Academia.eduAcademia.edu

Pengendalian dan Pencegahan Infeksi

2024

Modul ini dirancang untuk menjadi sumber berharga bagi individu yang ingin meningkatkan pemahaman mereka tentang prinsip, praktik, dan pedoman pengendalian infeksi. Baik Anda seorang profesional perawatan kesehatan berpengalaman atau pelajar yang sedang memulai perjalanan perawatan kesehatan Anda, modul ini menawarkan banyak informasi dan wawasan untuk mendukung pengembangan profesional Anda dan berkontribusi pada pemberian perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan aman. Dengan modul ini, Anda akan mengeksplorasi berbagai topik, termasuk mikrobiologi penyakit menular, cara penularan, prinsip epidemiologi, metode pengawasan, dan strategi investigasi dan pengendalian wabah. Anda akan belajar tentang pentingnya kebersihan tangan, alat pelindung diri (APD), pembersihan lingkungan, dan praktik kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah infeksi terkait layanan kesehatan.

CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Judul Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Oleh, Sobur Setiaman, Ns., M.Kep., MMK3L Edisi tanggal 03 Juli, 2024 i CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Sinopsis Modul Pengendalian dan Pencegahan Infeksi ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang mendalam dan keterampilan praktis kepada tenaga kesehatan dalam mencegah dan mengendalikan infeksi di lingkungan pelayanan kesehatan. Pengendalian infeksi merupakan aspek kritis dalam praktik kesehatan yang bertujuan untuk melindungi pasien dari risiko tertularnya infeksi selama perawatan medis. Selain itu, pengendalian infeksi juga sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan tenaga kesehatan yang setiap hari terpapar potensi sumber infeksi. Langkah-langkah pengendalian infeksi ini berperan vital dalam mencegah penyebaran penyakit infeksi ke masyarakat luas, baik melalui lingkungan rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya. Penerapan praktik pengendalian infeksi yang efektif dapat membantu mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit menular, serta memastikan sistem pelayanan kesehatan yang lebih aman dan efisien. Modul ini menggunakan pendekatan interaktif dengan aktivitas praktis, studi kasus, dan evaluasi untuk memastikan pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip pengendalian infeksi yang efektif. Dengan menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan mampu menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat untuk meningkatkan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan. Modul ini memberikan panduan komprehensif bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan praktik pengendalian infeksi, sehingga memastikan lingkungan pelayanan kesehatan yang aman dan bebas infeksi. ii CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Kata pengantar Selamat datang di Modul Pengendalian dan Pencegahan Infeksi. Modul ini telah dirancang dengan cermat untuk membekali para profesional kesehatan dan mahasiswa keperawatan dengan pengetahuan komprehensif dan keterampilan praktis di bidang pengendalian infeksi. Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan aspek mendasar dalam pemberian layanan kesehatan, yang penting untuk menjaga keselamatan pasien dan meminimalkan penyebaran penyakit menular di fasilitas layanan kesehatan dan masyarakat. Modul ini dirancang untuk menjadi sumber berharga bagi individu yang ingin meningkatkan pemahaman mereka tentang prinsip, praktik, dan pedoman pengendalian infeksi. Baik Anda seorang profesional perawatan kesehatan berpengalaman atau pelajar yang sedang memulai perjalanan perawatan kesehatan Anda, modul ini menawarkan banyak informasi dan wawasan untuk mendukung pengembangan profesional Anda dan berkontribusi pada pemberian perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan aman. Dengan modul ini, Anda akan mengeksplorasi berbagai topik, termasuk mikrobiologi penyakit menular, cara penularan, prinsip epidemiologi, metode pengawasan, dan strategi investigasi dan pengendalian wabah. Anda akan belajar tentang pentingnya kebersihan tangan, alat pelindung diri (APD), pembersihan lingkungan, dan praktik kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah infeksi terkait layanan kesehatan. Kami telah memasukkan kegiatan pembelajaran interaktif, studi kasus, dan contoh dunia nyata untuk memfasilitasi pemahaman Anda dan penerapan konsep-konsep utama dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. iii CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Seiring kemajuan Anda dalam modul ini, kami mendorong Anda untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengajukan pertanyaan, dan merefleksikan pengalaman belajar Anda. Dengan terlibat dengan konten modul dan berkolaborasi dengan rekan-rekan Anda, Anda akan memperoleh wawasan berharga dan keterampilan praktis yang dapat Anda terapkan dalam praktik sehari-hari untuk meningkatkan keselamatan pasien dan keunggulan pengendalian infeksi. Kami berterima kasih atas komitmen Anda untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Anda dalam pengendalian dan pencegahan infeksi. Kami percaya bahwa modul ini akan menjadi sumber berharga dalam perjalanan Anda untuk menjadi praktisi pengendalian infeksi yang mahir dan proaktif. Terima kasih telah bergabung dengan kami dalam perjalanan pendidikan ini. Kami berharap Anda sukses dalam upaya Anda untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan mereka yang berada di bawah perawatan Anda. Salam hangat, Sobur Setiaman Kata pengantar ini menetapkan tahapan untuk modul pengendalian dan pencegahan infeksi dengan menyoroti signifikansi, tujuan, dan audiens yang dituju. Acara ini mengungkapkan apresiasi atas komitmen peserta untuk belajar dan menekankan pentingnya pengendalian infeksi dalam praktik perawatan kesehatan. iv CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Daftar Isi Judul ........................................................................................................ i Sinopsis .................................................................................................. ii Kata pengantar ..................................................................................... iii Daftar Isi ................................................................................................. v Modul 1: Pengantar Pengendalian Infeksi............................................ 1 1.1 Definisi pengendalian infeksi ...................................................... 1 1.2 Perspektif sejarah........................................................................ 3 1.3 Pentingnya pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan ..... 5 Daftar Pustaka: .................................................................................. 8 Modul 2: Mikrobiologi Penyakit Menular ............................................ 9 2.1 Gambaran Umum Mikroorganisme ........................................... 9 2.2 Faktor patogenisitas dan virulensi ........................................... 12 2.3 Interaksi inang-patogen ............................................................ 14 Daftar Pustaka: ................................................................................ 17 Modul 3: Epidemiologi dan Surveilans ............................................... 18 3.1 Prinsip epidemiologi ................................................................. 18 3.2 Metode surveilans penyakit ..................................................... 21 3.3 Laporan Pengawasan Penyakit: Wabah Campak di Springfield County ............................................................................................. 24 3.3 Investigasi dan pengendalian wabah ....................................... 27 3.4 Laporan Wabah: Wabah Norovirus di Sekolah Dasar Sunnyville ......................................................................................................... 30 Daftar Pustaka: ................................................................................ 33 Modul 4: Cara Penularan .................................................................... 34 4.1 Penularan langsung dan tidak langsung .................................. 34 4.2 Penularan melalui udara, tetesan, dan kontak ........................ 36 4.3 Infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs) .................................. 39 Daftar Pustaka: ................................................................................ 42 Modul 5: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ............... 43 5.1 Kewaspadaan standar ............................................................... 43 5.2 Tindakan pencegahan berdasarkan penularan ....................... 46 5.3 Kebersihan tangan dan alat pelindung diri (APD) .................... 49 Daftar Pustaka: ................................................................................ 51 Modul 6: Pembersihan dan Disinfeksi Lingkungan ............................ 52 v CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 6.1 Prinsip kebersihan lingkungan .................................................. 52 6.2 Pemilihan dan penggunaan disinfektan ................................... 55 6.3 Protokol dan praktik pembersihan ........................................... 58 Daftar Pustaka: ................................................................................ 61 Modul 7: Kesehatan dan Keselamatan Kerja ..................................... 63 7.1 Risiko paparan terhadap agen infeksius di tempat kerja ........ 63 7.2 Cedera tertusuk jarum dan benda tajam ................................. 66 7.3 Pencegahan Covid 19................................................................ 69 7.4 Terkena Patogen yang Ditularkan melalui Darah ..................... 71 7.5 Penanganan Patogen yang Ditularkan Melalui Darah Pasca Pajanan ............................................................................................ 74 7.6 Protokol pengendalian infeksi di tempat kerja ........................ 77 Daftar Pustaka: ................................................................................ 79 Modul 8: Persyaratan dan Pedoman Peraturan ................................. 81 8.1 Ikhtisar badan pengatur ........................................................... 81 8.2 Standar dan pedoman pengendalian infeksi ........................... 84 8.2 Inisiatif peningkatan kepatuhan dan kualitas .......................... 87 Daftar Pustaka: ................................................................................ 90 Modul 9: Pengendalian Infeksi dalam Pengaturan Khusus ............... 91 9.1 Pengendalian infeksi di fasilitas perawatan jangka panjang ... 91 9.2 Pengendalian infeksi di tempat perawatan rawat jalan .......... 94 9.3 Pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan di rumah ...... 97 Daftar Pustaka: .............................................................................. 100 Modul 10: Infeksi yang Muncul dan Kesehatan Global ................... 102 10.1 Penyakit menular yang baru muncul ................................... 102 10.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemunculan Penyakit Menular Baru: ....................................................................................................... 104 10.3 Kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi ................... 105 10.4 Upaya global dalam pengendalian dan pencegahan infeksi ....................................................................................................... 109 Daftar Pustaka: .............................................................................. 113 Modul 11: Studi Kasus dan Praktik Terbaik ...................................... 115 11.1 Analisis Studi Kasus Kehidupan Nyata: Wabah Ebola di Afrika Barat (2014-2016) ......................................................................... 115 11.2 Praktik terbaik dalam pengendalian dan pencegahan infeksi ....................................................................................................... 117 vi CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 11.3 Peran kolaborasi interdisipliner ............................................ 121 Daftar Pustaka: .............................................................................. 125 Modul 12: Tinjauan dan Penilaian .................................................... 126 12.1 Review materi modul ............................................................ 126 12.2 Penilaian hasil belajar ........................................................... 130 12.3 Arah masa depan dalam pengendalian infeksi .................... 134 KUIS .................................................................................................... 137 Modul 13: Kegiatan Program PPI ...................................................... 140 1. Workshop Pelatihan Kebersihan Tangan ............................ 140 2. Pelatihan Simulasi APD ........................................................ 142 3. Lokakarya Praktek Injeksi yang Aman ................................. 145 4. Simulasi Pengelolaan Tumpahan ........................................ 148 5. Pelatihan dan Simulasi Ruang Isolasi .................................. 150 Formulir evaluasi ........................................................................... 154 Modul 14: Organisasi Perawat Pengendalian dan Pencegahan Infeksi ............................................................................................................ 156 1. Definisi dan Tujuan Organisasi Perawat PPI ............................. 156 2. Tujuan Organisasi Perawat PPI ................................................. 156 3. Peran dan Tanggung Jawab Perawat PPI .................................. 157 4. Keterampilan dan Kualifikasi: ................................................... 157 4. Organisasi Perawat Pencegah dan Pengendai Infeksi ............. 158 5. Keanggotaan dan Kegiatan Organisasi Perawat PPI ................ 158 6. Peran Kolaborasi dengan Profesi Kesehatan Lainnya .............. 159 6. Tantangan dan Peluang ............................................................. 159 Kesimpulan .................................................................................... 160 Silabus Modul Pengendalian dan Pencegahan Infeksi ..................... 161 Riwayat Penulis .................................................................................. 166 vii CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 1: Pengantar Pengendalian Infeksi Ringkas: Pengendalian infeksi adalah disiplin yang bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit menular di lingkungan layanan kesehatan dan masyarakat. Hal ini mencakup serangkaian praktik dan strategi yang dirancang untuk meminimalkan risiko infeksi pada pasien, petugas kesehatan, dan masyarakat. Pengendalian infeksi sangat penting untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, dan masyarakat dari penyebaran penyakit menular. Dengan menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang efektif, fasilitas layanan kesehatan dapat meminimalkan risiko infeksi, meningkatkan hasil pasien, dan berkontribusi terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat secara keseluruhan. 1.1 Definisi pengendalian infeksi Pengendalian infeksi mengacu pada serangkaian praktik dan prosedur yang diterapkan untuk mencegah penyebaran penyakit menular di berbagai lingkungan, termasuk fasilitas kesehatan, lingkungan masyarakat, dan tempat kerja. Tujuan utama pengendalian infeksi adalah untuk meminimalkan risiko penularan patogen (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit) dari individu yang terinfeksi ke individu yang rentan, sehingga melindungi pasien dan petugas kesehatan dari tertular infeksi. 1 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Komponen utama pengendalian infeksi meliputi: 1. Mencegah Penularan Hal ini melibatkan penerapan langkah-langkah untuk memutus rantai infeksi dengan mengendalikan sumber infeksi, memblokir jalur penularan, dan melindungi individu yang rentan dari paparan patogen. 2. Kewaspadaan Standar Kewaspadaan standar adalah praktik pengendalian infeksi mendasar yang dirancang untuk mengurangi risiko penularan agen infeksi. Hal ini mencakup praktik seperti kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan masker, praktik penyuntikan yang aman, serta penanganan dan pembuangan benda tajam dan bahan yang terkontaminasi dengan benar. 3. Kewaspadaan Berbasis Penularan Selain kewaspadaan standar, kewaspadaan berbasis penularan diterapkan ketika pasien diketahui atau diduga terinfeksi atau terkolonisasi dengan patogen yang sangat menular. Tindakan pencegahan ini mencakup tindakan pencegahan kontak, tindakan pencegahan droplet, dan tindakan pencegahan melalui udara, yang disesuaikan dengan cara penularan agen infeksius yang spesifik. 4. Kebersihan lingkungan Kebersihan lingkungan melibatkan pemeliharaan kondisi bersih dan sanitasi di layanan kesehatan dan tempat lain untuk mengurangi keberadaan dan penyebaran agen infeksi. Hal ini mencakup pembersihan rutin dan disinfeksi permukaan, peralatan, dan area perawatan pasien. 5. Pengawasan dan Pemantauan 2 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pengendalian infeksi juga mencakup pengawasan dan pemantauan infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs) dan wabah penyakit menular lainnya. Sistem surveilans membantu mengidentifikasi tren, kelompok, dan area potensial untuk perbaikan dalam praktik pencegahan infeksi. 6. Pendidikan dan Pelatihan Program pendidikan dan pelatihan sangat penting bagi petugas layanan kesehatan dan personel lainnya untuk memastikan mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang efektif. Pelatihan mencakup topik-topik seperti kebersihan tangan, penggunaan APD, tindakan pencegahan isolasi, dan penanganan bahan menular yang benar. Secara keseluruhan, pengendalian infeksi adalah pendekatan multidisiplin yang melibatkan kolaborasi antara profesional kesehatan, praktisi pengendalian infeksi, otoritas kesehatan masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menjaga kesehatan dan keselamatan individu dan masyarakat dengan mencegah penyebaran penyakit menular. 1.2 Perspektif sejarah Di bagian perspektif sejarah dari silabus modul pengendalian dan pencegahan infeksi, siswa akan mengeksplorasi bagaimana umat manusia telah bergulat dengan penyakit menular sepanjang sejarah dan bagaimana pemahaman dan pengelolaan penyakit ini telah berkembang seiring berjalannya waktu. 3 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Berikut ikhtisar singkat tentang apa yang mungkin dibahas di bagian ini: Perspektif Sejarah: 1. Pemahaman Awal Tentang Penyakit Siswa akan mengkaji keyakinan dan pemahaman peradaban awal tentang penyakit, termasuk perspektif Mesir kuno, Yunani, dan Romawi. Hal ini mungkin mencakup diskusi tentang teori humoral, teori racun, dan upaya awal pencegahan penyakit. 2. Kematian Hitam dan Epidemi Wabah Eksplorasi dampak buruk wabah pes (Black Death) di Abad Pertengahan, termasuk penyebab, penularan, dan dampaknya terhadap masyarakat. Pembahasan upaya pengendalian penyebaran wabah, seperti tindakan karantina. 3. Lahirnya Epidemiologi Pengantar perkembangan metode dan konsep epidemiologi, khususnya pada abad ke-19. Siswa akan belajar tentang pionir di bidang ini, seperti John Snow dan karyanya mengenai penularan kolera di London. 4. Teori Kebangkitan Kuman Diskusi mengenai penerimaan teori kuman di akhir abad ke-19 dan dampak revolusionernya terhadap pemahaman kita tentang penyakit menular. Siswa akan mengeksplorasi karya Louis Pasteur, Robert Koch, dan tokoh penting lainnya dalam pengembangan teori kuman. 5. Zaman Keemasan Antibiotik Kajian terhadap penemuan dan meluasnya penggunaan antibiotik pada abad ke-20 serta efek transformatifnya terhadap pengobatan. Diskusi tentang tantangan resistensi antibiotik dan pentingnya penggunaan antibiotik secara bijaksana. 4 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 6. Era Modern Munculnya Penyakit Eksplorasi munculnya penyakit menular baru pada abad ke-20 dan ke-21, antara lain HIV/AIDS, Ebola, Zika, dan COVID-19. Diskusi mengenai faktor-faktor yang mendorong munculnya penyakit-penyakit ini dan respons global terhadap wabah tersebut. 7. Intervensi dan Vaksinasi Kesehatan Masyarakat Analisis peran intervensi kesehatan masyarakat, seperti kampanye vaksinasi dan perbaikan sanitasi, dalam mengendalikan penyebaran penyakit menular. Diskusi mengenai keberhasilan penting, seperti pemberantasan penyakit cacar, dan tantangan yang sedang berlangsung dalam upaya vaksinasi. 8. Perundang-undangan dan Regulasi Pemeriksaan terhadap perkembangan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pengendalian dan pencegahan infeksi, termasuk pembentukan badan kesehatan masyarakat dan penerapan standar pengendalian infeksi di lingkungan layanan kesehatan. Dengan mempelajari perspektif sejarah penyakit menular, siswa mendapatkan wawasan tentang interaksi yang kompleks antara patogen, masyarakat, dan pengetahuan ilmiah. Mereka juga mengembangkan apresiasi atas kemajuan yang dicapai dalam pengendalian dan pencegahan infeksi sepanjang sejarah dan tantangan-tantangan yang masih ada. 1.3 Pentingnya pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan Memahami pentingnya pengendalian infeksi di layanan kesehatan dan tempat lainnya sangat penting untuk menjaga kesehatan 5 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL masyarakat, memastikan keselamatan pasien, dan mencegah penyebaran penyakit menular. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan: 1. Mencegah Infeksi Terkait Layanan Kesehatan (HAIs) Di lingkungan layanan kesehatan, pasien sangat rentan terhadap infeksi akibat penyakit yang mendasari, prosedur invasif, dan paparan patogen. Tindakan pengendalian infeksi yang efektif, seperti kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD) yang benar, dan pembersihan lingkungan, membantu mencegah HAIs dan melindungi pasien dari bahaya. 2. Melindungi Tenaga Kesehatan Petugas kesehatan mempunyai risiko lebih tinggi terpapar agen infeksi karena kontak dekat mereka dengan pasien dan bahan yang terkontaminasi. Praktik pengendalian infeksi, termasuk vaksinasi, penggunaan APD, dan kepatuhan terhadap tindakan pencegahan standar, membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan petugas kesehatan. 3. Membatasi Penularan Organisme Resisten Penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang berlebihan telah berkontribusi pada munculnya resistensi antimikroba sehingga menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Tindakan pengendalian infeksi, seperti program pengelolaan antimikroba dan tindakan pencegahan berbasis penularan, membantu membatasi penyebaran organisme yang resisten dan menjaga efektivitas antibiotik. 4. Mencegah Wabah di Lingkungan Komunitas Pengendalian infeksi tidak terbatas pada fasilitas kesehatan saja, namun meluas ke lingkungan masyarakat seperti sekolah, tempat kerja, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi, seperti kampanye 6 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL vaksinasi, promosi kebersihan tangan, dan sanitasi lingkungan, membantu mencegah berjangkitnya penyakit menular di lingkungan ini dan melindungi populasi yang rentan. 5. Mengurangi Biaya Kesehatan HAIs dan wabah penyakit menular dapat menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan karena lamanya masa rawat inap di rumah sakit, tambahan perawatan medis, dan hilangnya produktivitas. Dengan menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang efektif, fasilitas kesehatan dan masyarakat dapat mengurangi beban ekonomi yang terkait dengan infeksi yang dapat dicegah. 6. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan Praktik pengendalian infeksi yang efektif menunjukkan komitmen terhadap keselamatan pasien dan kualitas layanan, sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi dan penyedia layanan kesehatan. Pasien lebih cenderung mencari perawatan di fasilitas yang memiliki reputasi standar pengendalian infeksi yang ketat dan tingkat HAIs yang rendah. 7. Berkontribusi pada Keamanan Kesehatan Global Di dunia yang saling terhubung, penyakit menular dapat menyebar dengan cepat melintasi negara dan menimbulkan ancaman kesehatan global. Langkah-langkah pengendalian infeksi yang kuat , dipadukan dengan kolaborasi dan pengawasan internasional, memainkan peran penting dalam mendeteksi dan merespons penyakit menular dan pandemi yang muncul. Secara keseluruhan, pengendalian infeksi sangat penting untuk melindungi individu, komunitas, dan populasi dari dampak buruk penyakit menular. Dengan memprioritaskan pengendalian infeksi di layanan kesehatan dan tempat lainnya, kita dapat memitigasi dampak 7 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL wabah, menyelamatkan nyawa, dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi semua orang. Daftar Pustaka: • • • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 8 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 2: Mikrobiologi Penyakit Menular Singkat: Mikrobiologi penyakit menular adalah bidang multidisiplin yang berfokus pada pemahaman mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, serta mekanisme interaksinya dengan inangnya. Mikrobiologi penyakit menular mencakup berbagai topik yang bertujuan untuk memahami biologi patogen, interaksinya dengan inang, dinamika penularan, dan strategi diagnosis, pengobatan, dan pencegahan. Pengetahuan ini penting untuk memitigasi dampak penyakit menular terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Epidemiologi dan pengawasan memainkan peran penting dalam memahami beban penyakit, mengidentifikasi ancaman kesehatan yang muncul, dan memandu intervensi kesehatan masyarakat untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematis, ahli epidemiologi dan profesional kesehatan masyarakat dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan berdasarkan bukti dan meningkatkan hasil kesehatan di tingkat lokal, nasional, dan global. Memahami karakteristik dan perilaku patogen ini sangat penting untuk mendiagnosis, mengobati, dan mencegah penyakit menular. 2.1 Gambaran Umum Mikroorganisme Tentu! Berikut ikhtisar empat jenis utama mikroorganisme: bakteri, virus, jamur, dan parasit: 1. Bakteri • Ciri-ciri: Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang bersifat prokariotik, artinya mereka tidak memiliki inti sejati dan organel lain yang terikat membran. Mereka datang 9 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 2. dalam berbagai bentuk (bulat, berbentuk batang, spiral) dan ukuran. • Metabolisme: Bakteri menunjukkan kemampuan metabolisme yang beragam, termasuk bentuk aerobik (membutuhkan oksigen), anaerobik (tidak memerlukan oksigen), dan anaerobik fakultatif (dapat bertahan hidup dengan atau tanpa oksigen). • Habitat: Bakteri ditemukan hampir di mana-mana, termasuk tanah, air, udara, dan di dalam organisme hidup (sebagai komensal, simbion, atau patogen). • Peran: Beberapa bakteri bermanfaat dan penting untuk proses seperti pencernaan, fiksasi nitrogen, dan dekomposisi. Namun bakteri tertentu dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Virus • Ciri-ciri: Virus adalah agen penular yang terdiri dari materi genetik (DNA atau RNA) yang dibungkus dalam selubung protein yang disebut kapsid. Mereka jauh lebih kecil dari bakteri dan tidak dapat bereplikasi secara mandiri. • Replikasi: Virus mereplikasi dengan membajak mesin sel inang. Mereka menyuntikkan materi genetiknya ke dalam sel inang, yang kemudian menghasilkan partikel virus baru. • Kekhususan Inang: Virus menunjukkan kekhususan untuk sel atau organisme inang tertentu. Misalnya, beberapa virus hanya menginfeksi bakteri (bakteriofag), sedangkan virus lainnya menginfeksi spesies hewan tertentu. • Penyakit: Virus bertanggung jawab atas berbagai penyakit pada manusia, hewan, tumbuhan, dan bahkan mikroorganisme lainnya. Infeksi virus yang umum termasuk flu, pilek, HIV/AIDS, dan COVID-19. 10 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 3. 4. Jamur • Ciri-ciri: Jamur merupakan organisme eukariotik yang meliputi khamir, kapang, dan jamur. Mereka memiliki inti dan organel berbeda yang tertutup membran. • Reproduksi: Jamur berkembang biak melalui produksi spora, yang dapat disebarkan melalui udara, air, atau cara lain. Beberapa jamur bereproduksi secara aseksual, sementara yang lain melakukan reproduksi seksual. • Peran Ekologis: Jamur memainkan peran penting dalam ekosistem sebagai pengurai, menguraikan bahan organik dan mendaur ulang nutrisi. Mereka juga membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman (mikoriza) dan berkontribusi terhadap penyerapan nutrisi. • Patogenisitas: Meskipun banyak jamur tidak berbahaya atau bermanfaat, beberapa spesies dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan hewan. Infeksi jamur dapat berkisar dari infeksi kulit superfisial hingga penyakit sistemik invasif, bergantung pada spesies dan faktor inang. Parasit • Ciri-ciri: Parasit adalah organisme yang hidup di dalam atau pada organisme inang dan mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan inangnya. Mereka bisa berupa protozoa (organisme bersel tunggal) atau cacing (cacing multiseluler). • Siklus Hidup: Parasit memiliki siklus hidup kompleks yang sering kali melibatkan banyak inang atau tahap perkembangan. Mereka mungkin mengalami reproduksi aseksual dan seksual, tergantung pada spesiesnya. • Penularan: Parasit ditularkan melalui berbagai cara, termasuk konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, vektor serangga, dan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. 11 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • Penyakit: Infeksi parasit, yang dikenal sebagai parasitosis, dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada manusia dan hewan, termasuk malaria, giardiasis, schistosomiasis, dan infestasi cacing usus. Memahami karakteristik, habitat, dan peran bakteri, virus, jamur, dan parasit sangat penting untuk mencegah dan mengelola penyakit menular serta menjaga keseimbangan ekologi. 2.2 Faktor patogenisitas dan virulensi Patogenisitas mengacu pada kemampuan suatu mikroorganisme untuk menyebabkan penyakit pada organisme inang. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kemampuan mikroorganisme untuk menyerang jaringan inang, menghindari sistem kekebalan inang, dan menghasilkan racun atau faktor virulensi lain yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit. Berikut ikhtisar konsep utama terkait faktor patogenisitas dan virulensi: 1. Faktor Virulensi • Molekul Adhesi: Banyak patogen memiliki molekul adhesi yang memungkinkan mereka menempel pada sel atau jaringan inang. Adhesi adalah langkah pertama dalam proses infeksi dan memungkinkan patogen menetap di inangnya. • Faktor Invasi: Patogen menggunakan berbagai mekanisme untuk menyerang jaringan inang, termasuk sekresi enzim yang menurunkan penghalang inang (misalnya kolagenase, hialuronidase) dan manipulasi jalur sinyal sel inang untuk memfasilitasi masuknya patogen. 12 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • Racun: Racun adalah zat yang dihasilkan oleh patogen yang menyebabkan kerusakan pada sel atau jaringan inang. Racun dapat dihasilkan oleh bakteri (misalnya eksotoksin, endotoksin), virus (misalnya racun virus), jamur, atau parasit. Contohnya termasuk toksin kolera, toksin tetanus, dan toksin botulinum. • Menghindari Respons Kekebalan Tubuh: Patogen telah mengembangkan strategi untuk menghindari atau menumbangkan sistem kekebalan tubuh inang, sehingga memungkinkan mereka menimbulkan infeksi dan menyebabkan penyakit. Strategi ini mungkin mencakup variasi antigenik, bersembunyi di dalam sel inang, dan penghambatan fungsi sel imun. • Formasi Biofilm: Beberapa patogen dapat membentuk biofilm, yaitu komunitas mikroorganisme kompleks yang terbungkus dalam matriks pelindung. Biofilm memungkinkan patogen menempel pada permukaan, melawan respon imun inang, dan meningkatkan kelangsungan hidup mereka di lingkungan yang tidak bersahabat. 2. Faktor yang Mempengaruhi Virulensi • Faktor Genetik: Virulensi sering kali ditentukan oleh susunan genetik patogen, termasuk keberadaan gen virulensi yang mengkode faktor virulensi tertentu. • Faktor Tuan Rumah: Kerentanan tuan rumah memainkan peran penting dalam menentukan hasil infeksi. Faktor-faktor seperti usia, status kekebalan tubuh, kondisi kesehatan yang mendasarinya, dan kecenderungan genetik dapat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap infeksi dan tingkat keparahan penyakit. 13 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • Faktor Lingkungan: Kondisi lingkungan, seperti suhu, kelembapan, dan ketersediaan nutrisi, dapat berpengaruh ekspresi faktor virulensi dan kemampuan patogen untuk bertahan hidup dan berkembang di lingkungan yang berbeda. Interaksi Antar Patogen: Patogen dapat berinteraksi satu sama lain di dalam inang, baik secara kompetitif atau kooperatif, sehingga berpengaruh virulensinya secara keseluruhan dan cara penularannya. Memahami mekanisme faktor patogenisitas dan virulensi sangat penting untuk mengembangkan strategi mencegah, mendiagnosis, dan mengobati penyakit menular. Menargetkan faktor virulensi atau menghentikan interaksi patogen-inang merupakan peluang potensial untuk pengembangan terapi dan vaksin baru. Selain itu, pengetahuan tentang faktor virulensi dapat menjadi masukan bagi intervensi kesehatan masyarakat yang bertujuan mengendalikan penyebaran penyakit menular dan mengurangi dampaknya terhadap kesehatan manusia dan hewan. 2.3 Interaksi inang-patogen Interaksi inang-patogen mengacu pada interaksi kompleks antara organisme inang dan patogen (mikroorganisme yang mampu menyebabkan penyakit) selama modul infeksi. Interaksi ini melibatkan serangkaian proses dinamis, termasuk pengenalan patogen, aktivasi respon imun, dan strategi penghindaran patogen. Berikut ikhtisar aspek-aspek utama interaksi inang-patogen: Pengenalan Patogen • Sistem imun inang mendeteksi keberadaan patogen melalui reseptor pengenalan pola (PRRs), yang mengenali pola 14 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • molekuler yang dilestarikan yang unik untuk patogen, yang dikenal sebagai pola molekuler terkait patogen (PAMPs). Contoh PRR termasuk reseptor mirip Tol (TLR), reseptor mirip NOD (NLR), dan reseptor mirip RIG-I (RLR). Reseptor ini diekspresikan pada berbagai sel imun, seperti makrofag, sel dendritik, dan neutrofil. Aktivasi Respon Imun • • • Setelah mengenali PAMP, PRR memulai rangkaian sinyal yang memicu aktivasi respons imun yang bertujuan menghilangkan patogen yang menyerang. Respon imun bawaan memberikan pertahanan awal terhadap patogen dan mencakup proses seperti peradangan, fagositosis, dan aktivasi protein antimikroba. Respon imun adaptif, yang dimediasi oleh sel T dan sel B, berkembang seiring waktu dan memberikan kekebalan jangka panjang terhadap patogen tertentu melalui produksi antibodi dan sel T memori. Strategi Penghindaran Patogen • • • Patogen telah mengembangkan berbagai mekanisme untuk menghindari atau menumbangkan respons imun inang, sehingga memungkinkan mereka menimbulkan infeksi dan bertahan di dalam inang. Contoh strategi penghindaran termasuk variasi antigenik (mengubah antigen permukaan untuk menghindari pengenalan antibodi), penghambatan apoptosis sel inang (mencegah kematian sel terprogram), dan modulasi jalur sinyal imun. Beberapa patogen dapat menghindari pengawasan kekebalan dengan berada di dalam sel inang (patogen intraseluler), di mana mereka terlindung dari deteksi dan serangan kekebalan. 15 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Perkembangan Penyakit • • • Hasil interaksi inang-patogen bergantung pada keseimbangan antara faktor virulensi patogen dan efektivitas respon imun inang. Dalam beberapa kasus, respons imun pejamu dapat menghilangkan patogen dan mengatasi infeksi, sehingga mengarah pada pemulihan. Namun, dalam kasus lain, patogen dapat membebani pertahanan tubuh, sehingga menyebabkan timbulnya infeksi kronis atau penyakit parah. Faktor Tuan Rumah yang Mempengaruhi Interaksi • • • Faktor pejamu, seperti latar belakang genetik, usia, status kekebalan, dan kondisi kesehatan yang mendasarinya, dapat berpengaruh hasil interaksi pejamu-patogen. Variasi genetik pada gen imun inang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi dan tingkat keparahan penyakit. Perubahan sistem imun yang berkaitan dengan usia, seperti immunosenescence (penurunan fungsi imun yang berkaitan dengan usia), dapat berdampak pada respon tubuh terhadap patogen. Memahami interaksi inang-patogen sangat penting untuk mengembangkan strategi mencegah, mendiagnosis, dan mengobati penyakit menular. Pemahaman mengenai mekanisme yang mendasari interaksi ini dapat menjadi masukan bagi pengembangan vaksin, terapi antimikroba, dan intervensi imunomodulator yang bertujuan mengendalikan penyakit menular dan meningkatkan kesehatan manusia. 16 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Daftar Pustaka: • • • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 17 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 3: Epidemiologi dan Surveilans Singkat: Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan faktor penentu kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk penyakit, cedera, dan kondisi terkait kesehatan lainnya, dalam suatu populasi. Ahli epidemiologi menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi pola, faktor risiko, dan penyebab penyakit untuk menginformasikan intervensi dan kebijakan kesehatan masyarakat. Surveilans adalah komponen kunci epidemiologi dan melibatkan pengumpulan, analisis, dan interpretasi data terkait kesehatan secara sistematis untuk tujuan pemantauan dan pengendalian penyakit. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, ahli epidemiologi dapat secara efektif menyelidiki wabah penyakit, mengidentifikasi faktor risiko penyakit, mengevaluasi efektivitas intervensi kesehatan masyarakat, dan berkontribusi pada pengambilan keputusan berbasis bukti dalam praktik kesehatan masyarakat. 3.1 Prinsip epidemiologi Prinsip-prinsip epidemiologi membentuk landasan untuk memahami distribusi dan faktor-faktor penentu kejadian-kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk penyakit, cedera, dan kondisi terkait kesehatan lainnya, dalam suatu populasi. Prinsip-prinsip ini memandu studi pola kejadian penyakit dan memberikan kerangka kerja untuk menyelidiki dan mengendalikan masalah kesehatan masyarakat. 18 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Berikut adalah prinsip-prinsip utama epidemiologi: 1. Perspektif Kependudukan Epidemiologi berfokus pada kesehatan populasi daripada individu. Hal ini mengkaji pola kejadian penyakit dan faktor risiko di seluruh populasi atau subkelompok populasi. 2. Distribusi Epidemiologi berusaha untuk menggambarkan distribusi kejadian-kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dalam suatu populasi berdasarkan waktu, tempat, dan orang. Hal ini termasuk mengidentifikasi tren, klaster, dan variasi kejadian penyakit. 3. Penentu Epidemiologi menyelidiki faktor-faktor penentu atau faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan kesehatan. Faktor penentu ini mungkin mencakup faktor biologis, lingkungan, perilaku, dan sosial. 4. Eksposur dan Hasil Studi epidemiologi sering kali menguji hubungan antara paparan terhadap faktor risiko potensial dan terjadinya dampak kesehatan. Hal ini termasuk mengidentifikasi hubungan antara paparan (misalnya merokok, kebiasaan makan) dan dampaknya (misalnya kanker, penyakit jantung). 5. Hubungan sebab dan akibat Epidemiologi bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara paparan dan hasil. Membangun kausalitas memerlukan bukti hubungan temporal, kekuatan hubungan, hubungan dosis-respons, konsistensi antar penelitian, masuk akal secara biologis, dan koherensi dengan pengetahuan yang ada. 6. Bias dan Perancu 19 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Ahli epidemiologi berupaya meminimalkan bias dan perancu dalam desain dan analisis penelitian. Bias mengacu pada kesalahan sistematis dalam pengukuran atau interpretasi data, sedangkan perancu terjadi ketika ada faktor asing yang mendistorsi hubungan antara paparan dan hasil yang diinginkan. 7. Desain Studi Studi epidemiologi menggunakan berbagai desain studi untuk menyelidiki hubungan antara paparan dan hasil. Ini termasuk studi observasional (misalnya studi kohort, studi kasus-kontrol, studi cross-sectional) dan studi eksperimental (misalnya uji coba terkontrol secara acak). 8. Validitas dan Reliabilitas Kajian epidemiologi bertujuan untuk menghasilkan temuan yang valid dan reliabel. Validitas mengacu pada keakuratan dan kebenaran hasil penelitian, sedangkan reliabilitas mengacu pada konsistensi dan reproduktifitas temuan. 9. Generalisasi Temuan-temuan epidemiologis harus dapat digeneralisasikan terhadap populasi yang dijadikan sampel penelitian. Hal ini memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap karakteristik populasi penelitian dan metode pengambilan sampel. 10. Penerapan pada Praktik Kesehatan Masyarakat Epidemiologi memberikan informasi kepada praktik kesehatan masyarakat dengan mengidentifikasi masalah kesehatan, menilai beban penyakit, mengevaluasi intervensi, dan memberikan informasi dalam pengambilan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, ahli epidemiologi dapat secara efektif menyelidiki wabah penyakit, mengidentifikasi faktor risiko penyakit, mengevaluasi efektivitas intervensi kesehatan 20 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL masyarakat, dan berkontribusi pada pengambilan keputusan berbasis bukti dalam praktik kesehatan masyarakat. 3.2 Metode surveilans penyakit Metode surveilans penyakit melibatkan pengumpulan, analisis, interpretasi, dan penyebaran data terkait kesehatan secara sistematis untuk memantau dan mengendalikan penyakit dalam suatu populasi. Metode-metode ini bertujuan untuk mendeteksi, melacak, dan merespons wabah penyakit, menilai tren penyakit, dan mengevaluasi efektivitas intervensi kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa metode surveilans penyakit yang umum: 1. Pengawasan Pasif Surveilans pasif bergantung pada pelaporan kasus secara rutin oleh penyedia layanan kesehatan, laboratorium, atau sumber lain kepada otoritas kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan melaporkan kasus penyakit atau kondisi tertentu ke departemen kesehatan lokal, negara bagian, atau nasional melalui sistem pelaporan wajib. Sistem surveilans pasif relatif sederhana dan hemat biaya, namun mungkin mengalami kekurangan pelaporan dan keterlambatan dalam pengumpulan data. 2. Pengawasan Aktif Surveilans aktif melibatkan pencarian kasus penyakit secara aktif melalui upaya pengumpulan data yang ditargetkan. Departemen kesehatan dapat melakukan surveilans aktif melalui kegiatan pencarian kasus, seperti menghubungi fasilitas kesehatan atau meninjau rekam medis, untuk mengidentifikasi 21 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL kasus-kasus yang mungkin tidak dilaporkan melalui surveilans pasif. Surveilans aktif sering digunakan untuk penyakit-penyakit yang penting bagi kesehatan masyarakat atau dalam investigasi wabah untuk memastikan kepastian kasus yang komprehensif. 3. Pengawasan Sentinel Surveilans sentinel memantau lokasi atau populasi tertentu untuk melacak tren penyakit atau kondisi tertentu. Situs sentinel, seperti fasilitas kesehatan atau laboratorium, melaporkan data tentang sebagian kasus atau kejadian, sehingga memberikan sampel yang mewakili aktivitas penyakit dalam populasi. Surveilans sentinel berguna untuk memantau penyakit dengan pola yang dapat diprediksi atau untuk mendeteksi dini ancaman yang muncul. 4. Pengawasan Sindrom: Pengawasan sindromik memantau indikator penyakit atau kejadian terkait kesehatan, seperti kunjungan ke unit gawat darurat, ketidakhadiran di sekolah, atau penjualan obat bebas, untuk mendeteksi wabah atau pola yang tidak biasa secara realtime. Sistem pengawasan sindromik menggunakan algoritme otomatis untuk menganalisis data dalam jumlah besar dengan cepat dan mengidentifikasi sinyal potensial peningkatan aktivitas penyakit. Surveilans sindromik melengkapi metode surveilans tradisional dan dapat memberikan peringatan dini terhadap wabah atau peristiwa bioterorisme. 22 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 5. Surveilans Berbasis Laboratorium: Surveilans berbasis laboratorium bergantung pada pengujian laboratorium untuk memastikan diagnosis dan memantau tren penyakit. Laboratorium kesehatan masyarakat melakukan pengujian terhadap spesimen klinis untuk mengidentifikasi patogen dan mengkarakterisasi sifat-sifatnya, seperti pola resistensi antibiotik atau urutan genetik. Data laboratorium diintegrasikan dengan informasi epidemiologi untuk melacak penyebaran penyakit dan memandu respons kesehatan masyarakat. Catatan Kesehatan Elektronik (EHR) dan Sistem Informasi Kesehatan: Catatan kesehatan elektronik dan sistem informasi kesehatan menangkap data tentang demografi pasien, diagnosis, perawatan, dan hasil dalam pengaturan klinis. Badan kesehatan masyarakat dapat mengakses data EHR untuk memantau tren penyakit, melakukan pengawasan, dan mendukung intervensi kesehatan masyarakat, seperti pencatatan imunisasi atau sistem pelaporan penyakit. 6. Jaringan Pengawasan Internasional: Jaringan pengawasan internasional, seperti Sistem Pengawasan dan Respons Influenza Global (GISRS) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memfasilitasi kolaborasi global dalam memantau dan merespons penyakit menular yang menjadi perhatian internasional. Jaringan ini mengumpulkan dan berbagi data mengenai aktivitas penyakit, melakukan pengujian laboratorium, dan memberikan panduan mengenai respons wabah dan tindakan pengendalian. 23 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Metode surveilans penyakit yang efektif sangat penting untuk deteksi dini, respons cepat, dan pengendalian penyakit menular, serta untuk memantau tren penyakit tidak menular dan kejadian terkait kesehatan lainnya. Dengan mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematis, otoritas kesehatan masyarakat dapat mengidentifikasi ancaman yang muncul, menerapkan intervensi yang ditargetkan, dan melindungi kesehatan masyarakat. 3.3 Laporan Pengawasan Penyakit: Wabah Campak di Springfield County Tanggal: 1 Mei 2024 Latar belakang: Departemen Kesehatan Springfield County telah melakukan pengawasan terhadap penyakit menular, termasuk campak, di wilayah tersebut. Campak adalah infeksi virus yang sangat menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada orang yang tidak divaksinasi. Sistem surveilans bertujuan untuk memantau aktivitas campak, mendeteksi wabah, dan menerapkan tindakan pengendalian untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Metode Pengawasan: Pengawasan Pasif: Penyedia layanan kesehatan di rumah sakit, klinik, dan layanan primer wajib melaporkan kasus dugaan campak ke departemen kesehatan. Laboratorium yang melakukan pengujian campak melaporkan kasus positif ke departemen kesehatan, termasuk informasi mengenai demografi pasien, status vaksinasi, dan gejala klinis. 24 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pengawasan Aktif: Pejabat kesehatan masyarakat melakukan pengawasan aktif dengan meninjau catatan medis dan mewawancarai pasien yang diduga atau dikonfirmasi terkena campak untuk mengidentifikasi sumber paparan dan kontak potensial. Upaya penjangkauan masyarakat menargetkan populasi berisiko tinggi, seperti individu yang tidak divaksinasi dan wisatawan yang kembali dari daerah dengan wabah campak, untuk mempromosikan vaksinasi dan meningkatkan kesadaran akan gejala campak. Pengawasan Sentinel: Jaringan fasilitas kesehatan sentinel, termasuk unit gawat darurat dan klinik anak, berpartisipasi dalam surveilans campak dengan melaporkan kasus dugaan campak ke departemen kesehatan. Lokasi sentinel berlokasi strategis di seluruh wilayah untuk menyediakan data representatif mengenai aktivitas campak di berbagai wilayah geografis. Surveilans Berbasis Laboratorium: Laboratorium kesehatan masyarakat melakukan pengujian campak pada spesimen yang dikumpulkan dari kasus yang dicurigai untuk memastikan diagnosis dan mengidentifikasi strain yang beredar. Data laboratorium, termasuk genotipe campak dan epidemiologi molekuler, digunakan untuk melacak penyebaran virus campak dan menyelidiki pola penularan. Situasi saat ini: Sejak awal tahun, terjadi peningkatan jumlah kasus campak yang dilaporkan di Springfield County. 25 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Hingga 1 Mei 2024, total 25 kasus campak yang terkonfirmasi telah dilaporkan ke departemen kesehatan. Kasus-kasus telah dilaporkan terjadi pada berbagai kelompok umur, dengan mayoritas terjadi pada individu yang tidak divaksinasi. Penularan tampaknya terjadi di lingkungan rumah tangga dan komunitas, dengan beberapa kelompok teridentifikasi di antara individu yang tidak divaksinasi yang menghadiri pertemuan keagamaan. Tindakan Respons: Departemen kesehatan telah mengeluarkan peringatan kesehatan masyarakat kepada penyedia layanan kesehatan, sekolah, pusat penitipan anak, dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan gejala campak dan rekomendasi vaksinasi. Klinik vaksinasi telah didirikan di daerah berisiko tinggi untuk menyediakan vaksin campak-gondong-rubella (MMR) kepada individu yang memenuhi syarat, termasuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang tidak divaksinasi. Pejabat kesehatan masyarakat sedang melakukan pelacakan kontak untuk mengidentifikasi dan memberi tahu individu yang mungkin terkena kasus campak dan memberikan panduan mengenai tindakan yang tepat untuk mencegah penularan lebih lanjut. Rekomendasi: Departemen kesehatan merekomendasikan agar semua individu memastikan bahwa mereka mendapatkan vaksinasi campak terkini, terutama mereka yang bepergian ke luar negeri atau menghadiri pertemuan besar. 26 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Penyedia layanan kesehatan disarankan untuk segera melaporkan kasus dugaan campak ke departemen kesehatan untuk penyelidikan lebih lanjut dan tindakan pengendalian. Masyarakat diimbau untuk mencari pertolongan medis jika mengalami gejala campak, termasuk demam, ruam, batuk, dan konjungtivitis, serta menghindari kontak dengan orang lain untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Kesimpulan: Wabah campak yang sedang berlangsung di Springfield County menyoroti pentingnya pengawasan penyakit yang kuat dan upaya respons kesehatan masyarakat untuk mengendalikan penyakit menular. Pemantauan berkelanjutan, upaya vaksinasi, dan keterlibatan masyarakat sangat penting untuk mencegah penyebaran campak lebih lanjut dan melindungi kesehatan masyarakat. Disiapkan oleh: Departemen Kesehatan Kabupaten Springfield Tanggal: 1 Mei 2024 3.3 Investigasi dan pengendalian wabah Investigasi dan pengendalian wabah merupakan komponen penting dari upaya respons kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan memitigasi penyebaran penyakit menular dalam suatu komunitas atau populasi. 27 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Berikut ini ikhtisar langkah-langkah yang terlibat dalam penyelidikan dan pengendalian wabah: 1. Deteksi dan Konfirmasi Wabah dapat dideteksi melalui sistem surveilans penyakit rutin, laporan dari penyedia layanan kesehatan, atau peningkatan kasus melebihi tingkat yang diperkirakan. Langkah pertama adalah memastikan diagnosis penyakit penyebab wabah melalui pengujian laboratorium dan evaluasi klinis. 2. Penilaian Wabah Pejabat kesehatan masyarakat melakukan penilaian awal untuk menentukan cakupan, tingkat keparahan, dan karakteristik wabah. Hal ini melibatkan pengumpulan informasi tentang individu yang terkena dampak, termasuk demografi, gejala klinis, dan potensi paparan. Investigasi epidemiologis, termasuk wawancara kasus dan pelacakan kontak, membantu mengidentifikasi paparan umum dan sumber infeksi potensial. 3. Pembuatan Hipotesis Berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama penilaian, hipotesis dihasilkan untuk mengidentifikasi kemungkinan sumber wabah dan cara penularannya. Ahli epidemiologi menggunakan metode analisis, seperti studi kasus-kontrol atau studi kohort, untuk menguji hipotesis dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang terkait dengan wabah tersebut. 4. Penerapan Tindakan Pengendalian Langkah-langkah pengendalian diterapkan untuk menghentikan penularan dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. 28 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Tindakan yang dilakukan dapat mencakup isolasi kasus, karantina kontak, pengobatan terhadap individu yang terkena dampak, dan penerapan praktik pengendalian infeksi di fasilitas layanan kesehatan dan rangkaian berisiko tinggi lainnya. 5. Komunikasi dan Pelaporan Badan-badan kesehatan masyarakat berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, individu yang terkena dampak, dan masyarakat untuk memberikan informasi tentang wabah ini, rekomendasi untuk pencegahan, dan pembaruan mengenai langkah-langkah pengendalian. Pelaporan informasi wabah yang tepat waktu kepada otoritas terkait, seperti departemen kesehatan negara bagian atau nasional, memastikan koordinasi upaya respons dan alokasi sumber daya sesuai kebutuhan. 6. Pemantauan dan evaluasi Pemantauan berkelanjutan terhadap wabah ini dilakukan untuk melacak perkembangan penyakit, menilai efektivitas tindakan pengendalian, dan mengidentifikasi kasus atau klaster tambahan. Data surveilans dianalisis untuk mengidentifikasi tren, mendeteksi perubahan aktivitas penyakit, dan menginformasikan keputusan tentang kelanjutan atau modifikasi tindakan pengendalian. 7. Investigasi Sumber Pejabat kesehatan masyarakat menyelidiki potensi sumber wabah, seperti makanan atau air yang terkontaminasi, individu yang terinfeksi, atau paparan lingkungan. Penilaian lingkungan, pengujian makanan atau air, dan investigasi penelusuran balik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi asal mula wabah dan mencegah kejadian di masa depan. 29 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 8. Tindak Lanjut dan Setelahnya Setelah wabah terkendali, lembaga kesehatan masyarakat melakukan kegiatan tindak lanjut, seperti pemantauan kasus sekunder, penilaian dampak kesehatan jangka panjang, dan evaluasi efektivitas upaya respons. Pembelajaran dari penyelidikan wabah digunakan untuk meningkatkan kesiapsiagaan, respons, dan strategi pencegahan terhadap wabah di masa depan. Investigasi dan pengendalian wabah yang efektif memerlukan kolaborasi antara lembaga kesehatan masyarakat, penyedia layanan kesehatan, pemangku kepentingan masyarakat, dan masyarakat. Dengan mengidentifikasi dan merespons wabah secara cepat, otoritas kesehatan masyarakat dapat mengurangi dampak penyakit menular terhadap kesehatan masyarakat dan mencegah penyebaran lebih lanjut di masyarakat. 3.4 Laporan Wabah: Wabah Norovirus di Sekolah Dasar Sunnyville Tanggal: 15 Mei 2024 Latar belakang Departemen Kesehatan Masyarakat Sunnyville telah diberitahu tentang dugaan wabah norovirus di Sekolah Dasar Sunnyville. Norovirus adalah virus yang sangat menular yang menyebabkan gastroenteritis, dengan gejala termasuk mual, muntah, diare, dan kram perut. Investigasi wabah bertujuan untuk mengidentifikasi sumber wabah, menerapkan langkah-langkah pengendalian, dan mencegah penyebaran lebih lanjut dalam komunitas sekolah. 30 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Penilaian Awal Pada tanggal 14 Mei 2024, perawat sekolah melaporkan peningkatan jumlah siswa yang mengalami gejala gastroenteritis, termasuk muntah dan diare. Sebanyak 35 siswa dan 4 anggota staf telah melaporkan gejala yang konsisten dengan infeksi norovirus sejak 10 Mei 2024. Gejala biasanya berlangsung 24 hingga 48 jam dan ditandai dengan timbulnya penyakit secara tiba-tiba. Investigasi Epidemiologi Wawancara kasus dilakukan dengan individu yang terkena dampak untuk mengumpulkan informasi tentang gejala, timbulnya penyakit, dan potensi paparan. Mayoritas kasus melaporkan timbulnya gejala dalam waktu 48 jam setelah masuk sekolah, yang menunjukkan adanya paparan umum di lingkungan sekolah. Analisis catatan kehadiran mengidentifikasi beberapa ruang kelas dengan tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi dari perkiraan, yang menunjukkan adanya pengelompokan kasus. Pembuatan Hipotesis Berdasarkan waktu dan pola timbulnya penyakit, hipotesis utamanya adalah wabah ini disebabkan oleh penularan norovirus di sekolah. Cara penularan yang mungkin terjadi adalah penyebaran dari orang ke orang melalui kontak dekat, permukaan yang terkontaminasi, atau sumber makanan atau air yang terkontaminasi. Tindakan Pengendalian Diimplementasikan Kepala sekolah telah diberitahu tentang wabah ini, dan langkahlangkah pengendalian sedang diterapkan untuk mencegah penyebaran norovirus lebih lanjut di sekolah. 31 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Siswa dan anggota staf yang terkena dampak disarankan untuk tinggal di rumah sampai mereka bebas dari gejala setidaknya selama 48 jam untuk mengurangi risiko penularan. Peningkatan pembersihan dan disinfeksi ruang kelas, toilet, dan area umum dilakukan dengan menggunakan disinfektan yang sesuai dan efektif melawan norovirus. Pengujian Laboratorium Spesimen tinja dari beberapa orang yang terkena dampak telah dikumpulkan untuk pengujian laboratorium guna memastikan diagnosis norovirus. Hasil pengujian laboratorium masih menunggu keputusan dan akan digunakan untuk memastikan etiologi wabah dan mengidentifikasi strain spesifik norovirus yang terlibat. Komunikasi dan Pelaporan Pihak administrasi sekolah telah mengeluarkan pemberitahuan kepada orang tua dan wali untuk memberi tahu mereka tentang wabah tersebut dan menyarankan mereka untuk memantau gejala norovirus pada anak-anak mereka. Pejabat kesehatan masyarakat berkoordinasi dengan administrasi sekolah untuk memberikan informasi dan bimbingan kepada orang tua, siswa, dan anggota staf mengenai tindakan pencegahan dan strategi pengendalian. Kesimpulan Wabah norovirus di Sekolah Dasar Sunnyville menyoroti pentingnya deteksi dini, investigasi, dan pengendalian wabah penyakit menular di lingkungan sekolah. Otoritas kesehatan masyarakat akan terus memantau situasi dengan cermat, menerapkan langkah-langkah pengendalian, dan memberikan dukungan kepada komunitas sekolah untuk mencegah penyebaran norovirus lebih lanjut. 32 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Disiapkan oleh: Departemen Kesehatan Masyarakat Sunnyville Tanggal: 15 Mei 2024 Daftar Pustaka: • • • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 33 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 4: Cara Penularan Singkat: Cara penularan mengacu pada berbagai cara agen infeksi, seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur, menyebar dari satu orang, hewan, atau lingkungan ke orang lain. Memahami cara penularan sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian yang efektif untuk mencegah penyebaran penyakit menular. Memahami cara penularan penyakit menular sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat, seperti kebersihan tangan, etika pernafasan, pembersihan lingkungan, vaksinasi, pengendalian vektor, dan praktik keamanan pangan. Dengan memutus rantai penularan, otoritas kesehatan masyarakat dapat secara efektif mencegah penyebaran penyakit menular dalam komunitas dan populasi. 4.1 Penularan langsung dan tidak langsung Penularan langsung dan tidak langsung adalah dua cara utama penyebaran agen infeksi dari satu orang ke orang lain atau dari sumber lingkungan ke seseorang. 1. Transmisi Langsung: Penularan langsung terjadi ketika agen infeksi berpindah langsung dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain tanpa perantara. Hal ini dapat terjadi melalui kontak fisik, seperti: • • • • • Menyentuh (misalnya berjabat tangan, berpelukan). Berciuman. Kontak seksual. Penyebaran droplet (misalnya, tetesan pernapasan yang dikeluarkan saat batuk atau bersin). Kontak dengan darah atau cairan tubuh. 34 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • 2. Penularan langsung biasa terjadi pada penyakit yang ditularkan melalui kontak pribadi yang dekat atau kontak dengan sekret atau ekskresi yang terinfeksi. Contohnya meliputi: • Infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV, gonore, dan sifilis. • Infeksi saluran pernafasan seperti influenza, COVID-19, dan tuberkulosis. • Penyakit kontak kulit ke kulit seperti kudis dan impetigo. Penularan Tidak Langsung: Penularan tidak langsung melibatkan penyebaran agen infeksi melalui benda atau permukaan perantara, yang dikenal sebagai fomites. Dalam cara penularan ini, agen penular mencemari suatu benda atau permukaan, dan orang yang rentan terinfeksi dengan menyentuh benda yang terkontaminasi tersebut lalu menyentuh mulut, hidung, atau matanya. Penularan tidak langsung dapat terjadi melalui berbagai jalur, antara lain: • • • • Kontak dengan permukaan yang terkontaminasi (misalnya gagang pintu, meja dapur, peralatan bersama). Makanan atau air yang terkontaminasi. Peralatan atau peralatan medis yang terkontaminasi. Penularan melalui vektor (penularan tidak langsung yang difasilitasi oleh vektor artropoda). Penyakit yang ditularkan secara tidak langsung antara lain: • • Infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri (misalnya Salmonella, E. coli) atau virus (misalnya norovirus) melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Infeksi pernafasan (misalnya influenza, flu biasa) menyebar melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi atau tetesan pernafasan pada benda. 35 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • Infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs) yang didapat melalui kontak dengan perangkat medis atau permukaan yang terkontaminasi di fasilitas layanan kesehatan. Memahami perbedaan antara penularan langsung dan tidak langsung sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat. Strategi untuk mencegah penularan dapat mencakup kebersihan tangan, desinfeksi permukaan, praktik keamanan pangan, penggunaan alat pelindung diri, dan vaksinasi. Dengan menargetkan cara penularan tertentu, upaya kesehatan masyarakat dapat secara efektif mengurangi penyebaran penyakit menular di masyarakat. 4.2 Penularan melalui udara, tetesan, dan kontak Penularan melalui udara, tetesan, dan kontak adalah tiga cara berbeda yang menyebabkan agen infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain atau dari sumber lingkungan ke seseorang. 1. Penularan Melalui Udara: Penularan melalui udara terjadi ketika agen infeksi menyebar melalui udara melalui tetesan pernapasan kecil atau partikel yang dapat tersuspensi dalam jangka waktu lama. Tetesan atau partikel ini biasanya berdiameter kurang dari 5 mikrometer dan dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan, sehingga menyebabkan infeksi. Penularan melalui udara paling banyak dikaitkan dengan virus pernapasan dan agen infeksi lainnya yang dapat bertahan hidup dalam bentuk aerosol. 36 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Contohnya meliputi: • • Virus pernapasan seperti influenza, campak, dan COVID-19. Bakteri tuberkulosis (TB), yang dapat dikeluarkan ke udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Mencegah penularan melalui udara seringkali memerlukan tindakan pengendalian infeksi khusus, termasuk: • 2. Tindakan pencegahan penularan melalui udara, seperti penggunaan respirator N95 atau perlindungan pernapasan tingkat tinggi. • Pengendalian teknik, seperti sistem ventilasi dan ruang bertekanan negatif, untuk mengurangi konsentrasi aerosol menular. Transmisi droplet: Penularan droplet melibatkan penyebaran agen infeksi melalui tetesan pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau menghembuskan napas. Tetesan ini lebih besar dan lebih berat daripada partikel aerosol dan biasanya menempuh jarak yang lebih pendek sebelum jatuh ke permukaan. Tetesan dapat langsung mengenai selaput lendir (misalnya mulut, hidung, mata) orang di sekitarnya atau dapat mencemari permukaan, sehingga menyebabkan penularan tidak langsung melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi. Penyakit yang ditularkan melalui penularan droplet antara lain: • • Virus pernapasan seperti influenza, virus pernapasan syncytial (RSV), dan adenovirus. Infeksi bakteri seperti pertusis (batuk rejan) dan pneumonia bakterial. 37 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pencegahan penularan droplet meliputi: • 3. Tindakan pencegahan terhadap droplet, termasuk penggunaan masker bedah atau pelindung wajah oleh petugas kesehatan dan individu yang terinfeksi untuk mengurangi penyebaran droplet pernapasan. • Etiket pernafasan, seperti menutup batuk dan bersin dengan tisu atau siku. Kontak Langsung: Penularan melalui kontak terjadi ketika agen infeksi menyebar melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan permukaan, benda, atau orang yang terkontaminasi. Cara penularan ini dapat melibatkan kontak fisik (penularan kontak langsung) dan kontak dengan benda yang terkontaminasi (penularan kontak tidak langsung). Transmisi kontak dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi: • • Penularan kontak langsung: Terjadi melalui kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau cairan tubuh, lesi, atau selaput lendirnya. Contohnya termasuk kontak kulit ke kulit, kontak seksual, dan penularan melalui darah. Penularan kontak tidak langsung: Terjadi melalui kontak dengan permukaan, benda, atau benda yang terkontaminasi. Contohnya termasuk menyentuh gagang pintu yang terkontaminasi, peralatan bersama, atau perangkat medis yang terkontaminasi. Penyakit yang ditularkan melalui penularan kontak antara lain: • • Infeksi kulit seperti impetigo dan kudis. Infeksi gastrointestinal yang disebabkan oleh bakteri (misalnya Clostridium difficile) atau virus (misalnya norovirus) yang ditularkan melalui kontak fecal-oral. 38 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Mencegah penularan melalui kontak meliputi: • • Tindakan pencegahan standar, termasuk kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (misalnya sarung tangan, baju pelindung), dan pembersihan serta desinfeksi permukaan dan peralatan yang benar. Tindakan pencegahan isolasi bagi individu yang terinfeksi untuk mencegah kontak langsung dengan individu yang rentan. Memahami cara penularan sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat guna mencegah penyebaran penyakit menular di lingkungan layanan kesehatan, komunitas, dan populasi. Dengan menargetkan jalur penularan tertentu, upaya kesehatan masyarakat dapat secara efektif mengurangi risiko penularan dan melindungi individu dari infeksi. 4.3 Infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs) Infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs), juga dikenal sebagai infeksi nosokomial, adalah infeksi yang didapat pasien selama menerima perawatan kesehatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi ini dapat terjadi di semua tempat layanan kesehatan, termasuk rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, klinik rawat jalan, dan pusat bedah rawat jalan. HAIs merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan karena dapat menyebabkan peningkatan morbiditas, mortalitas, biaya perawatan kesehatan, dan lama rawat inap di rumah sakit. 39 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Berikut adalah aspek-aspek penting dari infeksi terkait layanan kesehatan: 1. 2. Jenis HAI: • Infeksi Lokasi Bedah (SSI): Infeksi yang terjadi di lokasi pembedahan, seperti sayatan atau luka, setelah prosedur pembedahan. • Infeksi saluran kemih (ISK): Infeksi pada sistem saluran kemih, termasuk kandung kemih dan ginjal, sering dikaitkan dengan penggunaan kateter urin. • Infeksi aliran darah terkait jalur sentral (CLABSI): Infeksi yang terjadi ketika patogen memasuki aliran darah melalui kateter vena sentral atau perangkat intravaskular lainnya. • Pneumonia terkait ventilator (VAP): Pneumonia yang berkembang pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanis, biasanya karena aspirasi isi mulut atau lambung atau kolonisasi saluran pernapasan. • Infeksi Clostridioides difficile (CDI): Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Clostridioides difficile, yang dapat menyebabkan diare, radang usus besar, dan gejala gastrointestinal lainnya, yang sering dikaitkan dengan penggunaan antibiotik. • Lainnya: Jenis HAIs lainnya mungkin termasuk infeksi aliran darah, infeksi saluran cerna, dan infeksi kulit dan jaringan lunak yang didapat selama pelayanan kesehatan. Faktor Risiko HAIs: • Rawat inap atau perawatan institusional yang berkepanjangan. • Prosedur medis invasif, seperti pembedahan, pemasangan perangkat medis (misalnya kateter, ventilator, saluran sentral), dan penggunaan perangkat yang terpasang di dalam rumah. • Sistem kekebalan tubuh terganggu atau kondisi medis yang mendasarinya. 40 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • 3. Penggunaan antibiotik spektrum luas, yang dapat mengganggu flora mikroba normal dan meningkatkan risiko infeksi yang resistan terhadap antibiotik. • Usia (orang dewasa yang lebih tua dan bayi berisiko lebih tinggi). • Tingkat keparahan penyakit atau cedera. Pencegahan HAIs: • Kepatuhan terhadap praktik pencegahan dan pengendalian infeksi, termasuk kebersihan tangan, pembersihan dan disinfeksi lingkungan, dan penggunaan alat pelindung diri. • Penerapan pedoman berbasis bukti dan praktik terbaik untuk mencegah jenis HAIs tertentu, seperti paket pencegahan ISK terkait kateter (CAUTI) dan protokol pencegahan infeksi lokasi bedah (SSI). • Pengawasan dan pemantauan tingkat HAI untuk mengidentifikasi tren, klaster, dan area yang perlu ditingkatkan. • Program pengelolaan antimikroba untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik dan mencegah berkembangnya infeksi yang resistan terhadap antibiotik. • Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan pasien mengenai tindakan pencegahan infeksi dan pentingnya keselamatan pasien. Infeksi terkait layanan kesehatan merupakan tantangan besar bagi sistem layanan kesehatan di seluruh dunia, namun melalui strategi pencegahan dan pengendalian infeksi yang komprehensif, termasuk pengawasan, pendidikan, dan intervensi berbasis bukti, risiko HAIs dapat diminimalkan, dan keselamatan pasien dapat ditingkatkan. 41 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Daftar Pustaka: • • • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 42 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 5: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Ringkasan: Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC) adalah strategi penting yang diterapkan di rangkaian layanan kesehatan dan lingkungan lainnya untuk meminimalkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs) dan penyebaran penyakit menular. Langkah-langkah ini bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung, dan masyarakat dari tertular dan menularkan infeksi. Menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi yang komprehensif sangat penting untuk menjaga lingkungan yang aman dan sehat di fasilitas layanan kesehatan dan lingkungan lain di mana penyakit menular dapat ditularkan. Langkah-langkah ini membantu melindungi pasien, petugas layanan kesehatan, dan masyarakat dari penyebaran infeksi dan berkontribusi terhadap peningkatan hasil pasien dan kualitas layanan kesehatan. 5.1 Kewaspadaan standar Kewaspadaan standar adalah serangkaian praktik pengendalian infeksi yang dirancang untuk mencegah penularan agen infeksius di lingkungan layanan kesehatan mana pun. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa semua pasien, terlepas dari diagnosis atau dugaan status infeksinya, harus dianggap berpotensi menularkan dan diobati dengan tepat. Kewaspadaan standar adalah dasar dari upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dan diterapkan untuk melindungi petugas kesehatan, pasien, dan pengunjung dari penularan patogen. 43 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Berikut adalah komponen utama dari kewaspadaan standar: 1. Kebersihan Tangan: Kebersihan tangan adalah landasan pencegahan dan pengendalian infeksi. Petugas kesehatan harus melakukan kebersihan tangan: • • • 2. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Sebelum dan sesudah melakukan prosedur invasif. Setelah kontak dengan darah, cairan tubuh, atau permukaan yang terkontaminasi. • Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan sabun dan air atau cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol yang mengandung alkohol minimal 60%. Alat Pelindung Diri (APD): Alat pelindung diri (APD) harus digunakan untuk melindungi petugas kesehatan dari paparan agen infeksi dan mencegah penularan patogen. Contoh APD antara lain: • • • • 3. Sarung tangan: Dipakai saat menyentuh darah, cairan tubuh, selaput lendir, atau permukaan yang terkontaminasi. Gaun: Dipakai untuk melindungi pakaian dan mencegah kontaminasi pada kulit dan pakaian. Masker dan respirator: Dipakai untuk melindungi saluran pernapasan dari paparan partikel di udara. Pelindung mata: Dipakai untuk melindungi mata dari cipratan atau cipratan darah, cairan tubuh, atau bahan lain yang berpotensi menular. Kebersihan Pernafasan/Etiket Batuk: 44 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Praktik kebersihan pernapasan dan etika batuk membantu mencegah penyebaran infeksi saluran pernapasan. Pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dididik tentang: • 4. 5. 6. Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu atau siku. • Pembuangan tisu bekas dan kebersihan tangan yang benar setelahnya. Praktik Injeksi yang Aman: • Praktik penyuntikan yang aman membantu mencegah penularan patogen yang ditularkan melalui darah dan mengurangi risiko infeksi terkait layanan kesehatan. • Hal ini mencakup penggunaan teknik aseptik, jarum suntik steril, penggunaan kotak tajam dan botol dosis tunggal bila memungkinkan. Pembersihan dan Disinfeksi Lingkungan: • Pembersihan rutin dan disinfeksi area perawatan pasien, peralatan medis, dan permukaan yang sering disentuh membantu mencegah penularan patogen. • Pembersihan lingkungan harus dilakukan dengan disinfektan yang tepat sesuai dengan protokol yang ditetapkan. Penempatan dan Pengelompokan Pasien: • Penempatan dan pengelompokan pasien yang tepat membantu mencegah penyebaran penyakit menular di fasilitas layanan kesehatan. • Pasien dengan status infeksi atau kolonisasi yang sama dapat ditempatkan bersama untuk meminimalkan risiko penularan ke pasien lain. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara konsisten oleh semua petugas kesehatan di seluruh rangkaian perawatan pasien, tanpa memandang status infeksi pasien. Dengan mematuhi tindakan pencegahan standar, fasilitas layanan kesehatan dapat meminimalkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan, melindungi pasien dan 45 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL petugas layanan kesehatan, serta menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi semua orang. 5.2 Tindakan pencegahan berdasarkan penularan Kewaspadaan berbasis penularan adalah tindakan pengendalian infeksi tambahan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga mengalami infeksi yang memerlukan tindakan pencegahan tambahan di luar kewaspadaan standar. Tindakan pencegahan ini didasarkan pada cara penularan agen infeksi dan diterapkan sebagai tambahan dari tindakan pencegahan standar untuk mencegah penyebaran patogen di lingkungan layanan kesehatan. Tindakan pencegahan berdasarkan penularan dikategorikan menjadi tiga jenis: 1. Hubungi Tindakan Pencegahan Kewaspadaan kontak diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga menderita infeksi, yang ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan pasien atau lingkungannya. Ini termasuk patogen yang mungkin ada pada kulit, luka, atau cairan tubuh pasien. Contoh kondisi yang memerlukan kewaspadaan kontak meliputi: • • • Organisme yang resistan terhadap berbagai obat (MDRO) seperti Staphylococcus aureus (MRSA) yang resistan terhadap methisilin, Enterococcus yang resistan terhadap vankomisin (VRE), dan bakteri Gram-negatif yang resistan terhadap berbagai obat. Infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh Clostridioides difficile (C. difficile). Infeksi kulit dan jaringan lunak yang berpotensi tinggi menular, seperti kudis atau impetigo. 46 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Tindakan pencegahan kontak mungkin termasuk: • 2. Mengenakan sarung tangan dan gaun pelindung saat memasuki ruangan pasien. • Peralatan perawatan pasien khusus. • Pembersihan lingkungan dan desinfeksi area dan peralatan perawatan pasien. • Membatasi pergerakan dan transportasi pasien ke luar ruangan. Tindakan Pencegahan Tetesan Droplet Kewaspadaan terhadap droplet diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga mengalami infeksi yang ditularkan melalui droplet pernapasan yang dihasilkan saat pasien batuk, bersin, berbicara, atau mengeluarkan napas. Droplet ini dapat menyebar dalam jarak dekat dan dapat menulari orang lain yang berada dekat dengan pasien. Contoh kondisi yang memerlukan tindakan pencegahan terhadap tetesan air antara lain: • • Infeksi pernafasan seperti influenza, pertusis (batuk rejan), dan adenovirus. Infeksi bakteri seperti meningitis meningokokus dan pneumonia Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Tindakan pencegahan terhadap tetesan mungkin termasuk: • • • Mengenakan masker bedah saat berada dekat dengan pasien (biasanya dalam jarak 6 kaki). Menempatkan pasien di ruangan pribadi atau berkumpul dengan pasien lain dengan infeksi yang sama. Kebersihan pernafasan/etiket batuk bagi pasien dan pengunjung. 47 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 3. Tindakan Pencegahan Lintas Udara Kewaspadaan penularan melalui udara diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga mengalami infeksi yang ditularkan melalui tetesan kecil yang tetap berada di udara dalam jangka waktu lama dan dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan. Infeksi ini menimbulkan risiko bagi petugas kesehatan dan pasien lain yang mungkin terpapar agen infeksi tersebut. Contoh kondisi yang memerlukan tindakan pencegahan penularan melalui udara meliputi: • • • • Tuberkulosis (TBC). Campak. Cacar air (varicella). Sindrom pernapasan akut parah virus corona 2 (SARS-CoV2), virus penyebab COVID-19. Tindakan pencegahan penularan melalui udara dapat mencakup: • • • Menempatkan pasien di ruang isolasi infeksi melalui udara (AIIR) dengan tekanan udara negatif. Mengenakan pelindung pernapasan, seperti respirator N95 atau pelindung pernapasan tingkat lebih tinggi, saat memasuki kamar pasien. Membatasi pergerakan pasien di luar ruangan dan menerapkan kebersihan pernapasan/etiket batuk yang tepat. Kewaspadaan berbasis penularan disesuaikan dengan cara penularan agen infeksi tertentu dan diterapkan sebagai tambahan terhadap kewaspadaan standar untuk mencegah penyebaran patogen di lingkungan layanan kesehatan. Kepatuhan terhadap tindakan pencegahan berbasis penularan sangat penting untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, dan 48 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL pengunjung dari infeksi terkait layanan kesehatan dan meminimalkan risiko penularan penyakit menular. 5.3 Kebersihan tangan dan alat pelindung diri (APD) Kebersihan tangan dan alat pelindung diri (APD) merupakan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi penting yang diterapkan di fasilitas layanan kesehatan dan lingkungan lain untuk mengurangi risiko penularan agen infeksi. 1. Kebersihan Tangan Kebersihan tangan adalah proses membersihkan tangan untuk menghilangkan kotoran, kotoran, dan mikroorganisme, termasuk bakteri dan virus, yang mungkin ada pada kulit. Kebersihan tangan yang benar adalah salah satu tindakan paling efektif untuk mencegah penyebaran infeksi. Kebersihan tangan harus dilakukan: • • • • Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Sebelum dan sesudah melakukan prosedur invasif. Setelah kontak dengan darah, cairan tubuh, atau permukaan yang terkontaminasi. Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan: • • Sabun dan air: Efektif untuk menghilangkan kotoran, kotoran, dan mikroorganisme sementara. Tangan harus dicuci dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik, memastikan seluruh permukaan tertutup secara menyeluruh. Pembersih tangan berbahan dasar alkohol: Efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme sementara dan 49 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 2. menetap di tangan ketika sabun dan air tidak tersedia. Sabun tangan harus mengandung alkohol minimal 60%, dan tangan harus digosok hingga kering. Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri (APD) mengacu pada pakaian atau peralatan khusus yang dipakai untuk melindungi individu dari paparan agen infeksi dan mencegah penularan patogen. Pemilihan dan penggunaan APD bergantung pada jenis paparan yang diantisipasi dan agen infeksius yang terlibat. Jenis APD yang umum meliputi: • • • • Sarung tangan: Dipakai untuk melindungi tangan dari paparan darah, cairan tubuh, selaput lendir, dan permukaan yang terkontaminasi. Sarung tangan harus diganti antara kontak dengan pasien dan saat berpindah dari area yang terkontaminasi ke area bersih. Gaun: Dipakai untuk melindungi pakaian dan kulit dari paparan darah, cairan tubuh, dan bahan lain yang berpotensi menular. Gaun harus diganti jika terlihat kotor dan dilepas dengan hati-hati untuk mencegah kontaminasi. Masker: Dipakai untuk melindungi saluran pernafasan dari paparan partikel di udara, droplet pernafasan, dan cipratan atau cipratan darah atau cairan tubuh. Berbagai jenis masker tersedia tergantung pada tingkat perlindungan pernapasan yang diperlukan. Pelindung mata: Dipakai untuk melindungi mata dari paparan darah, cairan tubuh, tetesan saluran pernapasan, dan bahan lain yang berpotensi menular. Kebersihan tangan yang benar dan penggunaan APD yang tepat sangat penting untuk mencegah penularan agen infeksius di fasilitas layanan kesehatan dan lingkungan lain di mana paparan terhadap patogen mungkin terjadi. 50 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Kepatuhan terhadap praktik kebersihan tangan dan penggunaan APD yang benar membantu melindungi petugas layanan kesehatan, pasien, pengunjung, dan masyarakat dari infeksi terkait layanan kesehatan dan mendorong terciptanya lingkungan yang aman dan sehat bagi semua. Daftar Pustaka: • • • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 51 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 6: Pembersihan dan Disinfeksi Lingkungan Penjelasan Ringkas: Pembersihan dan disinfeksi lingkungan merupakan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi yang penting yang bertujuan untuk mengurangi penularan agen infeksius di lingkungan layanan kesehatan dan lingkungan lainnya. Praktikpraktik ini melibatkan penghilangan kotoran, serpihan, dan mikroorganisme dari permukaan yang diikuti dengan penggunaan disinfektan untuk membunuh atau menonaktifkan patogen yang tersisa. Pembersihan dan disinfeksi lingkungan merupakan komponen penting dari program pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan, fasilitas perawatan jangka panjang, sekolah, dan lingkungan lain di mana penularan penyakit menular dapat terjadi. Dengan menjaga lingkungan yang bersih dan didesinfeksi, fasilitas layanan kesehatan dapat mengurangi risiko infeksi terkait layanan kesehatan dan menyediakan lingkungan yang aman dan sehat bagi pasien, staf, dan pengunjung. 6.1 Prinsip kebersihan lingkungan Prinsip-prinsip kebersihan lingkungan mencakup praktik-praktik mendasar yang bertujuan untuk menjaga lingkungan yang bersih, aman, dan sehat di berbagai lingkungan, termasuk fasilitas kesehatan, sekolah, tempat kerja, dan rumah tangga. Prinsip-prinsip ini penting untuk mencegah penularan agen infeksi, mengurangi risiko infeksi terkait layanan kesehatan, dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. 52 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Berikut adalah prinsip-prinsip utama kebersihan lingkungan: 1. Pembersihan dan Disinfeksi: Pembersihan dan desinfeksi permukaan, peralatan, dan area yang sering disentuh secara rutin membantu menghilangkan kotoran, serpihan, dan mikroorganisme, sehingga mengurangi risiko penularan agen infeksi. Pembersihan melibatkan penghilangan kontaminan secara fisik, sedangkan desinfeksi melibatkan penggunaan bahan kimia untuk membunuh atau menonaktifkan patogen yang tersisa. Pilih bahan pembersih dan disinfektan yang sesuai berdasarkan kemanjurannya terhadap patogen tertentu, kompatibilitasnya dengan permukaan, dan pertimbangan keselamatan. Ikuti instruksi penggunaan dari pabriknya, termasuk pengenceran, waktu kontak, dan metode aplikasi. Pastikan seluruh permukaan tertutup secara menyeluruh, termasuk permukaan yang sering disentuh seperti gagang pintu, sakelar lampu, meja dapur, dan peralatan medis. Menerapkan prosedur pembersihan terminal di fasilitas layanan kesehatan setelah pasien dipulangkan untuk menyiapkan ruangan bagi penghuni berikutnya dan mengurangi risiko penularan infeksi terkait layanan kesehatan. 2. Kebersihan Tangan: Kebersihan tangan merupakan komponen penting dari kebersihan lingkungan dan pencegahan infeksi. Anjurkan untuk sering mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol, terutama sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum makan, dan setelah menggunakan kamar kecil. 53 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Menyediakan akses terhadap fasilitas cuci tangan dan pembersih tangan di lokasi yang nyaman di seluruh fasilitas untuk meningkatkan kepatuhan terhadap praktik kebersihan tangan. 3. Pengelolaan sampah: Pengelolaan limbah yang tepat, termasuk limbah medis, limbah rumah tangga, dan limbah berbahaya, sangat penting untuk mencegah pencemaran lingkungan dan melindungi kesehatan masyarakat. Pisahkan sampah sesuai dengan peraturan dan pedoman setempat, dan pastikan pembuangan yang benar melalui proses pengelolaan sampah yang tepat, termasuk daur ulang, pembakaran, atau pembuangan TPA. 4. Kualitas air: Pastikan akses terhadap air yang aman dan bersih untuk keperluan minum, memasak, dan kebersihan pribadi. Pantau kualitas air secara teratur untuk mendeteksi dan mengatasi potensi kontaminan yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat. Terapkan langkah-langkah pengolahan dan pemurnian air sesuai kebutuhan untuk menghilangkan atau menetralisir kontaminan, seperti bakteri, virus, dan polutan kimia. 5. Pengendalian hama: Menerapkan langkah-langkah untuk mencegah dan mengendalikan hama, seperti serangga, hewan pengerat, dan vektor lainnya, yang dapat menimbulkan risiko kesehatan dan menyebarkan penyakit menular. Menjaga kebersihan dan sanitasi yang baik untuk menghilangkan sumber makanan, air, dan tempat berlindung bagi hama. Gunakan strategi pengelolaan hama terpadu, termasuk metode 54 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL pengendalian fisik, kimia, dan biologis, untuk meminimalkan populasi hama. 6. Ventilasi dan Kualitas Udara Dalam Ruangan: Pastikan ventilasi yang memadai dan kualitas udara dalam ruangan di gedung dan ruang tertutup untuk mengurangi konsentrasi polutan di udara dan agen infeksi. Memelihara sistem HVAC dan sistem penyaringan udara untuk meningkatkan aliran udara, menghilangkan kontaminan, dan mencegah penyebaran patogen di udara. 7. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan pendidikan dan kesadaran di kalangan individu, komunitas, dan organisasi tentang pentingnya praktik kebersihan lingkungan untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit menular. Memberikan pelatihan dan sumber daya tentang teknik pembersihan dan disinfeksi yang benar, praktik kebersihan tangan, pengelolaan limbah, pengendalian hama, dan aspek kebersihan lingkungan lainnya. Dengan mematuhi prinsip-prinsip kebersihan lingkungan ini, individu dan organisasi dapat menciptakan dan memelihara lingkungan yang bersih, aman, dan sehat yang meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi risiko penyakit menular dan bahaya kesehatan lainnya. 6.2 Pemilihan dan penggunaan disinfektan Pemilihan dan penggunaan disinfektan merupakan aspek penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di berbagai lingkungan, termasuk fasilitas kesehatan, sekolah, tempat kerja, dan rumah tangga. Memilih disinfektan yang tepat dan menggunakannya dengan 55 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL benar sangat penting untuk mengurangi risiko penularan agen infeksi secara efektif. Berikut pedoman pemilihan dan penggunaan disinfektan: 1. Identifikasi Patogen Sasaran Pertimbangkan patogen spesifik yang perlu ditargetkan untuk disinfeksi. Disinfektan yang berbeda mempunyai khasiat yang berbeda-beda terhadap berbagai jenis mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, jamur, dan spora. Lihat pedoman dari otoritas kesehatan masyarakat, badan pengatur, dan organisasi profesional untuk mendapatkan rekomendasi mengenai disinfektan yang efektif melawan patogen umum di lingkungan spesifik Anda. 2. Memahami Kategori Disinfektan Disinfektan diklasifikasikan ke dalam kategori berbeda berdasarkan cara kerja dan efektivitasnya terhadap patogen tertentu. Kategori umum disinfektan meliputi: • • • • Senyawa amonium kuarter (quats): Efektif melawan berbagai macam bakteri dan beberapa virus, namun kurang efektif terhadap jenis jamur dan spora tertentu. Disinfektan berbahan dasar hipoklorit (misalnya pemutih): Disinfektan berspektrum luas efektif melawan bakteri, virus, jamur, dan spora. Disinfektan berbahan dasar alkohol: Efektif melawan bakteri dan beberapa virus, namun efektivitasnya terbatas terhadap jenis jamur dan spora tertentu. Senyawa fenolik: Efektif melawan bakteri, virus, dan jamur, namun mungkin memiliki efektivitas terbatas terhadap jenis spora tertentu. 56 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • 3. 4. Disinfektan berbahan dasar peroksigen (misalnya hidrogen peroksida): Disinfektan berspektrum luas efektif melawan bakteri, virus, jamur, dan spora. Pertimbangkan Kompatibilitas Permukaan • Pertimbangkan kompatibilitas disinfektan dengan permukaan dan bahan yang dirawat. Beberapa disinfektan dapat merusak atau menimbulkan korosi pada jenis permukaan tertentu, seperti logam, plastik, atau kain. • Pilih disinfektan yang kompatibel dengan permukaan dan peralatan di lingkungan spesifik Anda untuk menghindari kerusakan dan memastikan disinfeksi yang efektif. Ikuti Instruksi Pabrikan Selalu ikuti instruksi pabrik untuk penggunaan disinfektan yang benar, termasuk rasio pengenceran, waktu kontak, dan metode aplikasi. Gunakan konsentrasi larutan disinfektan yang disarankan dan pastikan waktu kontak yang memadai untuk mencapai disinfeksi yang efektif. Hindari mencampurkan disinfektan kecuali jika diinstruksikan secara khusus oleh produsen, karena mencampurkan bahan kimia yang berbeda dapat menimbulkan reaksi berbahaya atau mengurangi efektivitas disinfeksi. 5. Pastikan Ventilasi yang Memadai Saat menggunakan disinfektan, pastikan ventilasi yang memadai di area tersebut untuk meminimalkan paparan asap dan uap. Buka jendela atau pintu, gunakan kipas angin, atau gunakan alat pelindung diri (APD) seperlunya untuk melindungi dari bahaya penghirupan. 6. Penyimpanan dan penanganan 57 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Simpan disinfektan dalam wadah aslinya dan di tempat sejuk dan kering, jauh dari sinar matahari langsung dan sumber panas. Jauhkan disinfektan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan untuk mencegah konsumsi atau paparan yang tidak disengaja. Buang wadah disinfektan dan larutan yang tidak digunakan sesuai dengan peraturan dan pedoman setempat. 7. Memantau dan Mengevaluasi Efektivitas Pantau dan evaluasi efektivitas praktik disinfeksi secara berkala untuk memastikan bahwa praktik tersebut mencapai tingkat pengurangan mikroba yang diinginkan. Lakukan audit rutin, pengambilan sampel lingkungan, atau penilaian lainnya untuk memverifikasi kemanjuran disinfeksi dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Dengan memilih secara hati-hati dan menggunakan disinfektan dengan benar sesuai pedoman ini, individu dan organisasi dapat secara efektif mengurangi risiko penularan agen infeksi dan menjaga lingkungan yang bersih dan aman bagi penghuninya. 6.3 Protokol dan praktik pembersihan Protokol dan praktik pembersihan adalah prosedur sistematis yang dirancang untuk memastikan pembersihan permukaan, peralatan, dan lingkungan secara menyeluruh dan efektif untuk menghilangkan kotoran, serpihan, dan mikroorganisme. Protokol-protokol ini penting untuk menjaga lingkungan yang bersih, aman, dan sehat di berbagai lingkungan, termasuk fasilitas kesehatan, sekolah, tempat kerja, dan rumah tangga. 58 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Berikut adalah komponen utama protokol dan praktik pembersihan: 1. Prosedur Operasi Standar (SOP) Kembangkan SOP pembersihan tertulis yang menguraikan prosedur langkah demi langkah untuk membersihkan berbagai area, permukaan, dan peralatan di fasilitas atau lingkungan Anda. SOP harus mencakup rincian seperti: • 2. Frekuensi pembersihan (misalnya harian, mingguan, bulanan). • Bahan pembersih dan desinfektan yang akan digunakan. • Rasio pengenceran untuk larutan pembersih. • Metode dan teknik pembersihan khusus. • Tindakan pencegahan keselamatan dan persyaratan alat pelindung diri (APD). • Langkah-langkah pengendalian kualitas dan persyaratan dokumentasi. Identifikasi Prioritas Pembersihan Prioritaskan tugas pembersihan berdasarkan penilaian risiko, dengan fokus pada permukaan yang sering disentuh, area perawatan pasien, area persiapan makanan, toilet, dan area lain dengan tingkat kontaminasi tinggi atau potensi penularan agen infeksi. Mengalokasikan sumber daya dan tenaga kerja yang sesuai untuk memastikan bahwa area kritis mendapat perhatian dan pembersihan yang memadai. 3. Pemilihan Bahan Pembersih dan Disinfektan Pilih bahan pembersih dan disinfektan yang sesuai berdasarkan kemanjurannya terhadap patogen tertentu, kompatibilitas dengan permukaan dan peralatan, pertimbangan keselamatan, dan persyaratan peraturan. 59 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pertimbangkan untuk menggunakan disinfektan tingkat rumah sakit yang disetujui EPA untuk area berisiko tinggi di lingkungan layanan kesehatan atau lingkungan dengan risiko penularan penyakit menular yang lebih tinggi. 4. Teknik dan Peralatan Pembersihan Latih staf kebersihan tentang teknik pembersihan yang benar dan penggunaan peralatan untuk memastikan pembersihan menyeluruh dan efektif. Gunakan kain mikrofiber, kain pel, dan alat pembersih yang dirancang untuk menjebak dan menghilangkan kotoran dan mikroorganisme secara efektif. Terapkan sistem pembersihan berkode warna untuk mencegah kontaminasi silang antar area atau jenis permukaan berbeda. 5. Frekuensi Pembersihan Tetapkan jadwal pembersihan berdasarkan tingkat kontaminasi, pola penggunaan, dan kebutuhan fasilitas. Permukaan yang sering disentuh dan area yang sering digunakan mungkin memerlukan pembersihan dan disinfeksi lebih sering, sedangkan area yang jarang digunakan mungkin lebih jarang dibersihkan. 6. Kontrol dan Pemantauan Kualitas Menerapkan langkah-langkah pengendalian kualitas untuk memastikan bahwa protokol pembersihan diikuti secara konsisten dan efektif. Lakukan inspeksi, audit, atau pengambilan sampel lingkungan secara berkala untuk menilai kebersihan permukaan dan kepatuhan terhadap protokol pembersihan. 60 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Memberikan umpan balik dan pelatihan kepada staf kebersihan berdasarkan hasil inspeksi untuk mengatasi kekurangan dan meningkatkan kinerja. 7. Dokumentasi dan Pencatatan Menyimpan catatan aktivitas pembersihan yang akurat, termasuk jadwal pembersihan, produk pembersih yang digunakan, konsentrasi disinfektan, dan hasil inspeksi. Simpan catatan untuk kepatuhan terhadap peraturan, tujuan jaminan kualitas, dan dokumentasi upaya pembersihan. 8. Perbaikan terus-menerus Tinjau dan perbarui protokol dan praktik pembersihan secara berkala berdasarkan umpan balik, informasi baru, praktik terbaik, dan ancaman penyakit menular yang muncul. Mendorong komunikasi terbuka dan kolaborasi antara staf kebersihan, manajer fasilitas, petugas pencegahan infeksi, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan menerapkan tindakan perbaikan. Dengan menerapkan protokol dan praktik pembersihan yang komprehensif, organisasi dapat secara efektif mengurangi risiko penularan agen infeksi, menjaga lingkungan yang bersih dan aman, serta melindungi kesehatan dan kesejahteraan penghuni. Daftar Pustaka: • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. 61 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • • • • Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 62 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 7: Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mengacu pada bidang multidisiplin yang berkaitan dengan peningkatan dan perlindungan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja di berbagai industri dan tempat kerja. K3 mencakup serangkaian kegiatan, kebijakan, dan praktik yang bertujuan untuk mencegah cedera, penyakit, dan kematian akibat kerja, serta meningkatkan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Dengan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan kerja, pengusaha dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat yang melindungi pekerja dari bahaya, meningkatkan produktivitas dan semangat kerja, serta berkontribusi terhadap keberhasilan dan keberlanjutan organisasi. 7.1 Risiko paparan terhadap agen infeksius di tempat kerja Paparan agen infeksi di tempat kerja menimbulkan berbagai risiko bagi pekerja di berbagai industri, termasuk layanan kesehatan, pertanian, penelitian laboratorium, dan pengelolaan limbah. Risiko ini dapat terjadi akibat kontak langsung dengan bahan infeksius, seperti darah, cairan tubuh, atau permukaan yang terkontaminasi, serta melalui penghirupan, konsumsi, atau cedera yang tidak disengaja akibat benda tajam atau instrumen yang terkontaminasi. Berikut adalah beberapa risiko utama yang terkait dengan paparan agen infeksi di tempat kerja: 1. Risiko Kesehatan bagi Pekerja Penularan Penyakit Menular: Pekerja mungkin berisiko tertular penyakit menular akibat paparan patogen seperti bakteri, virus, 63 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL jamur, dan parasit. Contohnya adalah petugas layanan kesehatan yang tertular virus yang ditularkan melalui darah seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C melalui luka tertusuk jarum suntik atau paparan darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi. Infeksi Saluran Pernafasan: Pekerja di bidang kesehatan, pertanian, dan industri lainnya mungkin berisiko terkena infeksi saluran pernapasan akibat paparan patogen yang ditularkan melalui udara seperti virus influenza, bakteri tuberkulosis, atau virus pernapasan syncytial (RSV). Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak: Kontak dengan bahan infeksius atau permukaan yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi kulit dan jaringan lunak, termasuk infeksi bakteri seperti Staphylococcus aureus atau infeksi jamur seperti dermatofitosis (kurap). Infeksi Saluran Pencernaan: Pekerja yang terlibat dalam penanganan makanan, pengelolaan limbah, atau sanitasi mungkin berisiko terkena infeksi saluran cerna akibat paparan patogen fecal-oral seperti norovirus, Salmonella, atau Escherichia coli (E. coli). 2. Dampak Psikologis dan Emosional Ketakutan dan Kecemasan: Paparan agen infeksi di tempat kerja dapat menyebabkan ketakutan dan kecemasan di kalangan pekerja, terutama di lingkungan berisiko tinggi seperti fasilitas kesehatan selama wabah penyakit atau pandemi. Stres dan Kelelahan: Kewaspadaan dan kepatuhan terhadap protokol pengendalian infeksi dapat menyebabkan stres dan kelelahan di kalangan petugas kesehatan dan pekerja garis depan lainnya, sehingga berpengaruh kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. 64 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 3. Beban Keuangan dan Hilangnya Produktivitas Biaya Perawatan Kesehatan: Pekerja yang tertular penyakit menular mungkin harus mengeluarkan biaya perawatan kesehatan untuk diagnosis, pengobatan, dan perawatan lanjutan, sehingga menimbulkan tekanan finansial bagi pekerja dan pemberi kerja. Hari Kerja yang Hilang: Penyakit atau cedera akibat paparan agen infeksi di tempat kerja dapat menyebabkan ketidakhadiran, penurunan produktivitas, dan kecacatan sementara atau permanen, sehingga berdampak pada efisiensi tenaga kerja dan produktivitas organisasi. 4. Kepatuhan Hukum dan Peraturan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Pengusaha diwajibkan secara hukum untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi karyawannya dan mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk yang terkait dengan pencegahan paparan agen infeksi di tempat kerja. Persyaratan Pelaporan: Pengusaha mungkin diminta untuk melaporkan paparan, cedera, atau penyakit di tempat kerja kepada badan pengatur dan otoritas kesehatan, seperti Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) di Amerika Serikat. 5. Penularan ke Orang Lain Penularan Sekunder: Pekerja yang tertular penyakit menular melalui paparan di tempat kerja mungkin secara tidak sengaja menularkan penyakit tersebut ke anggota rumah tangga, rekan kerja, pasien, atau orang lain di masyarakat, sehingga menyebabkan kasus sekunder dan potensi wabah. Untuk memitigasi risiko paparan agen infeksi di tempat kerja, pengusaha harus menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi 65 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL yang komprehensif, memberikan pelatihan dan pendidikan yang sesuai kepada pekerja, memastikan akses terhadap alat pelindung diri (APD), mendorong kepatuhan terhadap tindakan pencegahan standar, dan menetapkan protokol untuk penanganan yang aman. dan pembuangan bahan infeksius. Selain itu, pekerja harus didorong untuk segera melaporkan paparan apa pun di tempat kerja agar dapat menerima evaluasi medis tepat waktu dan perawatan lanjutan yang tepat. 7.2 Cedera tertusuk jarum dan benda tajam Cedera tertusuk jarum dan benda tajam adalah cedera akibat kerja yang terjadi ketika petugas kesehatan atau personel lainnya secara tidak sengaja tertusuk atau terluka oleh jarum suntik, alat suntik, lanset, pisau bedah, atau alat kesehatan tajam lainnya. Cedera ini menimbulkan risiko besar terpapar patogen yang ditularkan melalui darah dan penyakit menular, termasuk virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), dan human immunodeficiency virus (HIV). Berikut poin-poin penting mengenai cedera tertusuk jarum dan benda tajam: 1. Penyebab: Cedera tertusuk jarum dan benda tajam dapat terjadi selama berbagai prosedur perawatan kesehatan, termasuk penyuntikan, pungsi vena, penjahitan, dan pembuangan jarum dan benda tajam bekas. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap cedera tertusuk jarum dan benda tajam termasuk pelatihan yang tidak memadai, penanganan atau pembuangan benda tajam yang tidak tepat, praktik kerja yang tidak aman, gangguan, dan kurangnya perangkat keselamatan yang sesuai. 66 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 2. Risiko Penularan Patogen Melalui Darah: Cedera tertusuk jarum suntik dan benda tajam menimbulkan risiko penularan patogen yang ditularkan melalui darah dari pasien sumber ke pekerja yang terluka. Patogen yang ditularkan melalui darah yang dapat ditularkan termasuk HBV, HCV, dan HIV, serta agen infeksi lainnya. Risiko penularan bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti jenis dan ukuran jarum atau benda tajam, kedalaman cedera, status infeksi dari pasien sumber, dan manajemen pasca pajanan yang diberikan kepada pekerja yang terluka. 3. Prevalensi dan Dampak: Cedera tertusuk jarum suntik dan benda tajam merupakan bahaya pekerjaan yang umum terjadi di fasilitas layanan kesehatan, dan berdampak pada jutaan petugas layanan kesehatan di seluruh dunia setiap tahunnya. Cedera ini dapat menimbulkan konsekuensi fisik, emosional, dan finansial yang signifikan bagi pekerja yang terkena dampak, termasuk risiko tertular infeksi yang ditularkan melalui darah, kebutuhan akan profilaksis atau pengobatan pasca pajanan (PEP) atau pengobatan, dan tekanan psikologis. 4. Strategi Pencegahan: Menerapkan pengendalian teknik, pengendalian administratif, dan pengendalian praktik kerja untuk mencegah cedera tertusuk jarum dan benda tajam. Pengendalian teknik mencakup penggunaan perangkat rekayasa keselamatan (SED) yang dirancang untuk mencegah cedera tertusuk jarum, seperti jarum yang dapat ditarik, sistem tanpa jarum, dan wadah pembuangan benda tajam dengan fitur keselamatan internal. 67 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pengendalian administratif mencakup kebijakan dan prosedur untuk penanganan, penggunaan, dan pembuangan jarum suntik dan benda tajam yang aman, serta pelatihan dan pendidikan bagi petugas kesehatan tentang praktik kerja yang aman. Pengendalian praktik kerja mencakup praktik seperti menghindari menutup kembali jarum, menggunakan teknik menutup kembali jarum dengan dua tangan, dan membuang benda tajam segera setelah digunakan ke dalam wadah benda tajam yang telah ditentukan. 5. Manajemen Pasca Paparan: Penatalaksanaan pasca pajanan yang cepat dan tepat sangat penting bagi pekerja yang mengalami cedera tertusuk jarum dan benda tajam untuk meminimalkan risiko penularan patogen melalui darah. Profilaksis pasca pajanan (PEP) mungkin direkomendasikan untuk patogen tertentu yang ditularkan melalui darah, seperti HBV, HCV, dan HIV, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis paparan, status penularan pasien sumber, dan status vaksinasi dan kekebalan pekerja. Pekerja harus segera melaporkan cedera tertusuk jarum dan benda tajam kepada penyelia mereka atau layanan kesehatan kerja untuk penilaian, pengobatan, dan perawatan lanjutan. Dengan menerapkan strategi pencegahan yang komprehensif dan memastikan manajemen pasca paparan yang cepat, fasilitas kesehatan dan tempat kerja lainnya dapat meminimalkan risiko cedera tertusuk jarum dan benda tajam, melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja, dan mendorong lingkungan kerja yang aman. 68 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 7.3 Pencegahan Covid 19 Mencegah penularan COVID-19 memerlukan kombinasi tindakan individu, tindakan kesehatan masyarakat, dan upaya komunitas untuk mengurangi penyebaran virus. Langkah-langkah pencegahan utama yang dapat dilakukan individu untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain dari COVID-19: 1. Vaksinasi Dapatkan vaksinasi terhadap COVID-19 segera setelah memenuhi syarat. Vaksinasi membantu melindungi individu dari penyakit parah, rawat inap, dan kematian, serta berkontribusi terhadap kekebalan komunitas, mengurangi penyebaran virus. 2. Penggunaan Masker Kenakan masker di tempat umum di dalam ruangan dan di luar ruangan yang ramai, terutama ketika jarak fisik tidak memungkinkan. Gunakan masker yang pas di hidung dan mulut serta memiliki banyak lapisan kain. 3. Kebersihan Tangan Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir minimal 20 detik, terutama setelah berada di tempat umum, menyentuh benda apa pun, atau batuk/bersin. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan dengan kandungan alkohol minimal 60%. 4. Jaga Jarak Sosial Fisik Pertahankan jarak sosial fisik (setidaknya 6 kaki) dari orang di luar rumah Anda, terutama di lingkungan yang ramai atau berventilasi buruk. Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit. 69 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 5. Menghindari Pertemuan Besar Hindari pertemuan dalam jumlah besar, terutama di dalam ruangan, karena risiko penularan COVID-19 lebih tinggi. Opsional untuk pertemuan virtual atau di luar ruangan jika memungkinkan. 6. Ventilasi Pastikan ruang dalam ruangan memiliki ventilasi yang baik dengan membuka jendela dan pintu jika memungkinkan atau menggunakan sistem penyaringan udara. Ventilasi yang baik membantu mengurangi konsentrasi partikel di udara, termasuk virus penyebab COVID-19. 7. Pembersihan dan Disinfeksi Bersihkan dan desinfeksi permukaan dan benda yang sering disentuh secara rutin, terutama di ruang bersama seperti rumah, tempat kerja, sekolah, dan transportasi umum. 8. Tinggal di Rumah Saat Sakit Tetap di rumah dan isolasi diri jika Anda merasa tidak sehat, mengalami gejala COVID-19, atau dinyatakan positif COVID-19. Ikuti pedoman kesehatan setempat untuk isolasi dan karantina. 9. Pengujian RAT Test Lakukan tes COVID-19 jika Anda memiliki gejala, pernah terpapar dengan seseorang yang mengidap COVID-19, atau diharuskan menjalani tes untuk perjalanan atau tujuan lainnya. Ikuti pedoman setempat untuk pengujian dan karantina. 10. Ikuti Pedoman Kesehatan Masyarakat Tetap terinformasi tentang tingkat penularan COVID-19 setempat, rekomendasi kesehatan masyarakat, dan pedoman dari sumber tepercaya seperti Pusat Pengendalian dan 70 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pencegahan Penyakit (CDC), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan departemen kesehatan setempat. 11. Tindakan Pencegahan Perjalanan Patuhi nasihat dan pembatasan perjalanan, dan lakukan tindakan pencegahan seperti memakai masker, menjaga kebersihan tangan, dan menghindari tempat keramaian saat bepergian. Pertimbangkan status vaksinasi COVID-19 dan persyaratan pengujian di destinasi Anda. 12. Tetap Diperbarui Tetap terinformasi tentang pembaruan dan perkembangan terkait COVID-19, termasuk varian baru, vaksin, pengobatan, dan panduan kesehatan masyarakat. Ikuti sumber informasi tepercaya untuk membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan dan keselamatan Anda. Dengan mempraktikkan langkah-langkah pencegahan ini secara konsisten dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama, setiap individu dapat membantu mengurangi penyebaran COVID-19, melindungi populasi rentan, dan berkontribusi pada upaya pengendalian pandemi. 7.4 Terkena Patogen yang Ditularkan melalui Darah Paparan patogen yang ditularkan melalui darah terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan darah atau bahan berpotensi menular lainnya (OPIM) yang mungkin mengandung patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen yang ditularkan melalui darah adalah mikroorganisme, seperti virus dan bakteri, yang dapat ditularkan melalui darah atau cairan tubuh tertentu dan menyebabkan infeksi pada manusia. 71 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Patogen yang paling umum ditularkan melalui darah yang menjadi perhatian termasuk virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), dan human immunodeficiency virus (HIV). Berikut gambaran paparan patogen yang ditularkan melalui darah: 1. Mode Paparan: Cedera tertusuk jarum atau luka benda tajam: Luka tusuk atau sayatan yang tidak disengaja akibat jarum suntik, alat suntik, lanset, atau benda tajam lainnya yang terkontaminasi darah atau OPIM. Paparan selaput lendir: Kontak darah atau OPIM dengan selaput lendir mata, hidung, atau mulut. Paparan kulit tidak utuh: Kontak darah atau OPIM dengan kulit rusak, luka, lecet, atau dermatitis. 2. Risiko Pekerjaan: Petugas kesehatan: Perawat, dokter, teknisi laboratorium, dan petugas kesehatan lainnya berisiko terkena paparan patogen yang ditularkan melalui darah karena seringnya mereka melakukan kontak dengan darah dan cairan tubuh selama aktivitas perawatan pasien. Responden pertama: Teknisi medis darurat (EMT), paramedis, petugas pemadam kebakaran, dan petugas penegak hukum mungkin menemukan darah dan cairan tubuh di lokasi kecelakaan atau selama intervensi medis darurat. Pekerja laboratorium: Teknisi dan peneliti yang bekerja dengan darah, sampel jaringan, atau bahan biologis lainnya di laboratorium mungkin terpapar patogen yang ditularkan melalui darah melalui tumpahan yang tidak disengaja atau kesalahan penanganan spesimen. 72 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 3. Konsekuensi Paparan: Risiko infeksi: Paparan patogen yang ditularkan melalui darah membawa risiko tertular penyakit menular seperti hepatitis B, hepatitis C, atau HIV. Risiko penularan bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti jenis patogen, rute paparan, jumlah darah yang terlibat, dan manajemen pasca paparan yang diberikan. Dampak emosional dan psikologis: Mengalami paparan patogen yang ditularkan melalui darah dapat menyusahkan dan dapat menyebabkan kecemasan, ketakutan, dan stres pada individu yang terkena dampak. Perawatan tindak lanjut yang cepat dan suportif sangat penting untuk mengatasi masalah emosional dan psikologis. 4. Pencegahan dan Penatalaksanaan Pasca Paparan: Pengendalian teknik: Penggunaan perangkat yang dirancang untuk keselamatan, seperti sistem tanpa jarum dan jarum yang dapat ditarik, untuk meminimalkan risiko cedera tertusuk jarum. Pengendalian administratif: Penerapan kebijakan dan prosedur untuk praktik kerja yang aman, penanganan benda tajam, dan pembuangan bahan yang terkontaminasi. Alat pelindung diri (APD): Penggunaan sarung tangan, gaun pelindung, masker, dan pelindung mata untuk mengurangi risiko paparan darah dan OPIM. Profilaksis pasca pajanan (PEP): Evaluasi dan penanganan segera terhadap paparan patogen yang ditularkan melalui darah, termasuk penilaian status infeksi pasien sumber, profilaksis pasca pajanan dengan obat antivirus (misalnya, untuk HIV dan HBV), serta pengujian lanjutan dan pemantauan penyakit. individu yang terpapar. Paparan patogen yang ditularkan melalui darah merupakan bahaya pekerjaan serius yang memerlukan strategi pencegahan proaktif, 73 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL kepatuhan terhadap praktik pengendalian infeksi, dan manajemen pasca pajanan yang cepat untuk melindungi kesehatan dan keselamatan petugas kesehatan dan individu berisiko lainnya. 7.5 Penanganan Patogen yang Ditularkan Melalui Darah Pasca Pajanan Mengelola pasca-paparan terhadap patogen yang ditularkan melalui darah melibatkan serangkaian langkah untuk menilai risiko infeksi, memberikan perawatan medis yang tepat, dan menindaklanjuti individu yang terpapar untuk meminimalkan risiko penularan. Berikut ini ikhtisar proses manajemen: 1. Penilaian Cepat Segera setelah paparan patogen yang ditularkan melalui darah, individu yang terpapar harus mencari evaluasi medis dari penyedia layanan kesehatan atau profesional kesehatan kerja. Penilaian tersebut harus mencakup dokumentasi insiden paparan: • 2. Termasuk jenis paparannya (misalnya cedera tertusuk jarum, paparan selaput lendir). • Sumber paparan (jika diketahui). • Keadaan sekitar kejadian tersebut. Resiko Penularan Penyedia layanan kesehatan akan menilai risiko penularan berdasarkan faktor-faktor seperti: • • • Jenis dan tingkat keparahan paparan. Status infeksi pasien sumber (jika diketahui). Kerentanan individu yang terpajan (misalnya, status imunisasi terhadap hepatitis B). 74 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Penilaian risiko mungkin melibatkan evaluasi kemungkinan penularan patogen tertentu yang ditularkan melalui darah, seperti HIV, virus hepatitis B (HBV), dan virus hepatitis C (HCV), berdasarkan faktor-faktor seperti viral load, volume darah yang terlibat, dan keberadaan virus. koinfeksi. 3. Profilaksis Pasca Pajanan (PEP): Tergantung pada penilaian risiko dan pedoman yang ditetapkan, individu yang terpajan dapat diberikan profilaksis pasca pajanan (PEP) untuk mengurangi risiko infeksi. PEP mungkin termasuk: • • • Obat antivirus. Status Imunisasi (misalnya vaksin hepatitis B). Atau tindakan pencegahan lain yang disesuaikan dengan patogen spesifik yang ditularkan melalui darah yang menjadi perhatian. Keputusan untuk memulai PEP harus dibuat segera, idealnya dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah paparan, untuk memaksimalkan efektivitasnya. 4. Pengujian dan Pemantauan Tindak Lanjut: Individu yang terpajan dapat menjalani tes awal untuk mengetahui patogen yang ditularkan melalui darah, termasuk HIV, HBV, dan HCV, untuk menentukan status pra-paparan mereka. Tes tindak lanjut mungkin disarankan pada interval setelah paparan untuk memantau serokonversi atau perkembangan infeksi. Pemantauan dapat mencakup kunjungan tindak lanjut medis secara rutin, pengujian laboratorium (misalnya serologi, tes viral load), dan konseling untuk mengatasi kekhawatiran atau pertanyaan apa pun tentang potensi infeksi. 75 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 5. Konseling dan Dukungan: Individu yang terpapar harus menerima konseling dan dukungan dari penyedia layanan kesehatan atau profesional terlatih untuk mengatasi masalah emosional, psikologis, dan praktis terkait dengan insiden paparan. Konseling dapat mencakup informasi tentang risiko penularan, pentingnya kepatuhan terhadap PEP dan perawatan lanjutan, serta strategi untuk mengatasi stres dan kecemasan. 6. Dokumentasi dan Pelaporan: Penyedia layanan kesehatan harus mendokumentasikan semua aspek kejadian paparan, termasuk penilaian risiko, evaluasi medis, rekomendasi PEP, hasil pengujian lanjutan, dan intervensi apa pun yang diberikan. Peraturan kesehatan dan keselamatan kerja mungkin mengharuskan pelaporan paparan patogen yang ditularkan melalui darah kepada badan pengatur atau pemberi kerja untuk tujuan pencatatan dan pengawasan. Mengelola pasca-paparan terhadap patogen yang ditularkan melalui darah memerlukan pendekatan yang terkoordinasi dan multidisiplin yang melibatkan penyedia layanan kesehatan, profesional kesehatan kerja, dan pemberi kerja untuk memastikan penilaian yang tepat waktu, pengobatan yang tepat, dan dukungan berkelanjutan bagi individu yang terpapar. Dengan mengikuti protokol dan pedoman yang ditetapkan, fasilitas kesehatan dan tempat kerja dapat meminimalkan risiko penularan dan melindungi kesehatan dan keselamatan personelnya. 76 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 7.6 Protokol pengendalian infeksi di tempat kerja Protokol pengendalian infeksi di tempat kerja adalah prosedur dan praktik komprehensif yang diterapkan di berbagai tempat kerja untuk mencegah penularan penyakit menular di antara karyawan, pelanggan, pengunjung, dan orang lain di tempat kerja. Protokolprotokol ini bertujuan untuk meminimalkan risiko paparan terhadap agen infeksi dan mendukung lingkungan kerja yang aman dan sehat. Berikut adalah komponen utama protokol pengendalian infeksi di tempat kerja: 1. Penilaian Risiko dan Identifikasi Bahaya Melakukan penilaian risiko dan identifikasi bahaya secara menyeluruh untuk mengidentifikasi potensi sumber risiko infeksi dan penularan di tempat kerja. Hal ini termasuk menilai sifat aktivitas kerja, interaksi dengan orang lain, dan faktor lingkungan yang mungkin berkontribusi terhadap penyebaran penyakit menular. 2. Pengembangan Kebijakan dan Prosedur Pengendalian Infeksi Menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian infeksi tertulis yang menguraikan langkah-langkah khusus untuk mencegah penularan penyakit menular di tempat kerja. Hal ini dapat mencakup protokol kebersihan tangan, kebersihan pernapasan, pembersihan dan disinfeksi, penggunaan alat pelindung diri (APD), dan pembatasan jarak fisik. 3. Promosi Praktik Kebersihan Tangan Mempromosikan praktik kebersihan tangan secara teratur di kalangan karyawan melalui pendidikan, pelatihan, dan penyediaan fasilitas cuci tangan dan pembersih tangan berbahan dasar alkohol. Mendorong karyawan untuk sering mencuci tangan dengan sabun dan air selama minimal 20 detik, terutama 77 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL setelah menggunakan kamar kecil, sebelum makan, dan setelah batuk atau bersin. 4. Kebersihan Pernapasan dan Etiket Batuk Mendidik karyawan tentang kebersihan pernapasan dan etika batuk untuk mencegah penyebaran infeksi saluran pernapasan. Mendorong karyawan untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku ketika batuk atau bersin, dan membuang tisu bekas dengan benar. 5. Protokol Pembersihan dan Disinfeksi Menerapkan protokol pembersihan dan disinfeksi secara berkala pada permukaan yang sering disentuh, area umum, peralatan bersama, dan barang-barang lain yang sering digunakan di tempat kerja. Gunakan disinfektan yang disetujui EPA yang efektif melawan SARS-CoV-2 dan patogen lainnya, dan pastikan pembersihan menyeluruh pada semua permukaan sesuai dengan protokol yang ditetapkan. 6. Tindakan Jarak Fisik Menerapkan tindakan menjaga jarak fisik di tempat kerja untuk mengurangi kontak dekat dan meminimalkan risiko penularan penyakit menular. Hal ini dapat mencakup menata ulang ruang kerja, memasang pembatas atau partisi, membatasi jumlah penghuni di ruang bersama, dan mengubah jadwal atau shift kerja. 7. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Menyediakan APD yang sesuai, seperti masker, sarung tangan, dan pelindung mata, kepada karyawan berdasarkan tugas pekerjaan mereka dan tingkat risiko paparan terhadap agen infeksi. Pastikan pelatihan yang tepat tentang penggunaan, pelepasan, dan pembuangan APD untuk meminimalkan risiko kontaminasi dan paparan. 78 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 8. Pemeriksaan dan Pemantauan Kesehatan Menerapkan tindakan pemeriksaan kesehatan, seperti pemeriksaan suhu dan pemeriksaan gejala, bagi karyawan, pelanggan, dan pengunjung yang memasuki tempat kerja. Mendorong karyawan untuk tinggal di rumah jika mereka sakit atau mengalami gejala penyakit, dan memberikan panduan dalam mencari perawatan medis dan tes jika diperlukan. 9. Komunikasi dan Pendidikan Berkomunikasi secara teratur dengan karyawan, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya tentang protokol pengendalian infeksi, pembaruan, dan praktik terbaik. Memberikan informasi yang jelas dan ringkas melalui berbagai saluran, seperti poster, email, rapat, dan sesi pelatihan. 10. Pemantauan dan Evaluasi Kepatuhan Memantau kepatuhan terhadap protokol pengendalian infeksi dan mengevaluasi efektivitasnya dalam mencegah penularan penyakit menular di tempat kerja. Melakukan audit, inspeksi, dan mekanisme umpan balik secara berkala untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan menerapkan tindakan perbaikan sesuai kebutuhan. Dengan menerapkan protokol pengendalian infeksi di tempat kerja, pemberi kerja dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, mengurangi risiko penularan di antara karyawan, dan berkontribusi terhadap kesejahteraan dan produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan. Daftar Pustaka: • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection 79 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • • • • prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 80 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 8: Persyaratan dan Pedoman Peraturan Persyaratan dan pedoman peraturan mengacu pada undang-undang, peraturan, standar, dan rekomendasi yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah, badan pengatur, organisasi profesi, dan kelompok industri untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan spesifik dan mendorong praktik terbaik di berbagai bidang. Persyaratan dan pedoman ini berfungsi untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat, serta mengatur praktik industri, produk, dan layanan. Persyaratan dan pedoman peraturan memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat, memastikan kualitas dan keandalan produk dan layanan, serta mendorong praktik yang etis dan bertanggung jawab di berbagai sektor dan industri. 8.1 Ikhtisar badan pengatur Badan pengatur adalah organisasi pemerintah atau non-pemerintah yang bertanggung jawab untuk menetapkan dan menegakkan peraturan, standar, pedoman, dan kebijakan untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat di bidang atau sektor tertentu. Badan-badan ini memainkan peran penting dalam memantau, mengawasi, dan mengatur berbagai aspek masyarakat, termasuk layanan kesehatan, keamanan pangan, perlindungan lingkungan, keselamatan tempat kerja, produk konsumen, dan banyak lagi. 81 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 1. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC): CDC adalah badan kesehatan masyarakat nasional yang berbasis di Amerika Serikat, beroperasi di bawah Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS). Badan ini bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat dengan mengendalikan dan mencegah penyebaran penyakit menular, penyakit kronis, cedera, dan ancaman kesehatan lainnya. CDC melakukan penelitian, memberikan informasi dan pendidikan kesehatan, dan mengembangkan pedoman dan rekomendasi untuk pencegahan dan pengendalian penyakit. 2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO): WHO adalah badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat internasional. Badan ini mengoordinasikan inisiatif kesehatan global, memberikan kepemimpinan dalam masalah kesehatan, menetapkan standar kesehatan internasional, dan mendorong kerja sama antar negara untuk mengatasi tantangan kesehatan. WHO berfokus pada pencegahan penyakit, promosi kesehatan, tanggap darurat, dan penguatan sistem kesehatan di seluruh dunia. 3. Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA): FDA adalah badan pengatur di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat (HHS). Badan ini bertanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengatur keamanan, kemanjuran, dan kualitas makanan, obat-obatan, peralatan medis, vaksin, biologi, kosmetik, dan produk tembakau. 82 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL FDA meninjau dan menyetujui produk baru, memantau keamanan produk, menegakkan peraturan, dan memberikan informasi dan panduan kepada konsumen dan industri. 4. Badan Perlindungan Lingkungan (EPA): EPA adalah badan federal di Amerika Serikat yang bertanggung jawab melindungi kesehatan manusia dan lingkungan. Ini menetapkan dan menegakkan peraturan dan standar yang berkaitan dengan kualitas udara, kualitas air, pengelolaan limbah berbahaya, pestisida, bahan kimia, dan pencemaran lingkungan. EPA melakukan penelitian, memantau kondisi lingkungan, dan berkolaborasi dengan pemerintah negara bagian dan lokal, industri, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengatasi tantangan lingkungan. 5. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA): OSHA adalah lembaga federal di Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang bertanggung jawab untuk memastikan kondisi kerja yang aman dan sehat bagi para pekerja. Badan ini menetapkan dan menegakkan standar keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, melakukan inspeksi, memberikan pelatihan dan pendidikan, dan mendorong kepatuhan pemberi kerja terhadap peraturan untuk mencegah cedera, penyakit, dan kematian di tempat kerja. 6. Badan Obat Eropa (EMA): EMA adalah badan Uni Eropa yang bertanggung jawab atas evaluasi dan pengawasan obat-obatan untuk penggunaan manusia dan hewan. Ini menilai keamanan, kemanjuran, dan kualitas produk obat, termasuk obat-obatan, biologi, dan obatobatan herbal, dan memberikan izin edar untuk produk yang ditujukan untuk pasar UE. 83 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL EMA juga memantau keamanan obat-obatan pasca-persetujuan dan memberikan nasihat ilmiah kepada pihak berwenang dan industri. 7. Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA): EFSA adalah badan Uni Eropa yang bertanggung jawab untuk memberikan nasihat ilmiah independen dan penilaian risiko mengenai keamanan pangan dan gizi. Ini mengevaluasi keamanan bahan tambahan makanan, pestisida, kontaminan, organisme hasil rekayasa genetika (GMO), dan zat lain dalam rantai makanan. Penilaian EFSA menginformasikan peraturan dan kebijakan UE terkait keamanan pangan dan perlindungan konsumen. Ini hanyalah beberapa contoh badan pengatur yang terlibat dalam melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat di tingkat nasional, internasional, dan regional. Badan pengatur memainkan peran penting dalam menetapkan dan menegakkan peraturan untuk mengatasi ancaman kesehatan yang muncul, memastikan keamanan dan kualitas produk, serta meningkatkan kesejahteraan individu dan komunitas. 8.2 Standar dan pedoman pengendalian infeksi Standar dan pedoman pengendalian infeksi ditetapkan oleh badan pengatur, organisasi profesi, dan otoritas kesehatan masyarakat untuk memastikan penerapan praktik terbaik dalam mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit menular di rangkaian layanan kesehatan, serta lingkungan lain di mana pengendalian infeksi diperlukan. Standar dan pedoman IPC ini memberikan rekomendasi, persyaratan, dan protokol untuk berbagai aspek pengendalian infeksi, termasuk 84 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL kebersihan tangan, pembersihan lingkungan, penggunaan alat pelindung diri (APD), dan tindakan pencegahan berbasis penularan. Berikut adalah beberapa contoh standar dan pedoman pengendalian infeksi: 1. Pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC): CDC menerbitkan pedoman dan rekomendasi untuk pengendalian infeksi di rangkaian layanan kesehatan melalui Komite Penasihat Praktik Pengendalian Infeksi Layanan Kesehatan (HICPAC). Pedoman ini mencakup berbagai topik, termasuk kebersihan tangan, pembersihan dan disinfeksi lingkungan, keselamatan penyuntikan, tindakan pencegahan isolasi, dan keselamatan petugas kesehatan. 2. Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO): WHO memberikan pedoman dan rekomendasi global untuk pencegahan dan pengendalian infeksi di layanan kesehatan, komunitas, dan lingkungan lainnya. Pedoman ini membahas topik-topik seperti kebersihan tangan, keamanan suntikan, pengelolaan limbah, sanitasi air, dan pembersihan lingkungan. 3. Standar Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA): OSHA menetapkan dan menegakkan standar keselamatan dan kesehatan kerja di Amerika Serikat. Standar Patogen yang Ditularkan Melalui Darah OSHA (29 CFR 1910.1030) mengharuskan pemberi kerja untuk menerapkan langkahlangkah untuk melindungi pekerja dari paparan darah dan bahan yang berpotensi menular lainnya di tempat kerja, termasuk penggunaan APD, pengendalian teknik, dan pengendalian praktik kerja. 85 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 4. Pengendalian Infeksi di Pengaturan Gigi: CDC dan Organisasi untuk Keselamatan, Asepsis dan Pencegahan (OSAP) memberikan pedoman untuk pengendalian infeksi di bidang kedokteran gigi, membahas topik-topik seperti kebersihan tangan, sterilisasi dan desinfeksi instrumen gigi, dan pengelolaan saluran air unit gigi. 5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Perawatan Jangka Panjang: CDC dan organisasi lain memberikan pedoman untuk pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas perawatan jangka panjang, panti jompo, dan fasilitas tempat tinggal berbantuan. Pedoman ini membahas strategi untuk mencegah infeksi terkait layanan kesehatan, meningkatkan keselamatan penduduk, dan menerapkan praktik pengendalian infeksi yang disesuaikan dengan lingkungan perawatan jangka panjang. 6. Pedoman Pencegahan Infeksi Tempat Bedah: Berbagai organisasi, termasuk Surgical Infection Society (SIS) dan American College of Surgeons (ACS), menerbitkan pedoman untuk mencegah infeksi lokasi bedah (SSI) dalam lingkungan bedah dan perioperatif. Pedoman ini memberikan rekomendasi praktik pra operasi, intra operasi, dan pasca operasi untuk mengurangi risiko SSI. 7. Pengendalian Infeksi di Lingkungan Komunitas: Pedoman pengendalian infeksi di lingkungan masyarakat, sekolah, fasilitas penitipan anak, dan tempat non-layanan kesehatan lainnya disediakan oleh organisasi seperti CDC dan departemen kesehatan setempat. 86 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pedoman ini berfokus pada peningkatan kebersihan tangan, etika pernapasan, pembersihan dan disinfeksi, serta tindakan pencegahan lainnya untuk mengurangi penyebaran penyakit menular. 8. Pengendalian Infeksi di Layanan Kesehatan Rumah: CDC dan organisasi lain menawarkan pedoman pengendalian infeksi di lingkungan layanan kesehatan di rumah, menangani praktik bagi perawat, pasien, dan anggota keluarga untuk mencegah penularan infeksi di lingkungan rumah. Ini hanyalah beberapa contoh standar dan pedoman pengendalian infeksi yang dikembangkan oleh berbagai organisasi untuk mempromosikan praktik terbaik dan mengurangi penularan penyakit menular di berbagai lingkungan. Penting bagi penyedia layanan kesehatan, pemberi kerja, dan individu untuk tetap mendapat informasi tentang pedoman dan rekomendasi terkini untuk memastikan langkah-langkah pengendalian infeksi yang efektif diterapkan. 8.2 Inisiatif peningkatan kepatuhan dan kualitas Pengendalian dan pencegahan infeksi tidak hanya bergantung pada pengetahuan dan keterampilan individu, tetapi juga pada kepatuhan dan penerapan standar kualitas yang konsisten di seluruh organisasi kesehatan. 87 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Berikut adalah beberapa inisiatif yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kepatuhan dan kualitas dalam pengendalian dan pencegahan infeksi: 1. 2. 3. 4. Pelatihan Berkelanjutan dan Edukasi: • Pelatihan Rutin: Menyelenggarakan pelatihan rutin dan lokakarya untuk semua staf kesehatan tentang praktik terbaik dalam pengendalian infeksi. • Modul Edukasi Online: Mengembangkan modul edukasi online yang dapat diakses kapan saja oleh tenaga kesehatan untuk memperbarui pengetahuan mereka. • Simulasi dan Drills: Mengadakan simulasi dan latihan rutin untuk memastikan kesiapan dalam menangani situasi wabah atau insiden infeksi. Audit dan Umpan Balik: • Audit Kepatuhan: Melakukan audit kepatuhan secara berkala untuk menilai sejauh mana prosedur pengendalian infeksi diikuti dan diimplementasikan. • Sistem Umpan Balik: Menerapkan sistem umpan balik yang memungkinkan staf untuk memberikan dan menerima masukan tentang praktik pengendalian infeksi. Pengembangan Kebijakan dan Prosedur: • Panduan Praktik Terbaik: Mengembangkan dan memperbarui panduan praktik terbaik berdasarkan bukti terbaru dan rekomendasi dari lembaga seperti CDC dan WHO. • Protokol Tindakan Cepat: Menerapkan protokol tindakan cepat untuk menangani kasus-kasus darurat yang melibatkan infeksi. Penggunaan Teknologi: • Sistem Pemantauan Elektronik: Memanfaatkan sistem pemantauan elektronik untuk melacak kepatuhan terhadap kebersihan tangan dan penggunaan APD. 88 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • 5. 6. 7. Aplikasi Mobile: Menggunakan aplikasi mobile untuk memberikan akses cepat ke panduan pengendalian infeksi dan prosedur tanggap darurat. Kampanye Kesadaran: • Kampanye Internal: Meluncurkan kampanye kesadaran internal yang menekankan pentingnya pengendalian infeksi dan peran setiap individu dalam menjaga lingkungan kesehatan yang aman. • Poster dan Materi Edukasi: Menyebarkan poster, brosur, dan materi edukasi di seluruh fasilitas kesehatan untuk mengingatkan staf tentang praktik pengendalian infeksi yang benar. Partisipasi Aktif dan Kolaborasi: • Tim Pengendalian Infeksi: Membentuk tim pengendalian infeksi yang terdiri dari perwakilan berbagai departemen untuk mengawasi dan mengkoordinasikan upaya pengendalian infeksi. • Kolaborasi Antar Departemen: Mendorong kolaborasi antar departemen untuk berbagi pengetahuan, sumber daya, dan praktik terbaik dalam pengendalian infeksi. Motivasi dan Penghargaan: • Penghargaan Kepatuhan: Memberikan penghargaan kepada departemen atau individu yang menunjukkan tingkat kepatuhan tinggi terhadap protokol pengendalian infeksi. • Inisiatif Motivasi: Mengembangkan inisiatif motivasi yang mendorong staf untuk terus meningkatkan praktik pengendalian infeksi mereka. Dengan mengimplementasikan inisiatif-inisiatif ini, organisasi kesehatan dapat memastikan bahwa standar pengendalian dan pencegahan infeksi dijaga dengan baik, kepatuhan staf meningkat, dan kualitas pelayanan kesehatan ditingkatkan secara keseluruhan. 89 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Hal ini akan menghasilkan lingkungan yang lebih aman bagi pasien dan tenaga kesehatan serta mencegah penyebaran infeksi secara efektif. Daftar Pustaka: • • • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 90 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 9: Pengendalian Infeksi dalam Pengaturan Khusus 9.1 Pengendalian infeksi di fasilitas perawatan jangka panjang Pengendalian infeksi di fasilitas perawatan jangka panjang (LTCF) sangat penting untuk melindungi kesehatan dan keselamatan penghuni, staf, dan pengunjung, serta mencegah penyebaran penyakit menular di fasilitas tersebut. LTCF, termasuk panti jompo, fasilitas tempat tinggal berbantuan, dan fasilitas perawatan terampil, melayani populasi rentan yang mungkin berisiko lebih tinggi terkena infeksi karena usia, kondisi medis yang mendasarinya, dan tempat tinggal yang dekat. Berikut adalah aspek-aspek penting dalam pengendalian infeksi di LTCF: 1. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi: LTCF harus mempunyai program pencegahan dan pengendalian infeksi yang diawasi oleh tim atau tim pencegahan infeksi yang ditunjuk. Program ini harus mencakup kebijakan, prosedur, dan protokol untuk mencegah dan mengelola penyakit menular, serta pelatihan dan pendidikan staf mengenai praktik pengendalian infeksi. 2. Kebersihan Tangan: Kebersihan tangan sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi di LTCF. Staf, penghuni, dan pengunjung harus rutin mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbahan alkohol, terutama sebelum dan 91 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL sesudah memberikan perawatan, menangani makanan, dan menggunakan kamar kecil. 3. Kebersihan Pernapasan dan Etiket Batuk: LTCF harus mempromosikan kebersihan pernafasan dan etika batuk di kalangan penghuni, staf, dan pengunjung. Hal ini termasuk menutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku saat batuk atau bersin, membuang tisu bekas dengan benar, dan melakukan kebersihan tangan setelahnya. 4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Staf LTCF harus menggunakan APD yang sesuai, seperti sarung tangan, baju pelindung, masker, dan pelindung mata, ketika memberikan perawatan kepada warga yang diketahui atau diduga mengidap penyakit menular. APD harus digunakan sesuai dengan kebijakan dan pedoman fasilitas. 5. Pembersihan dan Disinfeksi: Pembersihan rutin dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh, area umum, ruang residen, dan peralatan medis sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi di LTCF. Protokol pembersihan lingkungan harus mengikuti pedoman berbasis bukti dan menggunakan disinfektan yang disetujui EPA. 6. Pengelolaan sampah: Pengelolaan dan pembuangan limbah yang tepat, termasuk limbah medis, linen kotor, dan sampah, penting untuk mencegah penularan infeksi. LTCF harus memiliki protokol untuk menangani dan membuang limbah dengan aman dan tepat. 7. Pengawasan Infeksi dan Manajemen Wabah: LTCF harus terus melakukan pengawasan terhadap penyakit menular, memantau tanda dan gejala wabah, dan segera melaporkan dugaan wabah kepada otoritas kesehatan setempat. 92 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Jika terjadi wabah, LTCF harus menerapkan langkah-langkah pengendalian wabah, seperti mengumpulkan penduduk, membatasi kunjungan, dan menerapkan tindakan pencegahan pengendalian infeksi yang ditingkatkan untuk menahan penyebaran infeksi. 8. Pelatihan dan Pendidikan Staf: Semua anggota staf harus menerima pelatihan dan pendidikan mengenai praktik pengendalian infeksi, termasuk kebersihan tangan, penggunaan APD, kewaspadaan standar, dan manajemen wabah. Pelatihan harus diberikan secara teratur dan disesuaikan dengan peran dan tanggung jawab pekerjaan tertentu. 9. Kebijakan dan Penyaringan Pengunjung: LTCF dapat menerapkan kebijakan pengunjung dan langkahlangkah penyaringan untuk meminimalkan risiko masuknya penyakit menular ke dalam fasilitas. Hal ini dapat mencakup pembatasan pengunjung selama wabah, pemeriksaan gejala saat masuk, dan persyaratan untuk memakai masker dan melakukan kebersihan tangan. 10. Imunisasi: LTCF harus mempromosikan imunisasi di kalangan penduduk dan staf untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, seperti influenza dan penyakit pneumokokus. Kampanye vaksinasi influenza tahunan bagi warga dan staf sangat penting untuk mengurangi risiko wabah flu. Pengendalian infeksi di LTCF memerlukan pendekatan komprehensif dan multidisiplin yang menjawab kebutuhan dan tantangan unik di lingkungan ini. Dengan menerapkan praktik berbasis bukti, menumbuhkan budaya pencegahan infeksi, dan mendorong kolaborasi antar staf, penghuni, keluarga, dan mitra eksternal, LTCF dapat secara efektif mengurangi 93 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL risiko infeksi dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan penghuni dan staf. 9.2 Pengendalian infeksi di tempat perawatan rawat jalan Pengendalian infeksi di tempat pelayanan rawat jalan, seperti klinik rawat jalan, pusat perawatan darurat, dan kantor dokter, sangat penting untuk mencegah penularan penyakit menular di antara pasien, staf, dan pengunjung. Tempat perawatan rawat jalan menyediakan berbagai layanan kesehatan bagi individu dengan berbagai tingkat penyakit dan kebutuhan medis, sehingga praktik pencegahan dan pengendalian infeksi menjadi penting untuk menjaga lingkungan yang aman dan higienis. Berikut adalah aspek-aspek kunci pengendalian infeksi di tempat perawatan rawat jalan: 1. Kebersihan Tangan: Kebersihan tangan merupakan hal mendasar dalam pengendalian infeksi di fasilitas rawat jalan. Penyedia layanan kesehatan, staf, pasien, dan pengunjung harus melakukan kebersihan tangan menggunakan sabun dan air atau pembersih tangan berbahan dasar alkohol sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, setelah menyentuh permukaan, dan setelah melepas sarung tangan. 2. Kebersihan Pernapasan dan Etiket Batuk: Tempat pelayanan rawat jalan harus meningkatkan kebersihan pernapasan dan etika batuk di antara pasien, staf, dan pengunjung. Hal ini termasuk menutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku saat batuk atau bersin, membuang tisu bekas dengan benar, dan melakukan kebersihan tangan setelahnya. 94 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Penyedia layanan kesehatan dan staf harus menggunakan APD yang sesuai, seperti sarung tangan, masker, baju pelindung, dan pelindung mata, ketika memberikan perawatan kepada pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit menular. APD harus digunakan sesuai dengan kebijakan dan pedoman fasilitas. 4. Pembersihan dan Disinfeksi: Pembersihan rutin dan desinfeksi permukaan yang sering disentuh, peralatan medis, ruang tunggu, dan toilet penting untuk mencegah penyebaran infeksi di tempat perawatan rawat jalan. Protokol pembersihan lingkungan harus mengikuti pedoman berbasis bukti dan menggunakan disinfektan yang disetujui EPA. 5. Alur Pasien dan Tindakan Jarak: Tempat layanan rawat jalan dapat menerapkan strategi untuk meminimalkan kepadatan dan menjaga jarak fisik antar pasien di ruang tunggu, ruang tunggu, dan ruang pemeriksaan. Hal ini dapat mencakup penjadwalan janji temu untuk mengurangi waktu tunggu, mengatur jarak tempat duduk, dan menggunakan penghalang atau pembatas jika diperlukan. 6. Pengelolaan sampah: Pengelolaan dan pembuangan limbah yang tepat, termasuk limbah medis, benda tajam, dan bahan berbahaya hayati, sangat penting untuk mencegah penularan infeksi. Tempat perawatan rawat jalan harus mempunyai protokol untuk menangani dan membuang limbah dengan aman dan tepat. 7. Pengawasan Infeksi dan Manajemen Wabah: Tempat layanan rawat jalan harus melakukan pengawasan berkelanjutan terhadap penyakit menular, memantau tanda dan 95 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL gejala wabah, dan segera melaporkan dugaan wabah kepada otoritas kesehatan setempat. Jika terjadi wabah, layanan rawat jalan harus menerapkan langkah-langkah pengendalian wabah, seperti peningkatan pembersihan dan disinfeksi, pengelompokan pasien, dan penerapan protokol skrining dan triase untuk menahan penyebaran infeksi. 8. Pelatihan dan Pendidikan Staf: Semua anggota staf harus menerima pelatihan dan pendidikan mengenai praktik pengendalian infeksi, termasuk kebersihan tangan, penggunaan APD, kewaspadaan standar, dan manajemen wabah. Pelatihan harus diberikan secara teratur dan disesuaikan dengan peran dan tanggung jawab pekerjaan tertentu. 9. Kebijakan dan Penyaringan Pengunjung: Tempat layanan rawat jalan dapat menerapkan kebijakan pengunjung dan tindakan skrining untuk meminimalkan risiko masuknya penyakit menular ke dalam fasilitas. Hal ini dapat mencakup pembatasan pengunjung selama wabah, pemeriksaan gejala saat masuk, dan persyaratan untuk memakai masker dan melakukan kebersihan tangan. 10. Imunisasi: Tempat layanan rawat jalan harus mendukung imunisasi di antara pasien dan staf untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, seperti influenza dan penyakit pneumokokus. Memberikan layanan vaksinasi dan mendorong kampanye vaksinasi dapat membantu mengurangi risiko infeksi yang dapat dicegah dengan vaksin. Pengendalian infeksi di rangkaian layanan rawat jalan memerlukan pendekatan proaktif dan multidisiplin yang menjawab kebutuhan dan tantangan unik di rangkaian tersebut. Dengan menerapkan praktik 96 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL berbasis bukti, menumbuhkan budaya pencegahan infeksi, dan mendorong kolaborasi antar staf, pasien, keluarga, dan mitra eksternal, layanan rawat jalan dapat secara efektif mengurangi risiko infeksi dan menjaga lingkungan layanan kesehatan yang aman bagi semua pemangku kepentingan. 9.3 Pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan di rumah Pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan di rumah sangat penting untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pasien yang menerima perawatan di rumah dan penyedia layanan kesehatan yang mengunjungi mereka. Pengaturan layanan kesehatan di rumah menghadirkan tantangan unik dalam pencegahan dan pengendalian infeksi karena beragamnya lingkungan tempat layanan diberikan serta variabilitas kondisi dan kebutuhan pasien. Berikut adalah aspek-aspek kunci pengendalian infeksi dalam perawatan kesehatan di rumah: 1. Kebersihan Tangan: Penyedia layanan kesehatan harus mempraktikkan kebersihan tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan kepada pasien di rumah. Hal ini termasuk mencuci tangan dengan sabun dan air selama minimal 20 detik atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol jika sabun dan air tidak tersedia. 2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Penyedia layanan kesehatan harus menggunakan APD yang sesuai, seperti sarung tangan, masker, baju pelindung, dan 97 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL pelindung mata, ketika memberikan layanan yang berpotensi terpapar darah, cairan tubuh, atau bahan lain yang berpotensi menular. APD harus digunakan sesuai pedoman yang ditetapkan dan dibuang dengan benar setelah digunakan. 3. Pembersihan dan Disinfeksi Lingkungan: Pembersihan rutin dan desinfeksi permukaan yang sering disentuh, peralatan medis, dan area perawatan pasien di rumah penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Penyedia layanan kesehatan harus menggunakan disinfektan yang disetujui EPA dan mengikuti protokol pembersihan yang direkomendasikan. 4. Kebersihan Pernapasan dan Etiket Batuk: Pasien dan perawat harus dididik tentang kebersihan pernapasan dan etika batuk untuk mencegah penyebaran infeksi saluran pernapasan. Hal ini termasuk menutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku saat batuk atau bersin dan membuang tisu bekas dengan benar. 5. Praktik Injeksi yang Aman: Penyedia layanan kesehatan harus mematuhi praktik suntikan yang aman ketika memberikan obat, melakukan prosedur, atau memberikan jenis perawatan lain yang melibatkan penggunaan jarum suntik. Hal ini mencakup penggunaan teknik aseptik, jarum suntik sekali pakai, dan pembuangan benda tajam dengan benar. 98 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 6. Manajemen Pengobatan: Pasien dan perawat harus menerima pendidikan dan pelatihan tentang praktik manajemen obat yang benar, termasuk penyimpanan, pemberian, dan pembuangan obat. Penyedia layanan kesehatan harus meninjau rejimen pengobatan secara teratur untuk mencegah kesalahan pengobatan dan kejadian obat yang merugikan. 7. Pengelolaan sampah: Pengelolaan dan pembuangan limbah medis, benda tajam, dan bahan berbahaya lainnya yang tepat sangat penting untuk mencegah penularan infeksi di lingkungan rumah. Penyedia layanan kesehatan harus memberikan panduan kepada pasien dan perawat tentang praktik pembuangan limbah yang aman. 8. Pengawasan dan Pelaporan Infeksi: Penyedia layanan kesehatan harus memantau pasien untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi dan melaporkan kasus yang dicurigai kepada otoritas kesehatan masyarakat atau fasilitas kesehatan yang sesuai jika diperlukan. Pelaporan infeksi yang tepat waktu memungkinkan dilakukannya penyelidikan dan penerapan tindakan pengendalian secara cepat. 9. Edukasi Pasien dan Pengasuh: Pasien dan perawat harus menerima pendidikan dan pelatihan mengenai praktik pencegahan dan pengendalian infeksi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan spesifik mereka. Hal ini dapat mencakup kebersihan tangan, penggunaan APD, perawatan luka, dan mengenali tanda-tanda infeksi. 10. Telehealth dan Pemantauan Jarak Jauh: Memanfaatkan teknologi telehealth dan pemantauan jarak jauh dapat membantu meminimalkan kunjungan langsung dan 99 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL mengurangi risiko penularan infeksi di fasilitas layanan kesehatan di rumah. Platform telehealth memungkinkan penyedia layanan kesehatan melakukan kunjungan virtual, memantau kesehatan pasien dari jarak jauh, dan memberikan pendidikan serta dukungan kepada pasien dan perawat. Pengendalian infeksi dalam layanan kesehatan di rumah memerlukan kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan, pasien, perawat, dan sumber daya masyarakat untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat diterapkan untuk mencegah penyebaran infeksi dan menjaga lingkungan perawatan yang aman. Dengan mengikuti pedoman dan praktik terbaik yang ditetapkan, penyedia layanan kesehatan di rumah dapat meminimalkan risiko infeksi dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan pasien dan keluarganya. Daftar Pustaka: • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. 100 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 101 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 10: Infeksi yang Muncul dan Kesehatan Global 10.1 Penyakit menular yang baru muncul Penyakit menular yang baru muncul, atau Emerging Infectious Diseases (EIDs), adalah penyakit yang baru diidentifikasi atau penyakit yang sudah ada tetapi tiba-tiba menunjukkan peningkatan kejadian atau penyebarannya. Faktor-faktor yang berkontribusi pada kemunculan dan penyebaran penyakit ini termasuk perubahan lingkungan, perilaku manusia, dan mobilitas global. Berikut adalah beberapa contoh penyakit menular yang baru muncul dalam beberapa dekade terakhir: 1. 2. COVID-19 (Coronavirus Disease 2019): o Penyebab: Virus SARS-CoV-2. o Gejala: Demam, batuk, sesak napas, kehilangan rasa atau bau, dan gejala lainnya yang mirip flu. o Penyebaran: Utamanya melalui droplet pernapasan dari orang yang terinfeksi. o Dampak: Pandemi global yang menyebabkan jutaan kematian dan berdampak besar pada ekonomi dan kehidupan sosial. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome): o Penyebab: Virus SARS-CoV. o Gejala: Demam, batuk, dan sesak napas. o Penyebaran: Melalui droplet pernapasan dan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. 102 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL o 3. 4. 5. Dampak: Wabah pada tahun 2002-2003 yang menyebabkan ratusan kematian dan mengkhawatirkan dunia kesehatan global. MERS (Middle East Respiratory Syndrome): o Penyebab: Virus MERS-CoV. o Gejala: Demam, batuk, dan sesak napas, dengan tingkat kematian yang cukup tinggi. o Penyebaran: Melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, sering kali terkait dengan perjalanan atau tinggal di Timur Tengah. o Dampak: Wabah sporadis yang berkelanjutan sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 2012. Zika Virus: o Penyebab: Virus Zika, yang disebarkan oleh nyamuk Aedes. o Gejala: Demam ringan, ruam, nyeri sendi, dan konjungtivitis. Dapat menyebabkan mikrocephaly pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi selama kehamilan. o Penyebaran: Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, juga bisa melalui transmisi seksual. o Dampak: Wabah besar di Amerika Selatan dan Tengah pada 2015-2016, dengan dampak serius pada kesehatan bayi yang baru lahir. Ebola Virus Disease: o Penyebab: Virus Ebola. o Gejala: Demam, pendarahan internal dan eksternal, kegagalan organ. 103 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 6. o Penyebaran: Melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh orang yang terinfeksi. o Dampak: Wabah besar di Afrika Barat pada tahun 20142016 yang menyebabkan ribuan kematian. Chikungunya: o Penyebab: Virus Chikungunya, juga disebarkan oleh nyamuk Aedes. o Gejala: Demam tinggi, nyeri sendi yang parah, ruam, dan sakit kepala. o Penyebaran: Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. o Dampak: Wabah di berbagai belahan dunia, termasuk Asia, Afrika, dan Amerika. 10.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemunculan Penyakit Menular Baru: 1. Perubahan Lingkungan: Deforestasi, urbanisasi, dan perubahan iklim yang mempengaruhi habitat vektor penyakit. 2. Perilaku Manusia: Perjalanan internasional, migrasi, dan perilaku sosial yang meningkatkan kontak antar populasi. 3. Perubahan Patogen: Mutasi genetik dan adaptasi mikroorganisme yang memungkinkan mereka menginfeksi inang baru atau mengembangkan resistensi terhadap pengobatan. 4. Sistem Kesehatan yang Lemah: Kurangnya infrastruktur kesehatan yang memadai untuk mendeteksi dan merespons wabah secara cepat. 104 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Tindakan Pencegahan dan Pengendalian: 1. Pengawasan dan Surveilans: Meningkatkan sistem pemantauan untuk mendeteksi wabah secara dini dan mengidentifikasi pola penyebaran. 2. Penelitian dan Pengembangan: Investasi dalam penelitian untuk memahami patogen baru, mengembangkan vaksin, dan terapi pengobatan. 3. Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cara mencegah penularan penyakit. 4. Kerjasama Internasional: Kolaborasi global dalam berbagi informasi, sumber daya, dan strategi untuk menangani penyakit menular baru. Dengan memahami dan mengantisipasi faktor-faktor yang menyebabkan kemunculan penyakit menular baru, serta mengimplementasikan tindakan pencegahan dan pengendalian yang efektif, kita dapat mengurangi dampak penyakit tersebut pada kesehatan global. 10.3 Kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi Pandemi adalah peristiwa kesehatan global yang memerlukan kesiapsiagaan dan respons cepat serta terkoordinasi untuk meminimalkan dampaknya pada kesehatan masyarakat, ekonomi, dan kehidupan sosial. Berikut adalah beberapa langkah kesiapsiagaan dan respons yang esensial dalam menghadapi pandemi: 1. Kesiapsiagaan Pandemi a) Pemantauan dan Surveilans o Sistem Surveilans: Mengembangkan dan memelihara sistem pemantauan yang efektif untuk 105 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL mendeteksi dan melacak penyakit menular di tingkat lokal, nasional, dan internasional. o Deteksi Dini: Mengidentifikasi kasus infeksi secara cepat melalui tes diagnostik yang akurat dan distribusi informasi ke otoritas kesehatan terkait. b) Perencanaan dan Koordinasi c) o Rencana Tanggap Darurat: Menyusun rencana tanggap darurat yang komprehensif yang mencakup skenario berbagai tingkat keparahan pandemi. o Koordinasi Antar Lembaga: Membangun jaringan kerjasama antara lembaga kesehatan, pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta untuk memastikan respons yang terkoordinasi. Pelatihan dan Simulasi o Latihan Tanggap Darurat: Mengadakan latihan simulasi secara berkala untuk menguji kesiapan dan respons berbagai instansi terhadap skenario pandemi. o Edukasi Publik: Mengedukasi masyarakat tentang langkah-langkah pencegahan dan tindakan yang harus diambil selama pandemi. d) Penyediaan Sumber Daya o Stok Peralatan Medis: Menyediakan dan menyimpan peralatan medis, termasuk APD, ventilator, dan obat-obatan esensial. o Sumber Daya Manusia: Mempersiapkan tenaga kesehatan dengan pelatihan khusus dalam manajemen pandemi. 106 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 2. Respons Terhadap Pandemi a) Identifikasi dan Pengobatan Kasus o Pengujian Massal: Melaksanakan pengujian massal untuk mengidentifikasi kasus positif dan mengisolasi mereka untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. o Perawatan Medis: Memberikan perawatan medis yang tepat kepada pasien yang terinfeksi, termasuk perawatan intensif bagi kasus yang parah. b) Pelacakan Kontak c) o Pelacakan Kontak: Melakukan pelacakan kontak yang efektif untuk mengidentifikasi individu yang telah terpapar dan memantau mereka untuk tandatanda infeksi. o Karantina dan Isolasi: Mengimplementasikan karantina bagi individu yang terpapar dan isolasi bagi kasus yang terkonfirmasi untuk memutus rantai penularan. Komunikasi Publik o Informasi yang Jelas dan Konsisten: Menyampaikan informasi yang jelas, transparan, dan terkini kepada masyarakat tentang perkembangan pandemi, langkah-langkah pencegahan, dan protokol kesehatan. o Mengatasi Misinformasi: Mengatasi misinformasi dan hoaks melalui kampanye edukasi dan kolaborasi dengan media untuk memastikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. d) Kebijakan Pembatasan Sosial o Pembatasan Pergerakan: Menerapkan kebijakan pembatasan sosial seperti pembatasan perjalanan, 107 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL penutupan sekolah, dan pembatasan kegiatan publik untuk mengurangi penyebaran virus. o e) f) 3. Pembatasan dan Penutupan Sementara: Melakukan penutupan sementara fasilitas umum dan bisnis yang tidak esensial untuk mengurangi interaksi sosial. Vaksinasi o Pengembangan dan Distribusi Vaksin: Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin yang aman dan efektif, serta memastikan distribusi yang adil dan cepat kepada populasi yang membutuhkan. o Kampanye Vaksinasi: Melaksanakan kampanye vaksinasi massal untuk mencapai herd immunity dan menghentikan penyebaran penyakit. Dukungan Psikososial dan Ekonomi o Dukungan Psikososial: Memberikan dukungan psikososial kepada individu dan keluarga yang terdampak pandemi untuk mengatasi stres dan kecemasan. o Bantuan Ekonomi: Menyediakan bantuan ekonomi kepada mereka yang terdampak secara finansial oleh pandemi melalui program bantuan sosial dan stimulus ekonomi. Evaluasi dan Pembelajaran 1. Evaluasi Respons: Melakukan evaluasi terhadap respons pandemi untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta mengembangkan strategi perbaikan untuk masa depan. 2. Penelitian dan Pembelajaran: Mendorong penelitian lanjutan tentang virus penyebab pandemi dan dampaknya untuk memperkuat kesiapsiagaan di masa depan. 108 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Dengan kesiapsiagaan dan respons yang terstruktur, kolaboratif, dan berbasis bukti, kita dapat mengurangi dampak pandemi dan melindungi kesehatan serta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. 10.4 Upaya global pencegahan infeksi dalam pengendalian dan Pengendalian dan pencegahan infeksi adalah tantangan global yang memerlukan kolaborasi internasional untuk mengurangi dampak penyakit menular. Upaya global ini melibatkan berbagai organisasi internasional, pemerintah, lembaga kesehatan, dan komunitas ilmiah. Berikut adalah beberapa upaya global yang dilakukan dalam pengendalian dan pencegahan infeksi: 1. Organisasi Internasional dan Kolaborasi a) World Health Organization (WHO) o Panduan dan Kebijakan: WHO mengeluarkan panduan dan kebijakan global untuk pengendalian dan pencegahan infeksi, termasuk pedoman untuk kebersihan tangan, penggunaan APD, dan manajemen penyakit menular. o Inisiatif Global: Meluncurkan inisiatif global seperti "Global Action Plan on Antimicrobial Resistance" dan "International Health Regulations (IHR)" untuk mengkoordinasikan respons terhadap ancaman kesehatan global. b) Centers for Disease Control and Prevention (CDC) o Dukungan Teknis: CDC memberikan dukungan teknis kepada negara-negara lain dalam bentuk 109 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL pelatihan, bantuan laboratorium, pengembangan sistem surveilans. o c) 2. dan Program Global: Mengelola program seperti "Global Disease Detection Program" untuk meningkatkan kapasitas negara-negara dalam mendeteksi dan merespons wabah penyakit menular. Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN) o Koordinasi Respons Wabah: GOARN mengkoordinasikan respons internasional terhadap wabah penyakit menular dengan mengerahkan sumber daya dan tenaga ahli dari berbagai negara dan organisasi. o Kolaborasi: Menghubungkan lebih dari 200 institusi, termasuk lembaga kesehatan publik, laboratorium, universitas, dan organisasi nonpemerintah. Program dan Inisiatif Global a) Global Health Security Agenda (GHSA) o Penguatan Kapasitas: GHSA bertujuan untuk memperkuat kapasitas negara-negara dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman kesehatan global. o Pilar Utama: Fokus pada 11 pilar utama, termasuk pengendalian infeksi, imunisasi, dan pengawasan penyakit. b) One Health Initiative o Pendekatan Multidisiplin: One Health mengakui keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan, dan mendorong pendekatan multidisiplin untuk pengendalian infeksi. 110 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL o c) 3. Kolaborasi Global: Menggalang kolaborasi antara sektor kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan lingkungan untuk mencegah penyebaran penyakit zoonosis. Global Antimicrobial Resistance Surveillance System (GLASS) o Pemantauan Resistensi Antimikroba: GLASS mengumpulkan dan menganalisis data global tentang resistensi antimikroba untuk membantu negara-negara mengembangkan strategi pengendalian yang efektif. o Peningkatan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran global tentang ancaman resistensi antimikroba dan pentingnya penggunaan antibiotik yang bijak. Inovasi dan Teknologi a) Pengembangan Vaksin o Vaksin COVID-19: Kolaborasi global dalam pengembangan dan distribusi vaksin COVID-19, termasuk melalui inisiatif seperti COVAX yang dipimpin oleh WHO, GAVI, dan CEPI. o Vaksin Lainnya: Penelitian dan pengembangan vaksin untuk penyakit menular lainnya seperti HIV, malaria, dan tuberkulosis. b) Surveilans Digital o Sistem Peringatan Dini: Penggunaan teknologi digital untuk mengembangkan sistem peringatan dini yang dapat mendeteksi dan merespons wabah penyakit dengan cepat. o Pemantauan Real-Time: Implementasi pemantauan real-time melalui aplikasi mobile dan platform digital untuk melacak penyebaran penyakit. 111 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 4. Edukasi dan Kesadaran Publik a) Kampanye Kesadaran o Hari Cuci Tangan Sedunia: WHO dan UNICEF mempromosikan Hari Cuci Tangan Sedunia untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kebersihan tangan dalam mencegah infeksi. o Kampanye Vaksinasi: Kampanye global untuk meningkatkan kesadaran dan penerimaan vaksin, termasuk vaksinasi anak-anak dan vaksin influenza. b) Pelatihan dan Kapasitas 5. o Pelatihan Tenaga Kesehatan: Program pelatihan untuk tenaga kesehatan di berbagai negara tentang praktik terbaik dalam pengendalian infeksi. o Bantuan Teknis: Pemberian bantuan teknis kepada negara-negara yang membutuhkan untuk meningkatkan kapasitas laboratorium dan sistem kesehatan masyarakat. Tantangan dan Solusi a) Tantangan: o Kesetaraan Akses: Ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya kesehatan dan vaksin di berbagai negara. o Resistensi Antimikroba: Meningkatnya resistensi antimikroba yang mengancam efektivitas pengobatan penyakit menular. o Kolaborasi Global: Kebutuhan akan kerjasama internasional yang lebih kuat dan koordinasi yang efektif antara negara dan organisasi. 112 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL b) Solusi: o Pendanaan: Meningkatkan pendanaan untuk penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan global. o Kebijakan Global: Menerapkan kebijakan global yang mendukung distribusi yang adil dan akses yang setara terhadap sumber daya kesehatan. o Inovasi: Mendorong inovasi dalam teknologi kesehatan dan pengobatan untuk mengatasi tantangan yang ada. Dengan kolaborasi global yang kuat dan strategi yang terkoordinasi, dunia dapat lebih efektif dalam mengendalikan dan mencegah penyebaran penyakit menular, melindungi kesehatan masyarakat, dan memastikan respons yang cepat terhadap ancaman kesehatan di masa depan. Daftar Pustaka: • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. 113 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 114 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 11: Studi Kasus dan Praktik Terbaik 11.1 Analisis Studi Kasus Kehidupan Nyata: Wabah Ebola di Afrika Barat (2014-2016) Latar Belakang: Pada tahun 2014, wabah Ebola besar-besaran terjadi di Afrika Barat, yang terutama mempengaruhi Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Wabah ini merupakan yang terbesar dan paling kompleks sejak virus Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Epidemiologi dan Penyebaran: a) Awal Wabah: Wabah dimulai di Guinea pada bulan Desember 2013 dan dengan cepat menyebar ke negara-negara tetangga, Liberia dan Sierra Leone. b) Penularan: Virus Ebola menyebar melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, serta melalui permukaan yang terkontaminasi. c) Kasus dan Kematian: Selama wabah, ada lebih dari 28.000 kasus yang dikonfirmasi, dengan sekitar 11.300 kematian. Tantangan yang Dihadapi: a) Infrastruktur Kesehatan yang Lemah: Negara-negara yang terkena dampak memiliki sistem kesehatan yang terbatas, dengan kekurangan fasilitas medis, peralatan, dan tenaga kesehatan terlatih. b) Keterbatasan Surveilans: Kurangnya sistem surveilans yang efektif menyebabkan penundaan dalam deteksi awal dan respons terhadap wabah. 115 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL c) Misinformasi dan Ketidakpercayaan: Kurangnya pemahaman tentang penyakit dan ketidakpercayaan terhadap otoritas kesehatan menghambat upaya pencegahan dan pengendalian. d) Mobilitas Penduduk: Mobilitas penduduk yang tinggi, termasuk perjalanan lintas batas, mempercepat penyebaran virus. e) Tingkat Stigma: Stigma terhadap pasien Ebola dan tenaga kesehatan yang merawat mereka menyebabkan diskriminasi dan isolasi sosial. Respons dan Upaya Pengendalian: a) Deklarasi Darurat Kesehatan Internasional: Pada Agustus 2014, WHO menyatakan wabah Ebola di Afrika Barat sebagai "Public Health Emergency of International Concern" (PHEIC), yang memobilisasi dukungan internasional. b) Pembentukan Pusat Pengobatan Ebola: Negara-negara yang terdampak, dengan bantuan internasional, mendirikan pusat pengobatan Ebola untuk isolasi dan perawatan pasien. c) Surveilans dan Pelacakan Kontak: Peningkatan upaya surveilans dan pelacakan kontak untuk mengidentifikasi dan mengisolasi kasus baru serta memantau orang-orang yang berisiko. d) Kampanye Edukasi Publik: Peluncuran kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Ebola, cara penyebarannya, dan langkah-langkah pencegahan. e) Dukungan Internasional: Banyak organisasi internasional, termasuk WHO, CDC, MSF (Médecins Sans Frontières), dan lainnya, memberikan dukungan teknis, logistik, dan sumber daya untuk mengatasi wabah. f) Pengembangan Vaksin: Pengembangan dan uji coba vaksin Ebola, seperti rVSV-ZEBOV, yang kemudian digunakan dalam kampanye vaksinasi di daerah wabah. 116 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Hasil dan Pelajaran yang Dipetik: a) Pengendalian Wabah: Berkat upaya global yang terkoordinasi, wabah Ebola berhasil dikendalikan pada tahun 2016. b) Peningkatan Sistem Kesehatan: Negara-negara terdampak menguatkan sistem kesehatan mereka, termasuk peningkatan kapasitas laboratorium dan fasilitas medis. c) Pentingnya Kolaborasi Global: Wabah ini menyoroti pentingnya kerjasama internasional dalam merespons krisis kesehatan global. d) Kesiapsiagaan untuk Masa Depan: Wabah ini memicu reformasi dalam kesiapsiagaan dan respons terhadap wabah di tingkat global, termasuk peningkatan kemampuan deteksi dini dan respon cepat. Kesimpulan: Wabah Ebola di Afrika Barat adalah contoh nyata bagaimana wabah penyakit menular dapat memiliki dampak yang menghancurkan, terutama di wilayah dengan sistem kesehatan yang lemah. Respons global yang cepat dan terkoordinasi, termasuk dukungan teknis, sumber daya, dan kolaborasi internasional, adalah kunci dalam mengendalikan wabah dan mencegah penyebaran lebih lanjut. Pelajaran dari kasus ini sangat berharga dalam memperkuat kesiapsiagaan dan respons terhadap wabah di masa depan. 11.2 Praktik terbaik dalam pengendalian dan pencegahan infeksi Pengendalian dan pencegahan infeksi (PPI) adalah upaya kritis untuk mencegah penyebaran penyakit menular di berbagai lingkungan, termasuk rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, pusat kesehatan masyarakat, dan lingkungan kerja. 117 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Berikut adalah beberapa praktik terbaik yang diterapkan dalam pengendalian dan pencegahan infeksi: 1. Kebersihan Tangan a) Metode yang Tepat: Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik atau gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang mengandung setidaknya 60% alkohol. b) Waktu yang Tepat: Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, setelah menyentuh permukaan yang mungkin terkontaminasi, sebelum dan sesudah makan, dan setelah menggunakan toilet. 2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) a) Pemakaian yang Benar: Menggunakan APD yang sesuai (misalnya, sarung tangan, masker, pelindung mata, dan gaun) saat diperlukan dan membuangnya dengan cara yang aman. b) Pelatihan: Melakukan pelatihan berkala untuk tenaga kesehatan tentang cara mengenakan dan melepas APD dengan benar. 3. Kebersihan dan Desinfeksi Lingkungan a) Rutin dan Menyeluruh: Melakukan pembersihan dan desinfeksi rutin pada permukaan yang sering disentuh, seperti gagang pintu, meja, dan peralatan medis. b) Penggunaan Disinfektan yang Tepat: Memilih disinfektan yang sesuai dan mengikuti petunjuk penggunaan untuk memastikan efektivitas dalam membunuh patogen. 4. Surveilans dan Pelaporan Infeksi a) Pemantauan: Mengimplementasikan sistem surveilans yang efektif untuk memantau kejadian infeksi dan tren penyebaran penyakit. 118 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL b) Pelaporan Cepat: Melaporkan kasus infeksi segera ke otoritas kesehatan yang relevan untuk tindakan pencegahan lebih lanjut. 5. Pelatihan dan Edukasi a) Kesiapsiagaan: Melakukan pelatihan rutin untuk tenaga kesehatan mengenai protokol PPI, teknik cuci tangan, dan penggunaan APD. b) Edukasi Publik: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang langkah-langkah pencegahan infeksi melalui kampanye edukasi dan penyuluhan. 6. Imunisasi dan Vaksinasi a) Program Vaksinasi: Menyediakan dan mempromosikan program vaksinasi untuk mencegah penyakit menular seperti influenza, hepatitis B, dan lainnya. b) Imunisasi Tenaga Kesehatan: Memastikan bahwa tenaga kesehatan mendapatkan vaksinasi yang diperlukan untuk melindungi diri dan pasien. 7. Manajemen Limbah Medis a) Pengelolaan yang Aman: Memisahkan, mengelola, dan membuang limbah medis dengan cara yang aman untuk mencegah kontaminasi dan penyebaran infeksi. b) Pelatihan: Melakukan pelatihan kepada staf tentang prosedur pengelolaan limbah medis yang aman dan sesuai regulasi. 8. Protokol Isolasi a) Isolasi Pasien: Mengidentifikasi dan mengisolasi pasien yang terinfeksi atau dicurigai terinfeksi dengan penyakit menular untuk mencegah penyebaran. 119 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL b) Tindakan Pencegahan Tambahan: Menerapkan tindakan pencegahan tambahan seperti isolasi droplet, kontak, dan airborne sesuai dengan penyakit yang dihadapi. 9. Antibiotic Stewardship a) Penggunaan Antibiotik yang Bijak: Mendorong penggunaan antibiotik yang bijak untuk mengurangi risiko resistensi antimikroba. b) Panduan Pengobatan: Mengikuti panduan pengobatan yang berbasis bukti untuk memilih dan menggunakan antibiotik secara tepat. 10. Kolaborasi dan Komunikasi a) Tim PPI: Membentuk tim PPI yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu untuk merancang dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur PPI. b) Komunikasi Efektif: Memastikan komunikasi yang efektif antara semua anggota tim kesehatan dan pasien mengenai praktik PPI. 11. Contoh Implementasi Praktik Terbaik Studi Kasus: Rumah Sakit XYZ 1. Kebersihan Tangan: Rumah Sakit XYZ meluncurkan kampanye "Cuci Tangan Menyelamatkan Nyawa" yang memasang poster di seluruh rumah sakit dan menyediakan stasiun hand sanitizer di setiap pintu masuk. 2. Penggunaan APD: Melakukan pelatihan rutin dan simulasi tentang penggunaan APD kepada semua staf medis dan non-medis. Juga, mendirikan area yang ditentukan untuk mengenakan dan melepas APD dengan aman. 3. Pembersihan dan Desinfeksi: Menerapkan protokol pembersihan harian untuk semua ruang pasien, ruang operasi, dan area umum dengan disinfektan yang disetujui WHO. 120 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 4. Surveilans dan Pelaporan: Menggunakan sistem elektronik untuk melacak infeksi nosokomial dan melaporkan data secara real-time kepada komite PPI rumah sakit dan otoritas kesehatan setempat. 5. Edukasi Publik: Melaksanakan sesi penyuluhan mingguan bagi pengunjung dan pasien tentang pentingnya kebersihan tangan dan pencegahan infeksi. 6. Program Vaksinasi: Menawarkan vaksinasi gratis terhadap influenza dan hepatitis B kepada semua staf medis dan pasien rawat jalan yang memenuhi syarat. 7. Pengelolaan Limbah: Menggunakan wadah khusus untuk limbah tajam dan limbah infeksius, serta memastikan pengangkutan limbah medis sesuai dengan regulasi lingkungan. Dengan mengadopsi dan mematuhi praktik terbaik ini, institusi kesehatan dapat secara signifikan mengurangi risiko penyebaran infeksi dan meningkatkan keselamatan pasien serta tenaga kesehatan. 11.3 Peran kolaborasi interdisipliner Kolaborasi interdisipliner merupakan kunci dalam pengendalian dan pencegahan infeksi (PPI) di berbagai lingkungan kesehatan. Pendekatan ini melibatkan tenaga kesehatan dari berbagai disiplin ilmu yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dalam meminimalkan risiko infeksi dan meningkatkan hasil kesehatan. Berikut adalah beberapa peran penting dari kolaborasi interdisipliner dalam PPI: 1. Pengembangan Kebijakan dan Protokol • Konsensus Multidisiplin: Tim interdisipliner yang terdiri dari dokter, perawat, ahli epidemiologi, mikrobiolog, ahli 121 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL kesehatan lingkungan, dan farmasis bekerja sama untuk mengembangkan kebijakan dan protokol PPI yang komprehensif dan berbasis bukti. • Penyesuaian Spesifik: Mengidentifikasi kebutuhan spesifik setiap disiplin dan menyesuaikan protokol PPI agar sesuai dengan praktik klinis yang ada. 2. Surveilans dan Pemantauan • Tim Surveilans: Ahli epidemiologi dan analis data bekerja sama dengan klinisi untuk mengembangkan dan memelihara sistem surveilans yang efektif dalam memantau kejadian infeksi dan tren penyebaran penyakit. • Pelaporan dan Analisis: Kolaborasi antara analis data dan tenaga kesehatan memungkinkan pelaporan cepat dan analisis tren yang akurat untuk tindakan pencegahan segera. 3. Pelatihan dan Edukasi • Program Pelatihan: Pengembangan program pelatihan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk memastikan semua staf medis dan non-medis memahami dan mematuhi praktik PPI. • Sesi Edukasi Lintas Disiplin: Mengadakan sesi edukasi yang melibatkan dokter, perawat, staf kebersihan, dan manajemen untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang peran masing-masing dalam PPI. 4. Manajemen Kasus dan Isolasi • Pendekatan Tim: Kolaborasi antara dokter, perawat, ahli gizi, dan ahli terapi fisik untuk merancang rencana perawatan holistik bagi pasien yang terinfeksi, termasuk langkahlangkah isolasi yang diperlukan. • Koordinasi Perawatan: Tim interdisipliner memastikan koordinasi perawatan yang tepat, termasuk penanganan medis, kebutuhan nutrisi, dan rehabilitasi pasien. 122 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 5. Penggunaan Antibiotik dan Pengelolaan Resistensi Antimikroba • Stewardship Antibiotik: Kolaborasi antara dokter, farmasis, dan ahli mikrobiologi untuk memantau dan mengelola penggunaan antibiotik, mengurangi risiko resistensi antimikroba. • Evaluasi dan Penyesuaian: Tim melakukan evaluasi rutin terhadap kebijakan penggunaan antibiotik dan menyesuaikan praktik klinis berdasarkan temuan terbaru. 6. Penelitian dan Inovasi • Proyek Penelitian Bersama: Melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam proyek penelitian untuk menemukan cara-cara baru dalam pengendalian dan pencegahan infeksi. • Pengembangan Teknologi: Kolaborasi antara ilmuwan, insinyur, dan tenaga kesehatan dalam mengembangkan teknologi baru, seperti perangkat diagnostik cepat atau sistem pemantauan digital. 7. Respons Terhadap Wabah • Tim Respons Cepat: Membentuk tim respons cepat yang terdiri dari ahli epidemiologi, klinisi, dan staf logistik untuk merespons secara cepat dan efektif terhadap wabah infeksi. • Koordinasi dengan Otoritas Kesehatan: Kolaborasi dengan otoritas kesehatan lokal, nasional, dan internasional untuk mengkoordinasikan upaya pengendalian wabah. 8. Keterlibatan Komunitas • Edukasi dan Kesadaran: Mengembangkan program edukasi komunitas yang melibatkan petugas kesehatan masyarakat, pekerja sosial, dan pemimpin komunitas untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang PPI. 123 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • Partisipasi Masyarakat: Mendorong partisipasi aktif dari komunitas dalam upaya pencegahan infeksi, seperti kampanye kebersihan tangan dan vaksinasi. Contoh Implementasi Kolaborasi Interdisipliner Studi Kasus: Rumah Sakit ABC 1. Pengembangan Protokol PPI: Tim interdisipliner yang terdiri dari dokter, perawat, ahli epidemiologi, dan farmasis di Rumah Sakit ABC mengembangkan protokol PPI yang komprehensif untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial. 2. Surveilans dan Pemantauan: Ahli epidemiologi bekerja sama dengan klinisi untuk mengimplementasikan sistem surveilans elektronik yang memantau kejadian infeksi secara real-time dan memungkinkan tindakan pencegahan yang cepat. 3. Pelatihan Staf: Program pelatihan interdisipliner yang melibatkan semua staf, dari tenaga medis hingga staf kebersihan, tentang praktik terbaik PPI dan penggunaan APD yang benar. 4. Pengelolaan Antibiotik: Dokter dan farmasis di Rumah Sakit ABC berkolaborasi dalam program stewardship antibiotik untuk memastikan penggunaan antibiotik yang bijak dan mengurangi resistensi antimikroba. 5. Respons Terhadap Wabah: Selama wabah influenza, tim respons cepat interdisipliner dibentuk untuk mengkoordinasikan langkah-langkah pencegahan, isolasi pasien, dan edukasi staf serta komunitas. Kesimpulan Kolaborasi interdisipliner adalah elemen penting dalam pengendalian dan pencegahan infeksi. Melalui kerja sama antara berbagai disiplin ilmu, institusi kesehatan dapat mengembangkan dan menerapkan strategi PPI yang lebih efektif, meningkatkan kualitas perawatan pasien, dan mengurangi risiko penyebaran penyakit menular. 124 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan, tetapi juga memperkuat sistem kesehatan secara keseluruhan. Daftar Pustaka: • • • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. 125 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 12: Tinjauan dan Penilaian 12.1 Review materi modul Berikut adalah ringkasan materi modul pengendalian dan pencegahan infeksi (PPI) yang telah disusun. Materi ini mencakup berbagai aspek yang penting untuk diketahui dan dipahami oleh tenaga kesehatan serta individu yang terlibat dalam upaya pengendalian infeksi. 1. Pengantar Pengendalian dan Pencegahan Infeksi • Sejarah Pengendalian Infeksi: Memahami perkembangan sejarah pengendalian infeksi, termasuk kontribusi tokohtokoh penting. • Pentingnya PPI: Menyoroti pentingnya pengendalian infeksi untuk melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan masyarakat. 2. Dasar-dasar Mikrobiologi • Mikroorganisme: Penjelasan tentang bakteri, virus, fungi, dan parasit. • Patogenisitas dan Faktor Virulensi: Pemahaman tentang bagaimana mikroorganisme menyebabkan penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi. 3. Interaksi Inang-Patogen • Mekanisme Infeksi: Bagaimana patogen memasuki dan berkembang di dalam tubuh inang. • Respon Imun Inang: Bagaimana tubuh merespons infeksi dan pentingnya sistem kekebalan dalam melawan patogen. 4. Epidemiologi dan Surveilans 126 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • Prinsip-prinsip Epidemiologi: Dasar-dasar epidemiologi yang relevan dengan PPI. • Metode Surveilans Penyakit: Teknik dan alat untuk pemantauan dan pelaporan infeksi. • Contoh Laporan Surveilans: Penyusunan laporan surveilans penyakit sebagai contoh praktis. 5. Penyelidikan dan Pengendalian Wabah • Investigasi Wabah: Langkah-langkah dalam mengidentifikasi dan mengontrol wabah penyakit menular. • Contoh Laporan Wabah: Penyusunan laporan investigasi wabah sebagai contoh praktis. 6. Mode Penularan Penyakit • Penularan Langsung dan Tidak Langsung: Memahami berbagai cara penularan penyakit. • Penularan Udara, Droplet, dan Kontak: Penjelasan mendetail tentang mode penularan yang umum. 7. Infeksi yang Didapat di Fasilitas Kesehatan (HAI) • Definisi HAI: Memahami apa itu infeksi yang didapat di fasilitas kesehatan. • Pencegahan HAI: Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah HAI. 8. Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi • Tindakan Pencegahan Standar: Praktik kebersihan dasar yang harus diikuti oleh semua staf kesehatan. • Tindakan Pencegahan Berbasis Transmisi: Tindakan tambahan yang diambil berdasarkan mode penularan spesifik. 127 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • Kebersihan Tangan dan Penggunaan APD: Cara yang benar dalam melakukan kebersihan tangan dan menggunakan alat pelindung diri. 9. Kebersihan dan Disinfeksi Lingkungan • Prinsip-prinsip Kebersihan Lingkungan: Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan lingkungan medis. • Pemilihan dan Penggunaan Disinfektan: Kriteria dalam memilih disinfektan yang tepat dan cara penggunaannya. • Protokol Pembersihan: Rutin dan prosedur pembersihan yang harus diikuti. 10. Kesehatan dan Keselamatan Kerja • Risiko Paparan di Tempat Kerja: Identifikasi dan mitigasi risiko paparan infeksi di tempat kerja. • Cedera Jarum dan Benda Tajam: Pencegahan dan penanganan cedera jarum dan benda tajam. • Protokol PPI di Tempat Kerja: Implementasi protokol PPI di berbagai lingkungan kerja. 11. Regulasi dan Panduan • Agensi Regulasi: Pengenalan terhadap agensi regulasi seperti CDC dan WHO. • Standar dan Panduan PPI: Panduan dan standar yang harus diikuti dalam PPI. 12. Penanganan Paparan Patogen yang Ditularkan Melalui Darah • Manajemen Pascapajanan: Langkah-langkah yang harus diambil setelah paparan patogen yang ditularkan melalui darah. 13. PPI di Berbagai Pengaturan Kesehatan 128 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • PPI di Fasilitas Perawatan Jangka Panjang: Implementasi PPI di fasilitas perawatan jangka panjang. • PPI di Pengaturan Perawatan Ambulatori: Langkah-langkah PPI di klinik dan pengaturan perawatan ambulatori. • PPI di Perawatan Kesehatan di Rumah: Langkah-langkah PPI untuk perawatan kesehatan di rumah. 14. Pandemi dan Penyakit Menular Baru • Penyakit Menular yang Baru Muncul: Identifikasi dan penanganan penyakit menular yang baru muncul. • Kesiapsiagaan dan Respons Pandemi: Strategi untuk kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi. 15. Inisiatif Global dalam PPI • Upaya Global: Kolaborasi dan upaya global dalam pengendalian dan pencegahan infeksi. • Studi Kasus Dunia Nyata: Analisis studi kasus kehidupan nyata dalam pengendalian dan pencegahan infeksi. 16. Kolaborasi Interdisipliner • Peran Kolaborasi: Pentingnya kolaborasi interdisipliner dalam PPI. • Implementasi Praktis: Contoh implementasi kolaborasi interdisipliner dalam lingkungan kesehatan. 17. Evaluasi dan Umpan Balik • Formulir Evaluasi: Menggunakan formulir evaluasi untuk mendapatkan umpan balik dari peserta. • Penilaian: Metode penilaian untuk mengukur pemahaman dan efektivitas program PPI. Kesimpulan 129 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang berbagai aspek pengendalian dan pencegahan infeksi. Diharapkan, materi ini dapat membantu meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam melaksanakan praktik PPI yang efektif, sehingga dapat mengurangi risiko penyebaran infeksi dan meningkatkan keselamatan pasien serta tenaga kesehatan. 12.2 Penilaian hasil belajar Penilaian hasil belajar adalah langkah penting untuk memastikan bahwa peserta telah memahami dan mampu menerapkan konsep serta praktik yang diajarkan dalam modul pengendalian dan pencegahan infeksi (PPI). Berikut adalah berbagai metode penilaian yang dapat digunakan: 1. Kuis dan Ujian Tertulis • Kuis Berkala: Mengadakan kuis singkat setelah setiap bab atau sesi untuk mengevaluasi pemahaman peserta terhadap materi yang baru saja diajarkan. • Ujian Tengah Semester: Ujian yang dilakukan di tengahtengah program untuk menilai kemajuan peserta. • Ujian Akhir: Ujian komprehensif di akhir modul untuk menilai keseluruhan pemahaman dan kemampuan peserta dalam PPI. Contoh Pertanyaan Kuis: 1. Sebutkan tiga contoh tindakan pencegahan standar dalam PPI. o 2. Jawaban: Kebersihan tangan, penggunaan APD, disinfeksi lingkungan. Apa perbedaan antara penularan droplet dan penularan udara? 130 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL o 3. Jawaban: Penularan droplet terjadi melalui tetesan besar yang jatuh cepat ke tanah, sedangkan penularan udara terjadi melalui partikel kecil yang dapat bertahan lama di udara dan menyebar lebih jauh. Jelaskan langkah-langkah yang harus diambil setelah terjadinya cedera jarum. o Jawaban: Segera cuci area dengan sabun dan air, laporkan insiden kepada atasan atau petugas kesehatan, ikuti prosedur pelaporan cedera dan evaluasi medis lebih lanjut. 2. Tugas dan Proyek • Tugas Tertulis: Membuat makalah atau laporan tentang topik tertentu dalam PPI, seperti analisis studi kasus wabah. • Proyek Kelompok: Proyek yang melibatkan kerja sama tim untuk menyelesaikan masalah PPI nyata, seperti mengembangkan program edukasi kebersihan tangan di fasilitas kesehatan. Contoh Tugas Tertulis: Analisis Studi Kasus: Analisis mendetail dari studi kasus wabah penyakit di rumah sakit, termasuk identifikasi sumber infeksi, metode pengendalian yang diterapkan, dan hasil akhirnya. 3. Simulasi dan Praktik Lapangan • Simulasi: Latihan simulasi yang meniru situasi nyata, seperti penanganan wabah atau prosedur isolasi pasien. • Praktik Lapangan: Penugasan di lapangan, di mana peserta mengaplikasikan keterampilan PPI dalam lingkungan kerja nyata, misalnya di rumah sakit atau klinik. Contoh Simulasi: 131 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Penanganan Wabah: Simulasi respons cepat terhadap wabah penyakit menular di rumah sakit, melibatkan identifikasi pasien, isolasi, pelacakan kontak, dan implementasi langkah-langkah pengendalian infeksi. 4. Presentasi • Presentasi Individual: Setiap peserta menyampaikan presentasi tentang topik PPI tertentu, seperti protokol pembersihan dan disinfeksi. • Presentasi Kelompok: Presentasi kelompok tentang proyek PPI, termasuk temuan dan rekomendasi. Contoh Presentasi: Penggunaan APD: Presentasi tentang pentingnya penggunaan APD yang benar, termasuk demonstrasi cara memakai dan melepas APD dengan benar untuk mencegah kontaminasi. 5. Penilaian Diri dan Umpan Balik Rekan • Penilaian Diri: Peserta menilai pemahaman dan kinerja mereka sendiri dalam PPI. • Umpan Balik Rekan: Peserta memberikan umpan balik kepada sesama peserta tentang kinerja mereka dalam proyek atau presentasi kelompok. 6. Penilaian Praktis • Observasi Langsung: Instruktur atau pengawas mengamati langsung keterampilan praktis peserta dalam menerapkan prosedur PPI. • Checklist Keterampilan: Menggunakan checklist untuk memastikan bahwa semua langkah prosedur dilakukan dengan benar. Contoh Penilaian Praktis: 132 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Kebersihan Tangan: Observasi dan penilaian langsung terhadap praktik kebersihan tangan, menggunakan checklist untuk memastikan semua langkah dilakukan dengan benar. Formulir Evaluasi • Formulir Umpan Balik: Menggunakan formulir evaluasi untuk mengumpulkan umpan balik dari peserta tentang modul PPI, termasuk materi yang disampaikan, metode pengajaran, dan kesesuaian dengan kebutuhan mereka. • Penilaian Keseluruhan: Menilai keseluruhan program berdasarkan umpan balik peserta dan hasil penilaian mereka untuk terus meningkatkan modul PPI. Contoh Pertanyaan Formulir Evaluasi: 1. Apakah materi yang disampaikan dalam modul ini mudah dipahami? o 2. Seberapa relevan materi modul ini dengan pekerjaan Anda? o 3. Sangat tidak efektif / Tidak efektif / Netral / Efektif / Sangat efektif Bagaimana Anda menilai fasilitas dan sumber daya yang digunakan dalam modul ini? o 5. Sangat tidak relevan / Tidak relevan / Netral / Relevan / Sangat relevan Apakah metode pengajaran yang digunakan efektif? o 4. Sangat tidak setuju / Tidak setuju / Netral / Setuju / Sangat setuju Sangat buruk / Buruk / Netral / Baik / Sangat baik Apakah Anda merasa lebih siap untuk menerapkan PPI setelah mengikuti modul ini? o Sangat tidak siap / Tidak siap / Netral / Siap / Sangat siap 133 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Kesimpulan Penilaian hasil belajar dalam modul PPI harus komprehensif dan mencakup berbagai metode untuk memastikan bahwa peserta tidak hanya memahami teori tetapi juga mampu menerapkan praktik PPI dalam situasi nyata. Melalui kuis, tugas, simulasi, presentasi, dan penilaian praktis, modul ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga kesehatan yang kompeten dalam pengendalian dan pencegahan infeksi. 12.3 Arah masa depan dalam pengendalian infeksi Pengendalian infeksi terus berkembang seiring dengan perubahan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan tantangan kesehatan global. Berikut adalah beberapa arah masa depan yang diharapkan akan berpengaruh terhadap pengendalian infeksi di berbagai pengaturan kesehatan. 1. Inovasi Teknologi dan Digitalisasi • Pemantauan dan Surveilans Digital: Penggunaan teknologi informasi untuk pemantauan real-time dan pelaporan infeksi. Sistem berbasis data dapat membantu dalam deteksi dini wabah dan penelusuran kontak yang lebih efisien. • Telemedicine dan Perawatan Jarak Jauh: Peningkatan penggunaan telemedicine dapat mengurangi risiko penularan di fasilitas kesehatan dengan memungkinkan konsultasi dan perawatan dari jarak jauh. • AI dan Machine Learning: Penerapan kecerdasan buatan (AI) dan machine learning untuk menganalisis data kesehatan, memprediksi wabah, dan mengembangkan strategi pengendalian infeksi yang lebih efektif. 2. Pengembangan Vaksin dan Terapi Baru 134 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • Vaksin yang Lebih Efektif: Penelitian berkelanjutan untuk mengembangkan vaksin yang lebih efektif dan memiliki cakupan luas terhadap berbagai patogen, termasuk virus yang bermutasi cepat seperti influenza dan COVID-19. • Terapi Antimikroba Baru: Pengembangan obat antimikroba baru untuk mengatasi resistensi antibiotik, serta terapi berbasis imun yang dapat meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. 3. Pendekatan Interdisipliner dan Kolaborasi Global • Kolaborasi Internasional: Meningkatkan kerja sama antara negara, organisasi kesehatan internasional, dan lembaga penelitian untuk menghadapi tantangan infeksi secara global. • Pendekatan One Health: Pendekatan holistik yang mengakui keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk mencegah penyebaran penyakit zoonosis. 4. Pendidikan dan Pelatihan yang Berkelanjutan • Program Pendidikan yang Disesuaikan: Program pendidikan dan pelatihan yang disesuaikan dengan perkembangan terbaru dalam pengendalian infeksi, termasuk penggunaan teknologi baru dan strategi pengendalian modern. • Simulasi dan Latihan Praktis: Penggunaan simulasi dan latihan praktis untuk melatih tenaga kesehatan dalam situasi darurat dan prosedur pengendalian infeksi yang kompleks. 5. Kesiapsiagaan dan Respons terhadap Pandemi • Rencana Kesiapsiagaan yang Kuat: Pengembangan rencana kesiapsiagaan yang lebih kuat dan respons cepat terhadap pandemi, termasuk stokpiling peralatan medis dan APD, serta latihan rutin. • Peningkatan Infrastruktur Kesehatan: Investasi dalam infrastruktur kesehatan untuk memastikan ketersediaan 135 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL fasilitas yang memadai dan respons cepat dalam situasi wabah. 6. Penelitian dan Pengembangan • Studi Epidemiologi Lanjutan: Penelitian epidemiologi yang lebih mendalam untuk memahami pola penularan penyakit, faktor risiko, dan dampak intervensi pengendalian infeksi. • Pengembangan Alat Diagnostik Cepat: Inovasi dalam alat diagnostik cepat untuk mendeteksi infeksi dengan akurasi tinggi dan dalam waktu singkat, membantu dalam pengendalian penyebaran penyakit. 7. Kesadaran dan Kepatuhan Masyarakat • Kampanye Kesadaran Publik: Kampanye edukasi publik yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengendalian infeksi dan praktik pencegahan. • Mendorong Kepatuhan: Penggunaan pendekatan yang inovatif untuk mendorong kepatuhan terhadap protokol kesehatan, termasuk penggunaan media sosial dan insentif. 8. Pengembangan Kebijakan dan Regulasi • Kebijakan yang Adaptif: Pengembangan kebijakan dan regulasi yang adaptif dan berbasis bukti untuk mengatasi tantangan pengendalian infeksi yang terus berkembang. • Standar Internasional: Peningkatan harmonisasi standar internasional dalam pengendalian infeksi untuk memastikan konsistensi dan efektivitas global. Kesimpulan Arah masa depan dalam pengendalian infeksi berfokus pada integrasi teknologi canggih, pendekatan interdisipliner, dan kolaborasi global untuk menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks. Dengan inovasi berkelanjutan dan komitmen untuk pendidikan serta pelatihan yang terus-menerus, kita dapat meningkatkan efektivitas 136 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL strategi pengendalian infeksi dan melindungi kesehatan masyarakat secara lebih baik. KUIS Kuis tanya jawab di IPC Pertanyaan: Apa tujuan utama kebersihan tangan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi? Jawaban: Tujuan utama kebersihan tangan adalah untuk mengurangi penularan agen infeksi, termasuk bakteri, virus, dan patogen lainnya, dari satu orang ke orang lain. Pertanyaan: Manakah dari berikut ini yang dianggap sebagai cara penularan infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs)? a) Penularan melalui udara b) Penularan melalui vektor c) Penularan melalui kontak d) Semua hal di atas Jawaban: c) Transmisi kontak Pertanyaan: Berapa lama waktu yang disarankan untuk melakukan kebersihan tangan dengan sabun dan air? Jawaban: Kebersihan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan setidaknya selama 20 detik, sesuai dengan pedoman "5 Momen Kebersihan Tangan Saya" dari WHO. Pertanyaan: Benar atau Salah: Alat pelindung diri (APD) hanya boleh digunakan ketika merawat pasien yang diketahui mengidap penyakit menular. Jawaban: Salah. APD harus digunakan setiap kali ada risiko terpapar darah, cairan tubuh, atau bahan lain yang berpotensi menular, terlepas dari apakah status infeksi pasien diketahui atau tidak. 137 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pertanyaan: Apa dua jenis tindakan pencegahan utama yang digunakan di fasilitas kesehatan untuk mencegah penularan penyakit menular? Jawaban: Dua jenis kewaspadaan utama adalah kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis penularan. Pertanyaan: Manakah dari berikut ini yang merupakan contoh tindakan pencegahan berbasis penularan? a) Kebersihan tangan b) Kebersihan pernafasan c) Isolasi kontak d) Pembersihan rutin dan disinfeksi Jawaban: c) Isolasi kontak Pertanyaan: Apa tujuan pembersihan dan disinfeksi lingkungan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi? Jawaban: Tujuan pembersihan dan disinfeksi lingkungan adalah untuk mengurangi beban mikroba pada permukaan dan peralatan, sehingga meminimalkan risiko penularan agen infeksi. Pertanyaan: Bagaimana urutan yang tepat dalam mengenakan alat pelindung diri (APD)? Jawaban: Urutan yang tepat dalam mengenakan APD adalah gaun pelindung, masker atau respirator, kacamata atau pelindung wajah, dan sarung tangan (dalam beberapa kasus, sarung tangan dapat dikenakan sebelum gaun). Pertanyaan: Apa istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses pelepasan APD yang terkontaminasi dan mencegah penyebaran agen infeksi? Jawaban : Istilah yang digunakan adalah doffing. Pertanyaan: Benar atau Salah: Surveilans infeksi mencakup pemantauan pasien terhadap tanda dan gejala infeksi dan melaporkan kasus yang dicurigai kepada otoritas kesehatan setempat. Jawaban: Benar. 138 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Pertanyaan-pertanyaan ini mencakup berbagai topik yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi dan dapat digunakan untuk menilai pemahaman dan memperkuat konsep-konsep utama di kalangan profesional kesehatan dan pelajar. 139 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 13: Kegiatan Program PPI 1. Workshop Pelatihan Kebersihan Tangan Objektif: Tujuan dari kegiatan program ini adalah untuk memperkuat dan meningkatkan praktik kebersihan tangan di kalangan petugas kesehatan melalui pelatihan dan pendidikan interaktif. Durasi: Workshop setengah hari (kurang lebih 3-4 jam) Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, dokter, profesional kesehatan terkait, staf layanan lingkungan, dan personel fasilitas lainnya yang terlibat dalam perawatan pasien. Bahan yang Dibutuhkan: • • • • • Slide presentasi tentang prinsip, teknik, dan praktik terbaik kebersihan tangan. Poster kebersihan tangan dan materi pendidikan. Perlengkapan demonstrasi kebersihan tangan (hand sanitizer, sabun, air, sarung tangan). Alat pemantauan kepatuhan kebersihan tangan (formulir observasi, kartu umpan balik). Sertifikat partisipasi. Agenda Program: Pendahuluan (15 menit) • • Selamat datang dan pengenalan tujuan lokakarya. Tinjauan tentang pentingnya kebersihan tangan dalam mencegah infeksi terkait layanan kesehatan. Review Prinsip Kebersihan Tangan (30 menit) 140 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • Presentasi mengenai alasan kebersihan tangan, termasuk penularan patogen, mitos kebersihan tangan yang umum, dan dampak kebersihan tangan terhadap keselamatan pasien. Diskusi tentang pendekatan "5 Momen Saya untuk Kebersihan Tangan" WHO dan waktu-waktu penting untuk melakukan kebersihan tangan di fasilitas kesehatan. Teknik Kebersihan Tangan dan Praktik Terbaik (45 menit) • • • Demonstrasi teknik kebersihan tangan yang benar menggunakan sabun dan air serta pembersih tangan berbahan dasar alkohol. Sesi latihan bagi peserta untuk melakukan kebersihan tangan dengan berbagai teknik. Pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan kebersihan tangan antara lain kondisi kulit, penggunaan sarung tangan, dan beban kerja. Studi Kasus dan Skenario Interaktif (30 menit) • • Diskusi kelompok kecil dan presentasi studi kasus berfokus pada skenario kehidupan nyata terkait kepatuhan dan tantangan kebersihan tangan. Analisis hambatan kepatuhan kebersihan tangan dan strategi mengatasinya. Sesi Tanya Jawab (15 menit) • • • • Forum terbuka bagi peserta untuk bertanya, berbagi pengalaman, dan mencari klarifikasi mengenai topik terkait kebersihan tangan. Pemantauan Kepatuhan Kebersihan Tangan (30 menit) Ikhtisar alat dan metode pemantauan kebersihan tangan, termasuk observasi langsung, sistem pemantauan elektronik, dan pelaporan mandiri. Penjelasan mengenai tujuan kepatuhan kebersihan tangan dan target kinerja fasilitas. 141 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Penutup dan Evaluasi (15 menit) • • • Rekap hal-hal penting yang dapat diambil dari lokakarya ini. Distribusi sertifikat partisipasi. Umpan balik peserta dan evaluasi konten, format, dan efektivitas lokakarya. Menindaklanjuti: • • • Kegiatan penguatan pasca lokakarya, seperti pengingat berkala, audit kebersihan tangan, dan sesi pelatihan penyegaran. Pemantauan berkelanjutan atas kepatuhan kebersihan tangan dan umpan balik kepada staf mengenai kinerja. Integrasi pendidikan kebersihan tangan ke dalam program orientasi karyawan baru dan penilaian kompetensi tahunan. Lokakarya pelatihan kebersihan tangan ini memberikan pengalaman pembelajaran yang terstruktur dan interaktif bagi petugas layanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan komitmen mereka terhadap praktik kebersihan tangan, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap peningkatan keselamatan pasien dan pencegahan infeksi di lingkungan layanan kesehatan. 2. Pelatihan Simulasi APD Objektif: Tujuan dari kegiatan program ini adalah untuk memperkuat penggunaan alat pelindung diri (APD) yang benar di kalangan petugas kesehatan melalui pelatihan simulasi langsung. Durasi: Sesi setengah hari (kurang lebih 3-4 jam) Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, dokter, profesional kesehatan terkait, dan staf pendukung yang diwajibkan menggunakan APD dalam pekerjaan sehari-hari mereka. 142 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Bahan yang Dibutuhkan: • • • • • Aneka perlengkapan APD: sarung tangan, baju pelindung, masker (respirator bedah dan N95), pelindung wajah, kacamata. Stasiun simulasi diatur dengan skenario pasien yang memerlukan tingkat APD berbeda. Materi ajar teknik donning dan doffing yang benar untuk setiap jenis APD. Alat peraga bermain peran (misalnya manekin pasien, peralatan medis). Formulir evaluasi untuk umpan balik dan penilaian peserta. Agenda Program: Pendahuluan (15 menit) • • Selamat datang dan ikhtisar tujuan program. Penjelasan tentang pentingnya penggunaan APD yang tepat dalam mencegah infeksi terkait layanan kesehatan. Review Pedoman APD (30 menit) • • Presentasi tentang berbagai jenis APD yang digunakan di fasilitas kesehatan, termasuk sarung tangan, gaun pelindung, masker, dan pelindung mata. Diskusi tentang kapan dan bagaimana menggunakan setiap jenis APD berdasarkan tingkat antisipasi paparan terhadap agen infeksi. Demonstrasi Teknik Donning dan Doffing (45 menit) • • Demonstrasi yang dipimpin instruktur mengenai teknik mengenakan dan melepas APD yang benar untuk setiap jenis APD, dengan menekankan langkah-langkah penting dan tindakan pencegahan keselamatan. Sesi praktik langsung bagi peserta untuk berlatih mengenakan dan melepas APD di bawah bimbingan instruktur. 143 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Stasiun Simulasi (90 menit) • • • Peserta bergilir melalui stasiun simulasi di mana mereka menghadapi skenario pasien berbeda yang memerlukan penggunaan APD. Skenario dapat mencakup kewaspadaan kontak (misalnya, merawat pasien dengan infeksi Clostridioides difficile), kewaspadaan terhadap droplet (misalnya, merawat pasien yang menderita influenza), dan kewaspadaan melalui udara (misalnya, merawat pasien yang menderita tuberkulosis). Peserta menggunakan APD yang sesuai berdasarkan skenario dan mempraktikkan prosedur pengendalian infeksi yang benar saat berinteraksi dengan pasien yang disimulasikan. Debrief dan Diskusi (30 menit) • • • Sesi pembekalan kelompok untuk mendiskusikan pengalaman peserta selama latihan simulasi. Tinjauan tantangan umum dan praktik terbaik terkait penggunaan APD. Sesi tanya jawab untuk menjawab pertanyaan atau kekhawatiran yang diajukan oleh peserta. Umpan Balik dan Evaluasi (15 menit) • • Distribusi formulir evaluasi bagi peserta untuk memberikan umpan balik mengenai isi, format, dan efektivitas program. Pengumpulan umpan balik untuk perbaikan program dan perencanaan masa depan. Menindaklanjuti: • • Penguatan pelatihan APD yang berkelanjutan melalui sesi penyegaran rutin dan penilaian keterampilan. Integrasi pendidikan APD ke dalam program orientasi karyawan baru dan penilaian kompetensi tahunan. 144 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • Pemantauan berkelanjutan terhadap kepatuhan APD dan penguatan protokol pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan. Program pelatihan simulasi APD ini memberikan pengalaman pembelajaran yang interaktif dan mendalam bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan kemahiran mereka dalam menggunakan APD secara efektif, sehingga mendorong lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi staf dan pasien. 3. Lokakarya Praktek Injeksi yang Aman Tujuan: Tujuan dari lokakarya ini adalah untuk memperkuat dan meningkatkan praktik penyuntikan yang aman di kalangan petugas layanan kesehatan melalui pelatihan interaktif dan praktik langsung. Durasi: Sesi setengah hari (kurang lebih 3-4 jam) Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, dokter, asisten medis, dan staf lain yang terlibat dalam pemberian suntikan. Bahan yang Dibutuhkan: • • • • • Persediaan injeksi: alat suntik, jarum suntik, botol atau ampul obat, penyeka alkohol, wadah benda tajam. Slide presentasi tentang praktik injeksi yang aman, termasuk pedoman dan praktik terbaik. Bantalan latihan injeksi atau manekin untuk demonstrasi langsung. Video instruksional yang menunjukkan teknik injeksi yang benar. Formulir evaluasi untuk umpan balik dan penilaian peserta. Agenda Program: Pendahuluan (15 menit) • Selamat datang dan ikhtisar tujuan lokakarya. 145 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • Penjelasan tentang pentingnya praktik suntikan yang aman dalam mencegah infeksi terkait layanan kesehatan dan keselamatan pasien. Tinjauan Pedoman Injeksi yang Aman (30 menit) • • Presentasi tentang prinsip-prinsip praktik penyuntikan yang aman, termasuk kebersihan tangan yang benar, persiapan peralatan penyuntikan, pemilihan tempat penyuntikan, dan pembuangan benda tajam. Diskusi tentang kesalahan umum dan penyimpangan dari praktik injeksi yang aman dan potensi konsekuensinya. Demonstrasi Teknik Suntikan (45 menit) • • Demonstrasi teknik injeksi yang tepat yang dipimpin instruktur, termasuk injeksi intramuskular (IM), subkutan (SC), dan intradermal (ID). Penekanan pada sudut penyisipan jarum, penanda lokasi suntikan, aspirasi, dan injeksi yang lambat dan stabil untuk meminimalkan rasa sakit dan trauma jaringan. Sesi Latihan Praktis (90 menit) • • • Peserta berpasangan dan bergantian mempraktikkan teknik penyuntikan pada bantalan suntikan atau manekin di bawah bimbingan instruktur. Peserta berlatih menyiapkan alat suntik, melakukan kebersihan tangan, memilih tempat suntikan yang sesuai, dan memberikan suntikan dengan teknik yang benar. Instruktur memberikan umpan balik dan bimbingan secara realtime kepada peserta, mengatasi kesalahan atau area yang memerlukan perbaikan. Studi Kasus dan Skenario (30 menit) 146 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • Diskusi kelompok mengenai studi kasus dan skenario terkait praktik penyuntikan yang aman, termasuk situasi yang melibatkan botol multidosis, kesalahan pemberian obat, dan cedera tertusuk jarum suntik. Analisis akar penyebab dan tindakan pencegahan untuk menghindari kesalahan dan kejadian buruk. Sesi Tanya Jawab (15 menit) • Forum terbuka bagi peserta untuk bertanya, berbagi pengalaman, dan mencari klarifikasi mengenai praktik suntikan yang aman. Umpan Balik dan Evaluasi (15 menit) • • Distribusi formulir evaluasi bagi peserta untuk memberikan umpan balik mengenai isi, format, dan efektivitas lokakarya. Pengumpulan umpan balik untuk perbaikan program dan perencanaan masa depan. Menindaklanjuti: • • • Penggabungan prinsip praktik penyuntikan yang aman ke dalam program pelatihan berkelanjutan dan penilaian kompetensi bagi petugas kesehatan. Sesi penyegaran berkala dan penilaian keterampilan untuk memperkuat teknik injeksi yang tepat dan mengatasi penyimpangan dalam praktik. Pemantauan praktik penyuntikan melalui audit dan observasi untuk memastikan kepatuhan terhadap pedoman dan protokol penyuntikan yang aman. Lokakarya praktik penyuntikan yang aman ini membekali petugas kesehatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk melakukan penyuntikan dengan aman dan efektif, sehingga meminimalkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan dan kejadian buruk bagi pasien dan penyedia layanan. 147 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 4. Simulasi Pengelolaan Tumpahan Tujuan: Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih petugas layanan kesehatan mengenai prosedur yang tepat dalam menangani tumpahan darah, cairan tubuh, atau bahan kimia berbahaya di fasilitas layanan kesehatan untuk meminimalkan risiko paparan agen infeksi dan menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien dan staf. Durasi: Sesi setengah hari (kurang lebih 3-4 jam) Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, asisten medis, staf layanan lingkungan, dan personel lain yang bertanggung jawab atas pembersihan dan disinfeksi. Bahan yang Dibutuhkan: • • • • Bahan simulasi: simulasi tumpahan darah atau cairan tubuh, perlengkapan tumpahan yang berisi bahan penyerap, disinfektan, alat pelindung diri (APD), perlengkapan penahan tumpahan (misalnya tas biohazard, pembatas). Slide presentasi tentang prosedur pengelolaan tumpahan, termasuk pedoman dan praktik terbaik. Protokol pengelolaan tumpahan dan prosedur operasi standar (SOP) sebagai referensi. Formulir evaluasi untuk umpan balik dan penilaian peserta. Agenda Program: Pendahuluan (15 menit) • • Selamat datang dan ikhtisar tujuan lokakarya. Penjelasan tentang pentingnya pengelolaan tumpahan yang tepat dalam mencegah paparan agen infeksius dan memastikan keselamatan tempat kerja. Tinjauan Pedoman Pengelolaan Tumpahan (30 menit) • Presentasi tentang prinsip-prinsip pengelolaan tumpahan, termasuk jenis tumpahan yang ditemui di fasilitas layanan 148 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • kesehatan, prosedur penahanan dan pembersihan tumpahan, dan persyaratan alat pelindung diri (APD). Diskusi mengenai persyaratan peraturan dan kebijakan spesifik fasilitas untuk pengelolaan tumpahan. Demonstrasi Teknik Pengelolaan Tumpahan (45 menit) • • Demonstrasi teknik pengelolaan tumpahan yang dipimpin oleh instruktur, termasuk cara menilai tumpahan, memilih APD yang sesuai, membatasi area tumpahan, dan membersihkan serta mendisinfeksi permukaan yang terkontaminasi. Penekanan pada teknik yang tepat dalam menangani tumpahan darah, cairan tubuh, dan bahan kimia berbahaya untuk meminimalkan risiko paparan dan penularan agen infeksi. Sesi Latihan Praktis (90 menit) • • • Peserta bekerja dalam kelompok kecil untuk melakukan simulasi berbagai skenario tumpahan menggunakan simulasi darah atau cairan tubuh. Peserta berlatih menilai tumpahan, mengenakan APD yang sesuai, membatasi area tumpahan, membersihkan dan mendisinfeksi permukaan yang terkontaminasi, dan membuang bahan limbah dengan aman. Instruktur memberikan panduan dan umpan balik kepada peserta mengenai kinerja mereka dan kepatuhan terhadap protokol pengelolaan tumpahan. Studi Kasus dan Skenario (30 menit) • • Diskusi kelompok mengenai studi kasus dan skenario terkait pengelolaan tumpahan, termasuk situasi yang melibatkan tumpahan di ruang pasien, area prosedur, dan area publik. Analisis akar penyebab dan tindakan pencegahan untuk menghindari tumpahan dan mengurangi dampaknya terhadap perawatan dan keselamatan pasien. 149 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Sesi Tanya Jawab (15 menit) • Forum terbuka bagi peserta untuk bertanya, berbagi pengalaman, dan mencari klarifikasi mengenai prosedur dan protokol pengelolaan tumpahan. Umpan Balik dan Evaluasi (15 menit) • • Distribusi formulir evaluasi bagi peserta untuk memberikan umpan balik mengenai isi, format, dan efektivitas lokakarya. Pengumpulan umpan balik untuk perbaikan program dan perencanaan masa depan. Menindaklanjuti: • • • Penggabungan prinsip-prinsip pengelolaan tumpahan ke dalam program orientasi bagi petugas layanan kesehatan baru dan pelatihan berkelanjutan untuk staf yang ada. Melakukan latihan tumpahan dan latihan meja secara berkala untuk memperkuat keterampilan dan memastikan kesiapan untuk merespons tumpahan secara efektif. Meninjau dan memperbarui protokol dan SOP pengelolaan tumpahan berdasarkan umpan balik, pembelajaran, dan perubahan peraturan atau pedoman. Simulasi pengelolaan tumpahan ini memberikan pengalaman praktis dan kepercayaan diri kepada petugas kesehatan dalam merespons tumpahan secara efektif, sehingga menciptakan lingkungan yang aman dan higienis untuk perawatan pasien. 5. Pelatihan dan Simulasi Ruang Isolasi Tujuan: Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih petugas kesehatan tentang prosedur dan tindakan pencegahan yang tepat saat bekerja di ruang isolasi untuk mencegah penularan agen infeksi dan menjamin keselamatan pasien dan staf. 150 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Durasi: Sesi setengah hari (kurang lebih 3-4 jam) Peserta: Petugas kesehatan termasuk perawat, dokter, ahli terapi pernapasan, staf layanan lingkungan, dan personel lain yang terlibat dalam merawat pasien dalam isolasi. Bahan yang Dibutuhkan: • • • • • Slide presentasi tentang prosedur ruang isolasi, termasuk pedoman dan praktik terbaik. Materi simulasi: ruang isolasi tiruan dengan peralatan dan perlengkapan yang sesuai, termasuk alat pelindung diri (APD), tempat kebersihan tangan, dan wadah pembuangan limbah. Video instruksional yang menunjukkan protokol dan teknik ruang isolasi yang tepat. Papan tanda dan alat komunikasi ruang isolasi (misalnya papan tanda pintu, papan komunikasi). Formulir evaluasi untuk umpan balik dan penilaian peserta. Agenda Program: Pendahuluan (15 menit) • • Selamat datang dan ikhtisar tujuan lokakarya. Penjelasan tentang pentingnya prosedur ruang isolasi yang tepat dalam mencegah penyebaran infeksi dan melindungi petugas kesehatan dan pasien. Review Pedoman Ruang Isolasi (30 menit) • • Presentasi tentang prinsip-prinsip manajemen ruang isolasi, termasuk jenis tindakan pencegahan isolasi (misalnya kontak, droplet, udara), kriteria penempatan pasien, dan tindakan pengendalian infeksi. Diskusi mengenai persyaratan peraturan dan kebijakan khusus fasilitas untuk prosedur ruang isolasi. Demonstrasi Protokol Ruang Isolasi (45 menit) 151 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • Demonstrasi protokol ruang isolasi yang dipimpin instruktur, termasuk pengaturan ruangan, penggunaan dan pelepasan alat pelindung diri (APD), prosedur kebersihan tangan, serta pembersihan dan disinfeksi lingkungan. Penekanan pada teknik yang tepat untuk meminimalkan risiko paparan agen infeksi dan mencegah kontaminasi silang. Sesi Latihan Praktis (90 menit) • • Peserta bergilir melalui stasiun simulasi di mana mereka mempraktikkan berbagai aspek bekerja di ruang isolasi, termasuk mengenakan dan melepas APD, melakukan kebersihan tangan, mengelola peralatan perawatan pasien, serta membersihkan dan mendisinfeksi permukaan. Peserta bekerja berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk melakukan simulasi skenario perawatan pasien di ruang isolasi, dengan menerapkan prinsip dan prosedur yang dipelajari selama pelatihan. Studi Kasus dan Skenario (30 menit) • • Diskusi kelompok mengenai studi kasus dan skenario terkait bekerja di ruang isolasi, termasuk situasi yang melibatkan pasien dengan organisme yang resistan terhadap beberapa obat, penyakit menular, dan status imunokompromais. Analisis akar penyebab dan tindakan pencegahan untuk meminimalkan risiko penularan dan memastikan perawatan pasien yang aman. Sesi Tanya Jawab (15 menit) • Forum terbuka bagi peserta untuk bertanya, berbagi pengalaman, dan mencari klarifikasi mengenai prosedur dan protokol ruang isolasi. Umpan Balik dan Evaluasi (15 menit) 152 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • Distribusi formulir evaluasi bagi peserta untuk memberikan umpan balik mengenai isi, format, dan efektivitas lokakarya. Pengumpulan umpan balik untuk perbaikan program dan perencanaan masa depan. Menindaklanjuti: • • • Integrasi pelatihan ruang isolasi ke dalam program orientasi bagi petugas kesehatan baru dan pendidikan berkelanjutan bagi staf yang ada. Melakukan latihan dan simulasi berkala untuk mempraktikkan prosedur ruang isolasi dan memperkuat keterampilan. Meninjau dan memperbarui protokol dan prosedur ruang isolasi berdasarkan umpan balik, pembelajaran, dan perubahan peraturan atau pedoman. Pelatihan dan simulasi ruang isolasi ini membekali petugas layanan kesehatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk bekerja dengan aman dan efektif di ruang isolasi, sehingga meminimalkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan dan meningkatkan keselamatan pasien dan staf. 153 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Formulir evaluasi Nama Program: Pelatihan dan Simulasi Ruang Isolasi Nama Peserta: ____________ Peran/Jabatan:__________ Tanggal Pelatihan: ________________ 2024 Silakan menilai aspek-aspek berikut dari program pelatihan: Kepuasan Keseluruhan: 1. Sangat puas 2. Puas 3. Netral 4. 5. Tidak puas sangat tidak puas Relevansi Konten: 1. Sangat Relevan 2. Relevan 3. Agak Relevan 4. 5. Tidak Sangat Relevan Tidak Relevan Sama sekali Kejelasan Penyajian: 1. Sangat jelas 2. Jernih 3. Agak Jelas 4. 5. Tidak Begitu Jelas Tidak Jelas Sama Sekali Efektivitas Demonstrasi dan Simulasi: 1. Sangat efektif 4. 2. Efektif 5. 3. Agak Efektif Tidak Terlalu Efektif Tidak Efektif Sama Sekali Kegunaan Sesi Praktek Hands-On: 1. Sangat berguna 2. Berguna 3. Agak Berguna 4. 5. Tidak Sangat Berguna Tidak Berguna Sama sekali Kualitas Studi Kasus dan Skenario: 1. Kualitas Sangat Tinggi 2. Kualitas tinggi 3. Kualitas Rata-Rata 4. 5. Kualitas rendah Kualitas Sangat Rendah 154 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Sesi Tanya Jawab dan Interaksi dengan Instruktur: 1. Sangat Menarik 4. Tidak Terlalu Menarik 2. Menarik 5. Tidak Terlibat Sama Sekali 3. Netral Nilai Keseluruhan Program: 1. Bagus sekali 2. Bagus 3. Adil 4. 5. Miskin Sangat miskin Mohon berikan komentar atau saran tambahan untuk meningkatkan program pelatihan: Formulir evaluasi ini memungkinkan peserta untuk memberikan umpan balik mengenai berbagai aspek program pelatihan, termasuk konten, presentasi, aktivitas langsung, dan nilai keseluruhan. Masukan mereka dapat membantu mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, sehingga memungkinkan peningkatan berkelanjutan pada inisiatif pelatihan di masa depan. 155 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Modul 14: Organisasi Perawat Pengendalian dan Pencegahan Infeksi 1. Definisi dan Tujuan Organisasi Perawat PPI a) IPCN adalah singkatan dari Infection Prevention and Control Nurse atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendalian Infeksi Indonesia. b) IPCN adalah perawat yang memiliki spesialisasi dalam bidang pencegahan dan pengendalian infeksi di lingkungan pelayanan kesehatan. Tujuan utama IPCN adalah untuk meminimalkan risiko infeksi bagi pasien, tenaga kesehatan, dan pengunjung dengan memastikan kepatuhan terhadap pedoman dan protokol yang telah ditetapkan. c) Definisi: Organisasi perawat PPI adalah kelompok profesional perawat yang berfokus pada pengendalian dan pencegahan infeksi di berbagai fasilitas layanan kesehatan. 2. Tujuan Organisasi Perawat PPI a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam PPI. b) Memfasilitasi pertukaran informasi dan pengalaman terkait PPI. c) Mempromosikan praktik terbaik dalam pengendalian infeksi. d) Mengembangkan kebijakan dan pedoman PPI. e) Meningkatkan kolaborasi antar profesional kesehatan dalam PPI. 156 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 3. Peran dan Tanggung Jawab Perawat PPI a) Pengembangan Kebijakan dan Protokol: Berperan dalam mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kebijakan dan protokol PPI. b) Edukasi dan Pelatihan: Menyediakan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan kepada staf kesehatan tentang praktik PPI. c) Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan dan evaluasi kepatuhan terhadap kebijakan PPI dan efektivitasnya dalam mencegah infeksi. d) Penanganan Wabah: Berpartisipasi dalam investigasi dan penanganan wabah infeksi di fasilitas kesehatan. e) Advokasi: Mengadvokasi pentingnya PPI kepada manajemen rumah sakit dan pembuat kebijakan. 4. Keterampilan dan Kualifikasi: a) Pendidikan: Gelar S1 dalam bidang keperawatan, seringkali dilengkapi dengan pelatihan atau sertifikasi khusus dalam pengendalian infeksi. b) Pengalaman: Pengalaman klinis dalam keperawatan dengan fokus pada pengendalian infeksi. c) Sertifikasi: Banyak IPCN yang mendapatkan sertifikasi dari organisasi profesional, seperti Certification Board of Infection Control and Epidemiology (CBIC). d) Keterampilan: Keterampilan analitis, komunikasi, dan pemecahan masalah yang kuat. Kemampuan untuk bekerja secara mandiri maupun dalam tim. 157 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 4. Organisasi Perawat Pencegah dan Pengendai Infeksi a) Asosiasi Nasional Perawat Pengendalian Infeksi: o Contoh: Himpunan Perawat Pencegah Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII). o Tujuan: Mendukung perawat PPI pendidikan, pelatihan, dan penelitian. dan melalui b) Organisasi Internasional: o International Federation of Infection Control (IFIC): Organisasi global yang menyediakan sumber daya dan jaringan bagi profesional PPI. o Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology (APIC): Organisasi berbasis di Amerika Serikat yang memfasilitasi pengembangan profesional dalam PPI melalui pendidikan, penelitian, dan advokasi. 5. Keanggotaan dan Kegiatan Organisasi Perawat PPI a) Keanggotaan: o Kriteria: Terbuka untuk perawat yang bekerja atau memiliki minat dalam bidang PPI. o Manfaat: Akses ke sumber daya pendidikan, jaringan profesional, kesempatan pelatihan, dan konferensi. b) Kegiatan: o Konferensi dan Workshop: Menyelenggarakan acara-acara untuk berbagi pengetahuan terbaru dan praktik terbaik dalam PPI. 158 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL o Publikasi: Menerbitkan jurnal, panduan praktis terkait PPI. o Penelitian: Mendorong dan mendanai penelitian dalam bidang PPI untuk mengembangkan praktik berbasis bukti. buletin, dan 6. Peran Kolaborasi dengan Profesi Kesehatan Lainnya a) Kolaborasi Interdisipliner: Bekerja sama dengan dokter, ahli epidemiologi, mikrobiolog, dan profesional kesehatan lainnya untuk meningkatkan praktik PPI. b) Pendekatan Tim: Menggunakan pendekatan tim dalam merancang dan mengimplementasikan strategi PPI yang komprehensif. 6. Tantangan dan Peluang a) Tantangan: o Resistensi Antimikroba: Menghadapi tantangan resistensi antibiotik yang mempersulit pengendalian infeksi. o Kompleksitas Infeksi: Menangani kompleksitas berbagai infeksi yang muncul dan berkembang. o Keterbatasan Sumber Daya: Mengatasi keterbatasan sumber daya, baik dalam hal personel, fasilitas, maupun dana. b) Peluang: o Inovasi Teknologi: Memanfaatkan teknologi baru untuk meningkatkan surveilans dan kontrol infeksi. o Pendidikan Berkelanjutan: Mengembangkan program pendidikan berkelanjutan untuk 159 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL memperbarui pengetahuan dan keterampilan perawat. o Kolaborasi Global: Memperkuat jaringan global untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengendalian infeksi. Kesimpulan Organisasi perawat PPI memainkan peran penting dalam menjaga keselamatan pasien dan staf kesehatan dengan mempromosikan praktik terbaik dalam pengendalian dan pencegahan infeksi. Melalui pendidikan, pelatihan, penelitian, dan kolaborasi, organisasi ini membantu memastikan bahwa tenaga kesehatan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan infeksi yang terus berkembang. 160 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Silabus Modul Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Deskripsi Modul: Modul ini akan memberikan gambaran umum tentang prinsip dan praktik pengendalian infeksi yang bertujuan mencegah penyebaran infeksi di berbagai lingkungan seperti fasilitas kesehatan, lingkungan masyarakat, dan tempat kerja. Topik yang dibahas meliputi epidemiologi penyakit menular, cara penularan, strategi pencegahan infeksi, prinsip kebersihan, dan persyaratan peraturan. Tujuan Modul: 1. 2. 3. 4. 5. Memahami prinsip dasar pengendalian dan pencegahan infeksi. Identifikasi patogen umum dan cara penularannya. Pelajari strategi untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di berbagai situasi. Dapatkan pengetahuan tentang persyaratan peraturan dan pedoman terkait pengendalian infeksi. Mengembangkan keterampilan dalam menerapkan langkahlangkah pengendalian infeksi secara efektif. Garis Besar Modul: • • • • • • • • • Modul 1: Pengantar Pengendalian Infeksi Modul 2: Mikrobiologi Penyakit Menular Modul 3: Epidemiologi dan Surveilans Modul 4: Cara Penularan Modul 5: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Modul 6: Pembersihan dan Disinfeksi Lingkungan Modul 7: Kesehatan dan Keselamatan Kerja Modul 8: Persyaratan dan Pedoman Peraturan Modul 9: Pengendalian Infeksi dalam Pengaturan Khusus 161 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL • • • Modul 10: Infeksi yang Muncul dan Kesehatan Global Modul 11: Studi Kasus dan Praktik Terbaik Modul 12: Tinjauan dan Penilaian Durasi Pembelajaran Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Durasi pembelajaran pengendalian dan pencegahan infeksi dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk kedalaman dan luasnya kurikulum, format modul (misalnya tatap muka, online), dan tingkat sertifikasi atau akreditasi yang dicari. Berikut beberapa skenario umum selama durasi pembelajaran modul pencegahan dan pengendalian infeksi: 1. Modul Pelatihan Dasar: Modul pengendalian infeksi dasar, seperti yang dirancang untuk petugas layanan kesehatan atau individu yang bekerja di lingkungan berisiko tinggi, dapat berdurasi beberapa jam hingga beberapa hari. Modul-modul ini biasanya mencakup topik-topik mendasar seperti kebersihan tangan, tindakan pencegahan standar, dan praktik pencegahan infeksi. 2. Program Sertifikasi Lanjutan: Modul ini bisa dipergunakan untuk keperluan mengikuti Program sertifikasi tingkat lanjut dalam pengendalian infeksi, seperti yang ditawarkan oleh organisasi profesional seperti Asosiasi Profesional dalam Pengendalian Infeksi dan Epidemiologi (APIC), mungkin memerlukan pelatihan yang lebih ekstensif selama beberapa minggu atau bulan. Program-program ini dirancang untuk para profesional kesehatan yang mencari pengetahuan dan keterampilan khusus dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. 162 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL 3. Pendidikan Berkelanjutan dan Pengembangan Profesional: Modul ini juga berguna dalam kegiatan pendidikan berkelanjutan dan program pengembangan profesional dalam pengendalian infeksi dapat ditawarkan secara berkelanjutan, dengan peserta menyelesaikan modul atau modul selama beberapa minggu atau bulan. Modul-modul ini memungkinkan para profesional kesehatan untuk selalu mengikuti perkembangan pedoman terbaru, praktik terbaik, dan topik-topik baru dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. 4. Modul Online dan Pembelajaran Mandiri: Banyak modul pengendalian infeksi kini tersedia secara online, sehingga peserta dapat menyelesaikan pelatihan sesuai keinginan mereka. Modul-modul ini mungkin menawarkan penjadwalan yang fleksibel dan akses ke materi pengajaran dan penilaian untuk jangka waktu tertentu, seperti 30 hari atau 90 hari. 5. Modul Penyegaran dan Sertifikasi Ulang: Modul penyegaran dan program sertifikasi ulang dalam pengendalian infeksi biasanya berdurasi lebih singkat dan mungkin diperlukan secara berkala bagi profesional layanan kesehatan untuk mempertahankan sertifikasi atau lisensi mereka. Modul-modul ini dapat mencakup pembaruan pedoman, perubahan peraturan, dan tinjauan kompetensi inti dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. Secara keseluruhan, durasi modul pengendalian infeksi dapat bervariasi berdasarkan tujuan spesifik, target audiens, dan format pengajaran program pelatihan. Peserta harus meninjau kurikulum dan persyaratan modul dengan cermat untuk memahami komitmen 163 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL waktu yang terlibat dan memastikan bahwa modul memenuhi kebutuhan pembelajaran dan tujuan profesional mereka. Metode penilaian: • • • • Kuis dan ujian Tugas tertulis (studi kasus, makalah penelitian) Partisipasi kelas dan diskusi Demonstrasi praktis (misalnya, teknik kebersihan tangan) Buku Teks dan Sumber: • • • • • • Alhumaid, S., Al Mutair, A., Al Alawi, Z., Alsuliman, M., Ahmed, G. Y., Rabaan, A. A., ... & Al-Omari, A. (2021). Knowledge of infection prevention and control among healthcare workers and factors influencing compliance: a systematic review. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 10(1), 86. Green, L. H., & Goldman, E. (Eds.). (2021). Practical handbook of microbiology. CRC press. Mahon, C. R., & Lehman, D. C. (2022). Textbook of Diagnostic Microbiology-E-Book: Textbook of Diagnostic Microbiology-EBook. Elsevier Health Sciences. World Health Organization. (2020). Guidelines on core components of infection prevention and control programmes at the national and acute health care facility level. World Health Organization. Country Office for Thailand. World Health Organization. (2020). Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected: interim guidance, 25 January 2020. World Health Organization. Zhou, W. (2020). The coronavirus prevention handbook: 101 science-based tips that could save your life. Simon and Schuster. Catatan: Silabus ini dapat berubah sesuai kebijakan instruktur. Silabus ini memberikan garis besar terstruktur yang mencakup topik dan tujuan utama terkait pengendalian dan pencegahan infeksi. 164 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Instruktur dapat memilih untuk menambah atau menghapus topik berdasarkan kebutuhan spesifik modul dan tingkat audiens (misalnya, pengantar vs. lanjutan). 165 CLASSIFICATION: C0 - NON-CONFIDENTIAL Riwayat Penulis Mantri Sobur Setiaman Lahir di Sumedang, tamat Sekolah Perawat Kesehatan Pemda Sumedang tahun 1987. D3 Keperawatan dari Akademi Keperawatan Saiffudin Zuhri Indramayu. S1 dan Profesi Ners dari Universitas Muhammadiyah Semarang. Tamat Sekolah Paskasarjana dari Universitas Sahid Jakarta Jurusan Magister Manajemen Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Lulus dari program Studi Magister Keperawatan dari Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia, Kediri. Dari sejak lulus dari Sekolah perawat, bekerja di perusahaan pertambangan milik Amerika yang beroperasi di Irian Jaya. 16 Tahun bekerja di pertambangan Emas (PT Freeport Indonesia), dan sejak tahun 2006 sampai dengan sekarang bekerja di pertambangan minyak dan Gas terbesar di timur tengah (Qatar). 166