Sediaan Hand Cream
Sediaan Hand Cream
Sediaan Hand Cream
PENDAHULUAN
1
sedangkan antioksidan alami dihasilkan dari produk alami seperti rempah,
herbal, sayuran, dan buah (Karori, 2007). Salah satu contoh tanaman yang
berfungsi sebagai antioksidan ialah teh hijau (Camellia sinensis Linn.).
Tanaman teh hijau merupakan salah satu familia Camelliaceae.
Berdasarkan proses pengolahan, teh dapat dibedakan menjadi teh hijau, teh
oolong, teh hitam dan teh merah. Teh hijau mengandung polifenol lebih
banyak dibanding jenis teh yang lain, terutama katekin yang memiliki
aktifitas antioksidan yang tinggi yaitu (-)-epigallocatechin gallate (EGCG)
(Cabrera, Artacho, and Gimenez, 2006). Pada beberapa penelitian yang
dilakukan oleh Wang (1994) dan Gensler (1995), polifenol pada teh hijau
dan teh hitam yang diberikan secara oral maupun topikal pada kulit tikus di
sinar matahari mampu membantu mempertahankan kulit terhadap kanker
(Shukla, 2007). Selain itu pada penelitian yang dilakukan Faramayuda,
Alatas, dan Desmiaty (2010), 8,6% ekstrak air daun teh hijau memberikan
nilai EC50 2,46 µg/ml, nilai ini memberikan aktivitas peredaman yang lebih
baik daripada vitamin C.
Katekin merupakan komponen terbesar tanaman teh hijau
(Camellia sinensis Linn.) yang termasuk dalam flavonoid golongan flavon.
Katekin memiliki komponen seperti (-)-epicatechin gallate (ECG), (-)-
epicatechin (EC), (-)-epigallocatechin (EGC), dan (-)-epigallocatechin
gallate (EGCG) (Namita, Mukesh, and Vijay, 2012). EGCG merupakan
komponen terbesar dan menjadi senyawa antioksidan yang kuat
dibandingkan komponen yang lain. Meski setiap jenis teh berasal dari famili
Camelliaceae, namun ada perbedaan berarti pada kandungan katekin dan
EGCG. Kandungan katekin dan EGCG tertinggi terdapat pada tanaman teh
hijau yang tidak mengalami proses fermentasi kemudian teh oolong yang
mengalami proses semi fermentasi dan teh merah serta teh hitam yang
2
mengalami proses fermentasi (Namita, Mukesh, dan Vijay, 2012). Katekin
bekerja sebagai antioksidan dengan menghambat lipid peroksida pada kulit
dimana lipid peroksida ini dapat mempercepat penuaan dini (Cabrera,
Artacho, and Gimenez, 2006).
LaNatura Green Tea Hand Cream merupakan sediaan kosmetik
yang diaplikasikan pada daerah tangan dimana sediaan ini menggunakan
bahan aktif teh hijau sebagai antioksidan. Sediaan ini memiliki konsistensi
yang kental sehingga dapat memberikan kesan halus dan lembut pada
tangan serta melembabkan kulit (Mitsui, 1997). Kelemahan dari hand cream
adalah kurang efisien karena konsistensi yang lebih kental dari lotion
sehingga tempat penggunaan terbatas. Pada penelitian ini akan diformulasi
sediaan hand body lotion dengan menggunakan ekstrak teh hijau dengan
tipe emulsi berbasis O/W. Modifikasi bentuk lotion ini didasarkan lotion ini
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada kulit sehingga
mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta
meninggalkan lapisan tipis yang tidak lengket pada kulit (Ansel, 1989;
Balsam, and Sagarin, 1972). Pemakaiannya yang mudah menyebar ini
menyebabkan sediaan hand body lotion ini dapat diaplikasikan di seluruh
tubuh. Hand body lotion dengan basis O/W memiliki kelebihan antara lain
pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas, memberi
efek dingin dan lembut pada kulit karena penguapan fase air eksternal dan
sediaan ini tidak terasa berminyak saat diaplikasikan (Ansel, 1989; Balsam
dan Sagarin, 1972; Buchmann, 2001).
Pada penelitian ini ekstrak yang digunakan berupa ekstrak kering
teh hijau yang berasal dari PT. Natura Laboratoria Prima, dimana metode
ekstraksi yang digunakan adalah digesti, menggunakan pelarut air, dan
proses pengeringan ekstrak menggunakan metode spray drying. Pelarut
3
penyari air dipilih dengan alasan komponen bahan aktif dari teh hijau yaitu
katekin yang memiliki daya antioksidan tinggi yaitu epigallocatechin gallat
(EGCG) larut di pelarut air (Hukmah, 2007; Handoko, 2007). Selain itu,
pelarut air termasuk penyari yang ekonomis dan ramah lingkungan,serta
tidak toksik sehingga aman untuk digunakan (Departemen Kesehatan RI,
2000). Metode spray drying dipilih karena metode pengeringan ini proses
pengeringannya berlangsung cepat sehingga meminimalis kerusakan
kandungan pada ekstrak (Kurniawan dan Sulaiman, 2009). Ekstrak kering
kemudian distandarisasi untuk memberikan efikasi yang terukur secara
farmakologis, menjamin mutu produk dan menjamin keamanan konsumen.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan
oleh Faramayuda, Alatas, Desmiaty (2010), pada penelitian ini ekstrak teh
hijau diformulasi dalam bentuk lotion dengan konsentrasi 0,0002, 0,002,
0,02, dan 8,6%. Bahan sintetik (vitamin C) juga diformulasikan dan
digunakan sebagai pembanding. Hasil yang didapatkan pH dan diameter
globul relatif stabil sedangkan viskositas yang dihasilkan cukup baik.
Efektivitas antioksidan tertinggi pada penelitian ini diperoleh pada formula
yang mengandung ekstrak teh hijau 8,6% dengan nilai EC50 2,46 µg/ml.
Pada penelitian yang lain oleh Li et al. (2009), 4 formula yang
mengandung ekstrak teh hijau diformulasikan dengan konsentrasi ekstrak
teh hijau sebesar 2, 3, 4, dan 5%. Keempat formula tersebut kemudian diuji
potensinya dalam memberikan daya lindung dari ultraviolet irradiation
(UVR) dengan memberi 1,5 minimal erythema doses (MED) per hari
selama empat hari berturut-turut pada punggung bagian atas, kemudian pada
tiga puluh menit sebelum pemaparan UV dan 6, 24, dan 48 jam setelah
paparan UV terakhir diberikan ekstrak teh hijau dan diukur di bawah
mikroskopis dan menggunakan immunohistochemistry. Hasil dari penelitian
4
ini adalah formula yang mengandung ekstrak teh hijau memberikan
perlindungan yang signifikan terhadap photoaging dan peristiwa biologis
photommunosuppression. Konsentrasi ekstrak teh hijau yang menunjukkan
fotoproteksi yang efisien adalah 2% dan 3%. Selain itu terdapat penelitian
lain yang mendukung pernyataan tersebut yang membuktikan 3% ekstrak
teh hijau cukup memberikan perlindungan terhadap photoaging dan
photommunosuppression (Mucha, Budzisz, and Rotsztejn, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian – penelitian terdahulu maka penelitian ini
dibuat formula yang mengandung ekstrak air teh hijau (Camellia sinensis
Linn.) dengan konsentrasi antara rentang 2 sampai 8,6% yaitu konsentrasi
2% untuk formula I, 6% untuk formula II, dan 8% untuk formula III.
Evaluasi fisik sediaan yang dilakukan adalah pemeriksaan
organoleptis, viskositas, pH, daya sebar, dan homogenitas. Sediaan juga
dilakukan uji efektifitas, uji efikasi, dan uji kesukaan. Uji efektifitas hand
body lotion dilakukan dengan uji kemampuan sediaan untuk mengurangi
penguapan air dari kulit, uji efikasi sediaan dilakukan dengan uji iritasi dan
uji aseptabilitas berupa uji hedonik meliputi tekstur, bau, dan kesan lengket.
Data hasil pengamatan yang diperoleh akan dianalisa dengan
menggunakan metode analisa statistik parametrik dan non-parametrik. Hasil
pengamatan pengujian pH, viskositas, dan efektifitas lotion dianalisa
dengan menggunakan metode analisa statistik parametrik yaitu t test antar
bets dan ANOVA one way untuk data antar formula dilanjutkan dengan Post
Hoc Tests Tukey. Metode analisis non parametrik menggunakan Kruskal-
Wallis untuk menganalisa data antar formula meliputi uji homogenitas, daya
sebar, uji efikasi atau keamanan lotion dan uji aseptabilitas berupa uji
hedonik (David, 2002).
5
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak air teh hijau (Camellia sinensis Linn.) dapat
diformulasikan dalam sediaan hand body bentuk lotion yang memenuhi
persyaratan uji mutu fisik, efektifitas, efikasi, dan aseptabilitas?
2. Bagaimana pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak air teh hijau
(Camellia sinensis Linn.) terhadap sifat mutu fisik, efektifitas, efikasi,
dan aseptabilitas sediaan hand body bentuk lotion ?
3. Manakah formula terbaik terhadap sifat mutu fisik, efektifitas, efikasi,
dan aseptabilitas sediaan hand body bentuk lotion ?
6
aseptabilitas sediaan. Viskositas yang dihasilkan dapat mempengaruhi daya
sebar dan efektifitas sediaan hand body bentuk lotion.