Kelompok 2 - A - 001 - Talitha Amalia - Jurnal Krim Pelembab
Kelompok 2 - A - 001 - Talitha Amalia - Jurnal Krim Pelembab
Kelompok 2 - A - 001 - Talitha Amalia - Jurnal Krim Pelembab
Disusun Oleh :
Kelompok II A
JAKARTA
APRIL/ 2021
I. Tujuan
Setelah selesai mengikuti praktikum modul sediaan krim pelembab, mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan formulasi sediaan krim pelembab
2. Menjelaskan cara pembuatan sediaan krim pelembab
Berbagai faktor eksternal maupun internal seperti iklim, temperatur, udara kering,
kelembaban udara, paparan sinar matahari, usia, dan berbagai penyakit kulit dapat
menyebabkan penguapan yang berlebihan pada epidermis kulit. Penguapan yang berlebihan
tersebut mengakibatkan kadar air dalam stratum korneum dapat berkurang hingga 10% yang
dapat mengakibatkan kulit menjadi kering. Kulit berusaha untuk melindungi diri dari
kemungkinan tersebut yaitu dengan adanya bahan hidrofilik yang terkandung dalam stratum
korneum, yang disebut juga Natural Moisturizing Factor (NMF). NMF merupakan suatu
humektan yang efektif yangdapat mempertahankan konsentrasi air dalam stratum korneum
untuk mencegah terjadinya keretakan, penyisikan, dan pengelupasan pada kulit. Faktor
perlindungan alamiah (Natural Moisturizing Factor/NMF) dalam kondisi tertentu, seperti
pada musim dingin, kondisi atopik dermatitis, dansensitivitas deterjen menyebabkan NMF
menjadi kurang mampu memberikan perlindunganyangmemadai, sehingga diperlukan suatu
tambahan perlindungan bagi kulit, yaitu kosmetika pelembab.
Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak (lanolin, lemak wool, fatty
alcohol, gliserol monostearat dan lain-lain) yang semuanya merupakan bahan
pengemulsi tipe W/O. Sebagai tambahan adalah campuran minyak seperti minyak
tumbuhan yang lebih baik daripada mineral oils karena lebih mudah bercampur
dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum dan memiliki
daya adhesi yang lebih kuat.
Alpukat berasal dari kawasan Amerika Tengah, buah ini ditanam di kawasan
tropis dan subtropis, termasuk juga di Indonesia. Alpukat yang berkembang di
Indonesia kebanyakan berasal dari Amerika Tengah dan sedikit dari Guatemala. Buah
ini masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Sebenarnya masih ada jenis lain yang
masuk ke Indonesia yaitu alpukat Mexican. Namun karena jenis ini lebih sesuai untuk
ditanam di daerah subtropis (dengan ketinggian di atas 2000 mdpl), maka
pertumbuhannya di Indonesia kurang begitu baik. Hal ini berbeda dengan yang
berasal dari Amerika Tengah dan Guatemala. Keduanya sesuai untuk daerah subtropis
dan tropis (ketinggian antara 1000-2000 mdpl).
Menurut Rukmana (1997) taksonomi tumbuhan alpukat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill.
2.2.2 Morfologi Tanaman Alpukat
Alpukat (Persea americana Mill) merupakan tanaman yang tumbuh periodik
dan laju pertumbuhannya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Pohon alpukat
tumbuh pada ketinggian 2400 m diatas permukan air laut dengan temperatur antara 16
hingga 24°C dan curah hujan 80 hingga 1700 mm tiap tahunnya. Di area yang
memiliki kelembaban konstan, alpukat tumbuh setiap tahun. Di wilayah yang lebih
kering atau dingin, selama beberapa periode dapat kehilangan banyak daunnya.
(Dewi, 2014).
Ranting tanaman berbentuk silindris, memiliki percabangan yang banyak,
daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm. Ketinggian tanaman alpukat
antara 9-20 m. Panjang daunnya berkisar antara 7-41 cm dan memiliki bentuk yang
bervariasi (elips, oval, lanset). Daunnya seringkali berwarna kemerah-merahan ketika
masih muda, dan berubah menjadi halus, keras, dan hijau gelap ketika telah
berkembang sempurna. Bunganya berwarna hijau kekuningan dan memiliki diameter
antara 1-1,3 cm. Bunga tersusun dalam tandan yang tumbuh dari ujung-ujung ranting.
Struktur bunga berkelamin dua (hermafrodit). (Dewi, 2014).
Buahnya terdiri dari sebuah biji tunggal berukuran besar yang dikelilingi
daging buah yang lunak. Buahnya mengandung 3-30% minyak. Kulit buahnya
memiliki ketebalan 1 1,5 mm. Warna buah yang telah matang adalah hijau, hitam,
ungu, atau kemerah-merahan, tergantung dari varietasnya. Bentuk buahnya mulai dari
bulat hingga piriformis, dan beratnya mencapai 2,3 kg. Bentuk seperti buah per adalah
bentuk yang paling menonjol, tetapi ada pula buah alpukat yang berbentuk bulat
maupun lonjong. Bentuk buahnya biasanya asimetris, dan bagian yang lebih banyak
mengandung serat atau pembuluh angkut akan lebih tebal. Biji buah berbentuk bulat
seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan. Bijinya menempati
bagian terbesar dari buah, terdiri dari dua kotiledon yang lembut dan sebuah embrio
yang kecil, tidak mengandung endosperm (Dewi, 2014).
2.2.3 Kandungan dan Manfaat Tanaman Alpukat
Alpukat merupakan buah yang sangat bergizi, mengandung 3-30% minyak
dengan komposisi yang sama dengan minyak zaitun dan banyak mengandung vitamin
B. Dalam daging buah alpukat terkandung protein, mineral Ca, Fe, vitamin A, B, dan
C. Dengan kandungan nutrisi yang banyak tersebut maka alpukat dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kebutuhan, diantaranya, lemak tak jenuh yang terdapat di dalam
alpukat mengandung asam oleat yang terbukti mampu meningkatkan kadar lemak
sehat dalam tubuh, dan mengontrol diabetes. Buah alpukat juga mengandung vitamin
E yang dikenal sebagai vitamin yang berguna untuk menghaluskan kulit. Campuran
vitamin E dan vitamin A sangat berguna dalam perawatan kulit. Kombinasi vitamin E
dan vitamin A membuat kulit menjadi kenyal, menghilangkan kerut, membuat kulit
terlihat muda dan segar (Samson, 2000).
Buah alpukat, mengandung banyak senyawa-senyawa yang penting bagi tubuh
manusia. Komposisi kimiawi buah alpukat dalam 100 g daging buah ditunjukkan pada
Tabel 2.1.
III. Formula
Bahan Konsentrasi
Minyak Kelapa 15 %
Asam Stearat 7 %
Gliserin 10 %
TEA 2 %
Setil Alkohol 2%
Vitamin E 0,5 %
Nipagin 0,1 %
Parfum qs
Aquadest ad 100%
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Vitamin B6 0,45 mg
Vitamin C 2,3 - 7 mg
Vitamin D 0,01 mg
Vitamin E 3 mg
Vitamin K 0.008 mg
Ca 10 mg
Fe 0,9 mg
P 20 mg
2. Minyak Kelapa
Struktur Kimia
C33H62O6
(Pubchem)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
diklorometana dan petroleum ringan, larut dalam eter, karbon
sulfida, dan kloroform, larut dalam 2 bagian etanol 95% dengan
suhu 60 0C dan tidak larut dengan suhu rendah
(HOPE ed 6th, halaman 184 )
Titik Leleh 23 0C - 26 0C
(HOPE ed 6th, halaman 184)
Stabilitas dan Minyak kelapa dapat dimakan, memiliki rasa dan bau ringan
Penyimpanan dengan penyimpanan tertutup. Ketika terpapar udara akan mudah
teroksidasi menjadi tengik dan menghasilkan bau tidak enak dan
rasa asam yang kuat.
Simpan dalam wadah yang rapat dan terlindungi dari cahaya
suhu < 25 0C dan mudah terbakar pada suhu tinggi.
(HOPE ed 6th, halaman 184
Inkompatibilitas Minyak kelapa bereaksi dengan zat pengoksidasi, asam dan basa.
Polietilen mudah meresap ke dalam minyak kelapa.
(HOPE ed 6th, halaman 185)
3. Asam Stearat
Struktur Kimia
(Drugbank.ca)
4. Gliserin
Struktur Kimia
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak
menguap.
(FI VI, halaman 681)
5. TEA (Triethanolamine)
Struktur Kimia
Deskripsi Trietanolamina adalah cairan kental berwarna bening, tidak
berwarna sampai kuning pucat, memiliki sedikit bau amoniak.
Dia merupakan campuran basa, terutama 2, 20,
200-nitrilotriethanol, meskipun juga mengandung 2,20
iminobisethanol (diethanolamine) dan sejumlah kecil
2aminoethanol (monoetanolamina).
(HOPE; Hal.754)
(HOPE; Hal.754)
(HOPE; Hal.754)
(HOPE; Hal.754)
(HOPE; Hal.754)
(HOPE; Hal.754)
Stabilitas dan Trietanolamina bisa berubah menjadi coklat jika terpapar udara
Penyimpanan dan cahaya. Kadar trietanolamina 85% cenderung bertingkat di
bawah 150C; homogeneitas dapat dikembalikan dengan
pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan. Trietanolamina
harus disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya,
di tempat yang sejuk dan kering. (HOPE; Hal.754)
6. Setil alkohol
Struktur Kimia
Kelarutan Larut bebas dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan meningkat
dengan meningkatnya suhu; praktis tidak larut dalam air. Dapat
bercampur bila dilebur dengan lemak, parafin cair dan padat, dan
isopropil miristat. (HOPE ed 6th, halaman 155)
Titik Didih 316–3440C;
Stabilitas dan - Setil alkohol stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, dan
Penyimpanan udara; itu tidak menjadi tengik. Dia harus disimpan di tempat
yang tertutup dengan baik wadah di tempat yang sejuk dan
kering. (HOPE ed 6th, halaman 156)
7. Vitamin E
Struktur Kimia
Pemerian Cairan bening, tidak berwarna atau coklat kekuningan, kental dan
berminyak.
(HOPE ed 6th, halaman 31)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam aseton,
etanol, eter, dan minyak sayur.
Stabilitas dan Tokoferol dioksidasi secara perlahan oleh oksigen atmosfer dan
Penyimpanan dengan cepat oleh garam besi dan perak. Tokoferol disimpan dengan
inert gas, wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering serta
terlindung dari cahaya.
(HOPE ed 6th, halaman 32)
Inkompatibilitas Tokoferol tidak cocok dengan peroksida dan ion logam terutama
besi, tembaga dan perak. Tokoferol dapat diserap ke dalam plastik
(HOPE ed 6th, halaman 156)
8. Nipagin / Metilparaben
Struktur Kimia
(HOPE; Hal.442)
Pemerian Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih: tidak
berbau.
(HOPE; Hal.442)
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
(HOPE; Hal.442)
Titik Leleh 125 – 128 0C
(HOPE; Hal.442)
Stabilitas dan Larutan metilparaben dalam air pada pH 3-6 dapat disterilkan
Penyimpanan dengan autoclaving pada 1208C selama 20 menit, tanpa
dekomposisi. Larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari
10% dekomposisi) hingga sekitar 4 tahun pada suhu kamar,
sementara larutan berair pada pH 8 atau lebih dapat mengalami
hidrolisis cepat. (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari
penyimpanan pada suhu kamar). Methylparaben harus disimpan
dalam wadah tertutup baik & sejuk, tempat kering.
(HOPE; Hal.443)
(HOPE; Hal.443)
9. Parfum
10. Aquadest
Struktur Kimia
(H2O)
(HOPE ed 6th, halaman 766)
Stabilitas dan - Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik (es, cair, dan
Penyimpanan uap air).
- Sistem penyimpanan dan distribusi harus memastikan air
terlindungi dari kontaminasi ionik dan organik, yang akan
menyebabkan peningkatan konduktivitas dan total karbon
organik, masing-masing.
- Sistem juga harus dilindungi dari fisik masuknya partikel asing
dan mikroorganisme sehingga mikroba pertumbuhan dicegah atau
diminimalkan. Air untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam
wadah yang sesuai (HOPE ed 6th, halaman 766)
Inkompatibilitas - Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang
rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam keberadaan air atau
uap air) pada lingkungan dan suhu tinggi
- Air dapat bereaksi dengan logam alkali, seperti kalsium oksida
dan magnesium oksida.
- Air juga bereaksi dengan garam anhidrat
(HOPE ed 6th, halaman 766)
4 Gliserin 10 % 10 % x 50 g = 5 g 5 gram
5 TEA 2 % 2 % x 50 g = 1 g 1 gram
6 Setil 2 % 2 % x 50 g = 1 g 1 gram
alkohol
= 50 - 20,8 = 29,2 ml
Fungsi Bahan
4 Gliserin 10 % Humektan
5 TEA 2 % Emulgator
V. Prosedur Kerja
5.1 Pembuatan ekstrak Alpukat
Sumber : Purba, M. J. M. (2019). Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Krim Pelembab yang
Mengandung Ekstrak Etanol Buah Alpukat (Persea americana Mill.) untuk Penyembuhan
Xerosis pada Tumit Kaki.
VII. Evaluasi
1. Homogenitas
Homogenitas berarti bahwa bahan dari senyawa semi padat perlu
didistribusikan secara merata ke seluruh produk. Menjamin homogenitas bertujuan
menjaga kontrol kualitas selama proses manufaktur. Homogenitas salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas dan efektivitas produk semi padat.
Krim dioleskan di atas kaca objek kemudian dikatupkan dengan kaca objek
lain, lalu amati apakah krim tersebut homogen, apakah permukaannya halus merata
atau ada granul yang masih keras. Syarat krim dikatakan homogenitas baik jika ketika
sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen (Depkes RI, 1979). Massa
krim tidak tersisa bahan padatnya (semua bahan terhomogen) atau teksturnya nyata
(Rahmawati et al., 2010).
2. Penampilan krim
Krim yang dihasilkan diamati secara visual. Uji tentang karakteristik sediaan
krim yang dilakukan dengan bantuan panca indra, meliputi bentuk (dideskripsikan
bentuk sediaan), warna (dideskripsikan warna sediaan), dan bau (dideskripsikan
aroma sediaan) (Saryanti dkk, 2019).. Syarat penampilan dikatakan baik jika bentuk
sesuai yang diinginkan seperti krim tanpa adanya pemisahan fase air dan minyak,
warna terlihat menarik namun tidak mencolok dari ekstrak buahnya serta bau yang
menyenangkan sesuai aroma pada pemberian parfum.
3. Uji pH dengan menggunakan pH indikator universal
pH sediaan krim pelembab dengan menggunakan ekstrak etanol buah alpukat
dapat diuji dengan menggunakan indikator pH universal. Secara fisiologis kulit
mempunyai pH sekitar 4,5-6,5.
Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui apakah krim yang telah dibuat
bersifat asam atau basa. pH yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan kulit
menjadi kering dan mengalami iritasi (Levin dan Maibach, 2007). Semakin jauh
perbedaan antara pH kosmetik dengan pH fisiologis kulit, semakin besar pula
kemungkinan kosmetik tersebut menimbulkan iritasi (Tranggono dan Latifah, 2007).
4. Uji Hedonik
Uji hedonik merupakan suatu metode pemeriksaan produk melalui evaluasi
oleh lima indera (atribut organoleptik), seperti warna, bau, rasa, tekstur, yang dapat
memberikan nilai tentang akseptabilitas suatu produk, termasuk kosmetik krim
pelembab. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui kosmetik mana yang
lebih disukai oleh masyarakat berdasarkan feel atau sensory (Avanti,dkk, 2018)
Prinsip uji hedonik yaitu panelis diminta tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap suatu sediaan kosmetik yang dinilai,
bahkan tanggapan dengan tingkatan kesukaan atau tingkatan ketidaksukaannya dalam
bentuk skala hedonik. Dalam penganalisisan, skala hedonik ditransformasi menjadi
skala numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan (Susiwi S, 2009)
VIII. Kemasan
- Label Krim
- Kemasan Sekunder
IX. Kesimpulan
1) Ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) dapat diformulasikan sebagai sediaan
krim pelembab.
2) Alpukat mengandung vitamin E yang dikenal sebagai vitamin yang berguna untuk
menghaluskan kulit.
3) Formulasi krim pelembab dari ekstrak buah alpukat masuk kekategori ideal karena
mengandung bahan yang bersifat oklusif, humektan, dan emolien agar dapat
memberikan hasil yang maksimal untuk mengatasi kulit kering.
DAFTAR PUSTAKA