Status Epileptikus

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Nazirul Munir Bin Abu Hassan Muhammad Fauzi Ramadhan Pembimbing: dr.

Lilian Triana Limoa

C11108795 C11108264

Epilepsi : gangguan SSP berupa bangkitan spontan dan berkala. 20 % sampai 30% orang dewasa dengan epilepsi akan datang dengan status epilepsi. Status epileptikus : kondisi EMERGENCY karena dapat menimbulkan kerusakan otak permanen.

Bangkitan berulang berkepanjangan 5 menit atau lebih Tidak ada pemulihan kesadaran di antara bangkitan-bangkitan tersebut

Kejadian paling tinggi pada usia 20 tahun pertama Kemudian menurun sampai usia 50 tahun Kemudian meningkat lagi + risiko cerebrovaskuler 75% pada usia 18 tahun

Peningkatan neurotransmitter eksitatori (asetilkolin, glutamat) Penurunan neurotransmitter inhibitori (GABA)

Ketidakpatuhan minum obat Efek alkohol Trauma Infeksi dll.

Epilepsi : manifestasi gejala tunggal, tapi banyak penyebabnya.


Serangan berkala akibat pelepasan muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan.

Status Epileptikus
Sistem GABA tidak berfungsi dalam menghambat kejang. Reseptor GABA termodifikasi : kejang menetap

Pada GCSE (General Convulsive Status Epilepticus)


Fase I : kejang peningkatan plasma epinefrin, norepinefrin, steroid hipertensi, takikardi, aritmia Fase II : dimulai 60 menit serangan kejang, kompensasi gagal hipotensi, glukosa N atau , hipertermia, hipoksia, gagal napas.

ILAE (International League Against Epilepsy):


Self-limited seizure types Generalized seizures Tonic-clonic seizures Clonic seizures Typical absence seizures Atypical absence seizures Myoclonic absence seizures Tonic seizures Spasms Myoclonic seizures Eyelid myoclonia Myoclonic atonic seizures Negative myoclonus Atonic seizures Focal seizures Focal sensory seizures Focal motor seizures Gelastic seizures Hemiclonic seizures Secondarily generalized seizures Continuous seizure types Generalized status epilepticus Generalized tonic-clonic status epilepticus Clonic status epilepticus Absence status epilepticus Tonic status epilepticus Myoclonic status epilepticus Focal status epilepticus Epilepsia partialis continua of Kojevnikov Aura continua Limbic status epilepticus (psychomotor status) Hemiconvulsive status Precipitating stimuli for reflex seizures Visual stimuli Thinking Music Eating Praxis Somatosensory Proprioceptive Reading Hot water Startle

Status Epileptikus:
Kompulsif : dengan serangan kejang (tonik-klonik) Non-kompulsif : tanpa serangan kejang tetap tidak sadar lebih dari 30 menit.

EEG
Khusus NCSE (Non-Compulsive Status Epilepticus)

Alloanamnesis
Jika pasien sedang tidak dalam keadaan serangan

Laboratorium
Elektrolit, darah lengkap, tes fungsi ginjal, hati

Analisa Gas Darah EEG Neuroimaging Punksi Lumbal

Tujuan:
Stabilisasi pasien Diagnosis dan identifikasi pemicu Mencegah kekambuhan

Tahapan:

Resusitasi airway, breathing, circulation Pengendalian kejang Identifikasi dan penatalaksanaan pemicu

Pengendalian kejang, tahapan klinis:


Pramonitor: Diazepam (10-20mg) IV/rectal Status awal:
0-30 menit Lorazepam IV (bolus 4mg)

Status menetap:
30-60 menit Fenobarbital / Fenitoin (bolus)

Status refrakter:
>60 menit anestesi umum tiopenton IV

Pengobatan jangka panjang Obat Anti Epilepsi (OAE)


Dimulai setelah kejang kedua Tujuan : mengontrol kejang tanpa efek samping

Penghentian OAE:
Telah bebas kejang 2 tahun Penurunan dosis OAE tergantung jenis obat

Contoh OAE dan efek sampingnya


Obat Phenobarbitone Phenytoin Valparin Carbamazepine Oxcarbazepine Lamotrigine Clobazam Topiramate Levateracetam Tiagabine Dosis Harian 3-8 mg/kg 5-15 mg/kg 10-60 mg/kg 10-30 mg/kg 20-45 mg/kg 3-9 mg/kg 0,4-1,2mg/kg 3-9 mg/kg 15-45 mg/kg 0,5-2 mg/kg Efek Samping Hiperaktivitas, siklus tidur terganggu Kurang mengontrol kejang, kosmetik, hirsutisme, ataksia Mual, muntah, hilang nafsu makan, berat badan berkurang, alopesia Ruam, memperburuk kejang Sommnolen, muntah, eksaserbasi kejang Ruam, sindroma Steven-Johnson Perubahan perilaku, agresi, gangguan tidur, sembelit, kenaikan berat badan. Demam, asidosis pada bayi, kemunduran fungsi kognitif/bahasa Perubahan perilaku Somnolen, eksasebasi kejang

Risiko serangan berulang Komplikasi:


Disfungsi jantung / paru Cedera otak ireversibel

Mortalitas: 22 25%
Diperburuk jika kejang >30 menit Disebabkan hiperpireksi, obstruksi respirasi, aspirasi muntahan, kegagalan kompensasi

Anda mungkin juga menyukai