Korupsi E-Ktp

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

KASUS KORUPSI E-KTP

(2011-2017)

Nama: Muhammad Arief Satria

Kelas: XII.8

Mata Pelajaran: Pendidikan Pancasila

Kasus korupsi besar dalam proyek pengadaan Kartu Tanda Penduduk


elektronik (E-KTP) yang melibatkan banyak pejabat pemerintah dan
anggota DPR. Mereka tidak melaksanakan kewajiban mereka sebagai
penyelenggara negara yang bersih dan jujur, menyebabkan kerugian
negara sekitar Rp2,3 triliun.

Banyak pejabat negara terlibat, termasuk Setya Novanto (Ketua DPR saat
itu), Irman dan Sugiharto (mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri),
serta beberapa anggota DPR lainnya. Proyek ini seharusnya dikelola oleh
Kementerian Dalam Negeri.

Kasus ini terjadi di seluruh Indonesia karena proyek E-KTP mencakup


seluruh wilayah, tetapi penyimpangan dana dan pengelolaan proyek ini
berpusat di Jakarta. Kasus ini berlangsung dari 2011, ketika proyek E-KTP
dimulai, hingga 2017, ketika kasus ini mencuat di pengadilan dan
sejumlah tersangka diajukan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Korupsi ini terjadi karena adanya penyalahgunaan wewenang, kolusi, dan


praktik suap antara pejabat pemerintah dan pengusaha terkait pengadaan
barang dan jasa proyek E-KTP. Pelanggaran terjadi melalui manipulasi
anggaran proyek E-KTP dan penggelembungan harga. Pejabat yang
terlibat menerima suap dan mengalokasikan sebagian besar dana proyek
untuk keuntungan pribadi atau kelompok, alih-alih memanfaatkan dana
tersebut sesuai peruntukannya.

Kasus korupsi E-KTP melanggar Sila Kelima Pancasila: Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Korupsi ini merusak prinsip keadilan sosial
karena dana yang seharusnya digunakan untuk kepentingan umum,
dalam hal ini pengadaan E-KTP untuk seluruh warga negara,
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi beberapa pejabat. Akibatnya,
banyak warga yang dirugikan, pelayanan publik terganggu, dan negara
mengalami kerugian besar, yang jelas bertentangan dengan semangat
keadilan sosial yang diamanatkan oleh Pancasila.

KPK melakukan penyidikan dan mengajukan sejumlah pejabat tinggi ke


pengadilan. Setya Novanto divonis 15 tahun penjara, sementara beberapa
pejabat lain mendapat hukuman bervariasi. Uang hasil korupsi sebagian
besar belum dipulihkan, meskipun ada upaya pemulihan aset oleh KPK.

Adapun upaya-upaya mencegah kasus tersebut yaitu:

 Penguatan Pengawasan Proyek Publik: Perlu dilakukan pengawasan


lebih ketat terhadap proyek-proyek pengadaan pemerintah, dengan
melibatkan auditor independen sejak awal hingga akhir proyek.
 Transparansi Anggaran: Publikasi terbuka terkait anggaran proyek-
proyek besar agar masyarakat bisa mengawasi jalannya proyek dan
mengidentifikasi potensi penyimpangan sejak dini.
 Penegakan Hukum yang Konsisten: Hukuman bagi para pelaku
korupsi harus memberikan efek jera yang nyata, termasuk
penyitaan aset dan perbaikan sistem hukum antikorupsi.

Anda mungkin juga menyukai