Bab 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ, salah
satunya adalah kulit. Kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barrier
protektif yang dapat mencegah kehilangan air dan elektrolit (Pillai, Cornel,
and Oresajo, 2010). Kulit manusia dibagi menjadi empat macam tipe, yaitu
kulit normal, berminyak, kering, dan kombinasi (Tranggono dan Latifah,
2007). Kulit yang berminyak, kering, atau kombinasi dapat menurunkan
estetika kulit dan mengganggu fungsi kulit, sehingga masalah ini perlu
diatasi.
Masalah kulit yang diangkat dalam penelitian ini adalah jenis kulit
kering. Berbagai faktor eksternal maupun internal seperti iklim, temperatur,
udara kering, kelembaban udara, paparan sinar matahari, usia, dan berbagai
penyakit kulit dapat menyebabkan penguapan yang berlebihan pada
epidermis kulit. Penguapan yang berlebihan tersebut mengakibatkan kadar
air dalam stratum korneum dapat berkurang hingga 10% yang dapat
mengakibatkan kulit menjadi kering (Rawlings et al., 2000). Kulit berusaha
untuk melindungi diri dari kemungkinan tersebut yaitu dengan adanya
bahan hidrofilik yang terkandung dalam stratum korneum, yang disebut
juga Natural Moisturizing Factor (NMF). NMF merupakan suatu humektan
yang efektif yang dapat mempertahankan konsentrasi air dalam stratum
korneum untuk mencegah terjadinya keretakan, penyisikan, dan
pengelupasan pada kulit. Faktor perlindungan alamiah (Natural
Moisturizing Factor/NMF) dalam kondisi tertentu, seperti pada musim
dingin, kondisi atopik dermatitis, dan sensitivitas deterjen menyebabkan
NMF menjadi kurang mampu memberikan perlindungan yang memadai,
1
sehingga diperlukan suatu tambahan perlindungan bagi kulit, yaitu
kosmetika pelembab (Leyden and Rawlings, 2002).
Pelembab adalah bahan yang yang digunakan untuk mereduksi tanda dan
gejala kulit kering, bersisik, dan kasar, serta membuat permukaan kulit yang
kasar menjadi halus dan lembut (Schliemann and Elsner, 2007).
Berdasarkan teori mekanisme kerjanya, pelembab dikelompokkan menjadi
empat jenis, yaitu oklusif, humektan, emolien, dan protein rejuvenator.
Oklusif adalah bahan yang melakukan blokade terhadap Transepidermal
Water Loss (TEWL) dalam stratum korneum. Humektan adalah bahan yang
menarik air ketika diaplikasikan pada kulit dan meningkatkan hidrasi
stratum korneum. Emolien dapat melembutkan kulit dengan mengisi ruang
antara kulit yang retak dengan butiran minyak. Protein rejuvenator dapat
menyebabkan kulit menjadi lebih muda dengan mengisi protein esensial
dalam kulit (Lynde, 2012).
Bahan yang digunakan untuk membuat suatu formulasi pelembab
dapat diperoleh dari alam maupun sintetik. Pengembangan dalam bidang
pengobatan perlu diarahkan ke dalam industri farmasi dengan dasar bahan
alami yang diperoleh dari tumbuhan obat, dengan pertimbangan bahwa
pengembangan ke arah pemanfaatan bahan alam memiliki daya saing yang
cukup tinggi, bermanfaat dalam peningkatan mutu kesehatan dan juga
kesejahteraan masyarakat seperti tercantum dalam Program Nasional
Pengembangan Obat Bahan Alam (Badan Litbang Pertanian, 2007). Salah
satu bahan dari alam yang dapat berfungsi sebagai pelembab kulit adalah
lidah buaya (Aloe vera) (Dal’Belo et al., 2006). Selain sebagai pelembab
kulit, Aloe vera hingga saat ini dapat dimanfaatkan sebagai pelembut, anti-
aging, dan tabir surya bagi kulit. Aloe vera mengandung air sebesar 99%
dari berat total serta mengandung monosakarida dan polisakarida sebesar

2
25% dari berat kering. Aloe vera juga mengandung bradikinase, lignin, dan
vitamin-vitamin, yaitu vitamin A, C, E, B12 (Surjushe et al., 2008).
Kandungan lignin dari gel Aloe vera memiliki kemampuan penyerapan ke
dalam kulit yang tinggi sehingga memudahkan peresapan gel ke kulit dan
mampu menahan hilangnya cairan dari permukaan kulit (Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau, 2013). Penelitian yang dilakukan
oleh Akhtar et al. (2011) menunjukkan bahwa Aloe vera terbukti mampu
menurunkan kadar Transepidermal Water Loss (TEWL) dan meningkatkan
kandungan air dalam stratum korneum. Efek tambahan yang didapatkan dari
lidah buaya adalah kandungan antioksidannya yang dapat menangkal
radikal bebas dari luar dan menjaga sel kulit tetap sehat dan terlindungi (Hu,
Zhang, and Kitts, 2003). Hal ini merupakan penyebab penggunaan Aloe
vera sebagai kosmetik pelembab.
Aloe vera dapat digunakan sebagai pelembab pada kadar antara 0,05-
0,5% (Irawati, 2005). Sediaan pelembab Aloe vera dapat dibuat dengan
mengupas kulit daun Aloe vera, kemudian daging daun Aloe vera
dipisahkan. Daging daun Aloe vera kemudian diblender dan dikeringkan
agar terjadinya kerusakan pada daging daun akibat tingginya kandungan air
yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi kimia dan aktivitas
mikroorganisme dapat dihindari (Saniah, Mangunsong, Indrastuti, 2008).
Metode pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
spray drying. Metode spray drying memiliki beberapa keuntungan, yaitu
karakteristik dan kualitas produk terkontrol dengan baik, proses
pengeringan dapat dilakukan pada tekanan atmosfer yang rendah sehingga
dapat menjaga bahan yang tidak tahan panas, waktu yang diperlukan
singkat, proses relatif sederhana, dan produk yang dihasilkan relatif
seragam (Arwizet, 2009).

3
Efektivitas Aloe vera sebagai pelembab dapat ditingkatkan dengan
penambahan humektan sintetis. Humektan sintetis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah gliserin dan propilen glikol. Gliserin dapat membantu
menjaga kelembaban pada kulit karena adanya gugus hidroksil yang tinggi
yang dapat mengikat dan menahan air (Fluhr, Bornkessel, and Berardesca et
al., 2006; Klatz and Goldman, 2003). Gliserin juga merupakan bahan
pelembab yang baik untuk kulit dan dapat meningkatkan daya sebar krim
dan lotion (Klatz and Goldman, 2003). Gliserin menyebabkan rasa berat dan
tacky sehingga untuk menutupi hal tersebut, penggunaan gliserin sebagai
humektan perlu dikombinasi dengan humektan lain (Zocchi, 2001). Propilen
glikol memiliki sifat melarutkan yang bagus karena lebih larut lipid
daripada gliserin sehingga propilen glikol memiliki permeasi yang bagus ke
dalam stratum korneum (Fisher, Rietschel, and Fowler, 2008). Penggunaan
kombinasi gliserin dan propilen glikol secara bersamaan didasarkan pada
kenyataan bahwa gliserin mempunyai viskositas yang rendah namun
gliserin memberi kelembutan sehingga nyaman digunakan, sedangkan
propilen glikol memiliki viskositas yang lebih tinggi namun kurang nyaman
dalam aplikasinya karena ada pengaruh rasa lengket saat digunakan
(Yuliani, 2010). Humektan dengan viskositas rendah menyebabkan
mudahnya tercampur dalam suatu sediaan, sedangkan humektan dengan
viskositas yang tinggi dapat mencegah terjadinya pemisahan emulsi
(Wilkinson and Moore, 1982). Propilen glikol stabil digunakan dalam suatu
sediaan bila dikombinasikan dengan gliserin (Loden, 2001).
Pada umumnya, sediaan pelembab dibuat dalam bentuk krim atau
lotion (Feldman and Strowd, 2010). Bentuk sediaan yang dipilih dalam
penelitian ini adalah krim minyak dalam air. Bentuk ini memiliki banyak
keuntungan dibanding bentuk sediaan yang lain, diantaranya mudah dicuci,

4
tidak meninggalkan bekas pada kulit, lembut, serta menimbulkan rasa
nyaman dan dingin setelah air menguap pada daerah yang digunakan
(Lachman, Lieberman, and Kanig, 1986). Krim memiliki konsistensi yang
lebih kental dengan penetrasi yang baik ke dalam kulit (Buhse et al., 2005).
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan
oleh Dewi (2012) dengan judul “Formulasi Krim Pelembab Ekstrak Lidah
Buaya (Aloe vera Linn) dalam Basis Vanishing Krim”. Pada penelitian ini,
ekstrak lidah buaya dibuat dengan metode spray drying, kemudian ekstrak
diformulasikan dalam suatu formula dengan basis vanishing cream dengan
masing-masing formula terdiri atas konsentrasi ekstrak Aloe vera yang
berbeda, yaitu 0, 0,1, 0,3, dan 0,5%. Hasil evaluasi yang dilakukan
menunjukkan bahwa viskositas sediaan mendekati rentang spesifikasi
sediaan, dan formula yang mengandung ekstrak Aloe vera 0, 0,1, dan 0,3%
memiliki efektivitas melembabkan kulit yang mendekati batas nilai Area
Under Curve (AUC) yang efektif melembabkan kulit. Suatu formula
dikatakan efektif melembabkan kulit dengan nilai AUC sebesar 2,15±0,71
mg/4 jam, namun hasil evaluasi sediaan pada kontrol menunjukkan nilai
AUC sebesar 10,95 mg/24 jam, formula I sebesar 15,80 mg/24 jam, formula
II sebesar 23,10 mg/24 jam, dan formula III sebesar 29,60 mg/24 jam.
Efektivitas pelembab yang tertinggi pada penelitian ini diperoleh pada
formula yang mengandung ekstrak Aloe vera 0,5% dengan AUC sebesar
29,60 mg/24 jam. Ekstrak Aloe vera dan humektan adalah faktor yang
mempengaruhi efektivitas pelembab dalam formulasi yang digunakan oleh
Dewi (2012). Kandungan polisakarida pada Aloe vera dapat menahan
molekul air secara bersama-sama sehingga dapat membantu melembabkan
kulit (Minarsih, 2005). Pada penelitian ini akan dibuat sediaan krim
pelembab Aloe vera yang mengandung kombinasi bahan pelembab sintetik,

5
yaitu gliserin dan propilen glikol dalam konsentrasi yang berbeda.
Penambahan kombinasi gliserin dan propilen glikol sebagai humektan ini
diharap dapat meningkatkan mutu fisik dan efektivitas sediaan krim
pelembab Aloe vera. Formula pada penelitian ini mengacu pada formula
yang dibuat oleh Dewi (2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2006),
konsentrasi gliserin sebagai humektan yang terbaik adalah 5% sehingga
dalam penelitian ini digunakan konsentrasi gliserin terendah adalah 5%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Minarsih (2005), konsentrasi
propilen glikol sebagai humektan yang terbaik adalah 3% sehingga dalam
penelitian ini digunakan konsentrasi propilen glikol terendah adalah 3%.
Berdasarkan Rowe, Sheskey, and Owen (2009), diketahui bahwa
konsentrasi lazim penggunaan gliserin sebagai humektan adalah kurang dari
30% dan konsentrasi lazim penggunaan propilen glikol sekitar 15%. Dalam
penelitian ini dibuat formula yang mengandung kombinasi gliserin dan
propilen glikol dengan perbandingan 5:3 sehingga diperoleh komposisi
sebagai berikut: formula I (5:3)%, formula II (10:6)%, dan formula III
(15:9)%. Disamping itu dibuat pula formula kontrol negatif dan formula
kontrol positif yang mengandung gliserin dan propilen glikol secara
terpisah. Setiap formula dibuat sebanyak 2 bets dan setiap bets mengandung
300 gram sediaan krim pelembab.
Sediaan krim pelembab Aloe vera dalam penelitian ini dievaluasi
mutu fisik, keamanan, efektivitas, dan aseptabilitasnya. Evaluasi fisik
sediaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan organoleptis, pH, tipe emulsi,
ukuran partikel, viskositas, daya sebar, homogenitas, dan daya tercucikan
air sediaan. Uji keamanan sediaan dilakukan dengan uji iritasi. Uji
efektivitas pelembab secara in vitro dilakukan dengan metode The Sorbtion-

6
Desoption Test (SDT). Evaluasi aseptabilitas sediaan meliputi kemudahan
diratakan, kelembutan, dan kemudahan dibersihkan. Analisa data pada hasil
evaluasi pH, viskositas, ukuran partikel, dan efektivitas sediaan secara in
vitro dilakukan dengan SPSS statistic 17.0., yaitu Oneway anova untuk
mengetahui perbedaan yang bermakna pada tiap formula. Analisa data pada
hasil evaluasi daya sebar, homogenitas, daya tercucikan air, iritasi, dan
aseptabilitas dilakukan dengan Kruskal Wallis. Analisa data pada hasil
evaluasi pH, viskositas, ukuran partikel, dan efektivitas sediaan secara in
vitro untuk mengetahui perbedaan yang bermakna pada tiap bets dilakukan
dengan SPSS statistic 17.0., yaitu dengan uji t berpasangan (Jones, 2010).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu bagaimana pengaruh kombinasi gliserin dan propilen glikol
terhadap formula krim pelembab ekstrak Aloe vera dalam basis vanishing
cream terhadap mutu fisik, keamanan, efektivitas, dan aseptabilitas sediaan
dan formula dengan kombinasi gliserin dan propilen glikol berapakah yang
terbaik untuk meningkatkan hidrasi pada kulit dalam sediaan krim
pelembab Aloe vera berbasis vanishing cream?

1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi gliserin dan
propilen glikol terhadap mutu fisik, keamanan, efektivitas, dan aseptabilitas
sediaan krim pelembab ekstrak Aloe vera dalam basis vanishing cream dan
menentukan kombinasi gliserin dan propilen glikol terbaik untuk
meningkatkan hidrasi pada kulit dalam sediaan krim pelembab Aloe vera
berbasis vanishing cream.

7
1.4. Hipotesis Penelitian
Kombinasi antara propilen glikol dan gliserin sebagai humektan akan
mempengaruhi sediaan dari segi efektivitas, yaitu meningkatkan efektivitas
krim pelembab ekstrak Aloe vera dalam basis vanishing cream. Penggunaan
kombinasi gliserin dan propilen glikol secara bersamaan didasarkan pada
kenyataan bahwa gliserin mempunyai viskositas yang rendah namun
gliserin memberi kelembutan sehingga nyaman digunakan dan dapat
meningkatkan daya sebar pada krim, sedangkan propilen glikol memiliki
viskositas yang lebih tinggi namun kurang nyaman dalam aplikasinya
karena ada pengaruh rasa lengket saat digunakan (Yuliani, 2010).

1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengolah tanaman Aloe
vera L. sebagai sediaan krim pelembab sehingga dapat menjadi wahana
pengetahuan bagi peneliti selanjutnya dan menjadi bahan pertimbangan
pada pengembangan teknologi kefarmasian dan peningkatan pemakaian
lidah buaya sebagai krim pelembab kulit yang memenuhi persyaratan.

Anda mungkin juga menyukai