik, terutama setelah berada di tempat umum,
menyentuh benda apa pun, atau batuk/bersin. Jika sabun dan air
tidak tersedia, gunakan pembersih tangan dengan kandungan
alkohol minimal 60%.
4.
Jaga Jarak Sosial Fisik
Pertahankan jarak sosial fisik (setidaknya 6 kaki) dari orang di luar
rumah Anda, terutama di lingkungan yang ramai atau berventilasi
buruk. Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit.
69
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
5.
Menghindari Pertemuan Besar
Hindari pertemuan dalam jumlah besar, terutama di dalam
ruangan, karena risiko penularan COVID-19 lebih tinggi. Opsional
untuk pertemuan virtual atau di luar ruangan jika
memungkinkan.
6.
Ventilasi
Pastikan ruang dalam ruangan memiliki ventilasi yang baik
dengan membuka jendela dan pintu jika memungkinkan atau
menggunakan sistem penyaringan udara. Ventilasi yang baik
membantu mengurangi konsentrasi partikel di udara, termasuk
virus penyebab COVID-19.
7.
Pembersihan dan Disinfeksi
Bersihkan dan desinfeksi permukaan dan benda yang sering
disentuh secara rutin, terutama di ruang bersama seperti rumah,
tempat kerja, sekolah, dan transportasi umum.
8.
Tinggal di Rumah Saat Sakit
Tetap di rumah dan isolasi diri jika Anda merasa tidak sehat,
mengalami gejala COVID-19, atau dinyatakan positif COVID-19.
Ikuti pedoman kesehatan setempat untuk isolasi dan karantina.
9.
Pengujian RAT Test
Lakukan tes COVID-19 jika Anda memiliki gejala, pernah terpapar
dengan seseorang yang mengidap COVID-19, atau diharuskan
menjalani tes untuk perjalanan atau tujuan lainnya. Ikuti
pedoman setempat untuk pengujian dan karantina.
10. Ikuti Pedoman Kesehatan Masyarakat
Tetap terinformasi tentang tingkat penularan COVID-19
setempat, rekomendasi kesehatan masyarakat, dan pedoman
dari sumber tepercaya seperti Pusat Pengendalian dan
70
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pencegahan Penyakit (CDC), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
dan departemen kesehatan setempat.
11. Tindakan Pencegahan Perjalanan
Patuhi nasihat dan pembatasan perjalanan, dan lakukan tindakan
pencegahan seperti memakai masker, menjaga kebersihan
tangan, dan menghindari tempat keramaian saat bepergian.
Pertimbangkan status vaksinasi COVID-19 dan persyaratan
pengujian di destinasi Anda.
12. Tetap Diperbarui
Tetap terinformasi tentang pembaruan dan perkembangan
terkait COVID-19, termasuk varian baru, vaksin, pengobatan, dan
panduan kesehatan masyarakat. Ikuti sumber informasi
tepercaya untuk membuat keputusan yang tepat tentang
kesehatan dan keselamatan Anda.
Dengan mempraktikkan langkah-langkah pencegahan ini secara
konsisten dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama,
setiap individu dapat membantu mengurangi penyebaran COVID-19,
melindungi populasi rentan, dan berkontribusi pada upaya
pengendalian pandemi.
7.4 Terkena Patogen yang Ditularkan melalui Darah
Paparan patogen yang ditularkan melalui darah terjadi ketika
seseorang bersentuhan dengan darah atau bahan berpotensi
menular lainnya (OPIM) yang mungkin mengandung patogen yang
dapat menyebabkan penyakit.
Patogen yang ditularkan melalui darah adalah mikroorganisme,
seperti virus dan bakteri, yang dapat ditularkan melalui darah atau
cairan tubuh tertentu dan menyebabkan infeksi pada manusia.
71
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Patogen yang paling umum ditularkan melalui darah yang menjadi
perhatian termasuk virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV),
dan human immunodeficiency virus (HIV).
Berikut gambaran paparan patogen yang ditularkan melalui darah:
1.
Mode Paparan:
Cedera tertusuk jarum atau luka benda tajam: Luka tusuk atau
sayatan yang tidak disengaja akibat jarum suntik, alat suntik,
lanset, atau benda tajam lainnya yang terkontaminasi darah atau
OPIM.
Paparan selaput lendir: Kontak darah atau OPIM dengan selaput
lendir mata, hidung, atau mulut.
Paparan kulit tidak utuh: Kontak darah atau OPIM dengan kulit
rusak, luka, lecet, atau dermatitis.
2.
Risiko Pekerjaan:
Petugas kesehatan: Perawat, dokter, teknisi laboratorium, dan
petugas kesehatan lainnya berisiko terkena paparan patogen
yang ditularkan melalui darah karena seringnya mereka
melakukan kontak dengan darah dan cairan tubuh selama
aktivitas perawatan pasien.
Responden pertama: Teknisi medis darurat (EMT), paramedis,
petugas pemadam kebakaran, dan petugas penegak hukum
mungkin menemukan darah dan cairan tubuh di lokasi
kecelakaan atau selama intervensi medis darurat.
Pekerja laboratorium: Teknisi dan peneliti yang bekerja dengan
darah, sampel jaringan, atau bahan biologis lainnya di
laboratorium mungkin terpapar patogen yang ditularkan melalui
darah melalui tumpahan yang tidak disengaja atau kesalahan
penanganan spesimen.
72
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
3.
Konsekuensi Paparan:
Risiko infeksi: Paparan patogen yang ditularkan melalui darah
membawa risiko tertular penyakit menular seperti hepatitis B,
hepatitis C, atau HIV. Risiko penularan bervariasi tergantung pada
faktor-faktor seperti jenis patogen, rute paparan, jumlah darah
yang terlibat, dan manajemen pasca paparan yang diberikan.
Dampak emosional dan psikologis: Mengalami paparan patogen
yang ditularkan melalui darah dapat menyusahkan dan dapat
menyebabkan kecemasan, ketakutan, dan stres pada individu
yang terkena dampak. Perawatan tindak lanjut yang cepat dan
suportif sangat penting untuk mengatasi masalah emosional dan
psikologis.
4.
Pencegahan dan Penatalaksanaan Pasca Paparan:
Pengendalian teknik: Penggunaan perangkat yang dirancang
untuk keselamatan, seperti sistem tanpa jarum dan jarum yang
dapat ditarik, untuk meminimalkan risiko cedera tertusuk jarum.
Pengendalian administratif: Penerapan kebijakan dan prosedur
untuk praktik kerja yang aman, penanganan benda tajam, dan
pembuangan bahan yang terkontaminasi.
Alat pelindung diri (APD): Penggunaan sarung tangan, gaun
pelindung, masker, dan pelindung mata untuk mengurangi risiko
paparan darah dan OPIM.
Profilaksis pasca pajanan (PEP): Evaluasi dan penanganan segera
terhadap paparan patogen yang ditularkan melalui darah,
termasuk penilaian status infeksi pasien sumber, profilaksis pasca
pajanan dengan obat antivirus (misalnya, untuk HIV dan HBV),
serta pengujian lanjutan dan pemantauan penyakit. individu yang
terpapar.
Paparan patogen yang ditularkan melalui darah merupakan bahaya
pekerjaan serius yang memerlukan strategi pencegahan proaktif,
73
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
kepatuhan terhadap praktik pengendalian infeksi, dan manajemen
pasca pajanan yang cepat untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan petugas kesehatan dan individu berisiko lainnya.
7.5 Penanganan Patogen yang Ditularkan Melalui
Darah Pasca Pajanan
Mengelola pasca-paparan terhadap patogen yang ditularkan melalui
darah melibatkan serangkaian langkah untuk menilai risiko infeksi,
memberikan perawatan medis yang tepat, dan menindaklanjuti
individu yang terpapar untuk meminimalkan risiko penularan.
Berikut ini ikhtisar proses manajemen:
1.
Penilaian Cepat
Segera setelah paparan patogen yang ditularkan melalui darah,
individu yang terpapar harus mencari evaluasi medis dari
penyedia layanan kesehatan atau profesional kesehatan kerja.
Penilaian tersebut harus mencakup dokumentasi insiden
paparan:
•
2.
Termasuk jenis paparannya (misalnya cedera tertusuk
jarum, paparan selaput lendir).
• Sumber paparan (jika diketahui).
• Keadaan sekitar kejadian tersebut.
Resiko Penularan
Penyedia layanan kesehatan akan menilai risiko penularan
berdasarkan faktor-faktor seperti:
•
•
•
Jenis dan tingkat keparahan paparan.
Status infeksi pasien sumber (jika diketahui).
Kerentanan individu yang terpajan (misalnya, status
imunisasi terhadap hepatitis B).
74
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Penilaian risiko mungkin melibatkan evaluasi kemungkinan
penularan patogen tertentu yang ditularkan melalui darah,
seperti HIV, virus hepatitis B (HBV), dan virus hepatitis C (HCV),
berdasarkan faktor-faktor seperti viral load, volume darah yang
terlibat, dan keberadaan virus. koinfeksi.
3.
Profilaksis Pasca Pajanan (PEP):
Tergantung pada penilaian risiko dan pedoman yang ditetapkan,
individu yang terpajan dapat diberikan profilaksis pasca pajanan
(PEP) untuk mengurangi risiko infeksi.
PEP mungkin termasuk:
•
•
•
Obat antivirus.
Status Imunisasi (misalnya vaksin hepatitis B).
Atau tindakan pencegahan lain yang disesuaikan dengan
patogen spesifik yang ditularkan melalui darah yang
menjadi perhatian.
Keputusan untuk memulai PEP harus dibuat segera, idealnya
dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah paparan,
untuk memaksimalkan efektivitasnya.
4.
Pengujian dan Pemantauan Tindak Lanjut:
Individu yang terpajan dapat menjalani tes awal untuk
mengetahui patogen yang ditularkan melalui darah, termasuk
HIV, HBV, dan HCV, untuk menentukan status pra-paparan
mereka.
Tes tindak lanjut mungkin disarankan pada interval setelah
paparan untuk memantau serokonversi atau perkembangan
infeksi.
Pemantauan dapat mencakup kunjungan tindak lanjut medis
secara rutin, pengujian laboratorium (misalnya serologi, tes viral
load), dan konseling untuk mengatasi kekhawatiran atau
pertanyaan apa pun tentang potensi infeksi.
75
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
5.
Konseling dan Dukungan:
Individu yang terpapar harus menerima konseling dan dukungan
dari penyedia layanan kesehatan atau profesional terlatih untuk
mengatasi masalah emosional, psikologis, dan praktis terkait
dengan insiden paparan.
Konseling dapat mencakup informasi tentang risiko penularan,
pentingnya kepatuhan terhadap PEP dan perawatan lanjutan,
serta strategi untuk mengatasi stres dan kecemasan.
6.
Dokumentasi dan Pelaporan:
Penyedia layanan kesehatan harus mendokumentasikan semua
aspek kejadian paparan, termasuk penilaian risiko, evaluasi
medis, rekomendasi PEP, hasil pengujian lanjutan, dan intervensi
apa pun yang diberikan.
Peraturan kesehatan dan keselamatan kerja mungkin
mengharuskan pelaporan paparan patogen yang ditularkan
melalui darah kepada badan pengatur atau pemberi kerja untuk
tujuan pencatatan dan pengawasan.
Mengelola pasca-paparan terhadap patogen yang ditularkan melalui
darah memerlukan pendekatan yang terkoordinasi dan multidisiplin
yang melibatkan penyedia layanan kesehatan, profesional kesehatan
kerja, dan pemberi kerja untuk memastikan penilaian yang tepat
waktu, pengobatan yang tepat, dan dukungan berkelanjutan bagi
individu yang terpapar.
Dengan mengikuti protokol dan pedoman yang ditetapkan, fasilitas
kesehatan dan tempat kerja dapat meminimalkan risiko penularan
dan melindungi kesehatan dan keselamatan personelnya.
76
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
7.6 Protokol pengendalian infeksi di tempat kerja
Protokol pengendalian infeksi di tempat kerja adalah prosedur dan
praktik komprehensif yang diterapkan di berbagai tempat kerja untuk
mencegah penularan penyakit menular di antara karyawan,
pelanggan, pengunjung, dan orang lain di tempat kerja. Protokolprotokol ini bertujuan untuk meminimalkan risiko paparan terhadap
agen infeksi dan mendukung lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Berikut adalah komponen utama protokol pengendalian infeksi di
tempat kerja:
1.
Penilaian Risiko dan Identifikasi Bahaya
Melakukan penilaian risiko dan identifikasi bahaya secara
menyeluruh untuk mengidentifikasi potensi sumber risiko infeksi
dan penularan di tempat kerja. Hal ini termasuk menilai sifat
aktivitas kerja, interaksi dengan orang lain, dan faktor lingkungan
yang mungkin berkontribusi terhadap penyebaran penyakit
menular.
2.
Pengembangan Kebijakan dan Prosedur Pengendalian Infeksi
Menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian infeksi
tertulis yang menguraikan langkah-langkah khusus untuk
mencegah penularan penyakit menular di tempat kerja. Hal ini
dapat mencakup protokol kebersihan tangan, kebersihan
pernapasan, pembersihan dan disinfeksi, penggunaan alat
pelindung diri (APD), dan pembatasan jarak fisik.
3.
Promosi Praktik Kebersihan Tangan
Mempromosikan praktik kebersihan tangan secara teratur di
kalangan karyawan melalui pendidikan, pelatihan, dan
penyediaan fasilitas cuci tangan dan pembersih tangan berbahan
dasar alkohol. Mendorong karyawan untuk sering mencuci
tangan dengan sabun dan air selama minimal 20 detik, terutama
77
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
setelah menggunakan kamar kecil, sebelum makan, dan setelah
batuk atau bersin.
4.
Kebersihan Pernapasan dan Etiket Batuk
Mendidik karyawan tentang kebersihan pernapasan dan etika
batuk untuk mencegah penyebaran infeksi saluran pernapasan.
Mendorong karyawan untuk menutup mulut dan hidung dengan
tisu atau siku ketika batuk atau bersin, dan membuang tisu bekas
dengan benar.
5.
Protokol Pembersihan dan Disinfeksi
Menerapkan protokol pembersihan dan disinfeksi secara berkala
pada permukaan yang sering disentuh, area umum, peralatan
bersama, dan barang-barang lain yang sering digunakan di
tempat kerja. Gunakan disinfektan yang disetujui EPA yang efektif
melawan SARS-CoV-2 dan patogen lainnya, dan pastikan
pembersihan menyeluruh pada semua permukaan sesuai
dengan protokol yang ditetapkan.
6.
Tindakan Jarak Fisik
Menerapkan tindakan menjaga jarak fisik di tempat kerja untuk
mengurangi kontak dekat dan meminimalkan risiko penularan
penyakit menular. Hal ini dapat mencakup menata ulang ruang
kerja, memasang pembatas atau partisi, membatasi jumlah
penghuni di ruang bersama, dan mengubah jadwal atau shift
kerja.
7.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Menyediakan APD yang sesuai, seperti masker, sarung tangan,
dan pelindung mata, kepada karyawan berdasarkan tugas
pekerjaan mereka dan tingkat risiko paparan terhadap agen
infeksi. Pastikan pelatihan yang tepat tentang penggunaan,
pelepasan, dan pembuangan APD untuk meminimalkan risiko
kontaminasi dan paparan.
78
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
8.
Pemeriksaan dan Pemantauan Kesehatan
Menerapkan tindakan pemeriksaan kesehatan, seperti
pemeriksaan suhu dan pemeriksaan gejala, bagi karyawan,
pelanggan, dan pengunjung yang memasuki tempat kerja.
Mendorong karyawan untuk tinggal di rumah jika mereka sakit
atau mengalami gejala penyakit, dan memberikan panduan
dalam mencari perawatan medis dan tes jika diperlukan.
9.
Komunikasi dan Pendidikan
Berkomunikasi secara teratur dengan karyawan, pelanggan, dan
pemangku kepentingan lainnya tentang protokol pengendalian
infeksi, pembaruan, dan praktik terbaik. Memberikan informasi
yang jelas dan ringkas melalui berbagai saluran, seperti poster,
email, rapat, dan sesi pelatihan.
10. Pemantauan dan Evaluasi Kepatuhan
Memantau kepatuhan terhadap protokol pengendalian infeksi
dan mengevaluasi efektivitasnya dalam mencegah penularan
penyakit menular di tempat kerja. Melakukan audit, inspeksi, dan
mekanisme umpan balik secara berkala untuk mengidentifikasi
area yang perlu ditingkatkan dan menerapkan tindakan
perbaikan sesuai kebutuhan.
Dengan menerapkan protokol pengendalian infeksi di tempat kerja,
pemberi kerja dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan
sehat, mengurangi risiko penularan di antara karyawan, dan
berkontribusi terhadap kesejahteraan dan produktivitas tenaga kerja
secara keseluruhan.
Daftar Pustaka:
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
79
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
•
•
•
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
80
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 8: Persyaratan dan Pedoman
Peraturan
Persyaratan dan pedoman peraturan mengacu pada undang-undang,
peraturan, standar, dan rekomendasi yang ditetapkan oleh lembaga
pemerintah, badan pengatur, organisasi profesi, dan kelompok
industri untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan spesifik
dan mendorong praktik terbaik di berbagai bidang. Persyaratan dan
pedoman ini berfungsi untuk melindungi kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan masyarakat, serta mengatur praktik industri,
produk, dan layanan.
Persyaratan dan pedoman peraturan memainkan peran penting
dalam menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat, memastikan
kualitas dan keandalan produk dan layanan, serta mendorong praktik
yang etis dan bertanggung jawab di berbagai sektor dan industri.
8.1 Ikhtisar badan pengatur
Badan pengatur adalah organisasi pemerintah atau non-pemerintah
yang bertanggung jawab untuk menetapkan dan menegakkan
peraturan, standar, pedoman, dan kebijakan untuk melindungi
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat di bidang
atau sektor tertentu.
Badan-badan ini memainkan peran penting dalam memantau,
mengawasi, dan mengatur berbagai aspek masyarakat, termasuk
layanan kesehatan, keamanan pangan, perlindungan lingkungan,
keselamatan tempat kerja, produk konsumen, dan banyak lagi.
81
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
1.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC):
CDC adalah badan kesehatan masyarakat nasional yang berbasis
di Amerika Serikat, beroperasi di bawah Departemen Kesehatan
dan Layanan Kemanusiaan (HHS).
Badan ini bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan masyarakat dengan mengendalikan dan mencegah
penyebaran penyakit menular, penyakit kronis, cedera, dan
ancaman kesehatan lainnya.
CDC melakukan penelitian, memberikan informasi dan
pendidikan kesehatan, dan mengembangkan pedoman dan
rekomendasi untuk pencegahan dan pengendalian penyakit.
2.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO):
WHO adalah badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat internasional.
Badan ini mengoordinasikan inisiatif kesehatan global,
memberikan kepemimpinan dalam masalah kesehatan,
menetapkan standar kesehatan internasional, dan mendorong
kerja sama antar negara untuk mengatasi tantangan kesehatan.
WHO berfokus pada pencegahan penyakit, promosi kesehatan,
tanggap darurat, dan penguatan sistem kesehatan di seluruh
dunia.
3.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA):
FDA adalah badan pengatur di Departemen Kesehatan dan
Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat (HHS). Badan ini
bertanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat dengan mengatur keamanan, kemanjuran,
dan kualitas makanan, obat-obatan, peralatan medis, vaksin,
biologi, kosmetik, dan produk tembakau.
82
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
FDA meninjau dan menyetujui produk baru, memantau
keamanan produk, menegakkan peraturan, dan memberikan
informasi dan panduan kepada konsumen dan industri.
4.
Badan Perlindungan Lingkungan (EPA):
EPA adalah badan federal di Amerika Serikat yang bertanggung
jawab melindungi kesehatan manusia dan lingkungan. Ini
menetapkan dan menegakkan peraturan dan standar yang
berkaitan dengan kualitas udara, kualitas air, pengelolaan limbah
berbahaya, pestisida, bahan kimia, dan pencemaran lingkungan.
EPA melakukan penelitian, memantau kondisi lingkungan, dan
berkolaborasi dengan pemerintah negara bagian dan lokal,
industri, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengatasi
tantangan lingkungan.
5.
Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA):
OSHA adalah lembaga federal di Departemen Tenaga Kerja
Amerika Serikat yang bertanggung jawab untuk memastikan
kondisi kerja yang aman dan sehat bagi para pekerja.
Badan ini menetapkan dan menegakkan standar keselamatan
dan kesehatan di tempat kerja, melakukan inspeksi, memberikan
pelatihan dan pendidikan, dan mendorong kepatuhan pemberi
kerja terhadap peraturan untuk mencegah cedera, penyakit, dan
kematian di tempat kerja.
6.
Badan Obat Eropa (EMA):
EMA adalah badan Uni Eropa yang bertanggung jawab atas
evaluasi dan pengawasan obat-obatan untuk penggunaan
manusia dan hewan. Ini menilai keamanan, kemanjuran, dan
kualitas produk obat, termasuk obat-obatan, biologi, dan obatobatan herbal, dan memberikan izin edar untuk produk yang
ditujukan untuk pasar UE.
83
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
EMA juga memantau keamanan obat-obatan pasca-persetujuan
dan memberikan nasihat ilmiah kepada pihak berwenang dan
industri.
7.
Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA):
EFSA adalah badan Uni Eropa yang bertanggung jawab untuk
memberikan nasihat ilmiah independen dan penilaian risiko
mengenai keamanan pangan dan gizi.
Ini mengevaluasi keamanan bahan tambahan makanan,
pestisida, kontaminan, organisme hasil rekayasa genetika (GMO),
dan zat lain dalam rantai makanan.
Penilaian EFSA menginformasikan peraturan dan kebijakan UE
terkait keamanan pangan dan perlindungan konsumen.
Ini hanyalah beberapa contoh badan pengatur yang terlibat dalam
melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat di tingkat
nasional, internasional, dan regional. Badan pengatur memainkan
peran penting dalam menetapkan dan menegakkan peraturan untuk
mengatasi ancaman kesehatan yang muncul, memastikan keamanan
dan kualitas produk, serta meningkatkan kesejahteraan individu dan
komunitas.
8.2 Standar dan pedoman pengendalian infeksi
Standar dan pedoman pengendalian infeksi ditetapkan oleh badan
pengatur, organisasi profesi, dan otoritas kesehatan masyarakat untuk
memastikan penerapan praktik terbaik dalam mencegah dan
mengendalikan penyebaran penyakit menular di rangkaian layanan
kesehatan, serta lingkungan lain di mana pengendalian infeksi
diperlukan.
Standar dan pedoman IPC ini memberikan rekomendasi, persyaratan,
dan protokol untuk berbagai aspek pengendalian infeksi, termasuk
84
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
kebersihan tangan, pembersihan lingkungan, penggunaan alat
pelindung diri (APD), dan tindakan pencegahan berbasis penularan.
Berikut adalah beberapa contoh standar dan pedoman pengendalian
infeksi:
1.
Pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC):
CDC menerbitkan pedoman dan rekomendasi untuk
pengendalian infeksi di rangkaian layanan kesehatan melalui
Komite Penasihat Praktik Pengendalian Infeksi Layanan
Kesehatan (HICPAC).
Pedoman ini mencakup berbagai topik, termasuk kebersihan
tangan, pembersihan dan disinfeksi lingkungan, keselamatan
penyuntikan, tindakan pencegahan isolasi, dan keselamatan
petugas kesehatan.
2.
Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO):
WHO memberikan pedoman dan rekomendasi global untuk
pencegahan dan pengendalian infeksi di layanan kesehatan,
komunitas, dan lingkungan lainnya.
Pedoman ini membahas topik-topik seperti kebersihan tangan,
keamanan suntikan, pengelolaan limbah, sanitasi air, dan
pembersihan lingkungan.
3.
Standar Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA):
OSHA menetapkan dan menegakkan standar keselamatan dan
kesehatan kerja di Amerika Serikat. Standar Patogen yang
Ditularkan Melalui Darah OSHA (29 CFR 1910.1030)
mengharuskan pemberi kerja untuk menerapkan langkahlangkah untuk melindungi pekerja dari paparan darah dan bahan
yang berpotensi menular lainnya di tempat kerja, termasuk
penggunaan APD, pengendalian teknik, dan pengendalian praktik
kerja.
85
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
4.
Pengendalian Infeksi di Pengaturan Gigi:
CDC dan Organisasi untuk Keselamatan, Asepsis dan Pencegahan
(OSAP) memberikan pedoman untuk pengendalian infeksi di
bidang kedokteran gigi, membahas topik-topik seperti
kebersihan tangan, sterilisasi dan desinfeksi instrumen gigi, dan
pengelolaan saluran air unit gigi.
5.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Perawatan
Jangka Panjang:
CDC dan organisasi lain memberikan pedoman untuk
pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas perawatan
jangka panjang, panti jompo, dan fasilitas tempat tinggal
berbantuan.
Pedoman ini membahas strategi untuk mencegah infeksi terkait
layanan kesehatan, meningkatkan keselamatan penduduk, dan
menerapkan praktik pengendalian infeksi yang disesuaikan
dengan lingkungan perawatan jangka panjang.
6.
Pedoman Pencegahan Infeksi Tempat Bedah:
Berbagai organisasi, termasuk Surgical Infection Society (SIS) dan
American College of Surgeons (ACS), menerbitkan pedoman
untuk mencegah infeksi lokasi bedah (SSI) dalam lingkungan
bedah dan perioperatif.
Pedoman ini memberikan rekomendasi praktik pra operasi, intra
operasi, dan pasca operasi untuk mengurangi risiko SSI.
7.
Pengendalian Infeksi di Lingkungan Komunitas:
Pedoman pengendalian infeksi di lingkungan masyarakat,
sekolah, fasilitas penitipan anak, dan tempat non-layanan
kesehatan lainnya disediakan oleh organisasi seperti CDC dan
departemen kesehatan setempat.
86
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pedoman ini berfokus pada peningkatan kebersihan tangan, etika
pernapasan, pembersihan dan disinfeksi, serta tindakan
pencegahan lainnya untuk mengurangi penyebaran penyakit
menular.
8.
Pengendalian Infeksi di Layanan Kesehatan Rumah:
CDC dan organisasi lain menawarkan pedoman pengendalian
infeksi di lingkungan layanan kesehatan di rumah, menangani
praktik bagi perawat, pasien, dan anggota keluarga untuk
mencegah penularan infeksi di lingkungan rumah.
Ini hanyalah beberapa contoh standar dan pedoman pengendalian
infeksi yang dikembangkan oleh berbagai organisasi untuk
mempromosikan praktik terbaik dan mengurangi penularan penyakit
menular di berbagai lingkungan. Penting bagi penyedia layanan
kesehatan, pemberi kerja, dan individu untuk tetap mendapat
informasi tentang pedoman dan rekomendasi terkini untuk
memastikan langkah-langkah pengendalian infeksi yang efektif
diterapkan.
8.2 Inisiatif peningkatan kepatuhan dan kualitas
Pengendalian dan pencegahan infeksi tidak hanya bergantung pada
pengetahuan dan keterampilan individu, tetapi juga pada kepatuhan
dan penerapan standar kualitas yang konsisten di seluruh organisasi
kesehatan.
87
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Berikut adalah beberapa inisiatif yang dapat diimplementasikan untuk
meningkatkan kepatuhan dan kualitas dalam pengendalian dan
pencegahan infeksi:
1.
2.
3.
4.
Pelatihan Berkelanjutan dan Edukasi:
• Pelatihan Rutin: Menyelenggarakan pelatihan rutin dan
lokakarya untuk semua staf kesehatan tentang praktik
terbaik dalam pengendalian infeksi.
• Modul Edukasi Online: Mengembangkan modul edukasi
online yang dapat diakses kapan saja oleh tenaga kesehatan
untuk memperbarui pengetahuan mereka.
• Simulasi dan Drills: Mengadakan simulasi dan latihan rutin
untuk memastikan kesiapan dalam menangani situasi wabah
atau insiden infeksi.
Audit dan Umpan Balik:
• Audit Kepatuhan: Melakukan audit kepatuhan secara berkala
untuk menilai sejauh mana prosedur pengendalian infeksi
diikuti dan diimplementasikan.
• Sistem Umpan Balik: Menerapkan sistem umpan balik yang
memungkinkan staf untuk memberikan dan menerima
masukan tentang praktik pengendalian infeksi.
Pengembangan Kebijakan dan Prosedur:
• Panduan
Praktik
Terbaik:
Mengembangkan
dan
memperbarui panduan praktik terbaik berdasarkan bukti
terbaru dan rekomendasi dari lembaga seperti CDC dan
WHO.
• Protokol Tindakan Cepat: Menerapkan protokol tindakan
cepat untuk menangani kasus-kasus darurat yang
melibatkan infeksi.
Penggunaan Teknologi:
• Sistem Pemantauan Elektronik: Memanfaatkan sistem
pemantauan elektronik untuk melacak kepatuhan terhadap
kebersihan tangan dan penggunaan APD.
88
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
5.
6.
7.
Aplikasi Mobile: Menggunakan aplikasi mobile untuk
memberikan akses cepat ke panduan pengendalian infeksi
dan prosedur tanggap darurat.
Kampanye Kesadaran:
• Kampanye Internal: Meluncurkan kampanye kesadaran
internal yang menekankan pentingnya pengendalian infeksi
dan peran setiap individu dalam menjaga lingkungan
kesehatan yang aman.
• Poster dan Materi Edukasi: Menyebarkan poster, brosur, dan
materi edukasi di seluruh fasilitas kesehatan untuk
mengingatkan staf tentang praktik pengendalian infeksi yang
benar.
Partisipasi Aktif dan Kolaborasi:
• Tim Pengendalian Infeksi: Membentuk tim pengendalian
infeksi yang terdiri dari perwakilan berbagai departemen
untuk mengawasi dan mengkoordinasikan upaya
pengendalian infeksi.
• Kolaborasi Antar Departemen: Mendorong kolaborasi antar
departemen untuk berbagi pengetahuan, sumber daya, dan
praktik terbaik dalam pengendalian infeksi.
Motivasi dan Penghargaan:
• Penghargaan Kepatuhan: Memberikan penghargaan kepada
departemen atau individu yang menunjukkan tingkat
kepatuhan tinggi terhadap protokol pengendalian infeksi.
• Inisiatif Motivasi: Mengembangkan inisiatif motivasi yang
mendorong staf untuk terus meningkatkan praktik
pengendalian infeksi mereka.
Dengan mengimplementasikan inisiatif-inisiatif ini, organisasi
kesehatan dapat memastikan bahwa standar pengendalian dan
pencegahan infeksi dijaga dengan baik, kepatuhan staf meningkat,
dan kualitas pelayanan kesehatan ditingkatkan secara keseluruhan.
89
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Hal ini akan menghasilkan lingkungan yang lebih aman bagi pasien
dan tenaga kesehatan serta mencegah penyebaran infeksi secara
efektif.
Daftar Pustaka:
•
•
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
90
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 9: Pengendalian Infeksi dalam
Pengaturan Khusus
9.1 Pengendalian infeksi di fasilitas perawatan jangka
panjang
Pengendalian infeksi di fasilitas perawatan jangka panjang (LTCF)
sangat penting untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
penghuni, staf, dan pengunjung, serta mencegah penyebaran
penyakit menular di fasilitas tersebut.
LTCF, termasuk panti jompo, fasilitas tempat tinggal berbantuan, dan
fasilitas perawatan terampil, melayani populasi rentan yang mungkin
berisiko lebih tinggi terkena infeksi karena usia, kondisi medis yang
mendasarinya, dan tempat tinggal yang dekat.
Berikut adalah aspek-aspek penting dalam pengendalian infeksi di
LTCF:
1.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi:
LTCF harus mempunyai program pencegahan dan pengendalian
infeksi yang diawasi oleh tim atau tim pencegahan infeksi yang
ditunjuk. Program ini harus mencakup kebijakan, prosedur, dan
protokol untuk mencegah dan mengelola penyakit menular, serta
pelatihan dan pendidikan staf mengenai praktik pengendalian
infeksi.
2.
Kebersihan Tangan:
Kebersihan tangan sangat penting untuk mencegah penyebaran
infeksi di LTCF. Staf, penghuni, dan pengunjung harus rutin
mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan
pembersih tangan berbahan alkohol, terutama sebelum dan
91
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
sesudah memberikan perawatan, menangani makanan, dan
menggunakan kamar kecil.
3.
Kebersihan Pernapasan dan Etiket Batuk:
LTCF harus mempromosikan kebersihan pernafasan dan etika
batuk di kalangan penghuni, staf, dan pengunjung. Hal ini
termasuk menutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku saat
batuk atau bersin, membuang tisu bekas dengan benar, dan
melakukan kebersihan tangan setelahnya.
4.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD):
Staf LTCF harus menggunakan APD yang sesuai, seperti sarung
tangan, baju pelindung, masker, dan pelindung mata, ketika
memberikan perawatan kepada warga yang diketahui atau
diduga mengidap penyakit menular. APD harus digunakan sesuai
dengan kebijakan dan pedoman fasilitas.
5.
Pembersihan dan Disinfeksi:
Pembersihan rutin dan disinfeksi permukaan yang sering
disentuh, area umum, ruang residen, dan peralatan medis sangat
penting untuk mencegah penyebaran infeksi di LTCF. Protokol
pembersihan lingkungan harus mengikuti pedoman berbasis
bukti dan menggunakan disinfektan yang disetujui EPA.
6.
Pengelolaan sampah:
Pengelolaan dan pembuangan limbah yang tepat, termasuk
limbah medis, linen kotor, dan sampah, penting untuk mencegah
penularan infeksi. LTCF harus memiliki protokol untuk menangani
dan membuang limbah dengan aman dan tepat.
7.
Pengawasan Infeksi dan Manajemen Wabah:
LTCF harus terus melakukan pengawasan terhadap penyakit
menular, memantau tanda dan gejala wabah, dan segera
melaporkan dugaan wabah kepada otoritas kesehatan setempat.
92
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Jika terjadi wabah, LTCF harus menerapkan langkah-langkah
pengendalian wabah, seperti mengumpulkan penduduk,
membatasi kunjungan, dan menerapkan tindakan pencegahan
pengendalian infeksi yang ditingkatkan untuk menahan
penyebaran infeksi.
8.
Pelatihan dan Pendidikan Staf:
Semua anggota staf harus menerima pelatihan dan pendidikan
mengenai praktik pengendalian infeksi, termasuk kebersihan
tangan, penggunaan APD, kewaspadaan standar, dan manajemen
wabah. Pelatihan harus diberikan secara teratur dan disesuaikan
dengan peran dan tanggung jawab pekerjaan tertentu.
9.
Kebijakan dan Penyaringan Pengunjung:
LTCF dapat menerapkan kebijakan pengunjung dan langkahlangkah penyaringan untuk meminimalkan risiko masuknya
penyakit menular ke dalam fasilitas. Hal ini dapat mencakup
pembatasan pengunjung selama wabah, pemeriksaan gejala saat
masuk, dan persyaratan untuk memakai masker dan melakukan
kebersihan tangan.
10. Imunisasi:
LTCF harus mempromosikan imunisasi di kalangan penduduk dan
staf untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin,
seperti influenza dan penyakit pneumokokus. Kampanye
vaksinasi influenza tahunan bagi warga dan staf sangat penting
untuk mengurangi risiko wabah flu.
Pengendalian infeksi di LTCF memerlukan pendekatan komprehensif
dan multidisiplin yang menjawab kebutuhan dan tantangan unik di
lingkungan ini.
Dengan menerapkan praktik berbasis bukti, menumbuhkan budaya
pencegahan infeksi, dan mendorong kolaborasi antar staf, penghuni,
keluarga, dan mitra eksternal, LTCF dapat secara efektif mengurangi
93
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
risiko infeksi dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan
penghuni dan staf.
9.2 Pengendalian infeksi di tempat perawatan rawat
jalan
Pengendalian infeksi di tempat pelayanan rawat jalan, seperti klinik
rawat jalan, pusat perawatan darurat, dan kantor dokter, sangat
penting untuk mencegah penularan penyakit menular di antara
pasien, staf, dan pengunjung. Tempat perawatan rawat jalan
menyediakan berbagai layanan kesehatan bagi individu dengan
berbagai tingkat penyakit dan kebutuhan medis, sehingga praktik
pencegahan dan pengendalian infeksi menjadi penting untuk
menjaga lingkungan yang aman dan higienis.
Berikut adalah aspek-aspek kunci pengendalian infeksi di tempat
perawatan rawat jalan:
1.
Kebersihan Tangan:
Kebersihan tangan merupakan hal mendasar dalam
pengendalian infeksi di fasilitas rawat jalan. Penyedia layanan
kesehatan, staf, pasien, dan pengunjung harus melakukan
kebersihan tangan menggunakan sabun dan air atau pembersih
tangan berbahan dasar alkohol sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien, setelah menyentuh permukaan, dan setelah
melepas sarung tangan.
2.
Kebersihan Pernapasan dan Etiket Batuk:
Tempat pelayanan rawat jalan harus meningkatkan kebersihan
pernapasan dan etika batuk di antara pasien, staf, dan
pengunjung. Hal ini termasuk menutup mulut dan hidung dengan
tisu atau siku saat batuk atau bersin, membuang tisu bekas
dengan benar, dan melakukan kebersihan tangan setelahnya.
94
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
3.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD):
Penyedia layanan kesehatan dan staf harus menggunakan APD
yang sesuai, seperti sarung tangan, masker, baju pelindung, dan
pelindung mata, ketika memberikan perawatan kepada pasien
yang diketahui atau diduga menderita penyakit menular. APD
harus digunakan sesuai dengan kebijakan dan pedoman fasilitas.
4.
Pembersihan dan Disinfeksi:
Pembersihan rutin dan desinfeksi permukaan yang sering
disentuh, peralatan medis, ruang tunggu, dan toilet penting
untuk mencegah penyebaran infeksi di tempat perawatan rawat
jalan. Protokol pembersihan lingkungan harus mengikuti
pedoman berbasis bukti dan menggunakan disinfektan yang
disetujui EPA.
5.
Alur Pasien dan Tindakan Jarak:
Tempat layanan rawat jalan dapat menerapkan strategi untuk
meminimalkan kepadatan dan menjaga jarak fisik antar pasien di
ruang tunggu, ruang tunggu, dan ruang pemeriksaan. Hal ini
dapat mencakup penjadwalan janji temu untuk mengurangi
waktu tunggu, mengatur jarak tempat duduk, dan menggunakan
penghalang atau pembatas jika diperlukan.
6.
Pengelolaan sampah:
Pengelolaan dan pembuangan limbah yang tepat, termasuk
limbah medis, benda tajam, dan bahan berbahaya hayati, sangat
penting untuk mencegah penularan infeksi. Tempat perawatan
rawat jalan harus mempunyai protokol untuk menangani dan
membuang limbah dengan aman dan tepat.
7.
Pengawasan Infeksi dan Manajemen Wabah:
Tempat layanan rawat jalan harus melakukan pengawasan
berkelanjutan terhadap penyakit menular, memantau tanda dan
95
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
gejala wabah, dan segera melaporkan dugaan wabah kepada
otoritas kesehatan setempat.
Jika terjadi wabah, layanan rawat jalan harus menerapkan
langkah-langkah pengendalian wabah, seperti peningkatan
pembersihan dan disinfeksi, pengelompokan pasien, dan
penerapan protokol skrining dan triase untuk menahan
penyebaran infeksi.
8.
Pelatihan dan Pendidikan Staf:
Semua anggota staf harus menerima pelatihan dan pendidikan
mengenai praktik pengendalian infeksi, termasuk kebersihan
tangan, penggunaan APD, kewaspadaan standar, dan manajemen
wabah. Pelatihan harus diberikan secara teratur dan disesuaikan
dengan peran dan tanggung jawab pekerjaan tertentu.
9.
Kebijakan dan Penyaringan Pengunjung:
Tempat layanan rawat jalan dapat menerapkan kebijakan
pengunjung dan tindakan skrining untuk meminimalkan risiko
masuknya penyakit menular ke dalam fasilitas. Hal ini dapat
mencakup pembatasan pengunjung selama wabah, pemeriksaan
gejala saat masuk, dan persyaratan untuk memakai masker dan
melakukan kebersihan tangan.
10. Imunisasi:
Tempat layanan rawat jalan harus mendukung imunisasi di antara
pasien dan staf untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin, seperti influenza dan penyakit pneumokokus.
Memberikan layanan vaksinasi dan mendorong kampanye
vaksinasi dapat membantu mengurangi risiko infeksi yang dapat
dicegah dengan vaksin.
Pengendalian infeksi di rangkaian layanan rawat jalan memerlukan
pendekatan proaktif dan multidisiplin yang menjawab kebutuhan dan
tantangan unik di rangkaian tersebut. Dengan menerapkan praktik
96
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
berbasis bukti, menumbuhkan budaya pencegahan infeksi, dan
mendorong kolaborasi antar staf, pasien, keluarga, dan mitra
eksternal, layanan rawat jalan dapat secara efektif mengurangi risiko
infeksi dan menjaga lingkungan layanan kesehatan yang aman bagi
semua pemangku kepentingan.
9.3 Pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan di
rumah
Pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan di rumah sangat
penting untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pasien yang
menerima perawatan di rumah dan penyedia layanan kesehatan yang
mengunjungi mereka.
Pengaturan layanan kesehatan di rumah menghadirkan tantangan
unik dalam pencegahan dan pengendalian infeksi karena beragamnya
lingkungan tempat layanan diberikan serta variabilitas kondisi dan
kebutuhan pasien.
Berikut adalah aspek-aspek kunci pengendalian infeksi dalam
perawatan kesehatan di rumah:
1.
Kebersihan Tangan:
Penyedia layanan kesehatan harus mempraktikkan kebersihan
tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan kepada
pasien di rumah.
Hal ini termasuk mencuci tangan dengan sabun dan air selama
minimal 20 detik atau menggunakan pembersih tangan berbahan
dasar alkohol jika sabun dan air tidak tersedia.
2.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD):
Penyedia layanan kesehatan harus menggunakan APD yang
sesuai, seperti sarung tangan, masker, baju pelindung, dan
97
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
pelindung mata, ketika memberikan layanan yang berpotensi
terpapar darah, cairan tubuh, atau bahan lain yang berpotensi
menular.
APD harus digunakan sesuai pedoman yang ditetapkan dan
dibuang dengan benar setelah digunakan.
3.
Pembersihan dan Disinfeksi Lingkungan:
Pembersihan rutin dan desinfeksi permukaan yang sering
disentuh, peralatan medis, dan area perawatan pasien di rumah
penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Penyedia layanan kesehatan harus menggunakan disinfektan
yang disetujui EPA dan mengikuti protokol pembersihan yang
direkomendasikan.
4.
Kebersihan Pernapasan dan Etiket Batuk:
Pasien dan perawat harus dididik tentang kebersihan pernapasan
dan etika batuk untuk mencegah penyebaran infeksi saluran
pernapasan.
Hal ini termasuk menutup mulut dan hidung dengan tisu atau
siku saat batuk atau bersin dan membuang tisu bekas dengan
benar.
5.
Praktik Injeksi yang Aman:
Penyedia layanan kesehatan harus mematuhi praktik suntikan
yang aman ketika memberikan obat, melakukan prosedur, atau
memberikan jenis perawatan lain yang melibatkan penggunaan
jarum suntik.
Hal ini mencakup penggunaan teknik aseptik, jarum suntik sekali
pakai, dan pembuangan benda tajam dengan benar.
98
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
6.
Manajemen Pengobatan:
Pasien dan perawat harus menerima pendidikan dan pelatihan
tentang praktik manajemen obat yang benar, termasuk
penyimpanan, pemberian, dan pembuangan obat.
Penyedia layanan kesehatan harus meninjau rejimen pengobatan
secara teratur untuk mencegah kesalahan pengobatan dan
kejadian obat yang merugikan.
7.
Pengelolaan sampah:
Pengelolaan dan pembuangan limbah medis, benda tajam, dan
bahan berbahaya lainnya yang tepat sangat penting untuk
mencegah penularan infeksi di lingkungan rumah. Penyedia
layanan kesehatan harus memberikan panduan kepada pasien
dan perawat tentang praktik pembuangan limbah yang aman.
8.
Pengawasan dan Pelaporan Infeksi:
Penyedia layanan kesehatan harus memantau pasien untuk
mengetahui tanda dan gejala infeksi dan melaporkan kasus yang
dicurigai kepada otoritas kesehatan masyarakat atau fasilitas
kesehatan yang sesuai jika diperlukan. Pelaporan infeksi yang
tepat waktu memungkinkan dilakukannya penyelidikan dan
penerapan tindakan pengendalian secara cepat.
9.
Edukasi Pasien dan Pengasuh:
Pasien dan perawat harus menerima pendidikan dan pelatihan
mengenai praktik pencegahan dan pengendalian infeksi yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan spesifik mereka. Hal
ini dapat mencakup kebersihan tangan, penggunaan APD,
perawatan luka, dan mengenali tanda-tanda infeksi.
10. Telehealth dan Pemantauan Jarak Jauh:
Memanfaatkan teknologi telehealth dan pemantauan jarak jauh
dapat membantu meminimalkan kunjungan langsung dan
99
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
mengurangi risiko penularan infeksi di fasilitas layanan kesehatan
di rumah. Platform telehealth memungkinkan penyedia layanan
kesehatan melakukan kunjungan virtual, memantau kesehatan
pasien dari jarak jauh, dan memberikan pendidikan serta
dukungan kepada pasien dan perawat.
Pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan di rumah memerlukan
kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan, pasien, perawat, dan
sumber daya masyarakat untuk memastikan bahwa tindakan yang
tepat diterapkan untuk mencegah penyebaran infeksi dan menjaga
lingkungan perawatan yang aman.
Dengan mengikuti pedoman dan praktik terbaik yang ditetapkan,
penyedia layanan kesehatan di rumah dapat meminimalkan risiko
infeksi dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan pasien dan
keluarganya.
Daftar Pustaka:
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
100
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
101
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 10: Infeksi yang Muncul dan
Kesehatan Global
10.1 Penyakit menular yang baru muncul
Penyakit menular yang baru muncul, atau Emerging Infectious
Diseases (EIDs), adalah penyakit yang baru diidentifikasi atau penyakit
yang sudah ada tetapi tiba-tiba menunjukkan peningkatan kejadian
atau penyebarannya. Faktor-faktor yang berkontribusi pada
kemunculan dan penyebaran penyakit ini termasuk perubahan
lingkungan, perilaku manusia, dan mobilitas global.
Berikut adalah beberapa contoh penyakit menular yang baru muncul
dalam beberapa dekade terakhir:
1.
2.
COVID-19 (Coronavirus Disease 2019):
o
Penyebab: Virus SARS-CoV-2.
o
Gejala: Demam, batuk, sesak napas, kehilangan rasa
atau bau, dan gejala lainnya yang mirip flu.
o
Penyebaran: Utamanya melalui droplet pernapasan
dari orang yang terinfeksi.
o
Dampak: Pandemi global yang menyebabkan jutaan
kematian dan berdampak besar pada ekonomi dan
kehidupan sosial.
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome):
o
Penyebab: Virus SARS-CoV.
o
Gejala: Demam, batuk, dan sesak napas.
o
Penyebaran: Melalui droplet pernapasan dan kontak
dekat dengan orang yang terinfeksi.
102
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
o
3.
4.
5.
Dampak: Wabah pada tahun 2002-2003 yang
menyebabkan ratusan kematian dan mengkhawatirkan
dunia kesehatan global.
MERS (Middle East Respiratory Syndrome):
o
Penyebab: Virus MERS-CoV.
o
Gejala: Demam, batuk, dan sesak napas, dengan tingkat
kematian yang cukup tinggi.
o
Penyebaran: Melalui kontak dekat dengan orang yang
terinfeksi, sering kali terkait dengan perjalanan atau
tinggal di Timur Tengah.
o
Dampak: Wabah sporadis yang berkelanjutan sejak
pertama kali diidentifikasi pada tahun 2012.
Zika Virus:
o
Penyebab: Virus Zika, yang disebarkan oleh nyamuk
Aedes.
o
Gejala: Demam ringan, ruam, nyeri sendi, dan
konjungtivitis. Dapat menyebabkan mikrocephaly pada
bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi selama
kehamilan.
o
Penyebaran: Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi,
juga bisa melalui transmisi seksual.
o
Dampak: Wabah besar di Amerika Selatan dan Tengah
pada 2015-2016, dengan dampak serius pada
kesehatan bayi yang baru lahir.
Ebola Virus Disease:
o
Penyebab: Virus Ebola.
o
Gejala: Demam, pendarahan internal dan eksternal,
kegagalan organ.
103
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
6.
o
Penyebaran: Melalui kontak langsung dengan darah
atau cairan tubuh orang yang terinfeksi.
o
Dampak: Wabah besar di Afrika Barat pada tahun 20142016 yang menyebabkan ribuan kematian.
Chikungunya:
o
Penyebab: Virus Chikungunya, juga disebarkan oleh
nyamuk Aedes.
o
Gejala: Demam tinggi, nyeri sendi yang parah, ruam,
dan sakit kepala.
o
Penyebaran: Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
o
Dampak: Wabah di berbagai belahan dunia, termasuk
Asia, Afrika, dan Amerika.
10.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemunculan Penyakit
Menular Baru:
1.
Perubahan Lingkungan: Deforestasi, urbanisasi, dan
perubahan iklim yang mempengaruhi habitat vektor
penyakit.
2.
Perilaku Manusia: Perjalanan internasional, migrasi, dan
perilaku sosial yang meningkatkan kontak antar populasi.
3.
Perubahan Patogen: Mutasi genetik dan adaptasi
mikroorganisme yang memungkinkan mereka menginfeksi
inang baru atau mengembangkan resistensi terhadap
pengobatan.
4.
Sistem Kesehatan yang Lemah: Kurangnya infrastruktur
kesehatan yang memadai untuk mendeteksi dan merespons
wabah secara cepat.
104
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian:
1.
Pengawasan dan Surveilans: Meningkatkan sistem
pemantauan untuk mendeteksi wabah secara dini dan
mengidentifikasi pola penyebaran.
2.
Penelitian dan Pengembangan: Investasi dalam penelitian
untuk memahami patogen baru, mengembangkan vaksin,
dan terapi pengobatan.
3.
Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang cara mencegah penularan penyakit.
4.
Kerjasama Internasional: Kolaborasi global dalam berbagi
informasi, sumber daya, dan strategi untuk menangani
penyakit menular baru.
Dengan memahami dan mengantisipasi faktor-faktor yang
menyebabkan kemunculan penyakit menular baru, serta
mengimplementasikan tindakan pencegahan dan pengendalian yang
efektif, kita dapat mengurangi dampak penyakit tersebut pada
kesehatan global.
10.3 Kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi
Pandemi adalah peristiwa kesehatan global yang memerlukan
kesiapsiagaan dan respons cepat serta terkoordinasi untuk
meminimalkan dampaknya pada kesehatan masyarakat, ekonomi,
dan kehidupan sosial.
Berikut adalah beberapa langkah kesiapsiagaan dan respons yang
esensial dalam menghadapi pandemi:
1.
Kesiapsiagaan Pandemi
a)
Pemantauan dan Surveilans
o
Sistem
Surveilans:
Mengembangkan
dan
memelihara sistem pemantauan yang efektif untuk
105
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
mendeteksi dan melacak penyakit menular di
tingkat lokal, nasional, dan internasional.
o
Deteksi Dini: Mengidentifikasi kasus infeksi secara
cepat melalui tes diagnostik yang akurat dan
distribusi informasi ke otoritas kesehatan terkait.
b) Perencanaan dan Koordinasi
c)
o
Rencana Tanggap Darurat: Menyusun rencana
tanggap darurat yang komprehensif yang
mencakup skenario berbagai tingkat keparahan
pandemi.
o
Koordinasi Antar Lembaga: Membangun jaringan
kerjasama antara lembaga kesehatan, pemerintah,
organisasi internasional, dan sektor swasta untuk
memastikan respons yang terkoordinasi.
Pelatihan dan Simulasi
o
Latihan Tanggap Darurat: Mengadakan latihan
simulasi secara berkala untuk menguji kesiapan dan
respons berbagai instansi terhadap skenario
pandemi.
o
Edukasi Publik: Mengedukasi masyarakat tentang
langkah-langkah pencegahan dan tindakan yang
harus diambil selama pandemi.
d) Penyediaan Sumber Daya
o
Stok Peralatan Medis: Menyediakan dan
menyimpan peralatan medis, termasuk APD,
ventilator, dan obat-obatan esensial.
o
Sumber Daya Manusia: Mempersiapkan tenaga
kesehatan dengan pelatihan khusus dalam
manajemen pandemi.
106
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
2.
Respons Terhadap Pandemi
a)
Identifikasi dan Pengobatan Kasus
o
Pengujian Massal: Melaksanakan pengujian massal
untuk mengidentifikasi kasus positif dan
mengisolasi mereka untuk mencegah penyebaran
lebih lanjut.
o
Perawatan Medis: Memberikan perawatan medis
yang tepat kepada pasien yang terinfeksi, termasuk
perawatan intensif bagi kasus yang parah.
b) Pelacakan Kontak
c)
o
Pelacakan Kontak: Melakukan pelacakan kontak
yang efektif untuk mengidentifikasi individu yang
telah terpapar dan memantau mereka untuk tandatanda infeksi.
o
Karantina dan Isolasi: Mengimplementasikan
karantina bagi individu yang terpapar dan isolasi
bagi kasus yang terkonfirmasi untuk memutus
rantai penularan.
Komunikasi Publik
o
Informasi yang Jelas dan Konsisten: Menyampaikan
informasi yang jelas, transparan, dan terkini kepada
masyarakat tentang perkembangan pandemi,
langkah-langkah pencegahan, dan protokol
kesehatan.
o
Mengatasi Misinformasi: Mengatasi misinformasi
dan hoaks melalui kampanye edukasi dan
kolaborasi dengan media untuk memastikan
informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
d) Kebijakan Pembatasan Sosial
o
Pembatasan Pergerakan: Menerapkan kebijakan
pembatasan sosial seperti pembatasan perjalanan,
107
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
penutupan sekolah, dan pembatasan kegiatan
publik untuk mengurangi penyebaran virus.
o
e)
f)
3.
Pembatasan
dan
Penutupan
Sementara:
Melakukan penutupan sementara fasilitas umum
dan bisnis yang tidak esensial untuk mengurangi
interaksi sosial.
Vaksinasi
o
Pengembangan dan Distribusi Vaksin: Mendukung
penelitian dan pengembangan vaksin yang aman
dan efektif, serta memastikan distribusi yang adil
dan cepat kepada populasi yang membutuhkan.
o
Kampanye Vaksinasi: Melaksanakan kampanye
vaksinasi massal untuk mencapai herd immunity
dan menghentikan penyebaran penyakit.
Dukungan Psikososial dan Ekonomi
o
Dukungan Psikososial: Memberikan dukungan
psikososial kepada individu dan keluarga yang
terdampak pandemi untuk mengatasi stres dan
kecemasan.
o
Bantuan Ekonomi: Menyediakan bantuan ekonomi
kepada mereka yang terdampak secara finansial
oleh pandemi melalui program bantuan sosial dan
stimulus ekonomi.
Evaluasi dan Pembelajaran
1.
Evaluasi Respons: Melakukan evaluasi terhadap respons
pandemi untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan,
serta mengembangkan strategi perbaikan untuk masa
depan.
2.
Penelitian dan Pembelajaran: Mendorong penelitian
lanjutan tentang virus penyebab pandemi dan dampaknya
untuk memperkuat kesiapsiagaan di masa depan.
108
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Dengan kesiapsiagaan dan respons yang terstruktur, kolaboratif, dan
berbasis bukti, kita dapat mengurangi dampak pandemi dan
melindungi kesehatan serta kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.
10.4 Upaya global
pencegahan infeksi
dalam
pengendalian
dan
Pengendalian dan pencegahan infeksi adalah tantangan global yang
memerlukan kolaborasi internasional untuk mengurangi dampak
penyakit menular. Upaya global ini melibatkan berbagai organisasi
internasional, pemerintah, lembaga kesehatan, dan komunitas
ilmiah.
Berikut adalah beberapa upaya global yang dilakukan dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi:
1.
Organisasi Internasional dan Kolaborasi
a)
World Health Organization (WHO)
o
Panduan dan Kebijakan: WHO mengeluarkan
panduan dan kebijakan global untuk pengendalian
dan pencegahan infeksi, termasuk pedoman untuk
kebersihan tangan, penggunaan APD, dan
manajemen penyakit menular.
o
Inisiatif Global: Meluncurkan inisiatif global seperti
"Global Action Plan on Antimicrobial Resistance"
dan "International Health Regulations (IHR)" untuk
mengkoordinasikan respons terhadap ancaman
kesehatan global.
b) Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
o
Dukungan Teknis: CDC memberikan dukungan
teknis kepada negara-negara lain dalam bentuk
109
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
pelatihan,
bantuan
laboratorium,
pengembangan sistem surveilans.
o
c)
2.
dan
Program Global: Mengelola program seperti
"Global Disease Detection Program" untuk
meningkatkan kapasitas negara-negara dalam
mendeteksi dan merespons wabah penyakit
menular.
Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN)
o
Koordinasi
Respons
Wabah:
GOARN
mengkoordinasikan respons internasional terhadap
wabah penyakit menular dengan mengerahkan
sumber daya dan tenaga ahli dari berbagai negara
dan organisasi.
o
Kolaborasi: Menghubungkan lebih dari 200
institusi, termasuk lembaga kesehatan publik,
laboratorium, universitas, dan organisasi nonpemerintah.
Program dan Inisiatif Global
a)
Global Health Security Agenda (GHSA)
o
Penguatan Kapasitas: GHSA bertujuan untuk
memperkuat kapasitas negara-negara dalam
mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman
kesehatan global.
o
Pilar Utama: Fokus pada 11 pilar utama, termasuk
pengendalian infeksi, imunisasi, dan pengawasan
penyakit.
b) One Health Initiative
o
Pendekatan Multidisiplin: One Health mengakui
keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan, dan
lingkungan,
dan
mendorong
pendekatan
multidisiplin untuk pengendalian infeksi.
110
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
o
c)
3.
Kolaborasi Global: Menggalang kolaborasi antara
sektor kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan
lingkungan untuk mencegah penyebaran penyakit
zoonosis.
Global Antimicrobial Resistance Surveillance System (GLASS)
o
Pemantauan Resistensi Antimikroba: GLASS
mengumpulkan dan menganalisis data global
tentang resistensi antimikroba untuk membantu
negara-negara
mengembangkan
strategi
pengendalian yang efektif.
o
Peningkatan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran
global tentang ancaman resistensi antimikroba dan
pentingnya penggunaan antibiotik yang bijak.
Inovasi dan Teknologi
a)
Pengembangan Vaksin
o
Vaksin COVID-19: Kolaborasi global dalam
pengembangan dan distribusi vaksin COVID-19,
termasuk melalui inisiatif seperti COVAX yang
dipimpin oleh WHO, GAVI, dan CEPI.
o
Vaksin Lainnya: Penelitian dan pengembangan
vaksin untuk penyakit menular lainnya seperti HIV,
malaria, dan tuberkulosis.
b) Surveilans Digital
o
Sistem Peringatan Dini: Penggunaan teknologi
digital untuk mengembangkan sistem peringatan
dini yang dapat mendeteksi dan merespons wabah
penyakit dengan cepat.
o
Pemantauan
Real-Time:
Implementasi
pemantauan real-time melalui aplikasi mobile dan
platform digital untuk melacak penyebaran
penyakit.
111
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
4.
Edukasi dan Kesadaran Publik
a)
Kampanye Kesadaran
o
Hari Cuci Tangan Sedunia: WHO dan UNICEF
mempromosikan Hari Cuci Tangan Sedunia untuk
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
kebersihan tangan dalam mencegah infeksi.
o
Kampanye Vaksinasi: Kampanye global untuk
meningkatkan kesadaran dan penerimaan vaksin,
termasuk vaksinasi anak-anak dan vaksin influenza.
b) Pelatihan dan Kapasitas
5.
o
Pelatihan Tenaga Kesehatan: Program pelatihan
untuk tenaga kesehatan di berbagai negara tentang
praktik terbaik dalam pengendalian infeksi.
o
Bantuan Teknis: Pemberian bantuan teknis kepada
negara-negara
yang
membutuhkan
untuk
meningkatkan kapasitas laboratorium dan sistem
kesehatan masyarakat.
Tantangan dan Solusi
a)
Tantangan:
o
Kesetaraan Akses: Ketidaksetaraan akses terhadap
sumber daya kesehatan dan vaksin di berbagai
negara.
o
Resistensi Antimikroba: Meningkatnya resistensi
antimikroba
yang
mengancam
efektivitas
pengobatan penyakit menular.
o
Kolaborasi Global: Kebutuhan akan kerjasama
internasional yang lebih kuat dan koordinasi yang
efektif antara negara dan organisasi.
112
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
b) Solusi:
o
Pendanaan: Meningkatkan pendanaan untuk
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan
global.
o
Kebijakan Global: Menerapkan kebijakan global
yang mendukung distribusi yang adil dan akses
yang setara terhadap sumber daya kesehatan.
o
Inovasi: Mendorong inovasi dalam teknologi
kesehatan dan pengobatan untuk mengatasi
tantangan yang ada.
Dengan kolaborasi global yang kuat dan strategi yang terkoordinasi,
dunia dapat lebih efektif dalam mengendalikan dan mencegah
penyebaran penyakit menular, melindungi kesehatan masyarakat,
dan memastikan respons yang cepat terhadap ancaman kesehatan di
masa depan.
Daftar Pustaka:
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
113
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
114
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 11: Studi Kasus dan Praktik Terbaik
11.1 Analisis Studi Kasus Kehidupan Nyata: Wabah
Ebola di Afrika Barat (2014-2016)
Latar Belakang:
Pada tahun 2014, wabah Ebola besar-besaran terjadi di Afrika Barat,
yang terutama mempengaruhi Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.
Wabah ini merupakan yang terbesar dan paling kompleks sejak virus
Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976.
Epidemiologi dan Penyebaran:
a)
Awal Wabah: Wabah dimulai di Guinea pada bulan Desember
2013 dan dengan cepat menyebar ke negara-negara tetangga,
Liberia dan Sierra Leone.
b) Penularan: Virus Ebola menyebar melalui kontak langsung
dengan darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, serta
melalui permukaan yang terkontaminasi.
c)
Kasus dan Kematian: Selama wabah, ada lebih dari 28.000 kasus
yang dikonfirmasi, dengan sekitar 11.300 kematian.
Tantangan yang Dihadapi:
a)
Infrastruktur Kesehatan yang Lemah: Negara-negara yang
terkena dampak memiliki sistem kesehatan yang terbatas,
dengan kekurangan fasilitas medis, peralatan, dan tenaga
kesehatan terlatih.
b) Keterbatasan Surveilans: Kurangnya sistem surveilans yang
efektif menyebabkan penundaan dalam deteksi awal dan respons
terhadap wabah.
115
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
c)
Misinformasi dan Ketidakpercayaan: Kurangnya pemahaman
tentang penyakit dan ketidakpercayaan terhadap otoritas
kesehatan menghambat upaya pencegahan dan pengendalian.
d) Mobilitas Penduduk: Mobilitas penduduk yang tinggi, termasuk
perjalanan lintas batas, mempercepat penyebaran virus.
e)
Tingkat Stigma: Stigma terhadap pasien Ebola dan tenaga
kesehatan yang merawat mereka menyebabkan diskriminasi dan
isolasi sosial.
Respons dan Upaya Pengendalian:
a)
Deklarasi Darurat Kesehatan Internasional: Pada Agustus 2014,
WHO menyatakan wabah Ebola di Afrika Barat sebagai "Public
Health Emergency of International Concern" (PHEIC), yang
memobilisasi dukungan internasional.
b) Pembentukan Pusat Pengobatan Ebola: Negara-negara yang
terdampak, dengan bantuan internasional, mendirikan pusat
pengobatan Ebola untuk isolasi dan perawatan pasien.
c)
Surveilans dan Pelacakan Kontak: Peningkatan upaya surveilans
dan pelacakan kontak untuk mengidentifikasi dan mengisolasi
kasus baru serta memantau orang-orang yang berisiko.
d) Kampanye Edukasi Publik: Peluncuran kampanye edukasi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Ebola, cara
penyebarannya, dan langkah-langkah pencegahan.
e)
Dukungan Internasional: Banyak organisasi internasional,
termasuk WHO, CDC, MSF (Médecins Sans Frontières), dan
lainnya, memberikan dukungan teknis, logistik, dan sumber daya
untuk mengatasi wabah.
f)
Pengembangan Vaksin: Pengembangan dan uji coba vaksin Ebola,
seperti rVSV-ZEBOV, yang kemudian digunakan dalam kampanye
vaksinasi di daerah wabah.
116
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Hasil dan Pelajaran yang Dipetik:
a)
Pengendalian Wabah: Berkat upaya global yang terkoordinasi,
wabah Ebola berhasil dikendalikan pada tahun 2016.
b) Peningkatan Sistem Kesehatan: Negara-negara terdampak
menguatkan sistem kesehatan mereka, termasuk peningkatan
kapasitas laboratorium dan fasilitas medis.
c)
Pentingnya Kolaborasi Global: Wabah ini menyoroti pentingnya
kerjasama internasional dalam merespons krisis kesehatan
global.
d) Kesiapsiagaan untuk Masa Depan: Wabah ini memicu reformasi
dalam kesiapsiagaan dan respons terhadap wabah di tingkat
global, termasuk peningkatan kemampuan deteksi dini dan
respon cepat.
Kesimpulan:
Wabah Ebola di Afrika Barat adalah contoh nyata bagaimana wabah
penyakit menular dapat memiliki dampak yang menghancurkan,
terutama di wilayah dengan sistem kesehatan yang lemah.
Respons global yang cepat dan terkoordinasi, termasuk dukungan
teknis, sumber daya, dan kolaborasi internasional, adalah kunci
dalam mengendalikan wabah dan mencegah penyebaran lebih lanjut.
Pelajaran dari kasus ini sangat berharga dalam memperkuat
kesiapsiagaan dan respons terhadap wabah di masa depan.
11.2 Praktik terbaik dalam pengendalian dan
pencegahan infeksi
Pengendalian dan pencegahan infeksi (PPI) adalah upaya kritis untuk
mencegah penyebaran penyakit menular di berbagai lingkungan,
termasuk rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, pusat
kesehatan masyarakat, dan lingkungan kerja.
117
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Berikut adalah beberapa praktik terbaik yang diterapkan dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi:
1. Kebersihan Tangan
a)
Metode yang Tepat: Cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir selama minimal 20 detik atau gunakan hand
sanitizer berbasis alkohol yang mengandung setidaknya 60%
alkohol.
b) Waktu yang Tepat: Sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien, setelah menyentuh permukaan yang mungkin
terkontaminasi, sebelum dan sesudah makan, dan setelah
menggunakan toilet.
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
a)
Pemakaian yang Benar: Menggunakan APD yang sesuai
(misalnya, sarung tangan, masker, pelindung mata, dan
gaun) saat diperlukan dan membuangnya dengan cara yang
aman.
b) Pelatihan: Melakukan pelatihan berkala untuk tenaga
kesehatan tentang cara mengenakan dan melepas APD
dengan benar.
3. Kebersihan dan Desinfeksi Lingkungan
a)
Rutin dan Menyeluruh: Melakukan pembersihan dan
desinfeksi rutin pada permukaan yang sering disentuh,
seperti gagang pintu, meja, dan peralatan medis.
b) Penggunaan Disinfektan yang Tepat: Memilih disinfektan
yang sesuai dan mengikuti petunjuk penggunaan untuk
memastikan efektivitas dalam membunuh patogen.
4. Surveilans dan Pelaporan Infeksi
a)
Pemantauan: Mengimplementasikan sistem surveilans yang
efektif untuk memantau kejadian infeksi dan tren
penyebaran penyakit.
118
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
b) Pelaporan Cepat: Melaporkan kasus infeksi segera ke
otoritas kesehatan yang relevan untuk tindakan pencegahan
lebih lanjut.
5. Pelatihan dan Edukasi
a)
Kesiapsiagaan: Melakukan pelatihan rutin untuk tenaga
kesehatan mengenai protokol PPI, teknik cuci tangan, dan
penggunaan APD.
b) Edukasi Publik: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
langkah-langkah pencegahan infeksi melalui kampanye
edukasi dan penyuluhan.
6. Imunisasi dan Vaksinasi
a)
Program Vaksinasi: Menyediakan dan mempromosikan
program vaksinasi untuk mencegah penyakit menular
seperti influenza, hepatitis B, dan lainnya.
b) Imunisasi Tenaga Kesehatan: Memastikan bahwa tenaga
kesehatan mendapatkan vaksinasi yang diperlukan untuk
melindungi diri dan pasien.
7. Manajemen Limbah Medis
a)
Pengelolaan yang Aman: Memisahkan, mengelola, dan
membuang limbah medis dengan cara yang aman untuk
mencegah kontaminasi dan penyebaran infeksi.
b) Pelatihan: Melakukan pelatihan kepada staf tentang
prosedur pengelolaan limbah medis yang aman dan sesuai
regulasi.
8. Protokol Isolasi
a)
Isolasi Pasien: Mengidentifikasi dan mengisolasi pasien yang
terinfeksi atau dicurigai terinfeksi dengan penyakit menular
untuk mencegah penyebaran.
119
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
b) Tindakan Pencegahan Tambahan: Menerapkan tindakan
pencegahan tambahan seperti isolasi droplet, kontak, dan
airborne sesuai dengan penyakit yang dihadapi.
9. Antibiotic Stewardship
a)
Penggunaan Antibiotik yang Bijak: Mendorong penggunaan
antibiotik yang bijak untuk mengurangi risiko resistensi
antimikroba.
b) Panduan Pengobatan: Mengikuti panduan pengobatan yang
berbasis bukti untuk memilih dan menggunakan antibiotik
secara tepat.
10. Kolaborasi dan Komunikasi
a)
Tim PPI: Membentuk tim PPI yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu untuk merancang dan mengimplementasikan
kebijakan dan prosedur PPI.
b) Komunikasi Efektif: Memastikan komunikasi yang efektif
antara semua anggota tim kesehatan dan pasien mengenai
praktik PPI.
11. Contoh Implementasi Praktik Terbaik
Studi Kasus: Rumah Sakit XYZ
1.
Kebersihan Tangan: Rumah Sakit XYZ meluncurkan
kampanye "Cuci Tangan Menyelamatkan Nyawa" yang
memasang poster di seluruh rumah sakit dan menyediakan
stasiun hand sanitizer di setiap pintu masuk.
2.
Penggunaan APD: Melakukan pelatihan rutin dan simulasi
tentang penggunaan APD kepada semua staf medis dan
non-medis. Juga, mendirikan area yang ditentukan untuk
mengenakan dan melepas APD dengan aman.
3.
Pembersihan dan Desinfeksi: Menerapkan protokol
pembersihan harian untuk semua ruang pasien, ruang
operasi, dan area umum dengan disinfektan yang disetujui
WHO.
120
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
4.
Surveilans dan Pelaporan: Menggunakan sistem elektronik
untuk melacak infeksi nosokomial dan melaporkan data
secara real-time kepada komite PPI rumah sakit dan otoritas
kesehatan setempat.
5.
Edukasi Publik: Melaksanakan sesi penyuluhan mingguan
bagi pengunjung dan pasien tentang pentingnya kebersihan
tangan dan pencegahan infeksi.
6.
Program Vaksinasi: Menawarkan vaksinasi gratis terhadap
influenza dan hepatitis B kepada semua staf medis dan
pasien rawat jalan yang memenuhi syarat.
7.
Pengelolaan Limbah: Menggunakan wadah khusus untuk
limbah tajam dan limbah infeksius, serta memastikan
pengangkutan limbah medis sesuai dengan regulasi
lingkungan.
Dengan mengadopsi dan mematuhi praktik terbaik ini, institusi
kesehatan dapat secara signifikan mengurangi risiko penyebaran
infeksi dan meningkatkan keselamatan pasien serta tenaga
kesehatan.
11.3 Peran kolaborasi interdisipliner
Kolaborasi interdisipliner merupakan kunci dalam pengendalian dan
pencegahan infeksi (PPI) di berbagai lingkungan kesehatan.
Pendekatan ini melibatkan tenaga kesehatan dari berbagai disiplin
ilmu yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dalam
meminimalkan risiko infeksi dan meningkatkan hasil kesehatan.
Berikut adalah beberapa peran penting dari kolaborasi interdisipliner
dalam PPI:
1. Pengembangan Kebijakan dan Protokol
•
Konsensus Multidisiplin: Tim interdisipliner yang terdiri dari
dokter, perawat, ahli epidemiologi, mikrobiolog, ahli
121
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
kesehatan lingkungan, dan farmasis bekerja sama untuk
mengembangkan kebijakan dan protokol PPI yang
komprehensif dan berbasis bukti.
•
Penyesuaian Spesifik: Mengidentifikasi kebutuhan spesifik
setiap disiplin dan menyesuaikan protokol PPI agar sesuai
dengan praktik klinis yang ada.
2. Surveilans dan Pemantauan
•
Tim Surveilans: Ahli epidemiologi dan analis data bekerja
sama dengan klinisi untuk mengembangkan dan memelihara
sistem surveilans yang efektif dalam memantau kejadian
infeksi dan tren penyebaran penyakit.
•
Pelaporan dan Analisis: Kolaborasi antara analis data dan
tenaga kesehatan memungkinkan pelaporan cepat dan
analisis tren yang akurat untuk tindakan pencegahan segera.
3. Pelatihan dan Edukasi
•
Program Pelatihan: Pengembangan program pelatihan yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk memastikan semua
staf medis dan non-medis memahami dan mematuhi praktik
PPI.
•
Sesi Edukasi Lintas Disiplin: Mengadakan sesi edukasi yang
melibatkan dokter, perawat, staf kebersihan, dan
manajemen untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman tentang peran masing-masing dalam PPI.
4. Manajemen Kasus dan Isolasi
•
Pendekatan Tim: Kolaborasi antara dokter, perawat, ahli gizi,
dan ahli terapi fisik untuk merancang rencana perawatan
holistik bagi pasien yang terinfeksi, termasuk langkahlangkah isolasi yang diperlukan.
•
Koordinasi Perawatan: Tim interdisipliner memastikan
koordinasi perawatan yang tepat, termasuk penanganan
medis, kebutuhan nutrisi, dan rehabilitasi pasien.
122
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
5. Penggunaan Antibiotik dan Pengelolaan Resistensi Antimikroba
•
Stewardship Antibiotik: Kolaborasi antara dokter, farmasis,
dan ahli mikrobiologi untuk memantau dan mengelola
penggunaan antibiotik, mengurangi risiko resistensi
antimikroba.
•
Evaluasi dan Penyesuaian: Tim melakukan evaluasi rutin
terhadap
kebijakan
penggunaan
antibiotik
dan
menyesuaikan praktik klinis berdasarkan temuan terbaru.
6. Penelitian dan Inovasi
•
Proyek Penelitian Bersama: Melibatkan berbagai disiplin
ilmu dalam proyek penelitian untuk menemukan cara-cara
baru dalam pengendalian dan pencegahan infeksi.
•
Pengembangan Teknologi: Kolaborasi antara ilmuwan,
insinyur, dan tenaga kesehatan dalam mengembangkan
teknologi baru, seperti perangkat diagnostik cepat atau
sistem pemantauan digital.
7. Respons Terhadap Wabah
•
Tim Respons Cepat: Membentuk tim respons cepat yang
terdiri dari ahli epidemiologi, klinisi, dan staf logistik untuk
merespons secara cepat dan efektif terhadap wabah infeksi.
•
Koordinasi dengan Otoritas Kesehatan: Kolaborasi dengan
otoritas kesehatan lokal, nasional, dan internasional untuk
mengkoordinasikan upaya pengendalian wabah.
8. Keterlibatan Komunitas
•
Edukasi dan Kesadaran: Mengembangkan program edukasi
komunitas yang melibatkan petugas kesehatan masyarakat,
pekerja sosial, dan pemimpin komunitas untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang PPI.
123
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
Partisipasi Masyarakat: Mendorong partisipasi aktif dari
komunitas dalam upaya pencegahan infeksi, seperti
kampanye kebersihan tangan dan vaksinasi.
Contoh Implementasi Kolaborasi Interdisipliner
Studi Kasus: Rumah Sakit ABC
1.
Pengembangan Protokol PPI: Tim interdisipliner yang terdiri
dari dokter, perawat, ahli epidemiologi, dan farmasis di
Rumah Sakit ABC mengembangkan protokol PPI yang
komprehensif untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
2.
Surveilans dan Pemantauan: Ahli epidemiologi bekerja sama
dengan klinisi untuk mengimplementasikan sistem
surveilans elektronik yang memantau kejadian infeksi secara
real-time dan memungkinkan tindakan pencegahan yang
cepat.
3.
Pelatihan Staf: Program pelatihan interdisipliner yang
melibatkan semua staf, dari tenaga medis hingga staf
kebersihan, tentang praktik terbaik PPI dan penggunaan
APD yang benar.
4.
Pengelolaan Antibiotik: Dokter dan farmasis di Rumah Sakit
ABC berkolaborasi dalam program stewardship antibiotik
untuk memastikan penggunaan antibiotik yang bijak dan
mengurangi resistensi antimikroba.
5.
Respons Terhadap Wabah: Selama wabah influenza, tim
respons
cepat
interdisipliner
dibentuk
untuk
mengkoordinasikan langkah-langkah pencegahan, isolasi
pasien, dan edukasi staf serta komunitas.
Kesimpulan
Kolaborasi interdisipliner adalah elemen penting dalam pengendalian
dan pencegahan infeksi. Melalui kerja sama antara berbagai disiplin
ilmu, institusi kesehatan dapat mengembangkan dan menerapkan
strategi PPI yang lebih efektif, meningkatkan kualitas perawatan
pasien, dan mengurangi risiko penyebaran penyakit menular.
124
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keselamatan pasien dan
tenaga kesehatan, tetapi juga memperkuat sistem kesehatan secara
keseluruhan.
Daftar Pustaka:
•
•
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
125
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 12: Tinjauan dan Penilaian
12.1 Review materi modul
Berikut adalah ringkasan materi modul pengendalian dan
pencegahan infeksi (PPI) yang telah disusun. Materi ini mencakup
berbagai aspek yang penting untuk diketahui dan dipahami oleh
tenaga kesehatan serta individu yang terlibat dalam upaya
pengendalian infeksi.
1. Pengantar Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
•
Sejarah Pengendalian Infeksi: Memahami perkembangan
sejarah pengendalian infeksi, termasuk kontribusi tokohtokoh penting.
•
Pentingnya PPI: Menyoroti pentingnya pengendalian infeksi
untuk melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan
masyarakat.
2. Dasar-dasar Mikrobiologi
•
Mikroorganisme: Penjelasan tentang bakteri, virus, fungi,
dan parasit.
•
Patogenisitas dan Faktor Virulensi: Pemahaman tentang
bagaimana mikroorganisme menyebabkan penyakit dan
faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi.
3. Interaksi Inang-Patogen
•
Mekanisme Infeksi: Bagaimana patogen memasuki dan
berkembang di dalam tubuh inang.
•
Respon Imun Inang: Bagaimana tubuh merespons infeksi
dan pentingnya sistem kekebalan dalam melawan patogen.
4. Epidemiologi dan Surveilans
126
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
Prinsip-prinsip Epidemiologi: Dasar-dasar epidemiologi yang
relevan dengan PPI.
•
Metode Surveilans Penyakit: Teknik dan alat untuk
pemantauan dan pelaporan infeksi.
•
Contoh Laporan Surveilans: Penyusunan laporan surveilans
penyakit sebagai contoh praktis.
5. Penyelidikan dan Pengendalian Wabah
•
Investigasi Wabah: Langkah-langkah dalam mengidentifikasi
dan mengontrol wabah penyakit menular.
•
Contoh Laporan Wabah: Penyusunan laporan investigasi
wabah sebagai contoh praktis.
6. Mode Penularan Penyakit
•
Penularan Langsung dan Tidak Langsung: Memahami
berbagai cara penularan penyakit.
•
Penularan Udara, Droplet, dan Kontak: Penjelasan mendetail
tentang mode penularan yang umum.
7. Infeksi yang Didapat di Fasilitas Kesehatan (HAI)
•
Definisi HAI: Memahami apa itu infeksi yang didapat di
fasilitas kesehatan.
•
Pencegahan HAI: Langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mencegah HAI.
8. Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
•
Tindakan Pencegahan Standar: Praktik kebersihan dasar
yang harus diikuti oleh semua staf kesehatan.
•
Tindakan Pencegahan Berbasis Transmisi: Tindakan
tambahan yang diambil berdasarkan mode penularan
spesifik.
127
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
Kebersihan Tangan dan Penggunaan APD: Cara yang benar
dalam melakukan kebersihan tangan dan menggunakan alat
pelindung diri.
9. Kebersihan dan Disinfeksi Lingkungan
•
Prinsip-prinsip Kebersihan Lingkungan: Langkah-langkah
untuk menjaga kebersihan lingkungan medis.
•
Pemilihan dan Penggunaan Disinfektan: Kriteria dalam
memilih disinfektan yang tepat dan cara penggunaannya.
•
Protokol Pembersihan: Rutin dan prosedur pembersihan
yang harus diikuti.
10. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
•
Risiko Paparan di Tempat Kerja: Identifikasi dan mitigasi risiko
paparan infeksi di tempat kerja.
•
Cedera Jarum dan Benda Tajam: Pencegahan dan
penanganan cedera jarum dan benda tajam.
•
Protokol PPI di Tempat Kerja: Implementasi protokol PPI di
berbagai lingkungan kerja.
11. Regulasi dan Panduan
•
Agensi Regulasi: Pengenalan terhadap agensi regulasi
seperti CDC dan WHO.
•
Standar dan Panduan PPI: Panduan dan standar yang harus
diikuti dalam PPI.
12. Penanganan Paparan Patogen yang Ditularkan Melalui Darah
•
Manajemen Pascapajanan: Langkah-langkah yang harus
diambil setelah paparan patogen yang ditularkan melalui
darah.
13. PPI di Berbagai Pengaturan Kesehatan
128
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
PPI di Fasilitas Perawatan Jangka Panjang: Implementasi PPI
di fasilitas perawatan jangka panjang.
•
PPI di Pengaturan Perawatan Ambulatori: Langkah-langkah
PPI di klinik dan pengaturan perawatan ambulatori.
•
PPI di Perawatan Kesehatan di Rumah: Langkah-langkah PPI
untuk perawatan kesehatan di rumah.
14. Pandemi dan Penyakit Menular Baru
•
Penyakit Menular yang Baru Muncul: Identifikasi dan
penanganan penyakit menular yang baru muncul.
•
Kesiapsiagaan dan Respons Pandemi: Strategi untuk
kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi.
15. Inisiatif Global dalam PPI
•
Upaya Global: Kolaborasi dan upaya global dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi.
•
Studi Kasus Dunia Nyata: Analisis studi kasus kehidupan
nyata dalam pengendalian dan pencegahan infeksi.
16. Kolaborasi Interdisipliner
•
Peran Kolaborasi: Pentingnya kolaborasi interdisipliner
dalam PPI.
•
Implementasi Praktis: Contoh implementasi kolaborasi
interdisipliner dalam lingkungan kesehatan.
17. Evaluasi dan Umpan Balik
•
Formulir Evaluasi: Menggunakan formulir evaluasi untuk
mendapatkan umpan balik dari peserta.
•
Penilaian: Metode penilaian untuk mengukur pemahaman
dan efektivitas program PPI.
Kesimpulan
129
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang berbagai aspek pengendalian dan pencegahan
infeksi. Diharapkan, materi ini dapat membantu meningkatkan
kompetensi tenaga kesehatan dalam melaksanakan praktik PPI yang
efektif, sehingga dapat mengurangi risiko penyebaran infeksi dan
meningkatkan keselamatan pasien serta tenaga kesehatan.
12.2 Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar adalah langkah penting untuk memastikan
bahwa peserta telah memahami dan mampu menerapkan konsep
serta praktik yang diajarkan dalam modul pengendalian dan
pencegahan infeksi (PPI).
Berikut adalah berbagai metode penilaian yang dapat digunakan:
1. Kuis dan Ujian Tertulis
•
Kuis Berkala: Mengadakan kuis singkat setelah setiap bab
atau sesi untuk mengevaluasi pemahaman peserta terhadap
materi yang baru saja diajarkan.
•
Ujian Tengah Semester: Ujian yang dilakukan di tengahtengah program untuk menilai kemajuan peserta.
•
Ujian Akhir: Ujian komprehensif di akhir modul untuk menilai
keseluruhan pemahaman dan kemampuan peserta dalam
PPI.
Contoh Pertanyaan Kuis:
1.
Sebutkan tiga contoh tindakan pencegahan standar dalam
PPI.
o
2.
Jawaban: Kebersihan tangan, penggunaan APD,
disinfeksi lingkungan.
Apa perbedaan antara penularan droplet dan penularan
udara?
130
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
o
3.
Jawaban: Penularan droplet terjadi melalui tetesan
besar yang jatuh cepat ke tanah, sedangkan
penularan udara terjadi melalui partikel kecil yang
dapat bertahan lama di udara dan menyebar lebih
jauh.
Jelaskan langkah-langkah yang harus diambil setelah
terjadinya cedera jarum.
o
Jawaban: Segera cuci area dengan sabun dan air,
laporkan insiden kepada atasan atau petugas
kesehatan, ikuti prosedur pelaporan cedera dan
evaluasi medis lebih lanjut.
2. Tugas dan Proyek
•
Tugas Tertulis: Membuat makalah atau laporan tentang topik
tertentu dalam PPI, seperti analisis studi kasus wabah.
•
Proyek Kelompok: Proyek yang melibatkan kerja sama tim
untuk menyelesaikan masalah PPI nyata, seperti
mengembangkan program edukasi kebersihan tangan di
fasilitas kesehatan.
Contoh Tugas Tertulis:
Analisis Studi Kasus: Analisis mendetail dari studi kasus wabah
penyakit di rumah sakit, termasuk identifikasi sumber infeksi,
metode pengendalian yang diterapkan, dan hasil akhirnya.
3. Simulasi dan Praktik Lapangan
•
Simulasi: Latihan simulasi yang meniru situasi nyata, seperti
penanganan wabah atau prosedur isolasi pasien.
•
Praktik Lapangan: Penugasan di lapangan, di mana peserta
mengaplikasikan keterampilan PPI dalam lingkungan kerja
nyata, misalnya di rumah sakit atau klinik.
Contoh Simulasi:
131
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Penanganan Wabah: Simulasi respons cepat terhadap wabah
penyakit menular di rumah sakit, melibatkan identifikasi pasien,
isolasi, pelacakan kontak, dan implementasi langkah-langkah
pengendalian infeksi.
4. Presentasi
•
Presentasi Individual: Setiap peserta menyampaikan
presentasi tentang topik PPI tertentu, seperti protokol
pembersihan dan disinfeksi.
•
Presentasi Kelompok: Presentasi kelompok tentang proyek
PPI, termasuk temuan dan rekomendasi.
Contoh Presentasi:
Penggunaan APD: Presentasi tentang pentingnya penggunaan
APD yang benar, termasuk demonstrasi cara memakai dan
melepas APD dengan benar untuk mencegah kontaminasi.
5. Penilaian Diri dan Umpan Balik Rekan
•
Penilaian Diri: Peserta menilai pemahaman dan kinerja
mereka sendiri dalam PPI.
•
Umpan Balik Rekan: Peserta memberikan umpan balik
kepada sesama peserta tentang kinerja mereka dalam
proyek atau presentasi kelompok.
6. Penilaian Praktis
•
Observasi Langsung: Instruktur atau pengawas mengamati
langsung keterampilan praktis peserta dalam menerapkan
prosedur PPI.
•
Checklist Keterampilan: Menggunakan checklist untuk
memastikan bahwa semua langkah prosedur dilakukan
dengan benar.
Contoh Penilaian Praktis:
132
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Kebersihan Tangan: Observasi dan penilaian langsung terhadap
praktik kebersihan tangan, menggunakan checklist untuk
memastikan semua langkah dilakukan dengan benar.
Formulir Evaluasi
•
Formulir Umpan Balik: Menggunakan formulir evaluasi
untuk mengumpulkan umpan balik dari peserta tentang
modul PPI, termasuk materi yang disampaikan, metode
pengajaran, dan kesesuaian dengan kebutuhan mereka.
•
Penilaian Keseluruhan: Menilai keseluruhan program
berdasarkan umpan balik peserta dan hasil penilaian mereka
untuk terus meningkatkan modul PPI.
Contoh Pertanyaan Formulir Evaluasi:
1.
Apakah materi yang disampaikan dalam modul ini mudah
dipahami?
o
2.
Seberapa relevan materi modul ini dengan pekerjaan Anda?
o
3.
Sangat tidak efektif / Tidak efektif / Netral / Efektif /
Sangat efektif
Bagaimana Anda menilai fasilitas dan sumber daya yang
digunakan dalam modul ini?
o
5.
Sangat tidak relevan / Tidak relevan / Netral /
Relevan / Sangat relevan
Apakah metode pengajaran yang digunakan efektif?
o
4.
Sangat tidak setuju / Tidak setuju / Netral / Setuju /
Sangat setuju
Sangat buruk / Buruk / Netral / Baik / Sangat baik
Apakah Anda merasa lebih siap untuk menerapkan PPI
setelah mengikuti modul ini?
o
Sangat tidak siap / Tidak siap / Netral / Siap / Sangat
siap
133
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Kesimpulan
Penilaian hasil belajar dalam modul PPI harus komprehensif dan
mencakup berbagai metode untuk memastikan bahwa peserta tidak
hanya memahami teori tetapi juga mampu menerapkan praktik PPI
dalam situasi nyata. Melalui kuis, tugas, simulasi, presentasi, dan
penilaian praktis, modul ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga
kesehatan yang kompeten dalam pengendalian dan pencegahan
infeksi.
12.3 Arah masa depan dalam pengendalian infeksi
Pengendalian infeksi terus berkembang seiring dengan perubahan
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan tantangan kesehatan global.
Berikut adalah beberapa arah masa depan yang diharapkan akan
berpengaruh terhadap pengendalian infeksi di berbagai pengaturan
kesehatan.
1. Inovasi Teknologi dan Digitalisasi
•
Pemantauan dan Surveilans Digital: Penggunaan teknologi
informasi untuk pemantauan real-time dan pelaporan
infeksi. Sistem berbasis data dapat membantu dalam deteksi
dini wabah dan penelusuran kontak yang lebih efisien.
•
Telemedicine dan Perawatan Jarak Jauh: Peningkatan
penggunaan telemedicine dapat mengurangi risiko
penularan di fasilitas kesehatan dengan memungkinkan
konsultasi dan perawatan dari jarak jauh.
•
AI dan Machine Learning: Penerapan kecerdasan buatan (AI)
dan machine learning untuk menganalisis data kesehatan,
memprediksi wabah, dan mengembangkan strategi
pengendalian infeksi yang lebih efektif.
2. Pengembangan Vaksin dan Terapi Baru
134
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
Vaksin yang Lebih Efektif: Penelitian berkelanjutan untuk
mengembangkan vaksin yang lebih efektif dan memiliki
cakupan luas terhadap berbagai patogen, termasuk virus
yang bermutasi cepat seperti influenza dan COVID-19.
•
Terapi Antimikroba Baru: Pengembangan obat antimikroba
baru untuk mengatasi resistensi antibiotik, serta terapi
berbasis imun yang dapat meningkatkan kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi.
3. Pendekatan Interdisipliner dan Kolaborasi Global
•
Kolaborasi Internasional: Meningkatkan kerja sama antara
negara, organisasi kesehatan internasional, dan lembaga
penelitian untuk menghadapi tantangan infeksi secara
global.
•
Pendekatan One Health: Pendekatan holistik yang mengakui
keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan, dan
lingkungan untuk mencegah penyebaran penyakit zoonosis.
4. Pendidikan dan Pelatihan yang Berkelanjutan
•
Program Pendidikan yang Disesuaikan: Program pendidikan
dan pelatihan yang disesuaikan dengan perkembangan
terbaru dalam pengendalian infeksi, termasuk penggunaan
teknologi baru dan strategi pengendalian modern.
•
Simulasi dan Latihan Praktis: Penggunaan simulasi dan
latihan praktis untuk melatih tenaga kesehatan dalam situasi
darurat dan prosedur pengendalian infeksi yang kompleks.
5. Kesiapsiagaan dan Respons terhadap Pandemi
•
Rencana Kesiapsiagaan yang Kuat: Pengembangan rencana
kesiapsiagaan yang lebih kuat dan respons cepat terhadap
pandemi, termasuk stokpiling peralatan medis dan APD,
serta latihan rutin.
•
Peningkatan Infrastruktur Kesehatan: Investasi dalam
infrastruktur kesehatan untuk memastikan ketersediaan
135
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
fasilitas yang memadai dan respons cepat dalam situasi
wabah.
6. Penelitian dan Pengembangan
•
Studi Epidemiologi Lanjutan: Penelitian epidemiologi yang
lebih mendalam untuk memahami pola penularan penyakit,
faktor risiko, dan dampak intervensi pengendalian infeksi.
•
Pengembangan Alat Diagnostik Cepat: Inovasi dalam alat
diagnostik cepat untuk mendeteksi infeksi dengan akurasi
tinggi dan dalam waktu singkat, membantu dalam
pengendalian penyebaran penyakit.
7. Kesadaran dan Kepatuhan Masyarakat
•
Kampanye Kesadaran Publik: Kampanye edukasi publik yang
berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya pengendalian infeksi dan praktik pencegahan.
•
Mendorong Kepatuhan: Penggunaan pendekatan yang
inovatif untuk mendorong kepatuhan terhadap protokol
kesehatan, termasuk penggunaan media sosial dan insentif.
8. Pengembangan Kebijakan dan Regulasi
•
Kebijakan yang Adaptif: Pengembangan kebijakan dan
regulasi yang adaptif dan berbasis bukti untuk mengatasi
tantangan pengendalian infeksi yang terus berkembang.
•
Standar Internasional: Peningkatan harmonisasi standar
internasional dalam pengendalian infeksi untuk memastikan
konsistensi dan efektivitas global.
Kesimpulan
Arah masa depan dalam pengendalian infeksi berfokus pada integrasi
teknologi canggih, pendekatan interdisipliner, dan kolaborasi global
untuk menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks.
Dengan inovasi berkelanjutan dan komitmen untuk pendidikan serta
pelatihan yang terus-menerus, kita dapat meningkatkan efektivitas
136
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
strategi pengendalian infeksi dan melindungi kesehatan masyarakat
secara lebih baik.
KUIS
Kuis tanya jawab di IPC
Pertanyaan: Apa tujuan utama kebersihan tangan dalam pencegahan
dan pengendalian infeksi?
Jawaban: Tujuan utama kebersihan tangan adalah untuk mengurangi
penularan agen infeksi, termasuk bakteri, virus, dan patogen lainnya,
dari satu orang ke orang lain.
Pertanyaan: Manakah dari berikut ini yang dianggap sebagai cara
penularan infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs)? a) Penularan
melalui udara b) Penularan melalui vektor c) Penularan melalui kontak
d) Semua hal di atas
Jawaban: c) Transmisi kontak
Pertanyaan: Berapa lama waktu yang disarankan untuk melakukan
kebersihan tangan dengan sabun dan air?
Jawaban: Kebersihan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan
setidaknya selama 20 detik, sesuai dengan pedoman "5 Momen
Kebersihan Tangan Saya" dari WHO.
Pertanyaan: Benar atau Salah: Alat pelindung diri (APD) hanya boleh
digunakan ketika merawat pasien yang diketahui mengidap penyakit
menular.
Jawaban: Salah. APD harus digunakan setiap kali ada risiko terpapar
darah, cairan tubuh, atau bahan lain yang berpotensi menular,
terlepas dari apakah status infeksi pasien diketahui atau tidak.
137
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pertanyaan: Apa dua jenis tindakan pencegahan utama yang
digunakan di fasilitas kesehatan untuk mencegah penularan penyakit
menular?
Jawaban: Dua jenis kewaspadaan utama adalah kewaspadaan standar
dan kewaspadaan berbasis penularan.
Pertanyaan: Manakah dari berikut ini yang merupakan contoh
tindakan pencegahan berbasis penularan? a) Kebersihan tangan b)
Kebersihan pernafasan c) Isolasi kontak d) Pembersihan rutin dan
disinfeksi
Jawaban: c) Isolasi kontak
Pertanyaan: Apa tujuan pembersihan dan disinfeksi lingkungan dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi?
Jawaban: Tujuan pembersihan dan disinfeksi lingkungan adalah untuk
mengurangi beban mikroba pada permukaan dan peralatan, sehingga
meminimalkan risiko penularan agen infeksi.
Pertanyaan: Bagaimana urutan yang tepat dalam mengenakan alat
pelindung diri (APD)?
Jawaban: Urutan yang tepat dalam mengenakan APD adalah gaun
pelindung, masker atau respirator, kacamata atau pelindung wajah,
dan sarung tangan (dalam beberapa kasus, sarung tangan dapat
dikenakan sebelum gaun).
Pertanyaan: Apa istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses pelepasan APD yang terkontaminasi dan mencegah
penyebaran agen infeksi?
Jawaban : Istilah yang digunakan adalah doffing.
Pertanyaan: Benar atau Salah: Surveilans infeksi mencakup
pemantauan pasien terhadap tanda dan gejala infeksi dan
melaporkan kasus yang dicurigai kepada otoritas kesehatan setempat.
Jawaban: Benar.
138
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Pertanyaan-pertanyaan ini mencakup berbagai topik yang berkaitan
dengan pencegahan dan pengendalian infeksi dan dapat digunakan
untuk menilai pemahaman dan memperkuat konsep-konsep utama di
kalangan profesional kesehatan dan pelajar.
139
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 13: Kegiatan Program PPI
1. Workshop Pelatihan Kebersihan Tangan
Objektif:
Tujuan dari kegiatan program ini adalah untuk memperkuat dan
meningkatkan praktik kebersihan tangan di kalangan petugas
kesehatan melalui pelatihan dan pendidikan interaktif.
Durasi: Workshop setengah hari (kurang lebih 3-4 jam)
Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, dokter, profesional
kesehatan terkait, staf layanan lingkungan, dan personel fasilitas
lainnya yang terlibat dalam perawatan pasien.
Bahan yang Dibutuhkan:
•
•
•
•
•
Slide presentasi tentang prinsip, teknik, dan praktik terbaik
kebersihan tangan.
Poster kebersihan tangan dan materi pendidikan.
Perlengkapan demonstrasi kebersihan tangan (hand sanitizer,
sabun, air, sarung tangan).
Alat pemantauan kepatuhan kebersihan tangan (formulir
observasi, kartu umpan balik).
Sertifikat partisipasi.
Agenda Program:
Pendahuluan (15 menit)
•
•
Selamat datang dan pengenalan tujuan lokakarya.
Tinjauan tentang pentingnya kebersihan tangan dalam mencegah
infeksi terkait layanan kesehatan.
Review Prinsip Kebersihan Tangan (30 menit)
140
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
Presentasi mengenai alasan kebersihan tangan, termasuk
penularan patogen, mitos kebersihan tangan yang umum, dan
dampak kebersihan tangan terhadap keselamatan pasien.
Diskusi tentang pendekatan "5 Momen Saya untuk Kebersihan
Tangan" WHO dan waktu-waktu penting untuk melakukan
kebersihan tangan di fasilitas kesehatan.
Teknik Kebersihan Tangan dan Praktik Terbaik (45 menit)
•
•
•
Demonstrasi teknik kebersihan tangan yang benar menggunakan
sabun dan air serta pembersih tangan berbahan dasar alkohol.
Sesi latihan bagi peserta untuk melakukan kebersihan tangan
dengan berbagai teknik.
Pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
kebersihan tangan antara lain kondisi kulit, penggunaan sarung
tangan, dan beban kerja.
Studi Kasus dan Skenario Interaktif (30 menit)
•
•
Diskusi kelompok kecil dan presentasi studi kasus berfokus pada
skenario kehidupan nyata terkait kepatuhan dan tantangan
kebersihan tangan.
Analisis hambatan kepatuhan kebersihan tangan dan strategi
mengatasinya.
Sesi Tanya Jawab (15 menit)
•
•
•
•
Forum terbuka bagi peserta untuk bertanya, berbagi
pengalaman, dan mencari klarifikasi mengenai topik terkait
kebersihan tangan.
Pemantauan Kepatuhan Kebersihan Tangan (30 menit)
Ikhtisar alat dan metode pemantauan kebersihan tangan,
termasuk observasi langsung, sistem pemantauan elektronik,
dan pelaporan mandiri.
Penjelasan mengenai tujuan kepatuhan kebersihan tangan dan
target kinerja fasilitas.
141
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Penutup dan Evaluasi (15 menit)
•
•
•
Rekap hal-hal penting yang dapat diambil dari lokakarya ini.
Distribusi sertifikat partisipasi.
Umpan balik peserta dan evaluasi konten, format, dan efektivitas
lokakarya.
Menindaklanjuti:
•
•
•
Kegiatan penguatan pasca lokakarya, seperti pengingat berkala,
audit kebersihan tangan, dan sesi pelatihan penyegaran.
Pemantauan berkelanjutan atas kepatuhan kebersihan tangan
dan umpan balik kepada staf mengenai kinerja.
Integrasi pendidikan kebersihan tangan ke dalam program
orientasi karyawan baru dan penilaian kompetensi tahunan.
Lokakarya pelatihan kebersihan tangan ini memberikan pengalaman
pembelajaran yang terstruktur dan interaktif bagi petugas layanan
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
komitmen mereka terhadap praktik kebersihan tangan, yang pada
akhirnya berkontribusi terhadap peningkatan keselamatan pasien dan
pencegahan infeksi di lingkungan layanan kesehatan.
2. Pelatihan Simulasi APD
Objektif:
Tujuan dari kegiatan program ini adalah untuk memperkuat
penggunaan alat pelindung diri (APD) yang benar di kalangan petugas
kesehatan melalui pelatihan simulasi langsung.
Durasi: Sesi setengah hari (kurang lebih 3-4 jam)
Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, dokter, profesional
kesehatan terkait, dan staf pendukung yang diwajibkan menggunakan
APD dalam pekerjaan sehari-hari mereka.
142
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Bahan yang Dibutuhkan:
•
•
•
•
•
Aneka perlengkapan APD: sarung tangan, baju pelindung, masker
(respirator bedah dan N95), pelindung wajah, kacamata.
Stasiun simulasi diatur dengan skenario pasien yang memerlukan
tingkat APD berbeda.
Materi ajar teknik donning dan doffing yang benar untuk setiap
jenis APD.
Alat peraga bermain peran (misalnya manekin pasien, peralatan
medis).
Formulir evaluasi untuk umpan balik dan penilaian peserta.
Agenda Program:
Pendahuluan (15 menit)
•
•
Selamat datang dan ikhtisar tujuan program.
Penjelasan tentang pentingnya penggunaan APD yang tepat
dalam mencegah infeksi terkait layanan kesehatan.
Review Pedoman APD (30 menit)
•
•
Presentasi tentang berbagai jenis APD yang digunakan di fasilitas
kesehatan, termasuk sarung tangan, gaun pelindung, masker, dan
pelindung mata.
Diskusi tentang kapan dan bagaimana menggunakan setiap jenis
APD berdasarkan tingkat antisipasi paparan terhadap agen
infeksi.
Demonstrasi Teknik Donning dan Doffing (45 menit)
•
•
Demonstrasi yang dipimpin instruktur mengenai teknik
mengenakan dan melepas APD yang benar untuk setiap jenis
APD, dengan menekankan langkah-langkah penting dan tindakan
pencegahan keselamatan.
Sesi praktik langsung bagi peserta untuk berlatih mengenakan
dan melepas APD di bawah bimbingan instruktur.
143
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Stasiun Simulasi (90 menit)
•
•
•
Peserta bergilir melalui stasiun simulasi di mana mereka
menghadapi skenario pasien berbeda yang memerlukan
penggunaan APD.
Skenario dapat mencakup kewaspadaan kontak (misalnya,
merawat pasien dengan infeksi Clostridioides difficile),
kewaspadaan terhadap droplet (misalnya, merawat pasien yang
menderita influenza), dan kewaspadaan melalui udara (misalnya,
merawat pasien yang menderita tuberkulosis).
Peserta menggunakan APD yang sesuai berdasarkan skenario dan
mempraktikkan prosedur pengendalian infeksi yang benar saat
berinteraksi dengan pasien yang disimulasikan.
Debrief dan Diskusi (30 menit)
•
•
•
Sesi pembekalan kelompok untuk mendiskusikan pengalaman
peserta selama latihan simulasi.
Tinjauan tantangan umum dan praktik terbaik terkait
penggunaan APD.
Sesi tanya jawab untuk menjawab pertanyaan atau kekhawatiran
yang diajukan oleh peserta.
Umpan Balik dan Evaluasi (15 menit)
•
•
Distribusi formulir evaluasi bagi peserta untuk memberikan
umpan balik mengenai isi, format, dan efektivitas program.
Pengumpulan umpan balik untuk perbaikan program dan
perencanaan masa depan.
Menindaklanjuti:
•
•
Penguatan pelatihan APD yang berkelanjutan melalui sesi
penyegaran rutin dan penilaian keterampilan.
Integrasi pendidikan APD ke dalam program orientasi karyawan
baru dan penilaian kompetensi tahunan.
144
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
Pemantauan berkelanjutan terhadap kepatuhan APD dan
penguatan protokol pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan.
Program pelatihan simulasi APD ini memberikan pengalaman
pembelajaran yang interaktif dan mendalam bagi petugas kesehatan
untuk meningkatkan kemahiran mereka dalam menggunakan APD
secara efektif, sehingga mendorong lingkungan kerja yang aman dan
sehat bagi staf dan pasien.
3. Lokakarya Praktek Injeksi yang Aman
Tujuan: Tujuan dari lokakarya ini adalah untuk memperkuat dan
meningkatkan praktik penyuntikan yang aman di kalangan petugas
layanan kesehatan melalui pelatihan interaktif dan praktik langsung.
Durasi: Sesi setengah hari (kurang lebih 3-4 jam)
Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, dokter, asisten medis,
dan staf lain yang terlibat dalam pemberian suntikan.
Bahan yang Dibutuhkan:
•
•
•
•
•
Persediaan injeksi: alat suntik, jarum suntik, botol atau ampul
obat, penyeka alkohol, wadah benda tajam.
Slide presentasi tentang praktik injeksi yang aman, termasuk
pedoman dan praktik terbaik.
Bantalan latihan injeksi atau manekin untuk demonstrasi
langsung.
Video instruksional yang menunjukkan teknik injeksi yang benar.
Formulir evaluasi untuk umpan balik dan penilaian peserta.
Agenda Program:
Pendahuluan (15 menit)
•
Selamat datang dan ikhtisar tujuan lokakarya.
145
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
Penjelasan tentang pentingnya praktik suntikan yang aman dalam
mencegah infeksi terkait layanan kesehatan dan keselamatan
pasien.
Tinjauan Pedoman Injeksi yang Aman (30 menit)
•
•
Presentasi tentang prinsip-prinsip praktik penyuntikan yang
aman, termasuk kebersihan tangan yang benar, persiapan
peralatan penyuntikan, pemilihan tempat penyuntikan, dan
pembuangan benda tajam.
Diskusi tentang kesalahan umum dan penyimpangan dari praktik
injeksi yang aman dan potensi konsekuensinya.
Demonstrasi Teknik Suntikan (45 menit)
•
•
Demonstrasi teknik injeksi yang tepat yang dipimpin instruktur,
termasuk injeksi intramuskular (IM), subkutan (SC), dan
intradermal (ID).
Penekanan pada sudut penyisipan jarum, penanda lokasi
suntikan, aspirasi, dan injeksi yang lambat dan stabil untuk
meminimalkan rasa sakit dan trauma jaringan.
Sesi Latihan Praktis (90 menit)
•
•
•
Peserta berpasangan dan bergantian mempraktikkan teknik
penyuntikan pada bantalan suntikan atau manekin di bawah
bimbingan instruktur.
Peserta berlatih menyiapkan alat suntik, melakukan kebersihan
tangan, memilih tempat suntikan yang sesuai, dan memberikan
suntikan dengan teknik yang benar.
Instruktur memberikan umpan balik dan bimbingan secara realtime kepada peserta, mengatasi kesalahan atau area yang
memerlukan perbaikan.
Studi Kasus dan Skenario (30 menit)
146
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
Diskusi kelompok mengenai studi kasus dan skenario terkait
praktik penyuntikan yang aman, termasuk situasi yang
melibatkan botol multidosis, kesalahan pemberian obat, dan
cedera tertusuk jarum suntik.
Analisis akar penyebab dan tindakan pencegahan untuk
menghindari kesalahan dan kejadian buruk.
Sesi Tanya Jawab (15 menit)
•
Forum terbuka bagi peserta untuk bertanya, berbagi
pengalaman, dan mencari klarifikasi mengenai praktik suntikan
yang aman.
Umpan Balik dan Evaluasi (15 menit)
•
•
Distribusi formulir evaluasi bagi peserta untuk memberikan
umpan balik mengenai isi, format, dan efektivitas lokakarya.
Pengumpulan umpan balik untuk perbaikan program dan
perencanaan masa depan.
Menindaklanjuti:
•
•
•
Penggabungan prinsip praktik penyuntikan yang aman ke dalam
program pelatihan berkelanjutan dan penilaian kompetensi bagi
petugas kesehatan.
Sesi penyegaran berkala dan penilaian keterampilan untuk
memperkuat teknik injeksi yang tepat dan mengatasi
penyimpangan dalam praktik.
Pemantauan praktik penyuntikan melalui audit dan observasi
untuk memastikan kepatuhan terhadap pedoman dan protokol
penyuntikan yang aman.
Lokakarya praktik penyuntikan yang aman ini membekali petugas
kesehatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri
untuk melakukan penyuntikan dengan aman dan efektif, sehingga
meminimalkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan dan kejadian
buruk bagi pasien dan penyedia layanan.
147
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
4. Simulasi Pengelolaan Tumpahan
Tujuan: Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih petugas layanan
kesehatan mengenai prosedur yang tepat dalam menangani
tumpahan darah, cairan tubuh, atau bahan kimia berbahaya di
fasilitas layanan kesehatan untuk meminimalkan risiko paparan agen
infeksi dan menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien dan staf.
Durasi: Sesi setengah hari (kurang lebih 3-4 jam)
Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, asisten medis, staf
layanan lingkungan, dan personel lain yang bertanggung jawab atas
pembersihan dan disinfeksi.
Bahan yang Dibutuhkan:
•
•
•
•
Bahan simulasi: simulasi tumpahan darah atau cairan tubuh,
perlengkapan tumpahan yang berisi bahan penyerap,
disinfektan, alat pelindung diri (APD), perlengkapan penahan
tumpahan (misalnya tas biohazard, pembatas).
Slide presentasi tentang prosedur pengelolaan tumpahan,
termasuk pedoman dan praktik terbaik.
Protokol pengelolaan tumpahan dan prosedur operasi standar
(SOP) sebagai referensi.
Formulir evaluasi untuk umpan balik dan penilaian peserta.
Agenda Program:
Pendahuluan (15 menit)
•
•
Selamat datang dan ikhtisar tujuan lokakarya.
Penjelasan tentang pentingnya pengelolaan tumpahan yang
tepat dalam mencegah paparan agen infeksius dan memastikan
keselamatan tempat kerja.
Tinjauan Pedoman Pengelolaan Tumpahan (30 menit)
•
Presentasi tentang prinsip-prinsip pengelolaan tumpahan,
termasuk jenis tumpahan yang ditemui di fasilitas layanan
148
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
kesehatan, prosedur penahanan dan pembersihan tumpahan,
dan persyaratan alat pelindung diri (APD).
Diskusi mengenai persyaratan peraturan dan kebijakan spesifik
fasilitas untuk pengelolaan tumpahan.
Demonstrasi Teknik Pengelolaan Tumpahan (45 menit)
•
•
Demonstrasi teknik pengelolaan tumpahan yang dipimpin oleh
instruktur, termasuk cara menilai tumpahan, memilih APD yang
sesuai, membatasi area tumpahan, dan membersihkan serta
mendisinfeksi permukaan yang terkontaminasi.
Penekanan pada teknik yang tepat dalam menangani tumpahan
darah, cairan tubuh, dan bahan kimia berbahaya untuk
meminimalkan risiko paparan dan penularan agen infeksi.
Sesi Latihan Praktis (90 menit)
•
•
•
Peserta bekerja dalam kelompok kecil untuk melakukan simulasi
berbagai skenario tumpahan menggunakan simulasi darah atau
cairan tubuh.
Peserta berlatih menilai tumpahan, mengenakan APD yang
sesuai, membatasi area tumpahan, membersihkan dan
mendisinfeksi permukaan yang terkontaminasi, dan membuang
bahan limbah dengan aman.
Instruktur memberikan panduan dan umpan balik kepada
peserta mengenai kinerja mereka dan kepatuhan terhadap
protokol pengelolaan tumpahan.
Studi Kasus dan Skenario (30 menit)
•
•
Diskusi kelompok mengenai studi kasus dan skenario terkait
pengelolaan tumpahan, termasuk situasi yang melibatkan
tumpahan di ruang pasien, area prosedur, dan area publik.
Analisis akar penyebab dan tindakan pencegahan untuk
menghindari tumpahan dan mengurangi dampaknya terhadap
perawatan dan keselamatan pasien.
149
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Sesi Tanya Jawab (15 menit)
•
Forum terbuka bagi peserta untuk bertanya, berbagi
pengalaman, dan mencari klarifikasi mengenai prosedur dan
protokol pengelolaan tumpahan.
Umpan Balik dan Evaluasi (15 menit)
•
•
Distribusi formulir evaluasi bagi peserta untuk memberikan
umpan balik mengenai isi, format, dan efektivitas lokakarya.
Pengumpulan umpan balik untuk perbaikan program dan
perencanaan masa depan.
Menindaklanjuti:
•
•
•
Penggabungan prinsip-prinsip pengelolaan tumpahan ke dalam
program orientasi bagi petugas layanan kesehatan baru dan
pelatihan berkelanjutan untuk staf yang ada.
Melakukan latihan tumpahan dan latihan meja secara berkala
untuk memperkuat keterampilan dan memastikan kesiapan
untuk merespons tumpahan secara efektif.
Meninjau dan memperbarui protokol dan SOP pengelolaan
tumpahan berdasarkan umpan balik, pembelajaran, dan
perubahan peraturan atau pedoman.
Simulasi pengelolaan tumpahan ini memberikan pengalaman praktis
dan kepercayaan diri kepada petugas kesehatan dalam merespons
tumpahan secara efektif, sehingga menciptakan lingkungan yang
aman dan higienis untuk perawatan pasien.
5. Pelatihan dan Simulasi Ruang Isolasi
Tujuan: Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih petugas
kesehatan tentang prosedur dan tindakan pencegahan yang tepat
saat bekerja di ruang isolasi untuk mencegah penularan agen infeksi
dan menjamin keselamatan pasien dan staf.
150
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Durasi: Sesi setengah hari (kurang lebih 3-4 jam)
Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, dokter, ahli terapi
pernapasan, staf layanan lingkungan, dan personel lain yang terlibat
dalam merawat pasien dalam isolasi.
Bahan yang Dibutuhkan:
•
•
•
•
•
Slide presentasi tentang prosedur ruang isolasi, termasuk
pedoman dan praktik terbaik.
Materi simulasi: ruang isolasi tiruan dengan peralatan dan
perlengkapan yang sesuai, termasuk alat pelindung diri (APD),
tempat kebersihan tangan, dan wadah pembuangan limbah.
Video instruksional yang menunjukkan protokol dan teknik ruang
isolasi yang tepat.
Papan tanda dan alat komunikasi ruang isolasi (misalnya papan
tanda pintu, papan komunikasi).
Formulir evaluasi untuk umpan balik dan penilaian peserta.
Agenda Program:
Pendahuluan (15 menit)
•
•
Selamat datang dan ikhtisar tujuan lokakarya.
Penjelasan tentang pentingnya prosedur ruang isolasi yang tepat
dalam mencegah penyebaran infeksi dan melindungi petugas
kesehatan dan pasien.
Review Pedoman Ruang Isolasi (30 menit)
•
•
Presentasi tentang prinsip-prinsip manajemen ruang isolasi,
termasuk jenis tindakan pencegahan isolasi (misalnya kontak,
droplet, udara), kriteria penempatan pasien, dan tindakan
pengendalian infeksi.
Diskusi mengenai persyaratan peraturan dan kebijakan khusus
fasilitas untuk prosedur ruang isolasi.
Demonstrasi Protokol Ruang Isolasi (45 menit)
151
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
Demonstrasi protokol ruang isolasi yang dipimpin instruktur,
termasuk pengaturan ruangan, penggunaan dan pelepasan alat
pelindung diri (APD), prosedur kebersihan tangan, serta
pembersihan dan disinfeksi lingkungan.
Penekanan pada teknik yang tepat untuk meminimalkan risiko
paparan agen infeksi dan mencegah kontaminasi silang.
Sesi Latihan Praktis (90 menit)
•
•
Peserta bergilir melalui stasiun simulasi di mana mereka
mempraktikkan berbagai aspek bekerja di ruang isolasi, termasuk
mengenakan dan melepas APD, melakukan kebersihan tangan,
mengelola peralatan perawatan pasien, serta membersihkan dan
mendisinfeksi permukaan.
Peserta bekerja berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk
melakukan simulasi skenario perawatan pasien di ruang isolasi,
dengan menerapkan prinsip dan prosedur yang dipelajari selama
pelatihan.
Studi Kasus dan Skenario (30 menit)
•
•
Diskusi kelompok mengenai studi kasus dan skenario terkait
bekerja di ruang isolasi, termasuk situasi yang melibatkan pasien
dengan organisme yang resistan terhadap beberapa obat,
penyakit menular, dan status imunokompromais.
Analisis akar penyebab dan tindakan pencegahan untuk
meminimalkan risiko penularan dan memastikan perawatan
pasien yang aman.
Sesi Tanya Jawab (15 menit)
•
Forum terbuka bagi peserta untuk bertanya, berbagi
pengalaman, dan mencari klarifikasi mengenai prosedur dan
protokol ruang isolasi.
Umpan Balik dan Evaluasi (15 menit)
152
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
Distribusi formulir evaluasi bagi peserta untuk memberikan
umpan balik mengenai isi, format, dan efektivitas lokakarya.
Pengumpulan umpan balik untuk perbaikan program dan
perencanaan masa depan.
Menindaklanjuti:
•
•
•
Integrasi pelatihan ruang isolasi ke dalam program orientasi bagi
petugas kesehatan baru dan pendidikan berkelanjutan bagi staf
yang ada.
Melakukan latihan dan simulasi berkala untuk mempraktikkan
prosedur ruang isolasi dan memperkuat keterampilan.
Meninjau dan memperbarui protokol dan prosedur ruang isolasi
berdasarkan umpan balik, pembelajaran, dan perubahan
peraturan atau pedoman.
Pelatihan dan simulasi ruang isolasi ini membekali petugas layanan
kesehatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri
untuk bekerja dengan aman dan efektif di ruang isolasi, sehingga
meminimalkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan dan
meningkatkan keselamatan pasien dan staf.
153
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Formulir evaluasi
Nama Program: Pelatihan dan Simulasi Ruang Isolasi
Nama Peserta: ____________ Peran/Jabatan:__________ Tanggal
Pelatihan: ________________ 2024
Silakan menilai aspek-aspek berikut dari program pelatihan:
Kepuasan Keseluruhan:
1. Sangat puas
2. Puas
3. Netral
4.
5.
Tidak puas
sangat tidak puas
Relevansi Konten:
1. Sangat Relevan
2. Relevan
3. Agak Relevan
4.
5.
Tidak Sangat Relevan
Tidak Relevan Sama
sekali
Kejelasan Penyajian:
1. Sangat jelas
2. Jernih
3. Agak Jelas
4.
5.
Tidak Begitu Jelas
Tidak Jelas Sama Sekali
Efektivitas Demonstrasi dan Simulasi:
1. Sangat efektif
4.
2. Efektif
5.
3. Agak Efektif
Tidak Terlalu Efektif
Tidak Efektif Sama Sekali
Kegunaan Sesi Praktek Hands-On:
1. Sangat berguna
2. Berguna
3. Agak Berguna
4.
5.
Tidak Sangat Berguna
Tidak Berguna Sama
sekali
Kualitas Studi Kasus dan Skenario:
1. Kualitas Sangat Tinggi
2. Kualitas tinggi
3. Kualitas Rata-Rata
4.
5.
Kualitas rendah
Kualitas Sangat Rendah
154
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Sesi Tanya Jawab dan Interaksi dengan Instruktur:
1. Sangat Menarik
4. Tidak Terlalu Menarik
2. Menarik
5. Tidak Terlibat Sama Sekali
3. Netral
Nilai Keseluruhan Program:
1. Bagus sekali
2. Bagus
3. Adil
4.
5.
Miskin
Sangat miskin
Mohon berikan komentar atau saran tambahan untuk meningkatkan
program pelatihan:
Formulir evaluasi ini memungkinkan peserta untuk memberikan
umpan balik mengenai berbagai aspek program pelatihan, termasuk
konten, presentasi, aktivitas langsung, dan nilai keseluruhan.
Masukan mereka dapat membantu mengidentifikasi kekuatan dan
area yang perlu ditingkatkan, sehingga memungkinkan peningkatan
berkelanjutan pada inisiatif pelatihan di masa depan.
155
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Modul 14: Organisasi Perawat
Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
1. Definisi dan Tujuan Organisasi Perawat PPI
a)
IPCN adalah singkatan dari Infection Prevention and Control
Nurse atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai
Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendalian Infeksi
Indonesia.
b) IPCN adalah perawat yang memiliki spesialisasi dalam bidang
pencegahan dan pengendalian infeksi di lingkungan
pelayanan kesehatan. Tujuan utama IPCN adalah untuk
meminimalkan risiko infeksi bagi pasien, tenaga kesehatan,
dan pengunjung dengan memastikan kepatuhan terhadap
pedoman dan protokol yang telah ditetapkan.
c)
Definisi: Organisasi perawat PPI adalah kelompok profesional
perawat yang berfokus pada pengendalian dan pencegahan
infeksi di berbagai fasilitas layanan kesehatan.
2. Tujuan Organisasi Perawat PPI
a)
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat
dalam PPI.
b) Memfasilitasi pertukaran informasi dan pengalaman terkait
PPI.
c)
Mempromosikan praktik terbaik dalam pengendalian infeksi.
d) Mengembangkan kebijakan dan pedoman PPI.
e)
Meningkatkan kolaborasi antar profesional kesehatan dalam
PPI.
156
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
3. Peran dan Tanggung Jawab Perawat PPI
a)
Pengembangan Kebijakan dan Protokol: Berperan dalam
mengembangkan,
mengimplementasikan,
dan
mengevaluasi kebijakan dan protokol PPI.
b) Edukasi dan Pelatihan: Menyediakan pelatihan dan
pendidikan berkelanjutan kepada staf kesehatan tentang
praktik PPI.
c)
Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan dan
evaluasi kepatuhan terhadap kebijakan PPI dan
efektivitasnya dalam mencegah infeksi.
d) Penanganan Wabah: Berpartisipasi dalam investigasi dan
penanganan wabah infeksi di fasilitas kesehatan.
e)
Advokasi: Mengadvokasi pentingnya PPI kepada manajemen
rumah sakit dan pembuat kebijakan.
4. Keterampilan dan Kualifikasi:
a)
Pendidikan: Gelar S1 dalam bidang keperawatan, seringkali
dilengkapi dengan pelatihan atau sertifikasi khusus dalam
pengendalian infeksi.
b) Pengalaman: Pengalaman klinis dalam keperawatan dengan
fokus pada pengendalian infeksi.
c)
Sertifikasi: Banyak IPCN yang mendapatkan sertifikasi dari
organisasi profesional, seperti Certification Board of
Infection Control and Epidemiology (CBIC).
d) Keterampilan: Keterampilan analitis, komunikasi, dan
pemecahan masalah yang kuat. Kemampuan untuk bekerja
secara mandiri maupun dalam tim.
157
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
4. Organisasi Perawat Pencegah dan Pengendai
Infeksi
a)
Asosiasi Nasional Perawat Pengendalian Infeksi:
o
Contoh: Himpunan Perawat Pencegah
Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII).
o
Tujuan: Mendukung perawat PPI
pendidikan, pelatihan, dan penelitian.
dan
melalui
b) Organisasi Internasional:
o
International Federation of Infection Control (IFIC):
Organisasi global yang menyediakan sumber daya
dan jaringan bagi profesional PPI.
o
Association for Professionals in Infection Control
and Epidemiology (APIC): Organisasi berbasis di
Amerika Serikat yang memfasilitasi pengembangan
profesional dalam PPI melalui pendidikan,
penelitian, dan advokasi.
5. Keanggotaan dan Kegiatan Organisasi Perawat PPI
a)
Keanggotaan:
o
Kriteria: Terbuka untuk perawat yang bekerja atau
memiliki minat dalam bidang PPI.
o
Manfaat: Akses ke sumber daya pendidikan,
jaringan profesional, kesempatan pelatihan, dan
konferensi.
b) Kegiatan:
o
Konferensi dan Workshop: Menyelenggarakan
acara-acara untuk berbagi pengetahuan terbaru
dan praktik terbaik dalam PPI.
158
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
o
Publikasi: Menerbitkan jurnal,
panduan praktis terkait PPI.
o
Penelitian: Mendorong dan mendanai penelitian
dalam bidang PPI untuk mengembangkan praktik
berbasis bukti.
buletin,
dan
6. Peran Kolaborasi dengan Profesi Kesehatan
Lainnya
a)
Kolaborasi Interdisipliner: Bekerja sama dengan dokter, ahli
epidemiologi, mikrobiolog, dan profesional kesehatan
lainnya untuk meningkatkan praktik PPI.
b) Pendekatan Tim: Menggunakan pendekatan tim dalam
merancang dan mengimplementasikan strategi PPI yang
komprehensif.
6. Tantangan dan Peluang
a)
Tantangan:
o
Resistensi Antimikroba: Menghadapi tantangan
resistensi
antibiotik
yang
mempersulit
pengendalian infeksi.
o
Kompleksitas Infeksi: Menangani kompleksitas
berbagai infeksi yang muncul dan berkembang.
o
Keterbatasan
Sumber
Daya:
Mengatasi
keterbatasan sumber daya, baik dalam hal
personel, fasilitas, maupun dana.
b) Peluang:
o
Inovasi Teknologi: Memanfaatkan teknologi baru
untuk meningkatkan surveilans dan kontrol infeksi.
o
Pendidikan
Berkelanjutan:
Mengembangkan
program
pendidikan
berkelanjutan
untuk
159
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
memperbarui pengetahuan dan keterampilan
perawat.
o
Kolaborasi Global: Memperkuat jaringan global
untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman
dalam pengendalian infeksi.
Kesimpulan
Organisasi perawat PPI memainkan peran penting dalam menjaga
keselamatan pasien dan staf kesehatan dengan mempromosikan
praktik terbaik dalam pengendalian dan pencegahan infeksi.
Melalui pendidikan, pelatihan, penelitian, dan kolaborasi, organisasi
ini membantu memastikan bahwa tenaga kesehatan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan infeksi yang terus berkembang.
160
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Silabus Modul Pengendalian dan
Pencegahan Infeksi
Deskripsi Modul:
Modul ini akan memberikan gambaran umum tentang prinsip dan
praktik pengendalian infeksi yang bertujuan mencegah penyebaran
infeksi di berbagai lingkungan seperti fasilitas kesehatan, lingkungan
masyarakat, dan tempat kerja. Topik yang dibahas meliputi
epidemiologi penyakit menular, cara penularan, strategi pencegahan
infeksi, prinsip kebersihan, dan persyaratan peraturan.
Tujuan Modul:
1.
2.
3.
4.
5.
Memahami prinsip dasar pengendalian dan pencegahan
infeksi.
Identifikasi patogen umum dan cara penularannya.
Pelajari strategi untuk mencegah dan mengendalikan infeksi
di berbagai situasi.
Dapatkan pengetahuan tentang persyaratan peraturan dan
pedoman terkait pengendalian infeksi.
Mengembangkan keterampilan dalam menerapkan langkahlangkah pengendalian infeksi secara efektif.
Garis Besar Modul:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Modul 1: Pengantar Pengendalian Infeksi
Modul 2: Mikrobiologi Penyakit Menular
Modul 3: Epidemiologi dan Surveilans
Modul 4: Cara Penularan
Modul 5: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Modul 6: Pembersihan dan Disinfeksi Lingkungan
Modul 7: Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Modul 8: Persyaratan dan Pedoman Peraturan
Modul 9: Pengendalian Infeksi dalam Pengaturan Khusus
161
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
•
•
•
Modul 10: Infeksi yang Muncul dan Kesehatan Global
Modul 11: Studi Kasus dan Praktik Terbaik
Modul 12: Tinjauan dan Penilaian
Durasi Pembelajaran Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
Durasi pembelajaran pengendalian dan pencegahan infeksi dapat
bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk kedalaman dan
luasnya kurikulum, format modul (misalnya tatap muka, online), dan
tingkat sertifikasi atau akreditasi yang dicari.
Berikut beberapa skenario umum selama durasi pembelajaran modul
pencegahan dan pengendalian infeksi:
1.
Modul Pelatihan Dasar:
Modul pengendalian infeksi dasar, seperti yang dirancang untuk
petugas layanan kesehatan atau individu yang bekerja di
lingkungan berisiko tinggi, dapat berdurasi beberapa jam hingga
beberapa hari.
Modul-modul ini biasanya mencakup topik-topik mendasar
seperti kebersihan tangan, tindakan pencegahan standar, dan
praktik pencegahan infeksi.
2.
Program Sertifikasi Lanjutan:
Modul ini bisa dipergunakan untuk keperluan mengikuti Program
sertifikasi tingkat lanjut dalam pengendalian infeksi, seperti yang
ditawarkan oleh organisasi profesional seperti Asosiasi
Profesional dalam Pengendalian Infeksi dan Epidemiologi (APIC),
mungkin memerlukan pelatihan yang lebih ekstensif selama
beberapa minggu atau bulan.
Program-program ini dirancang untuk para profesional kesehatan
yang mencari pengetahuan dan keterampilan khusus dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi.
162
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
3.
Pendidikan Berkelanjutan dan Pengembangan Profesional:
Modul ini juga berguna dalam kegiatan pendidikan berkelanjutan
dan program pengembangan profesional dalam pengendalian
infeksi dapat ditawarkan secara berkelanjutan, dengan peserta
menyelesaikan modul atau modul selama beberapa minggu atau
bulan.
Modul-modul ini memungkinkan para profesional kesehatan
untuk selalu mengikuti perkembangan pedoman terbaru, praktik
terbaik, dan topik-topik baru dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi.
4.
Modul Online dan Pembelajaran Mandiri:
Banyak modul pengendalian infeksi kini tersedia secara online,
sehingga peserta dapat menyelesaikan pelatihan sesuai
keinginan mereka.
Modul-modul ini mungkin menawarkan penjadwalan yang
fleksibel dan akses ke materi pengajaran dan penilaian untuk
jangka waktu tertentu, seperti 30 hari atau 90 hari.
5.
Modul Penyegaran dan Sertifikasi Ulang:
Modul penyegaran dan program sertifikasi ulang dalam
pengendalian infeksi biasanya berdurasi lebih singkat dan
mungkin diperlukan secara berkala bagi profesional layanan
kesehatan untuk mempertahankan sertifikasi atau lisensi
mereka.
Modul-modul ini dapat mencakup pembaruan pedoman,
perubahan peraturan, dan tinjauan kompetensi inti dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Secara keseluruhan, durasi modul pengendalian infeksi dapat
bervariasi berdasarkan tujuan spesifik, target audiens, dan format
pengajaran program pelatihan. Peserta harus meninjau kurikulum
dan persyaratan modul dengan cermat untuk memahami komitmen
163
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
waktu yang terlibat dan memastikan bahwa modul memenuhi
kebutuhan pembelajaran dan tujuan profesional mereka.
Metode penilaian:
•
•
•
•
Kuis dan ujian
Tugas tertulis (studi kasus, makalah penelitian)
Partisipasi kelas dan diskusi
Demonstrasi praktis (misalnya, teknik kebersihan tangan)
Buku Teks dan Sumber:
•
•
•
•
•
•
Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G.
Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection
prevention and control among healthcare workers and factors
influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial
Resistance & Infection Control, 10(1), 86.
Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of
microbiology. CRC press.
Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic
Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences.
World Health Organization. (2020). Guidelines on core
components of infection prevention and control programmes at
the national and acute health care facility level. World Health
Organization. Country Office for Thailand.
World Health Organization. (2020). Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World
Health Organization.
Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101
science-based tips that could save your life. Simon and Schuster.
Catatan: Silabus ini dapat berubah sesuai kebijakan instruktur.
Silabus ini memberikan garis besar terstruktur yang mencakup topik
dan tujuan utama terkait pengendalian dan pencegahan infeksi.
164
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Instruktur dapat memilih untuk menambah atau menghapus topik
berdasarkan kebutuhan spesifik modul dan tingkat audiens (misalnya,
pengantar vs. lanjutan).
165
CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL
Riwayat Penulis
Mantri Sobur Setiaman
Lahir di Sumedang, tamat Sekolah Perawat Kesehatan Pemda
Sumedang tahun 1987. D3 Keperawatan dari Akademi Keperawatan
Saiffudin Zuhri Indramayu. S1 dan Profesi Ners dari Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Tamat Sekolah Paskasarjana dari Universitas Sahid Jakarta Jurusan
Magister Manajemen Kesehatan Kerja dan Lingkungan.
Lulus dari program Studi Magister Keperawatan dari Institut Ilmu
Kesehatan Strada Indonesia, Kediri.
Dari sejak lulus dari Sekolah perawat, bekerja di perusahaan
pertambangan milik Amerika yang beroperasi di Irian Jaya. 16 Tahun
bekerja di pertambangan Emas (PT Freeport Indonesia), dan sejak
tahun 2006 sampai dengan sekarang bekerja di pertambangan minyak
dan Gas terbesar di timur tengah (Qatar).
166