Academia.eduAcademia.edu

Kecanduan yang Menyenangkan: Review Film “The Social Dilemma (2020)”

2024, Dewi Hanum Firdasari

https://doi.org/10.4135/9781848608443.n10.

“Kecanduan yang Menyenangkan” merupakan sebuah review film “The Social Dilemma (2020)”. Film dokumenter yang disutradarai oleh Jeff Orlowski ini, tayang saat pandemi Covid-19 di Netflix. Film dokumenter ini menyajikan informasi dan argumen dari narasumber yang kredibel serta ilustrasi yang mudah dipahami. Melalui review ini, aspek sinematografi, naratif, gaya, genre, dan teori film dari film The Social Dilemma akan dikupas secara ringkas. Review ini berisikan sinopsis, narasumber, pemeran, topik yang paling menarik, sinematografi, naratif, gaya film, teori film yang digunakan, genre film, dan rating. Semoga “Kecanduan yang Menyenangkan” dapat memberikan informasi yang bermanfaat terkait film “The Social Dilemma (2020)”.

“KECANDUAN YANG MENYENANGKAN” Review Film “The Social Dilemma (2020)” Oleh: Dewi Hanum Firdasari 2210411155 Kelas E Dosen Pengampu: Putrawan Yuliandri, M.Si. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta 2024 PENDAHULUAN “Kecanduan yang Menyenangkan” merupakan sebuah review film “The Social Dilemma (2020)”. Film dokumenter yang disutradarai oleh Jeff Orlowski ini, tayang saat pandemi Covid-19 di Netflix. Film dokumenter ini menyajikan informasi dan argumen dari narasumber yang kredibel serta ilustrasi yang mudah dipahami. Melalui review ini, aspek sinematografi, naratif, gaya, genre, dan teori film dari film The Social Dilemma akan dikupas secara ringkas. Review ini berisikan sinopsis, narasumber, pemeran, topik yang paling menarik, sinematografi, naratif, gaya film, teori film yang digunakan, genre film, dan rating. Semoga “Kecanduan yang Menyenangkan” dapat memberikan informasi yang bermanfaat terkait film “The Social Dilemma (2020)”. SINOPSIS THE SOCIAL DILEMMA The Social Dilemma adalah film dokumenter yang disutradarai oleh Jeff Orlowski dan tayang perdana di Netflix pada tahun 2020 silam. Film dokumenter yang mendapat penghargaan “The Primetime Emmy Award for Outstanding Writing for a Nonfiction Program” ini mengungkap sisi buruk dari penggunaan media sosial di kehidupan sehari-hari. Mulai dari risiko kecanduan media sosial, disinformasi, hoax, algoritma sosial media, pengggunaan data ribadi, gangguan mental, sampai perubahan perilaku dijabarkan dalam film ini. The Social Dilemma menghadirkan narasumber yang ahli dalam bidang media sosial dan teknologi. Para narasumber menggali sisi gelap dari media sosial yang tidak terlihat oleh masyarakat umum. Dengan penjelasan para ahli, serta penyajian ilustrasi bagaimana algoritma media sosial bekerja, The Social Dilemma mempersuasi audiens untuk lebih bijak dan mempunyai kendali penuh dalam menggunakan media sosial. NARASUMBER DAN PEMERAN THE SOCIAL DILEMMA Adapun narasumber yang terlibat dalam The Social Dilemma antara lain: - Tristan Harris (Mantan Ahli Etika Desain Google, CO Founder dan CEO Apture, dan CO Founder Center of Humane Technology) - Tim Kendall (Mantan Direktur Monetisasi Facebook, Mantan Presiden Pinterest, dan CEO Moment) - Jaron Lainer (Penulis Filosofi Komputer Amerika, Ilmuwan Komputer, dan Penulis) - Roger McNamee (Investor awal di Facebook, Mantan Head of User Experience di Mozilla Labs dan Creative Lead di Firefox, dan Co Founder Center of Humane Technology) Serta narasumber lainnya yang jumlahnya cukup banyak. Kemudian terdapat juga aktor yang menjadi pemeran dalam ilustrasi yaitu: - Skyler Gisondo sebagai Ben - Kara Hayward sebagai Cassandra - Sophia Hammons sebagai Isla - Vincent Kartheiser sebagai Artificial Intelligence TOPIK YANG PALING MENARIK Hal yang menarik di dalam dokumenter yang berdurasi 94 menit ini adalah orang-orang yang sebelumnya merancang dan mengatur cara kerja media sosial, justru memperingati audiens akan bahaya yang mengerikan dari media sosial. Algoritma media sosial bekerja agar pengguna tidak akan berpaling dari layar smartphone. Rekomendasi dan notifikasi yang akan muncul sudah dipilih oleh algoritma sesuai dengan data pribadi pengguna media sosial. “If you’re not paying for the product, then you are the product”, istilah klasik tersebut disebutkan oleh Tristan Harris dalam The Social Dilemma. Istilah tersebut menyadarkan audiens bahwa pengguna media sosial yang sebenarnya dijual oleh media sosial. Media sosial yang mempunyai kendali atas penggunanya. Lebih lanjut, “There are only two industries that call their customers ‘users’, illegal drugs and software”. Namun, bukan teknologi yang menjadi ancaman eksistensial, melainkan kemampuan teknologi untuk menghadirkan kemungkinan terburuk di masyarakat, dan kemungkinan terburuk itulah ancaman eksistensialnya. SINEMATOGRAFI, NARATIF, DAN GAYA FILM The Social Dilemma menggunakan beberapa ukuran shot, sudut kamera, dan gerakan kamera dalam pernciptaan sinematografi. Terdapat 6 ukuran shot yang digunakan, mulai dari XLS (Xtreme Long Shot) pada scene saat Tristan Harris sedang latihan presentasi. Lalu LS (Long Shot) pada scene Ben di koridor Sekolah dan pada scene AI. Kemudian MLS (Medium Long Shot) pada scene ilustrasi demonstrasi. MCU (Medium Close Up) pada scene interview narasumber, CU (Close Up) pada scene di kelas dan scene interview narasumber, dan BCU (Big Close UP) pada scene Isla menangis di depan cermin. Sudut kamera yang digunakan juga beragam. Seperti eye level yang sering digunakan untuk menunjukkan kesan serius, low angel untuk menggambarkan pandangan kita saat menatap layar smartphone, dan high angel. Gerakan kamera statis digunakan pada scene ilustrasi sedangkan gerakan kamera dinamis digunakan untuk transisi. Lensa bokeh digunakan dalam sesi wawancara bersama narasumber. The Social Dilemma banyak menggunakan stock shoot video dari liputan berita di US, konferensi, dan aksi demonstrasi. Berfokus pada wawancara narasumber sebagai sumber pesan dan argumen. Walaupun The Social Dilemma adalah film dokumenter, namun terdapat naratif di dalam ilustrasi kecanduan media sosial yang dialami Ben dan Isla. Narrative simply means story telling (Bengal, 2020). Tedapat plot dan alur cerita yang menceritakan bagaimana kehidupan Ben dan Isla yang kecanduan media sosial dan keadaan keluarga mereka. Naratif juga terdapat pada ilustrasi AI, yakni terdiri dari 3 orang kembar yang mengendalikan notifikasi dan iklan di smartphone Ben. Gaya film menciptakan tampilan dan nuansa The Social Dilemma yang serius, berbau teknologi, dan tegang. Pola dan teknik yang digunakan konsisten, mulai dari desain set dan properti, kostum dan tata rias, pencahayaan, dan pementasan/akting. TEORI FILM REALIS DAN GENRE DOKUMENTER Genre dalam film The Social Dilemma adalah dokumenter, dengan sub genre docudrama. The Social Dilemma memenuhi kriteria film dokumenter yakni memiliki durasi yang panjang, penggunaan shot yang beragam, adegan yang sesuai dengan realita tanpa interpretasi imajinatif, gaya bertutur berdasarkan fakta dan data, observasi, struktur yang mengikuti isi pesan dan narasumber. Gaya bertutur menggunakan rekonstruksi berupa gambaran terhadap peristiwa kekacauan sosial akibat media sosial. Model dokumenter yang digunakan adalah expository yang berfokus pada gambaran realitas, daya persuasif, dan logika dari informasi narasumber. Para narasumber yang terlibat menyampaikan retorika dan argumen mereka dengan prinsip sebab-akibat. Argumen yang disampaikan berpusat pada penonton, sehingga dapat menyentuh emosi penonton. Ancaman yang disajikan oleh The Social Dilemma dapat dipahami oleh penonton secara emosional ataupun faktual. Teori film yang digunakan adalah teori film realis. Yaitu melihat film sebagai media yang secara jujur menggambarkan realitas dan fungsi sosial apa adanya. Realitas yang digambarkan oleh The Social Dilemma adalah cara kerja teknologi dalam media sosial. Andre Bazin (1918-1958) merupakan salah satu tokoh perintis film realis. Menurut Bazin, sinema merupakan sebuah fenomena idealistik. Ia memandang bahwa film merupakan medium yang mampu menangkap esensi kehidupan dan kebenaran dalam bentuk yang otentik. Inti dari realisme sinema adalah realisme ruang. Pandangan Andea Bazin sesuai dengan penyajian film dokumenter The Social Dilemma RATING Pengguna media sosial lah yang seharusnya memilih dan mengendalikan media sosial, bukan sebaliknya. The Social Dilemma menawarkan audiens untuk melihat sisi yang tidak diketahui dari penggunaan media sosial. Kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di masyarakat akibat teknologi dari media sosial serta solusi yang bisa kita lakukan ikut disampaikan dalam film ini. Namun, tidak semua narasumber memberikan solusi yang efektif, hanya 2 narasumber yang memberikan solusi untuk mengatasi kecanduan. Terdapat beberapa argumen dan penjelasan dari narasumber yang terlalu singkat dan tidak dijabarkan lebih lanjut. Walaupun begitu, dokumenter ini dapat memberikan pengetahuan baru untuk audiens berdasarkan data dan fakta, serta memiliki ilustrasi yang menarik. Secara personal saya memberikan rating 8/10 untuk film dokumenter The Social Dilemma. REFERENSI Bengal, R. (2020). Film studies. In Aperture (Vols. 2020-Spring, Issue 239). https://doi.org/10.4135/9781848608443.n10. The Social Dilemma. (2020)