Kelompok 2 - A - 001 - Talitha Amalia - Jurnal Krim Pelembab

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

JURNAL PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

SEDIAAN KRIM PELEMBAB EKSTRAK ALPUKAT (Persea americana Mill)

Dosen Pengampu : 1. Apt. Nelly Suryani, Ph.D.

2. Drs. Apt. Ahmad Musir, M.Sc.

3. Dra. Herdini, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok II A

Talitha Amalia 11181020000001

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

APRIL/ 2021
I. Tujuan
Setelah selesai mengikuti praktikum modul sediaan krim pelembab, mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan formulasi sediaan krim pelembab
2. Menjelaskan cara pembuatan sediaan krim pelembab

II. Landasan Teori


2.1 Krim Pelembab
Kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barrier protektif yang dapat mencegah
kehilangan air danelektrolit . Kulit manusia dibagi menjadi empat macamtipe, yaitu kulit
normal, berminyak, kering, dan kombinasi. Kulit yang berminyak, kering, atau kombinasi
dapat menurunkan estetika kulit dan mengganggu fungsi kulit, sehingga masalah ini perlu
diatasi.

Berbagai faktor eksternal maupun internal seperti iklim, temperatur, udara kering,
kelembaban udara, paparan sinar matahari, usia, dan berbagai penyakit kulit dapat
menyebabkan penguapan yang berlebihan pada epidermis kulit. Penguapan yang berlebihan
tersebut mengakibatkan kadar air dalam stratum korneum dapat berkurang hingga 10% yang
dapat mengakibatkan kulit menjadi kering. Kulit berusaha untuk melindungi diri dari
kemungkinan tersebut yaitu dengan adanya bahan hidrofilik yang terkandung dalam stratum
korneum, yang disebut juga Natural Moisturizing Factor (NMF). NMF merupakan suatu
humektan yang efektif yangdapat mempertahankan konsentrasi air dalam stratum korneum
untuk mencegah terjadinya keretakan, penyisikan, dan pengelupasan pada kulit. Faktor
perlindungan alamiah (Natural Moisturizing Factor/NMF) dalam kondisi tertentu, seperti
pada musim dingin, kondisi atopik dermatitis, dansensitivitas deterjen menyebabkan NMF
menjadi kurang mampu memberikan perlindunganyangmemadai, sehingga diperlukan suatu
tambahan perlindungan bagi kulit, yaitu kosmetika pelembab.

Pelembab (moisturizer) merupakan sediaan yang digunakan untuk


memperbaiki kulit yang kering. Sediaan ini dapat menurunkan Trans Epidermal Water
Loss (TEWL) dengan membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit sebagai
barier, menenangkan ujung saraf dermal, dan mengembalikan kelembutan kulit.
Kosmetika pelembab dibedakan menjadi dua yaitu kosmetika pelembab
berdasarkan lemak dan kosmetika pelembab berdasarkan gliserol atau humektan
sejenis. Kosmetika pelembab berdasarkan lemak sering disebut moisturizer atau
moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,
sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi
lembab dan lembut. Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar
ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket
dan terlalu berminyak.

Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak (lanolin, lemak wool, fatty
alcohol, gliserol monostearat dan lain-lain) yang semuanya merupakan bahan
pengemulsi tipe W/O. Sebagai tambahan adalah campuran minyak seperti minyak
tumbuhan yang lebih baik daripada mineral oils karena lebih mudah bercampur
dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum dan memiliki
daya adhesi yang lebih kuat.

2.2 Tanaman Alpukat


2.2.1 Klasifikasi Tanaman Alpukat

Alpukat berasal dari kawasan Amerika Tengah, buah ini ditanam di kawasan
tropis dan subtropis, termasuk juga di Indonesia. Alpukat yang berkembang di
Indonesia kebanyakan berasal dari Amerika Tengah dan sedikit dari Guatemala. Buah
ini masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Sebenarnya masih ada jenis lain yang
masuk ke Indonesia yaitu alpukat Mexican. Namun karena jenis ini lebih sesuai untuk
ditanam di daerah subtropis (dengan ketinggian di atas 2000 mdpl), maka
pertumbuhannya di Indonesia kurang begitu baik. Hal ini berbeda dengan yang
berasal dari Amerika Tengah dan Guatemala. Keduanya sesuai untuk daerah subtropis
dan tropis (ketinggian antara 1000-2000 mdpl).
Menurut Rukmana (1997) taksonomi tumbuhan alpukat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill.
2.2.2 Morfologi Tanaman Alpukat
Alpukat (Persea americana Mill) merupakan tanaman yang tumbuh periodik
dan laju pertumbuhannya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Pohon alpukat
tumbuh pada ketinggian 2400 m diatas permukan air laut dengan temperatur antara 16
hingga 24°C dan curah hujan 80 hingga 1700 mm tiap tahunnya. Di area yang
memiliki kelembaban konstan, alpukat tumbuh setiap tahun. Di wilayah yang lebih
kering atau dingin, selama beberapa periode dapat kehilangan banyak daunnya.
(Dewi, 2014).
Ranting tanaman berbentuk silindris, memiliki percabangan yang banyak,
daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm. Ketinggian tanaman alpukat
antara 9-20 m. Panjang daunnya berkisar antara 7-41 cm dan memiliki bentuk yang
bervariasi (elips, oval, lanset). Daunnya seringkali berwarna kemerah-merahan ketika
masih muda, dan berubah menjadi halus, keras, dan hijau gelap ketika telah
berkembang sempurna. Bunganya berwarna hijau kekuningan dan memiliki diameter
antara 1-1,3 cm. Bunga tersusun dalam tandan yang tumbuh dari ujung-ujung ranting.
Struktur bunga berkelamin dua (hermafrodit). (Dewi, 2014).
Buahnya terdiri dari sebuah biji tunggal berukuran besar yang dikelilingi
daging buah yang lunak. Buahnya mengandung 3-30% minyak. Kulit buahnya
memiliki ketebalan 1 1,5 mm. Warna buah yang telah matang adalah hijau, hitam,
ungu, atau kemerah-merahan, tergantung dari varietasnya. Bentuk buahnya mulai dari
bulat hingga piriformis, dan beratnya mencapai 2,3 kg. Bentuk seperti buah per adalah
bentuk yang paling menonjol, tetapi ada pula buah alpukat yang berbentuk bulat
maupun lonjong. Bentuk buahnya biasanya asimetris, dan bagian yang lebih banyak
mengandung serat atau pembuluh angkut akan lebih tebal. Biji buah berbentuk bulat
seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan. Bijinya menempati
bagian terbesar dari buah, terdiri dari dua kotiledon yang lembut dan sebuah embrio
yang kecil, tidak mengandung endosperm (Dewi, 2014).
2.2.3 Kandungan dan Manfaat Tanaman Alpukat
Alpukat merupakan buah yang sangat bergizi, mengandung 3-30% minyak
dengan komposisi yang sama dengan minyak zaitun dan banyak mengandung vitamin
B. Dalam daging buah alpukat terkandung protein, mineral Ca, Fe, vitamin A, B, dan
C. Dengan kandungan nutrisi yang banyak tersebut maka alpukat dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kebutuhan, diantaranya, lemak tak jenuh yang terdapat di dalam
alpukat mengandung asam oleat yang terbukti mampu meningkatkan kadar lemak
sehat dalam tubuh, dan mengontrol diabetes. Buah alpukat juga mengandung vitamin
E yang dikenal sebagai vitamin yang berguna untuk menghaluskan kulit. Campuran
vitamin E dan vitamin A sangat berguna dalam perawatan kulit. Kombinasi vitamin E
dan vitamin A membuat kulit menjadi kenyal, menghilangkan kerut, membuat kulit
terlihat muda dan segar (Samson, 2000).
Buah alpukat, mengandung banyak senyawa-senyawa yang penting bagi tubuh
manusia. Komposisi kimiawi buah alpukat dalam 100 g daging buah ditunjukkan pada
Tabel 2.1.

2.3 Ekstrak Alpukat


2.3.1 Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda
akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. (Depkes, 2000)
Cara ekstraksi buah alpukat dapat menggunakan metode maserasi. Maserasi
adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya (Depkes RI, 2000). Prinsip metode maserasi adalah cairan penyari
akan menembus dinding sel, zat aktif akan terlarut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel, sehingga larutan
dengan konsentrasi tinggi akan terdesak ke luar sel (Indarto, 2019).
Pada prosedur maserasi buah alpukat, serbuk simplisia buah alpukat
diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96% dimasukkan ke dalam
bejana maserasi, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya
sambil sering diaduk. Setelah 5 hari, kemudian diserkai. Ampas dicuci dengan
etanol 96% dalam bejana hingga diperoleh hasil maserasi (maserat). Dipindahkan
ke dalam bejana bertutup, dibiarkan di tempat sejuk dan terlindung cahaya selama
2 hari, kemudian diendap tuangkan atau disaring. Pemekatan ekstrak dilakukan
dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40°C, selanjutnya diuapkan
sampai diperoleh ekstrak kental etanol alpukat (Purba, 2019).
2.3.2 Ekstrak Buah Alpukat
Ekstrak alpukat bersumber dari daging buah alpukat mengandung protein,
mineral Ca, Fe, vitamin A, B, dan C. Dengan kandungan nutrisi yang banyak
tersebut maka alpukat dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan,
diantaranya, lemak tak jenuh yang terdapat di dalam alpukat mengandung asam
oleat yang terbukti mampu meningkatkan kadar lemak sehat dalam tubuh, dan
mengontrol diabetes. Buah alpukat mengandung karotenoid (lutein, zeaxantin,
a-karoten, b-karoten) dan tokoferol (a-tokoferol, b-tokoferol) (Marsigit dkk,
2016). Vitamin E yang dikenal sebagai vitamin yang berguna untuk
menghaluskan kulit. Campuran vitamin E dan vitamin A sangat berguna dalam
perawatan kulit. Kombinasi vitamin E dan vitamin A membuat kulit menjadi
kenyal, menghilangkan kerut, membuat kulit terlihat muda dan segar (Samson,
2000). Aktivitas antibakteri dalam alpukat meliputi flavonoid, tannin, alkaloid,
dan saponin. Kandungan polifenol daging alpukat lebih tinggi dibandingkan
buah-buah lainnya (Marsigit dkk,2016).
Alpukat merupakan sumber mineral seperti seng, besi, natrium, kalium,
fosfot, kalsium, mangan dan magensium (Marsigit dkk,2016). Kaya akan serat
dan asam lemak tak jenuh tunggal. Alpukat mengandung lemak yang sangat
tinggi, yaitu 71-88 persen dari kalori totalnya atau sekitar 20 kali dari rata-rata
buah lain. Lemak tersebut sebagian besar dalam bentuk lemak tak jenuh tunggal
(monounsaturated fatty acids) kadarnya mencapai 9,8 gram per 100 gram.
Kandungan lemak jenuhnya hanya 2,13 gram per 100 gram, dan juga terdapat
lemak tak jenuh ganda sebesar 1,82 gram per 100 gram (Setianingsih, 2017).
Kandungan vitamin daging buah alpukat

Kadar (/100g) Jenis ijo panjang Jenis ijo bundar

Vit.A 832,39 ug 4121,56 ug

Vit.E 40,24 mg 79,45 mg

Vit.C 49,69 mg 71,02 mg


Sumber : Marsigit dkk,2016

III. Formula

Bahan Konsentrasi

Ekstrak Buah Alpukat 5%

Minyak Kelapa 15 %

Asam Stearat 7 %

Gliserin 10 %

TEA 2 %

Setil Alkohol 2%

Vitamin E 0,5 %
Nipagin 0,1 %

Parfum qs

Aquadest ad 100%

Catatan : Sediaan dibuat untuk 50 g

IV. Fisikokimia bahan


1. Ekstrak Alpukat

Tanaman Asal Alpukat berasal dari kawasan Amerika Tengah, ditanam di


kawasan tropis dan subtropis, termasuk di Indonesia. Persea
americana sinonim dengan Persea gratissima Gaertin atau
Persea drymifolia Schlect & Cham
Tipe-tipe alpukat :
- Meksiko (Persea drymifolia)
- Guatemala (Persea guatemalensia)
- Indian barat (Persea americana)

Klasifikasi Kingdom : Plantae


Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Persea

Spesies : Persea ameriana Mill.


Kandungan Kimia Komposisi kimiawi buah alpukat dalam 100 gram daging buah :

Komponen Kadar (%)

Energi buah (kal) 85 - 233 kal

Air 87,49 - 84,30 %

Lemak 6,5 - 25,18 gram

Protein 0,27 - 1,7 %

Karbohidrat 5,56 - 8 gram

Abu 0,7 - 1,4 gram

Vitamin A 0,13 - 0,51 mg

Vitamin B1 0,70 - 1,4 mg

Vitamin B2 0,13 - 0,51 mg

Vitamin B3 0,79 - 2,16 mg

Vitamin B6 0,45 mg

Vitamin C 2,3 - 7 mg

Vitamin D 0,01 mg

Vitamin E 3 mg

Vitamin K 0.008 mg

Ca 10 mg

Fe 0,9 mg

P 20 mg

Khasiat 1. Air rebusan daun alpukat diminum sebagai teh bermanfaat


menghilangkan rematik
2. Daging buah alpukat memiliki daya antibakteri terhadap
Staphylococcus
3. Potongan kecil biji alpukat, bila disumpalkan ke dalam gigi
berlubang yang sakit, dapat menghilangkan rasa sakit
tersebut.
4. Biji alpukat kering jika diperas menghasilkan minyak alpukat
5. Kandungan dari alpukat seperti vitamin A,B,C,D, dan E
memiliki manfaat menjaga kelembutan, mengurangi kerut dan
kekeringan, menghaluskan dan melunakan kulit.

2. Minyak Kelapa

Struktur Kimia

C33H62O6

(Pubchem)

Berat Molekul 554.8 g/mol


(Pubchem)

Pemerian Minyak kelapa umumnya berwarna putih hingga kuning muda


atau minyak bening tidak berwarna atau kuning muda, dengan
sedikit bau khas kelapa dan rasa yang ringan. Bentuk minyak
kelapa bergantung pada suhu. Berwarna cairan kuning pucat
hingga tidak berwarna dengan suhu 280C - 300C dan setengah
padat pada suhu 20 0C berbentuk kristal rapuh dengan suhu di
bawah 15 0C

(HOPE ed 6th, halaman 184 )

Fungsi Sabun padat, Sabun cair, shampo, dan salep

(HOPE ed 6th, halaman 184 )

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
diklorometana dan petroleum ringan, larut dalam eter, karbon
sulfida, dan kloroform, larut dalam 2 bagian etanol 95% dengan
suhu 60 0C dan tidak larut dengan suhu rendah
(HOPE ed 6th, halaman 184 )

Titik Leleh 23 0C - 26 0C
(HOPE ed 6th, halaman 184)

Stabilitas dan Minyak kelapa dapat dimakan, memiliki rasa dan bau ringan
Penyimpanan dengan penyimpanan tertutup. Ketika terpapar udara akan mudah
teroksidasi menjadi tengik dan menghasilkan bau tidak enak dan
rasa asam yang kuat.
Simpan dalam wadah yang rapat dan terlindungi dari cahaya
suhu < 25 0C dan mudah terbakar pada suhu tinggi.
(HOPE ed 6th, halaman 184
Inkompatibilitas Minyak kelapa bereaksi dengan zat pengoksidasi, asam dan basa.
Polietilen mudah meresap ke dalam minyak kelapa.
(HOPE ed 6th, halaman 185)

3. Asam Stearat

Struktur Kimia

(Drugbank.ca)

Pemerian Asam stearat berbentuk butiran kasar,berwarna putih,atau agak


kuning glossy, kristal padat atau bubuk putih atau putih
kekuningan. memiliki sedikit bau(dengan ambang bau 20 ppm)
dan rasa seperti lemak.
(HOPE ed 6th)

Fungsi Pengemulsi dan penstabil atau emulgator

Kelarutan Mudah larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform,eter;


larut dalam etanol (95%), heksana, dan propilen glikol;praktis
tidak larut dalam air
(HOPE ed 6th)

Titik Didih 383 oC


(HOPE ed 6th)

Titik Leleh 69-70 oC


(HOPE ed 6th)

Stabilitas dan Asam stearat adalah bahan yang stabil; antioksidan


Penyimpanan jugaditambahkan ;. Bahan curah harus disimpan di tempat
tertutupdengan baik wadah di tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE ed 6th)

Inkompatibilitas Asam stearat tidak kompatibel dengan sebagian besar


logamhidroksida dan mungkin saja tidak cocok dengan basa,
zatpereduksi, dan zat pengoksidasi.
(HOPE ed 6th)

4. Gliserin

Struktur Kimia

C3H8O3 (HOPE ed 6th, halaman 283)


Pemerian Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik;
netral terhadap lakmus.
(FI VI, halaman 681)

Fungsi Antimicrobial preservative <20, Humectant ≤30 , Gel vehicle,


aqueous 5.0–15.0
(HOPE ed 6th, halaman 283)

Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak
menguap.
(FI VI, halaman 681)

Titik Didih 290 oC (HOPE ed 6th, halaman 283)

Titik Leleh 17,8 oC (HOPE ed 6th, halaman 283)

Stabilitas dan - Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak mudah


Penyimpanan mengalami oksidasi atmosfer dalam kondisi penyimpanan biasa,
tetapi dipanaskan dengan evolusi akrolein beracun.
- Campuran dari gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen
glikol adalah stabil secara kimiawi.
- Gliserin mengkristal jika disimpan pada suhu rendah; itu kristal
tidak meleleh sampai dihangatkan ke 20oC. harus disimpan dalam
wadah kedap udara, di tempat sejuk dan kering tempat.
(HOPE ed 6th, halaman 284)

Inkompatibilitas − Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan zat pengoksidasi


kuat seperti kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium
permanganat. Dalam larutan encer, reaksi berlangsung pada laju
yang lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi sedang
dibentuk.
− Perubahan warna hitam gliserin terjadi di hadapan cahaya, atau
jika kontak dengan seng oksida atau nitrat bismuth dasar.
− Kontaminan zat besi dalam gliserin bertanggung jawab atas
penggelapan dalam warna campuran yang mengandung fenol,
salisilat, dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam borat,
asam gliseroborat, yaitu asam kuat dari asam borat.
(HOPE ed 6th, halaman 285)

5. TEA (Triethanolamine)

Struktur Kimia
Deskripsi Trietanolamina adalah cairan kental berwarna bening, tidak
berwarna sampai kuning pucat, memiliki sedikit bau amoniak.
Dia merupakan campuran basa, terutama 2, 20,
200-nitrilotriethanol, meskipun juga mengandung 2,20
iminobisethanol (diethanolamine) dan sejumlah kecil
2aminoethanol (monoetanolamina).

(HOPE; Hal.754)

Fungsi Alkalizing agent; emulsifying agent.

(HOPE; Hal.754)

Kelarutan - Aseton : Larut


- Benzena : Larut dalam 24 bagiannya
- Karbon Tetraklorida : Larut
- Etil Eter : Larut dalam 63 bagiannya
- Metanol : Larut
- Air : Larut

(HOPE; Hal.754)

Titik Didih 3350C

(HOPE; Hal.754)

Titik Leleh 20 – 210C

(HOPE; Hal.754)

Higroskopisitas Sangat Higroskopis

(HOPE; Hal.754)

Stabilitas dan Trietanolamina bisa berubah menjadi coklat jika terpapar udara
Penyimpanan dan cahaya. Kadar trietanolamina 85% cenderung bertingkat di
bawah 150C; homogeneitas dapat dikembalikan dengan
pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan. Trietanolamina
harus disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya,
di tempat yang sejuk dan kering. (HOPE; Hal.754)

Inkompatibilitas - Bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk garam dan


ester kristal.
- Dengan asam lemak yang lebih tinggi, trietanolamina
membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki
karakteristik sabun.
- Juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam
kompleks.
- Perubahan warna dan presipitasi dapat terjadi di adanya
garam logam berat.
- Dapat bereaksi dengan pereaksi seperti ionil klorida untuk
mengganti gugus hidroksil dengan halogen.
(HOPE; Hal.755)

6. Setil alkohol

Struktur Kimia

(HOPE ed 6th, halaman 155)

Pemerian Warna : Putih


Bentuk :Lilin, serpihan putih, butiran, kubus, atau casting
(pengecoran)
Bau : Lemah
Rasa : Lemah atau hambar (HOPE ed 6th, halaman 155)

Fungsi Coating agent; emulsifying agent; stiffening agent.


(HOPE ed 6th, halaman 155)

Kelarutan Larut bebas dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan meningkat
dengan meningkatnya suhu; praktis tidak larut dalam air. Dapat
bercampur bila dilebur dengan lemak, parafin cair dan padat, dan
isopropil miristat. (HOPE ed 6th, halaman 155)
Titik Didih 316–3440C;

300–3200C untuk Nacol 16-95;

310–3600C untuk Speziol C16 Pharma;

3440C untuk bahan murni. (HOPE ed 6th, halaman 155)

Titik Leleh 45-52 0C


490C untuk bahan murni (HOPE ed 6th, halaman 156)

Bobot Jenis 0.908 g/cm3

0.805-0.815 g/cm3 untuk Speziol C16 Pharma

(HOPE ed 6th, halaman 155)

Stabilitas dan - Setil alkohol stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, dan
Penyimpanan udara; itu tidak menjadi tengik. Dia harus disimpan di tempat
yang tertutup dengan baik wadah di tempat yang sejuk dan
kering. (HOPE ed 6th, halaman 156)

Inkompatibilitas Inkompatibel dengan oksidator kuat. Cetyl alcohol yang bertanggung


jawab untuk menurunkan titik leleh ibuprofen, yang menghasilkan
kecenderungan lengket selama proses pelapisan film kristal
ibuprofen. (HOPE ed 6th, halaman 156)

7. Vitamin E

Struktur Kimia

(HOPE ed 6th, halaman 31)

Pemerian Cairan bening, tidak berwarna atau coklat kekuningan, kental dan
berminyak.
(HOPE ed 6th, halaman 31)

Fungsi Coating agent; emulsifying agent; stiffening agent.


(HOPE ed 6th, halaman 31)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam aseton,
etanol, eter, dan minyak sayur.

(HOPE ed 6th, halaman 32)


Titik Didih 2350C
(HOPE ed 6th, halaman 32)

Titik Leleh -27.50C


(HOPE ed 6th, halaman 32)

Bobot Jenis 0.953 g/cm3


(HOPE ed 6th, halaman 32)

Stabilitas dan Tokoferol dioksidasi secara perlahan oleh oksigen atmosfer dan
Penyimpanan dengan cepat oleh garam besi dan perak. Tokoferol disimpan dengan
inert gas, wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering serta
terlindung dari cahaya.
(HOPE ed 6th, halaman 32)

Inkompatibilitas Tokoferol tidak cocok dengan peroksida dan ion logam terutama
besi, tembaga dan perak. Tokoferol dapat diserap ke dalam plastik
(HOPE ed 6th, halaman 156)

8. Nipagin / Metilparaben

Struktur Kimia

Deskripsi Methylparaben terbentuk sebagai kristal tak berwarna atau


kristal putih bubuk. Dia tidak berbau atau hampir tidak berbau
dan memiliki sedikit rasa terbakar.

(HOPE; Hal.442)

Pemerian Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih: tidak
berbau.

(FI VI; Hal.1144)

Fungsi Antimicrobial Preservative

(HOPE; Hal.442)

Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

(FI VI; Hal.1145)

Bobot Jenis 1.352 g/cm3

(HOPE; Hal.442)
Titik Leleh 125 – 128 0C

(HOPE; Hal.442)

Stabilitas dan Larutan metilparaben dalam air pada pH 3-6 dapat disterilkan
Penyimpanan dengan autoclaving pada 1208C selama 20 menit, tanpa
dekomposisi. Larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari
10% dekomposisi) hingga sekitar 4 tahun pada suhu kamar,
sementara larutan berair pada pH 8 atau lebih dapat mengalami
hidrolisis cepat. (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari
penyimpanan pada suhu kamar). Methylparaben harus disimpan
dalam wadah tertutup baik & sejuk, tempat kering.

(HOPE; Hal.443)

Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba dari methylparaben dan paraben lainnya


adalah sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik,
seperti itu sebagai polisorbat 80, sebagai hasil miselisasi.
Namun, propilen glikol (10%) telah terbukti mempotensiasi
aktivitas antimikroba dari paraben dengan adanya nonionik
surfaktan dan mencegah interaksi antara methylparaben dan
polisorbat 80. Ketidaksesuaian dengan zat lain, seperti bentonit,
magnesium trisilikat, bedak, tragacanth, natrium alginat,
minyak esensial, sorbitol, dan atropin, telah dilaporkan. Juga
bereaksi dengan berbagai gula dan alkohol gula. (Penyerapan
methylparaben oleh plastik juga telah dilaporkan; Jumlah yang
diserap tergantung pada jenis plastik dan jenis wadahnya. Telah
diklaim bahwa kepadatan rendah dan kepadatan tinggi botol
polietilen tidak menyerap methylparaben. Methylparaben
berubah warna dengan adanya besi pada hidrolisis oleh basa
lemah dan asam kuat.

(HOPE; Hal.443)

9. Parfum

Pemerian Cairan, Berbau wangi

fungsi Sebagai pengaroma

10. Aquadest
Struktur Kimia

(H2O)
(HOPE ed 6th, halaman 766)

Pemerian Warna : Tidak bewarna


Bentuk : Cairan jernih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Tidak mempunyai rasa. (HOPE ed 6th, halaman 766)

Fungsi Pelarut (solvent) (HOPE ed 6th, halaman 766)

Kelarutan Larut dengan sebagian besar pelarut polar


(HOPE ed 6th, halaman 766)

Titik Didih 100 0C (HOPE ed 6th, halaman 766)

Titik Leleh 0 0C (HOPE ed 6th, halaman 766)

Stabilitas dan - Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik (es, cair, dan
Penyimpanan uap air).
- Sistem penyimpanan dan distribusi harus memastikan air
terlindungi dari kontaminasi ionik dan organik, yang akan
menyebabkan peningkatan konduktivitas dan total karbon
organik, masing-masing.
- Sistem juga harus dilindungi dari fisik masuknya partikel asing
dan mikroorganisme sehingga mikroba pertumbuhan dicegah atau
diminimalkan. Air untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam
wadah yang sesuai (HOPE ed 6th, halaman 766)

Inkompatibilitas - Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang
rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam keberadaan air atau
uap air) pada lingkungan dan suhu tinggi
- Air dapat bereaksi dengan logam alkali, seperti kalsium oksida
dan magnesium oksida.
- Air juga bereaksi dengan garam anhidrat
(HOPE ed 6th, halaman 766)

IV. Perhitungan bahan

No Bahan Konsentrasi Perhitungan Penimbangan


1 Ekstrak 5% 5 % x 50 g = 2,5 2,5 gram
Buah Kadar air buah alpukat = 84,3%
Alpukat
maka = 2,5 g x 84,3 % = 2,107 g

Dalam 2,5 gram ekstrak buah etanol


terdapat 2,107 gram kandungan air

2. Minyak 15% 15 % x 50 g = 7,5 g 7,5 gram


Kelapa

3 Asam 7% 7 % x 50 g = 3,5 g 3,5 gram


Stearat

4 Gliserin 10 % 10 % x 50 g = 5 g 5 gram

5 TEA 2 % 2 % x 50 g = 1 g 1 gram

6 Setil 2 % 2 % x 50 g = 1 g 1 gram
alkohol

7 Vitamin E 0,5 % 0,5 % x 50 g = 0,25 g 0,25 gram

8 Nipagin 0,1 % 0,1 % x 50 g = 0,05 g 0,05 gram

9 Parfum qs secukupnya beberapa tetes

10 Aquadest ad 100% = 50 - (2,5 + 7,5 + 3,5 + 5 + 1 + 1 + 0,25 27,093 ml


+ 0,05)

= 50 - 20,8 = 29,2 ml

* Jumlah air - kandungan air ekstrak


= 29,2 ml - 2,107 = 27,093 ml

Fungsi Bahan

No Bahan Konsentrasi Fungsi

1 Ekstrak Buah Alpukat 5% Emolien atau pelembab kulit

2 Minyak Kelapa 15 % Pelembab oklusif

3 Asam Stearat 7 % Emulgator

4 Gliserin 10 % Humektan

5 TEA 2 % Emulgator

6 Setil Alkohol 2% Stiffening agent/bahan pengental

7 Vitamin E 0,5 % Antioksidan

8 Nipagin 0,1 % Pengawet

9 Parfum qs Pemberi aroma

10 Aquadest ad 100% Pendispersi

V. Prosedur Kerja
5.1 Pembuatan ekstrak Alpukat
Sumber : Purba, M. J. M. (2019). Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Krim Pelembab yang
Mengandung Ekstrak Etanol Buah Alpukat (Persea americana Mill.) untuk Penyembuhan
Xerosis pada Tumit Kaki.

5.2 Pembuatan Krim Pelembab


VI. Pembahasan
6.1 Alasan Pemilihan Ekstrak
- Kandungan Khasiat
Dalam praktikum sediaan kosmetik krim pelembab, ekstrak etanol
buah alpukat dipilih sebagai salah satu bahan alam tambahan yang
ditambahkan kedalam sediaan krim pelembab. Ekstrak etanol buah alpukat
memiliki banyak manfaat salah satunya di dalam bidang kosmetik. Di dalam
ekstrak buah alpukat banyak mengandung Vitamin E, A, B, dan C, serta
protein, mineral Ca dan Fe. Vitamin E dan A pada buah alpukat dipercaya
memiliki fungsi sebagai pelembab, penghalus atau pelembut kulit, membuat
kulit menjadi kenyal, menghilangkan kerut, serta membuat kulit terlihat muda
dan segar (Samson, 2000). Fungsi pelembab dan penghalus kulit pada ekstrak
etanol buah alpukat juga dipercaya dapat memperbaiki xerosis kulit terutama
pada tumit kaki.
Xerosis merupakan suatu kondisi lazim dimana kelembapan pada
lapisan stratum korneum kurang dari 10%. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya xerosis antara lain : faktor cuaca (suhu dan kelembaban), perubahan
kondisi lingkungan yang ekstrem, paparan mikroorganisme dan paparan bahan
kimia yang dapat melarutkan lipid stratum korneum dan faktor pelembab
alami kulit, proses penuaan dan stres fisiologi, serta pengaruh genetik dan
berbagai penyakit. (Draelos, 2013). Hal ini dapat terjadi karena peningkatan
pada transpidermal waterloss (TEWL) akibat berkurangnya permeabilitas
pelindung. Kelembaban yang berkurang akan menyebabkan terjadinya
pemisahan korneosit. Ketika kulit menjadi terlalu kering, kulit akan mengeras,
memerah, dan berkembang menjadi retak. Bila retakan menjadi melebar dan
semakin dalam akan sampai pada bagian dermis kulit dan dapat berakibat
parah pada daerah tubuh dengan relatif sedikit kelenjar minyak seperti tangan
dan kaki (Draelos, 2013).
Ekstrak etanol buah alpukat memiliki sifat emolien yang bekerja
mengisi ruang-ruang antara korneosit untuk menghasilkan permukaan kulit
yang halus serta sifat oklusif yang berperan dalam memproduksi lapisan
minyak di atas permukaan kulit untuk mencegah penguapan air berlebih dari
dalam kulit. Idealnya, suatu formulasi pelembab harus mengandung bahan
yang bersifat oklusif, humektan, dan emolien agar dapat memberikan hasil
yang maksimal untuk mengatasi kulit kering. Kulit harus mampu menjaga
kadar air untuk mempertahankan fungsinya sebagai kulit yang sehat. Apabila
kadar air menurun secara drastis, kulit akan kekurangan asupan nutrisi dan
menyebabkan kulit menjadi kering, kasar, pecah-pecah serta terkelupas
(Baumann, 2002).
- Keamanan
Buah alpukat, mengandung banyak senyawa-senyawa yang penting
bagi tubuh manusia. Kandungan nutrisi yang banyak terdapat di dalam buah
alpukat dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, diantaranya, asam oleat
yang terbukti mampu meningkatkan kadar lemak sehat dalam tubuh, dan
mengontrol diabetes. Selain itu ekstrak dari buah alpukat sendiri sering
dimasukkan ke dalam formulasi sediaan kosmetik, salah satunya adalah krim
pelembab. Hal ini dikarenakan ekstrak buah tersebut sudah terbukti secara
khasiat serta aman jika diaplikasikan pada kulit tubuh.
- Mudah Didapat
Alpukat merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki
waktu panen kurang lebih enam bulan. Buah alpukat merupakan salah satu
tanaman yang dapat dibudidayakan di iklim tropis dan subtropis. Produksi
buah alpukat di Indonesia dari tahun 2011 hingga 2015 fluktuatif, namun
cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik dan
Direktorat Jenderal Hortikultura (2016), produksi buah alpukat tahun 2015
dengan luas panen 24.352 ha sebesar 382.537 ton, dengan tingkat
pertumbuhan produksi dari tahun 2014 ke 2015 sebesar 24,48%. Provinsi Jawa
Tengah tercatat memiliki jumlah pohon alpukat sebanyak 305.515 pohon
dengan hasil produksi 310.433 kw pada tahun 2015, sedangkan Kabupaten
Semarang merupakan penghasil buah alpukat utama di Jawa Tengah dengan
kepemilikan pohon alpukat sebanyak 54.141 pohon dengan produksi 85.816
kw pada Tahun 2015.
- Minat Konsumen
Buah alpukat merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Komoditas ini merupakan salah satu
komoditas buah-buahan tahunan yang diperdagangkan di dalam maupun di
luar negeri. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2016), ekspor buah-buahan
tahunan pada tahun 2015 sebanyak 585.242,8 ton dan tahun 2016 sebanyak
841.769 ton, sehingga terjadi perubahan sebesar 43,83%. Ekspor alpukat
tercatat sebesar 53.508 kg tahun 2015 dan 41.803 kg tahun 2016. Permintaan
pasar terhadap buah alpukat cukup tinggi. Permintaan pasar terhadap buah
alpukat cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah import alpukat ke
Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2016), Indonesia melakukan
import alpukat untuk mencukupi pasar sebesar 7.401 kg tahun 2015 dan 8.251
kg tahun 2016. Masyarakat mulai sadar akan pentingnya kesehatan yang dapat
ditunjang dengan mengkonsumsi buah, salah satunya buah alpukat. Ditinjau
dari Pusat Data dan Statistik Informasi Pertanian (2015), rata-rata konsumsi
buah alpukat di tahun 2014 sebesar 0,574 kg/kapita/tahun.
- Ekonomis
Penggunaan tanaman atau bahan alam di Indonesia akhir-akhir ini
meningkat. Buah alpukat merupakan tanaman dengan kandungan gizi yang
melimpah, seperti kandungan vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan vitamin E.
Kandungan inilah yang dapat membantu meningkatkan hidrasi kulit dan
memperbaiki atau mengembalikan fungsi sawar. Penggunaan bahan alam
biasanya efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dan biaya yang
dikeluarkan untuk membeli cream pelembab dibandingkan dengan cream
modern atau konvensional.

6.2 Alasan Pemilihan Eksipien


Dalam pembuatan krim pelembab digunakan ekstrak buah alpukat (Persea
americana Mill) sebagai zat berkhasiat. Eksipien yang digunakan yaitu: Pertama,
minyak kelapa sebagai pelembab kulit (oklusif) yang berperan dalam memproduksi
lapisan minyak di atas permukaan kulit. Pada saat yang tidak seimbang, bagian atas
kulit tidak dilapisi cukup oleh lapisan minyak yang mempertahankan konsentrasi air
di dalam kulit. Peran oklusif adalah untuk mencegah penguapan air dari dalam kulit
dengan cara melapisi stratum korneum untuk menghambat Transepidermal Water
Loss (TEWL). Kedua, asam stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai
emulgator fase minyak. Pada krim tipe M/A adanya asam stearat dapat menyebabkan
krim menjadi lebih lunak sehingga viskositasnya semakin rendah, akan menyebabkan
koefisien difusi suatu obat dalam basis menjadi tinggi, sehingga pelepasan obat dari
basis akan besar. Ketiga, gliserin sebagai humektan yang mampu menyerap sejumlah
air dari atmosfer dan menariknya ke stratum korneum untuk mendapatkan kulit yang
lebih lembut. Keempat, TEA sebagai emulgator fase air yang dikombinasikan dengan
asam stearat sehingga akan membentuk krim yang lebih stabil. Kelima, setil alkohol
sebagai stiffening agent/bahan pengental yang dapat mempengaruhi kemampuan
menyebar dari sediaan krim. Keenam, vitamin E sebagai antioksidan yang akan
mencegah asam lemak tak jenuh tunggal yang terdapat pada minyak atau lemak agar
tidak teroksidasi oleh cahaya, udara, dan bakteri. Ketujuh, nipagin sebagai pengawet
untuk mencegah kontaminasi mikroba. Kedelapan, parfum sebagai pemberi aroma
pada krim agar lebih disukai konsumen serta nyaman saat digunakan. Kesembilan,
aquades sebagai pendispersi.

VII. Evaluasi
1. Homogenitas
Homogenitas berarti bahwa bahan dari senyawa semi padat perlu
didistribusikan secara merata ke seluruh produk. Menjamin homogenitas bertujuan
menjaga kontrol kualitas selama proses manufaktur. Homogenitas salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas dan efektivitas produk semi padat.
Krim dioleskan di atas kaca objek kemudian dikatupkan dengan kaca objek
lain, lalu amati apakah krim tersebut homogen, apakah permukaannya halus merata
atau ada granul yang masih keras. Syarat krim dikatakan homogenitas baik jika ketika
sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen (Depkes RI, 1979). Massa
krim tidak tersisa bahan padatnya (semua bahan terhomogen) atau teksturnya nyata
(Rahmawati et al., 2010).
2. Penampilan krim
Krim yang dihasilkan diamati secara visual. Uji tentang karakteristik sediaan
krim yang dilakukan dengan bantuan panca indra, meliputi bentuk (dideskripsikan
bentuk sediaan), warna (dideskripsikan warna sediaan), dan bau (dideskripsikan
aroma sediaan) (Saryanti dkk, 2019).. Syarat penampilan dikatakan baik jika bentuk
sesuai yang diinginkan seperti krim tanpa adanya pemisahan fase air dan minyak,
warna terlihat menarik namun tidak mencolok dari ekstrak buahnya serta bau yang
menyenangkan sesuai aroma pada pemberian parfum.
3. Uji pH dengan menggunakan pH indikator universal
pH sediaan krim pelembab dengan menggunakan ekstrak etanol buah alpukat
dapat diuji dengan menggunakan indikator pH universal. Secara fisiologis kulit
mempunyai pH sekitar 4,5-6,5.
Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui apakah krim yang telah dibuat
bersifat asam atau basa. pH yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan kulit
menjadi kering dan mengalami iritasi (Levin dan Maibach, 2007). Semakin jauh
perbedaan antara pH kosmetik dengan pH fisiologis kulit, semakin besar pula
kemungkinan kosmetik tersebut menimbulkan iritasi (Tranggono dan Latifah, 2007).
4. Uji Hedonik
Uji hedonik merupakan suatu metode pemeriksaan produk melalui evaluasi
oleh lima indera (atribut organoleptik), seperti warna, bau, rasa, tekstur, yang dapat
memberikan nilai tentang akseptabilitas suatu produk, termasuk kosmetik krim
pelembab. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui kosmetik mana yang
lebih disukai oleh masyarakat berdasarkan feel atau sensory (Avanti,dkk, 2018)
Prinsip uji hedonik yaitu panelis diminta tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap suatu sediaan kosmetik yang dinilai,
bahkan tanggapan dengan tingkatan kesukaan atau tingkatan ketidaksukaannya dalam
bentuk skala hedonik. Dalam penganalisisan, skala hedonik ditransformasi menjadi
skala numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan (Susiwi S, 2009)
VIII. Kemasan
- Label Krim

- Kemasan Sekunder
IX. Kesimpulan
1) Ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) dapat diformulasikan sebagai sediaan
krim pelembab.
2) Alpukat mengandung vitamin E yang dikenal sebagai vitamin yang berguna untuk
menghaluskan kulit.
3) Formulasi krim pelembab dari ekstrak buah alpukat masuk kekategori ideal karena
mengandung bahan yang bersifat oklusif, humektan, dan emolien agar dapat
memberikan hasil yang maksimal untuk mengatasi kulit kering.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C.,


Sheskey, P. J., Queen, M. E.. London, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association.
Avanti C, Sartika W A, Hadiwidjaja M. 2018. Uji Akseptabilitas Krim Pelembab. Surabaya :
Jurnal Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and
Venereology
Baumann, L. 2002. Cosmetic dermatology principle and practice. Edisi Kedua. New York:
Mc Graw Hill.
Bagakali, Moehd. 1997. ALPUKAT BUDIDAYA DAN PEMANFAATANNYA. Yogyakarta :
Kanisius.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 8, 33.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat.
Departemen Kesehatan : Jakarta
Dewi, D. P. (2014). TOKSISITAS GRANULA EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea
americana Mill.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/72572/Dyah%20Prajnaparami
ta%20Dewi%20cover%20123.pdf?sequence=1&isAllowed=y Diakses pada tanggal 10
April 2021.
Draelos, Z.D. 2013. Modern moisturizer myths, misconceptions, and truths. Therapeutics for
the clinician.
Indarto, I., Narulita, W., Anggoro, B. S., & Novitasari, A. 2019. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Daun Binahong Terhadap Propioni bacterium Acnes. Biosfer: Jurnal Tadris Biologi,
10(1), 67-78.
Levin J, Maibach H. 2007. Human Skin Buffering Capacity. Journal of Skin Research and
Technology
Marini., et al. 2020. FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL
BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill). Kuningan : STIkes Muhammadiyah
Kuningan.http://ojs.stikes-muhammadiyahku.ac.id/index.php/herbapharma/article/vie
w/123/69. Diakses pada tanggal 10 April 2021.
Marsigit, W., Astuti, M., Anggrahini, S., & Naruki, S. 2016. Kandungan Gizi, Rendemen
Tepung, dan Kadar Fenol Total Alpukat (Persea americana, Mill) Varietas Ijo Panjang
dan Ijo Bundar. agriTECH, 36(1), 48-55.
https://jurnal.ugm.ac.id/agritech/article/view/10683/8025
Purba, M. J. M. (2019). Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Krim Pelembab yang Mengandung
Ekstrak Etanol Buah Alpukat (Persea americana Mill.) untuk Penyembuhan Xerosis
pada Tumit Kaki. http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/24322
Rahmawati D., Sukmawati A., Indrayudha P. (2010) Formulasi krim minyak atsiri rimpang
temu giring (Curcuma heyneana Val & Zijp): uji sifat fisik dan daya antijamur
terhadap Candida albicans secara in vitro. Maj. Obat Trad. 15:56-63
Rukmana, R. 1997. Budidaya alpukat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 17.
Samson, J.A. 1980. Tropical fruits. New York: Longman Inc
Saryanti, D., Setiawan, I., & Safitri, R. A. (2019). OPTIMASI ASAM STEARAT DAN TEA
PADA FORMULA SEDIAAN KRIM EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (Musa
paradisiaca L.). Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 1(3), 225-237.
Setianingsih, N. (2017). Pengaruh Ekstrak Buah Pisang dan Ekstrak Buah Alpukat terhadap
Kadar Kolesterol Mencit Betina. Jurnal Biota, 3(2), 48-53.
https://www.researchgate.net/publication/318989347_PENGARUH_EKSTRAK_BU
AH_PISANG_dan_EKSTRAK_BUAH_ALPUKAT_TERHADAP_KADAR_KOLE
STEROL_MENCIT_BETINA
Susiwi, S. 2009. Penilaian Organoleptik. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Tamalia , Dytanti Ilmiansi Tamalia, et al. 2018. ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN
USAHATANI ALPUKAT DI KELOMPOK TANI KABUPATEN SEMARANG.
Agribisnis UNDIP: Semarang. Diakses melalui
http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/Mediagro/article/view/2613
Tranggono, R.I., Latifah, F. 2007. Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran Jurnal Ekstrak Etanol Buah Alpukat (Persea americana Mill.)

Anda mungkin juga menyukai