Academia.eduAcademia.edu

Review Film "The Social Dilemma"

Sebuah rasa baru yang saya rasakan setelah menonton lm ini, terbiasa menonton lm ksi dengan narasi atau alur cerita yang maju kini disuguhkan dengan lm dokumenter. Ini adalah lm pertama yang saya tonton mengenai sebuah fenomena namun bukan fenomena tragedi, kasus, atau kecelakaan besar. Kali ini terasa berbeda karena sebagai Generasi Z yang lahir tahun 2004, lm ini sangat terasa relatable. Saya merasa seperti korban dari Social Dilemma yang dibahas di lm ini. Oleh karena itu saya berharap review ini akan terasa lebih nyata diiringi dengan pengalaman saya yang telah atau sedang melalui social dilemma.

Sebuah rasa baru yang saya rasakan setelah menonton lm ini, terbiasa menonton lm ksi dengan narasi atau alur cerita yang maju kini disuguhkan dengan lm dokumenter. Ini adalah lm pertama yang saya tonton mengenai sebuah fenomena namun bukan fenomena tragedi, kasus, atau kecelakaan besar. Kali ini terasa berbeda karena sebagai Generasi Z yang lahir tahun 2004, lm ini sangat terasa relatable. Saya merasa seperti korban dari Social Dilemma yang dibahas di lm ini. Oleh karena itu saya berharap review ini akan terasa lebih nyata diiringi dengan pengalaman saya yang telah atau sedang melalui social dilemma. Sinopsis Film “The Social Dilemma” merupakan lm dokumenter karya Je Orlowski yang membahas bagaimana sisi gelap sosial media dan internet yang secara implisit menjaga kita agar tetap di depan layar smartphone atau laptop dengan algoritma mereka yang menyesuaikan dengan apa yang kita ingin lihat di beranda sosial media kita. Film ini membahas beberapa kasus yang terjadi khususnya kepada Generasi Z yang terlahir langsung pada era informasi ini dengan beberapa cuplikan cerita satu keluarga. Selain itu, lm ini juga membawa banyak sekali sosok keberhasilan dari beberapa sosial media seperti Google, Facebook, Twitter, dan Instagram untuk diwawancara dan memberikan pandangan mereka terhadap sisi buruk dari apa yang mereka ciptakan. Review Film ini dibuka dengan beberapa scene persiapan wawancara seperti menaruh kursi dan lighting, dari sini genre dokumenter nya sudah mulai terasa. Lalu ada latar berikutnya yang diperkenalkan yaitu sebuah keluarga sebagai gambaran orang-orang yang menjadi korban dan sedang mengatasi kecanduan social media. Di awal, lm difokuskan pada para mantan karyawan perusahaan teknologi besar dimana mereka mulai menyadari dampak buruk dari apa yang mereka ciptakan. Mereka mulai mencari soal penyakit yang belum ada namanya tapi sudah terasa efeknya yang disebabkan oleh banyak social media yang baru beredar. Banyak aspek dari social media layaknya design, laman rekomendasi, noti kasi yang dibuat sedemikian rupa agar kita tetap berada di aplikasi tersebut. “Bisnis ini merupakan model bisnis baru” mereka bilang, dimana tidak ada produk yang 1 dijual namun kita yang menjadi “produk” dari social media. Para perusahaan menaruh iklan mereka di laman social media kita kemudian sebagai pengguna yang sudah kecanduan secara tidak langsung menjadi produk karena telah melihat iklan itu sembari membuka social media. Semua hal ini dikontrol oleh orang-orang dibalik layar yang sebenarnya adalah algoritma dan super computer, jadi tidak ada yang bisa dipertanggung jawabkan atas kejadian ini. Kemudian, mereka mulai membaca data bahwa dari semua data perkembangan yang sudah ada, data perkembangan kecepatan komputer telah memecahkan rekor perkembangan dengan begitu cepat. Dengan genre lm yang berbentuk dokumenter, saya merasa lm ini sudah cukup menunjukan segala sisi dari kejadian social dilemma yang mereka angkat. Dari mendatangkan para ahli di bidangnya lalu langsung mewawancarai mereka, membuat lm ini menjadi sumber yang cukup baik untuk mempelajari apa yang terjadi di dunia super cepat ini. Adanya latar kedua yaitu keluarga dan Ben sebagai contoh nyata membuat lm ini menjadi lebih grounded dari sisi kita para penonton yang memakai smartphone dan internet di lingkup keluarga, sekolah, dan sehari-hari. Penggunaan VFX juga pas dan tidak membuat lm ini menjadi terlalu norak melainkan membantu kita sebagai orang awam mengerti apa yang dimaksud dengan algoritma dan super computer yang dibahas di lm ini. Meski baik secara dokumenter, jika penonton ingin melihat lm dari sisi naratifnya menurut saya agak membosankan. Karena lm ini mengutamakan para ahli dari berbagai bidang yang berkontribusi di industri teknologi agar penonton bisa lebih mengerti, percaya, dan paham tentang apa yang terjadi. Bukan memberikan penonton cerita yang seru mengenai orang atau keluarga yang akhirnya terbebas dari social dilemma Saya berharap akan lebih banyak lagi lm dokumenter yang terinspirasi dari lm ini untuk mengangkat isu yang banyak orang terlibat namun tidak sadar. Dari beberapa segi cerita, sinematogra , dan narasi. Saya memberikan rating 7.00 / 10.00 untuk lm ini. 2