PLACEMAKING RUANG JALAN KORIDOR KOMERSIAL KOTA
SURAKARTA
Patrani Victorya T, Rizon Pamardhi Utomo, Galing Yudana
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
email: vpatrani @gmail.com
Abstract: Placemaking is an attempt to form a space into a place that has meaning for its
users. The concept of placemaking motivated by all the existing space in the city, both of street
and public space that can have meaning as a place where it will occur at the site of social
interaction and communication among users of space. Street in a commercial corridor in
Surakarta is an important infrastructure to support commercial activities, but the function of
the cause of street becomes passive and less interested in the community to conduct joint
activities in that space. This shows that street is still not able to accommodate other activities
simultaneously and social interactions that lead to placemaking. The problem in this study is
whether placemaking already happening commercial corridor street and how much street
placemaking commercial corridors. Scope of this research include the way to commercial
corridor Surakarta with sample corridor commercial there are six . The method used to
determine how much placemaking happened in the commercial corridor of street to be
reviewed based on variables derived from placemaking elements, namely comfort and image,
accessibility and linkage, uses and activities, as well as sosialibility. The research proves that
placemaking has occurred in the commercial corridor of street in Surakarta. But the
realization of placemaking in commercial corridor street is still weak, as indicated by the lack
of availability of means of supporting activities in the form sitting group. Pedestrian walkway
used for informal traders activity and social interaction has not been evenly occurs in the
entirety of the commercial corridors in the city of Surakarta.
Keywords: placemaking, street, commercial corridor.
1. PENDAHULUAN
Placemaking adalah cara di mana semua
manusia
mengubah
tempat
mereka,
menemukan diri mereka ke tempat di mana
mereka tinggal (Schneekloth, L. dan Shibley,
R.G., 1995). Dalam placemaking, Dovey
(1985)
mengungkapkan
bahwa
place
menunjukkan hubungan antara manusia
dengan sebuah makna. Place tidak hanya
memiliki pandangan secara fisik saja namun
juga ditekankan pada pengalaman ruang yang
dirasakan oleh penggunanya. Empat kriteria
utama placemaking adalah sociability, uses
and activities, access and linkage, dan comfort
and image (Bohl 2002).
Kegiatan perdagangan di Kota Surakarta
pada umumnya mengikuti jaringan jalan
sehingga membentuk koridor komersial.
Ruang jalan koridor komersial yang ada di
Kota Surakarta pada umumnya masih banyak
digunakan untuk kegiatan perparkiran. Parkir
on street merupakan tipe parkir yang
menggunakan bahu jalan dan menyebabkan
berkurangnya lebar badan jalan untuk fungsi
sirkulasi. Kondisi tersebut menyebabkan ruang
jalan koridor komersial menjadi cukup padat
dengan kendaraan bermotor, sehingga
kenyamanan untuk ruang jalannya pun
berkurang.
Ruang jalan koridor komersial seharusnya
dapat menampung kegiatan kendaraan
bermotor sebagai sirkulasi dan kegiatan
pengguna ruang pejalan kaki. Koridor
komersial di Kota Surakarta tidak semuanya
memiliki ruang jalan yang dapat menampung
kedua pengguna tersebut. Fenomena yang
terjadi adalah banyak pengguna jalan justru
berjalan di teras dari bangunan komersial
karena keterbatasan trotoar pejalan kaki dan
beberapa pengguna juga berlindung pada teras
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016
bangunan komersial karena kurangnya ruang
yang dapat digunakan untuk melakukan
interaksi sosial pada ruang jalan.
Kondisi lain yang terjadi pada ruang jalan
koridor komersial adalah ruang jalan koridor
komersial memiliki kehidupan jalan yang
aktif pada saat pagi sampai sore hari saja.
Beberapa koridor komersial memiliki kegiatan
komersial dari pagi hingga sore hari, sehingga
berdampak terhadap kondisi ruang jalan yang
menjadi sepi pada malam hari.
Proses
penciptaan tempat melalui interaksi sosial di
ruang jalan koridor komersial masih belum
optimal karena belum tersedianya sarana
penunjang interaksi sosial yang berupa bangku
atau tempat duduk.
Beberapa fenomena lain yang ada di Kota
Surakarta terkait dengan placemaking ruang
jalan koridor komersial adalah ruang jalan
masih menjadi ruang yang pasif dan belum
mampu
menjadi
ruang
yang
dapat
menghadirkan kegiatan lain. Hal tersebut
menyebabkan proses penciptaan ruang
menjadi tempat pada ruang jalan koridor
komersial belum begitu terlihat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sudah
terjadi placemaking dan besarnya placemaking
pada ruang jalan koridor komersial di Kota
Surakarta.
2. METODE
2.1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup wilayah penelitian ini
mencakup ruang jalan koridor komersial di
Kota Surakarta baik yang berada pada pusat
kota maupun yang berada di pinggiran kota.
Karakteristik dari koridor komersial yang
menjadi lingkup penelitian adalah berupa
kumpulan bangunan toko dan ritel yang ada di
sepanjang jalan. Penelitian ini menggunakan
enam sampel koridor komersial yang ada di
Kota Surakarta yaitu koridor komersial Jalan
Radjiman, koridor komersial Jalan S.Parman,
koridor komersial Jalan Piere Tendean, koridor
komersial Jalan Yos Sudarso, koridor
komersial Jalan Kapten Mulyadi, dan koridor
komersial Jalan Urip Sumoharjo.
Indikator yang digunakan dalam penelitian
ini sesuai dengan elemen-elemen placemaking
yaitu kenyamanan dan identitas, aksesibilitas
dan tautan, fungsi dan kegiatan, serta
sosialibilitas
( Project for Public Space,
2009).
2.2 Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan dua metode
analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis
kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan
pada penelitian ini adalah teknik analisis
skoring
untuk
mendapatkan
besarnya
placemaking yang terjadi pada ruang jalan
koridor komersial di Kota Surakarta. Tujuan
dari analisis yang dilakukan adalah agar dapat
mencapai dua sasaran dalam penelitian ini
yaitu
1. Mengetahui terjadi atau tidak upaya
pembentukan tempat (placemaking) pada
ruang jalan koridor komersial.
2. Mengetahui besarnya upaya yang telah
dilakukan dalam proses mengubah ruang
(space)menjadi tempat (place) di ruang
jalan koridor komersial.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisis Deskriptif Placemaking
Ruang jalan pada koridor komersial
yang menjadi sampel penelitian yaitu koridor
komersial Jalan Radjiman, koridor komersial
Jalan S.Parman, koridor komersial Jalan Piere
Tendean, koridor komersial Jalan Yos
Sudarso, koridor komersial Jalan Kapten
Mulyadi, dan koridor komersial Jalan Urip
Sumoharjo memiliki karakteristik ruang jalan
yang berbeda-beda. Secara umum hampir
semua koridor perdagangan telah dilengkapi
dengan trotoar untuk pejalan kaki. Koridor
komersial yang tidak memiliki trotoar yaitu
koridor komersial S. Parman. Ruang jalan
pada koridor komersial yang dilengkapi
dengan trotoar pun belum keseluruhan
memenuhi dari standar ruang bebas untuk
melakukan kegiatan berbelanja. Lima koridor
komersial yang memiliki trotoar, hanya satu
koridor komersial yang memenuhi standar
ruang bebas untuk pejalan kaki, yaitu pada
koridor komersial Kapten Mulyadi.
Ruang jalan yang digunakan untuk
sirkulasi kendaraan bermotor pada enam
koridor komersial memiliki kepadatan lalu
lintas yang berbeda-beda. Berdasarkan data
lalu lintas terkait dengan derajat kejenuhan
jalan, enam koridor komersial ini memiliki
nilai derajat kejenuhan lalu lintas yang tinggi.
Hal tersebut terjadi karena keterbatasan ruang
Patrani Victorya, Rizon Pamardhi U., Galing Yudana, Placemaking Ruang Jalan...
untuk
kegiatan
komersial
sehingga
menggunakan ruang jalan. Contohnya adalah
trotoar digunakan untuk ruang display pada
kegiatan komersial.Sistem perparkiran yang
ada pada koridor komersial memiliki sistem
parkir on street. Sistem parkir on street ini
juga menambah adanya kepadatan lalu lintas.
Sarana yang dapat digunakan di ruang
jalan yang berupa tempat duduk merupakan
sarana yang dapat menarik pengguna untuk
melakukan kegiatan lain pada koridor
komersial. Kondisi yang ada pada ruang jalan
koridor komersial adalah belum semua koridor
komersial memiliki sarana tempat duduk yang
mampu menghidupkan ruang jalan. Moda
transportasi umum tidak terlepas dari sarana
penunjangnya yaitu halte, pada enam koridor
komersial tidak semuanya telah difasilitasi
dengan halte. Tiga koridor komersial telah
memiliki halte sedangkan tiga koridor
komersial yang lain tidak memiliki halte.
Secara keseluruhan moda transportasi umum
yang melayani koridor komersial di Kota
Surakarta.
Berdasarkan bahasan dari setiap elemenelemen placemaking pada ruang jalan koridor
komersial sudah mengarah pada proses
pembentukan tempat (placemaking).
3.2 Analisis Tingkat Placemaking Ruang
Jalan Koridor Komersial
Pada analisis tingkat placemaking ruang
jalan dilakukan skoring pada enam koridor
komersial yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berikut ini merupakan hasil skoring tersbut.
1. Total skor dari tingkat placemaking
ruang jalan koridor komersial Jalan
Radjiman adalah 6,5 (lihat lampiran 1
tabel Skoring Tingkat Placemaking
Ruang Jalan Koridor Komersial
Radjiman
)
sehingga
tingkat
placemaking ruang jalan koridor
komersial adalah lemah.
2. Total skor dari tingkat placemaking
ruang jalan koridor komersial Jalan
Kapten Mulyadi adalah 7,5
(lihat
lampiran 2 tabel Skoring Tingkat
Placemaking Ruang Jalan Koridor
Komersial Kapten Mulyadi) sehingga
tingkat placemaking ruang jalan koridor
komersial adalah sedang.
3. Total skor dari tingkat placemaking
ruang jalan koridor komersial Jalan
Piere Tendean adalah 5,25
(lihat
lampiran 3 tabel Skoring Tingkat
Placemaking Ruang Jalan Koridor
Komersial Piere Tendean) sehingga
tingkat placemaking ruang jalan koridor
komersial adalah lemah.
4. Total skor dari tingkat placemaking
ruang jalan koridor komersial Jalan S.
Parman adalah 5,8 (lihat lampiran 4
tabel Skoring Tingkat Placemaking
Ruang Jalan Koridor Komersial S.
Parman) sehingga tingkat placemaking
ruang jalan koridor komersial adalah
lemah
5. Total skor dari tingkat placemaking
ruang jalan koridor komersial Jalan Yos
Sudarso adalah 6 (lihat lampiran 5 tabel
Skoring Tingkat Placemaking Ruang
Jalan Koridor Komersial Yos Sudarso)
sehingga tingkat placemaking ruang
jalan koridor komersial adalah lemah
6. Total skor dari tingkat placemaking
ruang jalan koridor komersial Jalan
Urip Sumoharjo adalah 6,8
(lihat
lampiran 6 tabel Skoring Tingkat
Placemaking Ruang Jalan Koridor
Komersial Urip Sumoharjo) sehingga
tingkat placemaking ruang jalan koridor
komersial adalah sedang.
Berdasarkan hasil skoring dari masingmasing koridor yang menjadi sampel
penelitian maka diketahui bahwa ada dua
ruang koridor komersial yang mempunyai
tingkat placemaking ruang jalan sedang yaitu
koridor komersial Jalan Urip Sumoharjo dan
koridor komersial Jalan Kapten Mulyadi dan
empat koridor komersial lain mempunyai
tingkat placemaking ruang jalan lemah yaitu
koridor komersial Jalan Piere Tendean, koridor
komersial Jalan S.Parman, koridor komersial
Jalan Yos Sudarso, dan koridor komersial
Jalan Radjiman.
Secara umum teori placemaking
membuktikan bahwa pada ruang jalan koridor
komersial
Kota
Surakarta
sudah
memperlihatkan upaya pembentukan place
pada seluruh sampel penelitian. Namun belum
secara keseluruhan dari sampel penelitian
memiliki tingkat yang baik.
Berikut ini
merupakan ulasan dari empat elemen
placemaking ruang jalan koridor komersial
yang ada di Kota Surakarta.
1.
Kenyamanan dan Identitas
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016
2.
Kenyaman dan identitas merupakan
sesuatu yang dapat dirasakan oleh
pengguna pada ruang tersebut dan
memiliki kesan (Weisman,1981). Hasil
dari analisis tingkat placemaking ruang
jalan koridor komersial memiliki
tingkat yang lemah dan sedang. Tingkat
kenyamanan dan identitas badan jalan
koridor komersial diidentifikasi melalui
derajat kejenuhan lalu lintas. Koridor
komersial di Kota Surakarta memang
belum secara menyeluruh memiliki arus
lalu lintas yang selalu lancar pada
setiap waktu. Hal tersebut dikarenakan
adanya faktor hambatan samping yang
berupa parkir on street.
Kenyamanan ruang jalan koridor
komersial bagian trotoar pejalan kaki
harus memiliki ruang bebas minimal
2,7m
(Pedestrian
Facilities
Guidebook,2004). Trotoar ruang jalan
koridor komersial Kota Surakarta masih
belum mencapai atau memenuhi
standar tersebut.
Aksesibilitas dan tautan
Aksesibilitas dan tautan merupakan
Merupakan akses pencapaian dan
hubungan tempat dengan lingkungan di
sekitarnya
sehingga
mampu
membentuk citra tempat. Space akan
menjadi place apabila terdapat berbagai
jenis transportasi publik, memiliki area
istirahat pada suatu kawasan dan
terhubung dengan trotoar dan jalan, dan
memiliki sistem transit untuk moda
transportasi publik
(Project for
Public Space, 2009). Setiap ruang jalan
di Kota Surakarta mampu memberikan
arahan
ke lokasi-lokasi yang
diharapkan dengan beberapa fasilitas
ruang jalan. Badan jalan memiliki
peranan penting dalam mencapai
tingkat aksesibilitas yang baik. Hal ini
dikarenakan badan jalan tersebut
merupakan ruang untuk sirkulasi
kendaraan. Setiap ruang jalan koridor
komersial di Kota Surakarta memiliki
lokasi yang cukup strategis meskipun
berada di pinggiran. Pelayanan moda
transportasi umum yang ada di kota ini
telah menjangkau seluruh bagian di
Kota Surakarta, baik dari pusat kota
maupun menuju ke pinggiran kota.
3.
4.
Fasilitas yang berupa moda transportasi
umum ini dapat mempermudah
penggunan ruang jalan dari satu koridor
komersial ke koridor komersial yang
lain. Aksesibilitas dan tautan pada
bagian badan jalan mencapai proses
perubahan ruang menjadi place atau
placemaking sudah kuat. Kelancaran
untuk melintasi trotoar bergantung pada
lebar ruang bebas yang berasal dari
kenyamanan trotoar. Koridor komersial
Kota Surakarta memiliki trotoar yang
sering digunakan untuk tempat
berjualan PKL.
Fungsi dan Kegiatan
Fungsi dan kegiatan (Project for
Public Space, 2009) merupakan
perilaku dalam suatu ruangan secara
terus menerus dan terdapat keragaman
fungsi pada ruang jalan tersebut selain
fungsi utama yaitu fungsi komersial.
Bagian ruang jalan yaitu trotoar pada
koridor komersial di Kota Surakarta
belum secara keseluruhan menunjang
fungsi dan kegiatan. Pengguna jalan
yang betah pada trotoar membuktikan
bahwa pengguna tersebut sudah
merasakan place pada trotoar pejalan
kaki. Kota Surakarta sendiri masih
belum secara merata menyediakan
fasilitas trotoar di setiap ruang jalan
pada koridor komersial.
Keseluruhan ruang parkir koridor
komersial di Kota Surakarta memiliki
tipe parkir on street. Keseluruhan ruang
parkir koridor komersial di Kota
Surakarta memiliki tipe parkir on street.
Ruang parkir dengan tipe parkir on
street ini memiliki dampak yang baik
bagi kemudahan dalam mengakses toko
atau retail namun memberikan dampak
buruk bagi sirkulasi kendaraan yang
ada pada ruang jalan
Sosialibilitas
Ruang
jalan
yang
dapat
membangkitakan interaksi sosial adalah
pada bagian tempat transit. Secara
keseluruhan ruang jalan di koridor
komersial di Kota Surakarta belum
terdapat tempat transit. Tempat transit
mendukung proses placemaking ruang
jalan. Tempat transit memberikan ruang
bagi pengguna ruang jalan untuk dapat
Patrani Victorya, Rizon Pamardhi U., Galing Yudana, Placemaking Ruang Jalan...
melakukan kegiatan lain dan merasakan
betah pada ruang jalan tersebut. Belum
tersedianya tempat transit yang dapat
digunakan untuk pengguna ruang jalan
menunjukkan bahwa sosialibilitas pada
ruang jalan koridor komersial memiliki
tingkat lemah.
Secara keseluruhan dari elemenelemen placemaking sudah dibahas dan
diulas dengan kondisi yang ada pada
ruang jalan koridor komersial. Tingkat
placemaking yang lemah menunjukkan
bahwa
upaya
pembentukan
placemaking pada ruang jalan di Kota
Surakarta masih minimal. Hal yang
dirasakan oleh pengguna ruang jalan
koridor komersial di Kota Surakarta
masih belum mengarah pada makna
tempat yang biasa mereka tinggali.
Placemaking ruang jalan koridor
komersial di Kota Surakarta memiliki
tingkat yang lemah, namun sudah
terdapat upaya untuk untuk merubah
space menjadi place yaitu menyediakan
fasilitas transportasi umum yang berupa
bus kota dan halte, serta trotoar untuk
pejalan kaki
4. KESIMPULAN
Penelitian ini membuktikan bahwa
placemaking terjadi pada ruang jalan koridor
komersial di Kota Surakarta. Hal tersebut
dapat ditunjukkan pada kondisi secara fisik
memenuhi kriteria pada elemen-elemen
placemaking yang menjadi variabel dari
penelitian ini. Selain secara fisik, dapat
ditunjukkan pula bahwa beberapa pengguna
ruang jalan cukup sering melakukan kegiatan
lain secara bersamaan pada ruang jalan koridor
komersial yang disertai dengan interaksi sosial
dengan sesama pengguna ruang jalan.
Penelitian ini juga menjawab tujuan
penelitian
yaitu
mengetahui
besarnya
placemaking yang terjadi pada ruang jalan
koridor komersial di Kota Surakarta. Besarnya
placemaking yang terjadi pada ruang jalan
koridor
komersial
Kota
Surakarta
menunjukkan tingkat yang lemah, yang berarti
memiliki upaya pembentukan tempat yang
masih minimal.
REFERENSI
Bohl, Charles C. (2002). Place Making:
Developing Town Center, Main Streets
and Urban Village. Washington DC: The
Urban Institute.
Dovey, K., Downton, P., & Missingham, G,
(Ed). 1985. Place and Placemaking.
Melbourne : The Association for People
and Physical Environment.
Pedestrian Facilities GuideBook,2004
Project
for
public
Space.
http//www.pps.org./info/placemakingtools
/issues/commercialize.
diakses
pada
tanggal 20 Desember 2014 pukul 15.08)
Schneekloth, Lynda H. & Shibley, Robert G.
(1995). Placemaking: The Art and
Practice of Building Communities. New
York: John Wiley & Sons, Inc
Weisman, J. (1981). Evaluating Architectural
Legibility: Way-finding and the Built
Environment, Environment and Behavior.
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016
LAMPIRAN
Lampiran 1 Skoring Tingkat Placemaking Ruang Jalan Koridor Komersial Radjiman
No
1.
2.
3.
4.
Variabel
Sub Variabel
Kenyamanan dan
Identitas
Aksesibilitas dan
Tautan
Fungsi
Kegiatan
dan
Sosialibilitas
Hasil
Badan jalan
Derajat Kejenuhan 0,5 - 0,9
Trotoar Pejalan kaki
Ruang bebas pejalan kaki antara 0,5 -3,7
Ruang parkir
Parkir bahu Jalan atau parkir onstreet
Bangunan komersial dan tempat
transit
Badan jalan
Rasa betah dari pengguna lebih dari 60
menit
Dilayani moda transportasi umum
Trotoar Pejalan kaki
Trotoar dapat dilintasi secara leluasa
Bangunan komersial dan tempat
transit
Terdapat sherlter untuk tempat transit
Badan jalan
Sirkulasi yang pada suatu saat terjadi
kemacetan
Trotoar Pejalan kaki
Terdapat gangguan PKL pada trotoar
Ruang parkir
Sangat sulit memarkirkan kendaraan
Bangunan komersial dan tempat
transit
Pengunjung kadang melakukan kegiatan
lain
Tidak tersedianya ruang yang dapat
digunakan untuk berinteraksi pada
bangunan komersial maupun tempat
transit.
Bangunan komersial dan tempat
transit
Skor
Sumber: AnalisisPenulis,2015
Lampiran 2 Tabel Skoring Tingkat Placemaking Ruang Jalan Koridor Komersial Kapten Mulyadi
No
1.
2.
3.
Variabel
Kenyamanan dan
Identitas
Aksesibilitas dan
Tautan
Fungsi dan
Kegiatan
4.
Sosialibilitas
Sumber: Analisis Penulis,2015
Sub Variabel
Hasil
Badan jalan
Derajat Kejenuhan 0,5 - 0,9
Trotoar Pejalan kaki
Ruang bebas pejalan kaki antara 4m
Ruang parkir
Parkir bahu Jalan
Bangunan komersial dan tempat
transit
Rasa betah dari pengguna antara lebih
dari 60 menit
Badan jalan
Dilayani moda transportasi umum
Trotoar Pejalan kaki
Trotoar dapat dilintasi secara sangat
leluasa
Bangunan komersial dan tempat
transit
Terdapat shelter untuk tempat transit
Badan jalan
Sirkulasi yang pada suatu saat terjadi
kemacetan
Trotoar Pejalan kaki
Terdapat PKL pada trotoar
Ruang parkir
Sangat mudah memarkirkan kendaraan
Bangunan komersial dan tempat
transit
Bangunan komersial dan tempat
transit
Pengunjung sering melakukan kegiatan
lain
Tersedia bangku untuk melakukan
interaksi sosial.
Skor
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016
Lampiran 3 Tabel Skoring Tingkat Placemaking Ruang Jalan Koridor Komersial Piere Tendean
No
1.
2.
Variabel
Kenyamanan dan
Identitas
Aksesibilitas dan
Tautan
Sub Variabel
Badan jalan
Derajat Kejenuhan 0,5 - 0,9
Trotoar Pejalan kaki
Ruang bebas pejalan kaki 0,9 m
Ruang parkir
Bangunan komersial dan tempat
transit
Parkir bahu Jalan atau onstreet
Rasa betah dari pengguna lebih dari 60
menit
Badan jalan
Dilayani moda transportasi umum
Trotoar Pejalan kaki
Bangunan komersial dan tempat
transit
3.
Fungsi dan
Kegiatan
4.
Sosialibilitas
Sumber: Analisis Penulis,2015
Hasil
Skor
Trotoar sangat sulit dilintasi secara
leluasa
Tidak terdapat shelter untuk tempat
transit
Badan jalan
Sirkulasi yang pada suatu saat terjadi
kemacetan
Trotoar Pejalan kaki
Terdapat PKL pada trotoar
Ruang parkir
Sangat sulit memarkirkan kendaraan
Bangunan komersial dan tempat
transit
Bangunan komersial dan tempat
transit
Pengunjung sering melakukan kegiatan
lain
Tidak tersedia bangku untuk melakukan
interaksi sosial.
Lampiran 4 Tabel Skoring Tingkat Placemaking Ruang Jalan Koridor Komersial S. Parman
No
1.
2.
3.
Variabel
Kenyamanan dan
Identitas
Aksesibilitas dan
Tautan
Fungsi dan
Kegiatan
4.
Sosialibilitas
Sumber: Analisis Penulis,2015
Sub Variabel
Hasil
Badan jalan
Derajat Kejenuhan 0,5 - 0,9
Trotoar Pejalan kaki
Tidak terdapat trotoar
Ruang parkir
Bangunan komersial dan tempat
transit
Parkir on street
Rasa betah dari pengguna ruang jalan
sekitar 30 - 60menit
Badan jalan
Dilayani moda transportasi umum
Trotoar Pejalan kaki
Tidak terdapat trotoar
Bangunan komersial dan tempat
transit
Tidak terdapat shelter untuk tempat
transit
Badan jalan
Sirkulasi yang pada suatu saat terjadi
kemacetan
Trotoar Pejalan kaki
Terdapat PKL pada trotoar
Ruang parkir
Sangat sulit memarkirkan kendaraan
Bangunan komersial dan tempat
transit
Bangunan komersial dan tempat
transit
Pengunjung sering melakukan kegiatan
lain
Tidak tersedia bangku untuk melakukan
interaksi sosial.
Skor
Patrani Victorya, Rizon Pamardhi U., Galing Yudana, Placemaking Ruang Jalan...
Lampiran 5 Tabel Skoring Tingkat Placemaking Ruang Jalan Koridor Komersial Yos Sudarso
No
1.
2.
3.
Variabel
Kenyamanan dan
Identitas
Aksesibilitas dan
Tautan
Fungsi dan
Kegiatan
4.
Sosialibilitas
Sumber: Analisis Penulis,2015
Sub Variabel
Hasil
Badan jalan
Derajat Kejenuhan 0,5 - 0,9
Trotoar Pejalan kaki
Terdapat trotoar selebar 0,9 m
Ruang parkir
Parkir on street
Bangunan komersial dan tempat
transit
Rasa betah dari pengguna kurang dari 30
menit
Badan jalan
Dilayani moda transportasi umum
Trotoar Pejalan kaki
Trotoar kurang leluasa ketika dilintasi
Bangunan komersial dan tempat
transit
Tidak terdapat shelter untuk tempat
transit
Badan jalan
Sirkulasi yang pada suatu saat terjadi
kemacetan
Trotoar Pejalan kaki
Terdapat PKL pada trotoar
Ruang parkir
Sangat sulit memarkirkan kendaraan
Bangunan komersial dan tempat
transit
Bangunan komersial dan tempat
transit
Pengunjung sering melakukan kegiatan
lain
Tidak tersedia bangku untuk melakukan
interaksi sosial.
Skor
Lampiran 5 Tabel Skoring Tingkat Placemaking Ruang Jalan Koridor Komersial Urip Sumoharjo
No
1.
2.
3.
Variabel
Kenyamanan dan
Identitas
Aksesibilitas dan
Tautan
Fungsi dan
Kegiatan
4.
Sosialibilitas
Sumber: Analisis Penulis,2015
Sub Variabel
Hasil
Badan jalan
Derajat Kejenuhan 0,5 - 0,9
Trotoar Pejalan kaki
Terdapat trotoar selebar 0,9 m
Ruang parkir
Parkir on street
Bangunan komersial dan tempat
transit
Rasa betah dari pengguna lebih dari 60
menit
Badan jalan
Dilayani moda transportasi umum
Trotoar Pejalan kaki
Trotoar dapat dilintasi cukup leluasa
Bangunan komersial dan tempat
transit
Terdapat shelter untuk tempat transit
Badan jalan
Sirkulasi yang pada suatu saat terjadi
kemacetan
Trotoar Pejalan kaki
Terdapat PKL pada trotoar
Ruang parkir
Cukup sulit memarkirkan kendaraan
Bangunan komersial dan tempat
transit
Bangunan komersial dan tempat
transit
Pengunjung sering melakukan kegiatan
lain
Tidak tersedia bangku untuk melakukan
interaksi sosial.
Skor