Papers by Rizon Pamardhi Utomo
Jurnal Pendidikan Amartha, Jun 1, 2024
Region, Jul 29, 2022
Kecamatan Ngargoyoso merupakan kecamatan dengan jumlah peristiwa kejadian tanah longsor terbanyak... more Kecamatan Ngargoyoso merupakan kecamatan dengan jumlah peristiwa kejadian tanah longsor terbanyak di Kabupaten Karanganyar. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karanganyar 2011-2031, terdapat peta kerawanan tanah longsor yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan tindakan penanganan kejadian bencana tanah longsor. Namun, peta kerawanan yang terdapat dalam RTRW terlihat mengelompok dan tidak menunjukkan kenampakan fisik alam yang beragam. Ketelitian peta tersebut kurang baik sebagai dasar mitigasi pra-bencana tanah longsor di Kecamatan Ngargoyoso. Penelitian ini bertujuan untuk membangun permodelan kerawanan bencana tanah longsor di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Peneliti menggunakan permodelan yang dibangun menggunakan teknik overlay dari enam variabel, yaitu kemiringan lereng, jenis tanah, struktur batuan, lokasi patahan, curah hujan, dan tutupan vegetasi. Hasil dari permodelan ini membagi kerawanan menjadi tiga kategori, yakni kerawanan rendah, sedang dan tinggi. Kategori kerawanan rendah hanya mencakup 54,87 hektar, kerawanan sedang mendominasi dengan luasan 4236,62 hektar, dan kerawanan tinggi mencakup 1657,54 hektar. Kerawanan tinggi tersebar di bagian timur Kecamatan Ngargoyoso, sedangkan lokasi yang memiliki tingkat kerawanan sedang dan rendah tersebar di seluruh desa di Kecamatan Ngargoyoso. Terdapat perbedaan yang signifikan antara peta kerawanan dari dokumen RTRW dengan peta hasil dari permodelan. Lokasi kerawanan pada peta kerawanan RTRW terlihat mengelompok, sedangkan peta hasil permodelan memperlihatkan bahwa lokasi tingkat kerawanan tanah longsor tersebar dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Oleh karena itu, hasil dari permodelan dapat dianggap lebih detail dan mendekati realita.
Kawasan penelitian DAS Pepe Hilir Surakarta termasuk dalam kawasan berisiko banjir dengan tingkat... more Kawasan penelitian DAS Pepe Hilir Surakarta termasuk dalam kawasan berisiko banjir dengan tingkat kerawanan banjir sedang sampai sangat tinggi yang ditentukan melalui data genangan dan data fisik alam oleh DPUPR tahun 2016. Risiko bencana banjir dibagi menjadi kerawanan dan kerentanan terhadap banjir. Kajian mengenai kerentanan pada kawasan berisiko banjir ini dapat menjadi masukan dalam mengidentifikasi kerugian fisik, sosial, dan ekonomi yang disebabkan oleh bencana banjir serta dapat menjadi pertimbangan terkait prioritasi evakuasi kawasan pada kawasan yang tingkat kerentannya lebih tinggi. Kerentanan merupakan keadaan yang ditimbulkan manusia dari proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kerentanan terhadap bencana terbagi menjadi kerentanan fisik, sosial, dan ekonomi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder didapat dari survey data ke lembaga BPS dan BAPPPEDA, serta dilakukan observasi dan penggunaan citra satelit untuk mendapatkan data primer berupa digitasi persil bangunan untuk menentukan kerentanan fisik pada kawasan penelitian. Data primer dan sekunder diolah dengan teknik analisis skoring. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kawasan penelitian DAS Pepe Hilir Surakarta memiliki kerentanan fisik yang tinggi dengan kerentanan sosial yang rendah, serta ekonomi yang rendah sampai sedang. Sehingga kerentanan rata-rata pada kawasan penelitian DAS Pepe Hilir Surakarta termasuk dalam klasifikasi kerentanan rendah sampai sedang.
Region, Jul 14, 2021
Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering melanda permukiman. Adanya kebakaran dapat mem... more Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering melanda permukiman. Adanya kebakaran dapat memberikan kerugian terutama kerugian material. Kawasan permukiman yang sering dilanda kebakaran pada umumnya merupakan kawasan permukiman padat. Salah satu provinsi dengan kawasan permukiman padat yang cukup banyak yaitu Provinsi DKI Jakarta. Tercatat 1.471 kejadian kebakaran di DKI Jakarta pada tahun 2018. Kecamatan dengan angka kebakaran tertinggi di DKI Jakarta yakni Kecamatan Tambora. Pada tahun 2018, kejadian kebakaran di Kecamatan Tambora dapat mencapai 45 kejadian kebakaran. Penyebab utama kebakaran didominasi oleh masalah jaringan listrik. Penyebab utama kebakaran yakni masalah jaringan listrik dan kepadatan wilayah yang sangat tinggi. Kemudahan memperoleh prasarana kebakaran dan menuju titik kebakaran menjadi hal yang penting dalam proses pemadaman api. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aksesibilitas prasarana kebakaran di permukiman padat Kecamatan Tambora, salah satunya tingkat aksesibilitas sumber air untuk penanggulangan kebakaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis buffer, skoring, dan deskriptif. Data untuk melakukan analisis diperoleh dari kegiatan observasi lapangan, kuisioner dan wawancara, serta dokumen institusi. Hasil analisis menunjukkan bahwa 82% dari luas kawasan Kecamatan Tambora memiliki tingkat aksesibilitas terhadap sumber air penanggulangan kebakaran yang rendah, dan 18% lainnya dengan tingkat aksesibilitas terhadap sumber air penanggulangan kebakaran sedang. Tingkat aksesibilitas prasarana kebakaran tersebut dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan
IOP conference series, May 1, 2021
Special character of slope areas demands more efforts from the inhabitants to live. The way peopl... more Special character of slope areas demands more efforts from the inhabitants to live. The way people live and organize their living space is the learning process products in adapting to the unique conditions of slope areas. Using collaborative model, this study aims to develop a management strategy for mountainous rural slope area. Interactive and Internal-External Environmental Analysis were used to understand human-nature interactions in mountainous slope area of Mount Lawu located in Karanganyar Regency, Central Java, Indonesia. The results signify that the management strategy of the sloppy mountain areas is dependent factor of the behaviour and perceptions of the community and government programs. Community knowledge, their participation and commitments, synergized actions and policies, and the existence of supervision and control system are the key factors that can be accommodated through collaborative model in neighbourhood management.
ARSITEKTURA, Aug 29, 2015
Heritage conservation has become an issue in the development of any item from the past. This also... more Heritage conservation has become an issue in the development of any item from the past. This also happens at times when the train-stations of the colonial period are going to be revitalized with new commercial facilities—the trend adopted by PT KAI who manages the railway assets. Taking case on Purwosari Railway Station of Surakarta, the study is carried out to reveal a sound bases for the conservation efforts. It takes the Burra Charter approach in revealing the cultural significance of the place and formulating the conservation policy in order to conclude the appropriate planning and design guidelines. Analysis has been conducted in descriptive and prescriptive manner. The result states the need to conserve the asset and confirms any new development effort as long as it is conservation-oriented and heritage-friendly.
Desa-Kota : Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Pemukiman, Apr 10, 2023
Tingginya tingkat urbanisasi pada suatu kota menimbulkan permasalahan yang kompleks, diantaranya ... more Tingginya tingkat urbanisasi pada suatu kota menimbulkan permasalahan yang kompleks, diantaranya meningkatnya aktivitas masyarakat yang berdampak pada berkurangnya lahan vegetasi pada kawasan perkotaan. Seringkali ditemukan bahwa kerapatan vegetasi wilayah suburban lebih tinggi daripada di pusat kota. Dengan demikian, terdapat perbedaan suhu yang cukup signifikan antara wilayah suburban dan pusat kota. Hal tersebut memicu terbentuknya pulau panas di perkotaan atau yang biasa disebut Urban Heat Island (UHI). Salah satu fenomena UHI dapat dilihat di Kota Surakarta. Peningkatan perubahan tutupan lahan terbangun dan peningkatan konsentrasi aktivitas masyarakat di Kota Surakarta dapat memicu peningkatan suhu permukaan kota. Bertolak pada masalah tersebut penelitian ini berupaya mengetahui hubungan perubahan kerapatan vegetasi dan bangunan di aglomerasi perkotaan Surakarta terhadap suhu permukaan lahan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 2000-2021, kerapatan vegetasi mengalami penurunan setiap tahunnya. Berbeda dengan kerapatan vegetasi, kerapatan bangunan pada kawasan penelitian mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perubahan kerapatan vegetasi dan bangunan juga diikuti terjadinya peningkatan suhu sebesar 4,24°C. Hal tersebut terjadi akibat peningkatan lahan terbangun tiap tahunnya yang tidak diimbangi dengan peningkatan lahan bervegetasi sebagai peneduh dalam wilayah perkotaan. Berdasarkan analisis regresi linear berganda, diketahui bahwa adanya perubahan kerapatan vegetasi dan bangunan memiliki hubungan sedang terhadap terjadinya perubahan suhu permukaan dengan pengaruh sebesar 30,2%. Berdasarkan uji T parsial, diketahui bahwa perubahan kerapatan vegetasi dan kerapatan bangunan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan suhu permukaan secara terpisah.
Desa-Kota : Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Pemukiman, Apr 10, 2023
Region, Jan 31, 2022
Kota adalah tempat yang dinamis. Suatu kota akan selalu berkembang untuk memenuhi kebutuhan masya... more Kota adalah tempat yang dinamis. Suatu kota akan selalu berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada di dalamnya. Kota yang semakin berkembang, maka akan menjadi magnet bagi penduduk di sekitarnya untuk mencari penghidupan yang layak. Hal ini yang dialami Kota Surakarta hingga menjadi magnet urbanisasi yang mengakibatkan fenomena urban sprawl dikarenakan perkembangannya merembet ke arah luar, salah satunya ke arah barat Kota Surakarta. Perkembangan yang tinggi menuntut kawasan barat Kota Surakarta untuk memenuhi kebutuhan ruang masyarakatnya. Tingginya permintaan akan ruang menjadikan pertumbuhan nilai tanah menjadi sangat pesat. Sedangkan, jumlah tanah yang berada di kawasan tersebut tidak dapat memenuhi permintaan. Pertumbuhan nilai tanah yang tiap tahun mengalami peningkatan yang tinggi membuat kekhawatiran tanah yang berada pada kawasan tersebut tidak terjangkau oleh masyarakat sehingga dibutuhkan pengetahuan mengenai hubungan antara perkembangan urban sprawl terhadap nilai tanah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif dengan menggunakan analisis korelasi pearson. Data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumen-dokumen institusional. Hasil analisis penelitian ini membuktikan bahwa komponen kepadatan memiliki nilai 0,357 yang berarti korelasi rendah terhadap nilai tanah, komponen jarak ke CBD memiliki nilai-0,481 dan variasi guna lahan memiliki nilai 0,424 yang berarti korelasi sedang dan komponen integrasi jaringan jalan utama tidak memiliki korelasi.
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur & Lingkungan Binaan, Jul 14, 2017
Surakarta as a city of culture and commerce services has many economic facilities to develop the ... more Surakarta as a city of culture and commerce services has many economic facilities to develop the trade sector. One of those economic facilities is traditional market. Traditional markets that has just been made by the government to regulate activities of street vendors, hereinafter in this research is referred to as new traditional market. Among four new traditional markets in Surakarta have different activity crowds. Since new traditional markets were established, there was development of trade and services activities around it. In addition, there is also a theory stating that economic activities will cause physical development of city, especially in terms of trade and services land use. So this research has objective to find out how the correlation between levels of activity on new traditional markets in Surakarta with changes in land use around it becomes trade and services functions. This research uses a deductive approach and classified as correlational study. Research analysis technique used is: scoring analysis to assess level of activity on new traditional markets and qualitative relationship matrix analysis to assess correlation between level of activity on new traditional markets with each changes in land use of trade and services sub-variable. The results obtained that level of activity on all new traditional markets in Surakarta has strong correlation to changes in type of trade and services land use around it, has moderate correlation to changes in basic building coefficient, also has strong correlation to changes in floor building coefficient around it.
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur & Lingkungan Binaan, Nov 8, 2017
The participation of citizen in the conservation of heritage buildings and structures on Surakart... more The participation of citizen in the conservation of heritage buildings and structures on Surakarta Baluwarti background by conservation measures are often perceived as a barrier to regional development. It causes people to be hesitant in doing conservation measures. Baluwarti been determined to be of cultural heritage, the citizen in Baluwarti required to actively participate in the conservation of cultural heritage buildings and structures. Conservation of cultural heritage in Baluwarti not limited to protection, but also includes the utilization and development. The problem in this research is how much the participation of citizens in the conservation of cultural heritage buildings and structures in the area of Surakarta Baluwarti. The method used is to conduct field observations, distributing questionnaires, and analyzes the frequency distribution and descriptive analysis. The results of the level of citizen participation Baluwarti in the conservation of buildings and structures in the region. The results of this study indicate that the level of citizen participation at the level Baluwarti being. This result indicates the persistence of participation in conservation, but need to increase the participation of buildings and structures related to the conservation of cultural heritage Baluwarti.
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur & Lingkungan Binaan, Apr 21, 2017
Placemaking is an attempt to form a space into a place that has meaning for its users. The concep... more Placemaking is an attempt to form a space into a place that has meaning for its users. The concept of placemaking motivated by all the existing space in the city, both of street and public space that can have meaning as a place where it will occur at the site of social interaction and communication among users of space. Street in a commercial corridor in Surakarta is an important infrastructure to support commercial activities, but the function of the cause of street becomes passive and less interested in the community to conduct joint activities in that space. This shows that street is still not able to accommodate other activities simultaneously and social interactions that lead to placemaking. The problem in this study is whether placemaking already happening commercial corridor street and how much street placemaking commercial corridors. Scope of this research include the way to commercial corridor Surakarta with sample corridor commercial there are six. The method used to determine how much placemaking happened in the commercial corridor of street to be reviewed based on variables derived from placemaking elements, namely comfort and image, accessibility and linkage, uses and activities, as well as sosialibility. The research proves that placemaking has occurred in the commercial corridor of street in Surakarta. But the realization of placemaking in commercial corridor street is still weak, as indicated by the lack of availability of means of supporting activities in the form sitting group. Pedestrian walkway used for informal traders activity and social interaction has not been evenly occurs in the entirety of the commercial corridors in the city of Surakarta.
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif
Pola pembangunan dan faktor sejarah telah menyebabkan sebagian daerah terpisah dari wilayah induk... more Pola pembangunan dan faktor sejarah telah menyebabkan sebagian daerah terpisah dari wilayah induk administrasinya. Istilah ekslave muncul untuk menjelaskan fenomena di mana suatu wilayah terpisah dari daerah induk administrasinya, terhalang atau dikelilingi oleh wilayah administratif lainnya. Keadaan ini menyebabkan keterbatasan bagi penduduk daerah eksklave dalam mengakses pelayanan publik di daerah wilayah induk. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji implikasi eksklave dalam konteks pelayanan publik khususnya pelayanan kesehatan. Analisis terhadap implikasi eksklave dalam kerangka aksesibilitas dilihat dari tiga hal yakni lokasi dan radius pelayanan kesehatan, keterjangkauan transportasi, dan tingkat pelayanan kesehatan dengan kasus Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan data yang diperoleh dari observasi lapangan, kuesioner terhadap 100 responden, serta tinjauan dokumen terkait dengan teknik analisis spasial dan desk...
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif
Keberadaan pedagang kaki lima sebagai sub-sektor informal terlihat dominan pada kawasan perkotaan... more Keberadaan pedagang kaki lima sebagai sub-sektor informal terlihat dominan pada kawasan perkotaan di Indonesia. Lokasi yang strategis menjadi faktor utama yang sangat diperhatikan oleh pedagang kaki lima dalam menjalankan usahanya. Pada umumnya, pemerintah daerah mengambil langkah pengelolaan untuk mengatur lokasi pedagang kaki lima. Seperti yang terjadi di Kabupaten Pati, pemerintah daerah setempat telah menentukan Kawasan Alun-Alun Timur Pati sebagai lokasi khusus bagi para pedagang kaki lima. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian Kawasan Alun-Alun Timur Pati sebagai lokasi pedagang kaki lima. Variabel penelitian yang digunakan yaitu kestrategisan lokasi, ketersediaan fasilitas pendukung, keberadaan aktivitas utama, serta kebijakan pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Analisis dilakukan melalui tiga tahap, yaitu skoring komponen kesesuaian, pembobotan variabel dengan teknik weighted product, dan analisis kesesuaian. Hasil penilaian...
Desa-Kota : Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Pemukiman, Apr 10, 2023
Desa-Kota
Tingginya tingkat urbanisasi pada suatu kota menimbulkan permasalahan yang kompleks, diantaranya ... more Tingginya tingkat urbanisasi pada suatu kota menimbulkan permasalahan yang kompleks, diantaranya meningkatnya aktivitas masyarakat yang berdampak pada berkurangnya lahan vegetasi pada kawasan perkotaan. Seringkali ditemukan bahwa kerapatan vegetasi wilayah suburban lebih tinggi daripada di pusat kota. Dengan demikian, terdapat perbedaan suhu yang cukup signifikan antara wilayah suburban dan pusat kota. Hal tersebut memicu terbentuknya pulau panas di perkotaan atau yang biasa disebut Urban Heat Island (UHI). Salah satu fenomena UHI dapat dilihat di Kota Surakarta. Peningkatan perubahan tutupan lahan terbangun dan peningkatan konsentrasi aktivitas masyarakat di Kota Surakarta dapat memicu peningkatan suhu permukaan kota. Bertolak pada masalah tersebut penelitian ini berupaya mengetahui hubungan perubahan kerapatan vegetasi dan bangunan di aglomerasi perkotaan Surakarta terhadap suhu permukaan lahan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik...
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif
Kawasan Industri Purwosuman merupakan kawasan industri yang terus berkembang setiap tahunnya. Pes... more Kawasan Industri Purwosuman merupakan kawasan industri yang terus berkembang setiap tahunnya. Pesatnya perkembangan industri menyebabkan semakin tingginya permintaan lahan untuk aktivitas industri dan pendukungnya. Hal ini berdampak pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun dan berubahnya pola tutupan lahan yang membuat kawasan semakin menyatu antar cluster-cluster permukiman yang membentuk pola menerus menyerupai pola gurita. Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dan pola tutupan lahan di sekitar Kawasan Industri Purwosuman. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan campuran penguatan dengan basis penelitian kualitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis spasial overlay dengan data dan informasi diperoleh dari hasil observasi lapangan dan data dari instansi pemerintahan tentang penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan pada tahun 2012 dan tahun 2020. Hasil analisis penelitian menun...
Arsitektura, 2017
The development of city at this time tend to increase rapidly with the growing of built-up area a... more The development of city at this time tend to increase rapidly with the growing of built-up area as happened in Solo Baru Region. Then, appears compact city concept, The concept focuses on centralizing development in an area which is able to maximize the available land in the form of intensification of land use in a way that diverse land use in order to protect the environment (nature) vicinity of the possibility turned into urban areas. Meanwhile, urban compactness is a method for measuring how compact the region. This research was conducted by the administrative border of villages in Solo Baru Region. The problem in this research how was the influence of urban compactness toward the level of green space availability in Solo Baru Region? The purpose of this study was to determine the influence of urban compactness toward the level of green space availability. Methods for determining urban compactness with assessing of three variables, namely the density, mixed-use and public transportation. While the level of availability of green space views based on availability to the population and territory. The method used the descriptive-quantitative analysis using scoring and descriptive-spasial. The results showed there is an influence on the level of urban compactness towards green space availability. The level of urban compactness influence on the green space availability was high in 2002 and also high in 2016. This research recommendations in the planning area is the availability of green space should be increased in prone compaction areas.
Uploads
Papers by Rizon Pamardhi Utomo