Kegawatdaruratan Neurologi
Kegawatdaruratan Neurologi
Kegawatdaruratan Neurologi
9
Neuro Emergensi
Status epileptikus
Status epileptikus (perdossi, 2007)
• Bangkitan yang berlangsung lebih dari 30
menit, atau adanya dua bangkitan atau lebih
dimana diantara bangkitan-bangkitan tadi
tidak terdapat pemulihan kesadaran.
• Penanganan bangkitan harus dimulai dalam
10 menit pertama setelah bangkitan atau
awitan.
Status Epileptikus
• Hilangnya kesadaran
• Kejang berulang atau berlanjut
• Gambaran aktifitas iktal secara umum pada
EEG
Status epileptikus konvulsif lanj…
• Kegawatan medis
• Mortalitas dan morbiditas yang tinggi
• High morbidity and mortality
• Pseudostatus
– Pschogenic SE
– Iatrogenic complication: IV BZDs, barbiturates or
anesthetics
– Supresi pernafasan dan hipotensi
Non konvulsif Status Epileptikus
Dapat ditemukan pada 1/3 kasus status
epileptikus
• Dapat dibagi menjadi SE lena, SE
parsial kompleks, SE nonkonvulsif
pada pasien dengan koma, dan SE
pada gangguan belajar
Terapi SE nonkonvulsif
• Generalized
– Ends abruptly without postictal abnormality
• Partial
– Associated with postictal confusion, depression,
or general malaise
Faktor Pencetus Status Epileptikus
• Kelelahan.
• Menderita penyakit lain yang berat.
• Penggunaan obat anti epilepsi yang tidak
sesuai aturan.
• Penggunaan obat-obatan, minum alkohol.
Prinsip Penanganan Status Epileptikus
NEJM, 1998
Penanganan
SE konvulsif
Perdossi, 2007
Manajemen Status Epileptikus
Stadium 2 Stadium 3
Pemberian rumatan
(30 – 90 menit )
• Terapi bedah
• Stimulasi nervus vagus
• Modifikasi tingkah laku
• Relaksasi
• Mengurangi dosis OAE
Epilepsy – Surgical Treatment
• A proportion of the pts with intractable epilepsy will
benefit from surgery.
• Epilepsy surgery procedures: Curative (removal of
epileptic focus) and palliative (seizure-related risk
decrease and improvement of the QOL)
• Curative (resective) procedures: Anteromesial temporal
resection, selective amygdalohippocampectomy,
extensive lesionectomy, cortical resection,
hemispherectomy.
• Palliative procedures: Corpus callosotomy and Vagal
nerve stimulation (VNS).
Guiilain Barre Syndrome (GBS)
Definisi:
GBS atau AIDP atau acute ascending paralysis atau Landry-Guillain-Barre-
Strohl syndrome atau polyneuritis pasca infeksi merupakan suatu kondisi
polineuropati yang akut dan progresif dengan kelemahan otot yang
asenderen dan arefleksia, terjadi akibat proses autoimmune dengan
respon inflamasi pada radiks dan saraf tepi ( poliradikulopati dan
polineuropati ).Keadaan ini berlangsung sangat cepat dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu ( David S,2001 )
Back
32
33
Clinical Picture of Polyneuropahty (Valenstein, 2000)
Lower before upper extremity; distal first (feet)
Decreased ankle jerks
Stocking, then glove sensory loss
Distal more severe than proximal (Impairment of neurotransmission is more severe in
long nerve, because of the confrontation from greater number of demyelinated
segments (Wilkinson, 1997)
Back
34
GBS=heterogenous syndrome w/ variant
forms
• Think of AIDP as the traditional form as described
previously, accts for 85-90%
• Miller Fisher Syndrome: opthalmoplegia, ataxia, and
areflexia (5%). GQ1b antibody. Only 1/4th w/
extremity weakness
• AMAN: selective involv of motor nerves, DTRs are
preserved, more common in Japan/China, almost all
preceded by Campylobacter infxn
• AMSAN: more severe form of AMAN +sensory
Mekanisme GBS
37
Nobuhiro Yuki, M.D. Guillain Barre Syndrome. N Engl J Med 2012;366:2294-
Patofisiologi GBS (Seneviratne, 2000)
- Molecular
mimicry
Presence of lymphocyte of small vessels in the
endoneurium and perineurium
- Lymphocyte infiltration of the nerve
- Macrophage mediated segmental demyelinitation
39
Viral Infections Influenza
Epstein - Barr virus
Cytomegalovirus
Hepatitis A, B
HIV
Bacterial Campylobacter jejuni
Infections Mycoplasma Pneumonia
Lyme
Salmonella
Listeria
Shigella
Vaccinations Influenza
Tetanus toxoid
Systemic Illness Sarcoidosis
Systemic lupus erythematosus
Lymphoma
Leukemia
Connective tissue disease
Miscellaneous Surgery
Trauma
Many drugs (only incidental reports
are known and all require
confirmation)
Background of GBS
• Diagnosis of GBS
• Sepsis
• Emboli paru
Back
Komplikasi ICU
• Perawatan di ICU berminggu2-berbulan2
• Mayoritas sembuh dengan atau tanpa sequele
• Mortalitas 1-8 %
Hipotensi
Gagal Nafas
72
Mekanisme IVIg
• IVIG is derived from fractionated purified human
plasma from a large pool of multiple donors. The
product is treated with solvents and detergents to
inactivate any blood-borne virus.
76
Predictors of poor prognosis
1. Axonal degeneration/CMAP<20%
2. Recent C. jejuni infection
3. GM1 antibodies
4. Rapid onset < 7 days.
7. Delay in treatment
8. Requiring intubation
9. Older age >60 yrs.
(Proone,2002)
Faktor Prognosis
(Lyu, dkk, 1997)
Nyeri kepala emergensi
Seorang pria 25 tahun datang ke poli dengan
keluhan nyeri kepala sebelah sejak 2 hari yang
lalu. Nyeri terasa berdenyut dan terasa
memberat dengan aktifitas sehari-hari. Pasien
mengatakan bahwa sebelum serangan muncul,
pasien mengeluhkan mata berkunang-kunang
dan kadang disertai dengan melihat adanya
kilatan cahaya.
Pada pemeriksaan didapatkan tanda vital: TD:
120/80mmHg, HR: 94x/m, RR: 21x/m, T:36,20 C.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan.
Seorang pria berusia 40 tahun dibawa ke IGD
dengan keluhan tiba-tiba mengeluh sakit kepala
hebat, sakit kepala paling hebat seumur hidup,
disertai muntah dan pandangan kabur.
Tanda-tanda vital pasien saat diperiksa adalah
tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 100
kali/menit, suhu 37 oC, dan frekuensi pernapasan
25 kali/menit.
Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda kaku
kuduk. Pemeriksaan CT Scan menunjukkan adanya
gambaran hiperdens di daerah sisterna suprasellar
Sub-Arachnoid Hemorrhage
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign
(suhu, tensi, nadi, respirasi
cari etiologi nyeri:
neurologis dan nonneurologis
terutama diseputar kepala
Red Flags in the Evaluation of Acute Headaches in Adults
(Dodick, 1997)
Neuroimaging Studies in Headache Sufferers