Jawaban Ujian K3 - Pak Faskah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

JAWABAN

1. Uraikan Latar Belakang dikeluarkannya UU No 1 tahun 1970:


a. Veiligheilds Reglement 1910 (VR 1910, stbl No, 406) sudah tidak sesuai lagi
b. Perlindungan tenaga kerja tidak hanya di industry/pabrik
c. Perkembangan IPTEK serta kondisi dan situasi ketenagakerjaan
d. Sifat represif dan polisional pada VR 1910 sudah tidak sesuai lagi
2. Siapa yang melakukan pengawasan K3 berdasarkan UU No 1 tahun 1970 dan sebutkan
PERMENnya. Jelaskan mekanisme pengawasan terhadap ditaatinya Undang-Undang No 1
tahun 1970 yang dilakukakan oleh AK3U
Pengusaha, direktur, pengurus, pegawai pengawas dan AK3U, Pegawai pengawas
langsung menjalankan pengawasan terhadap ditaatinya UU & membantu
pelaksanaannya kecuali kalau pegawai pengawas sedang berhalangan maka Kemenaker
akan mengutus AK3U dan Direktur.
3. Faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang dapat
dikategorikan menjadi lima potensi bahaya, yaitu:
a. Fisik: Bising, getaran, pencahayaan, radiasi, suhu udara, kelembaban, tekanan udara,
dan cepat rambat udara
b. Kimia: Partikel debu, cairan desinfektan, uap, gas, kabut, asap, dan aerosol
c. Biologi: Mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, cacing, dan parasit
d. Ergonomi: Posisi kerja yang tidak netral, konstruksi mesin, sikap kerja, dan cara kerja
e. Psikososial: Kondisi psikologis dan ketidaktahuan
4. Defenisi :
a. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki yang
terjadi dalam hubungan kerja dan dapat menimbulkan cedera fisik atau mental,
penyakit akibat kerja (PAK), atau kematian.
b. Penyakit Akibat Kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit ini sering disebut penyakit buatan manusia (Manmade
disease).
5. Langkah Investigasi Kecelakaan Kerja
a. Tanggap Darurat: Pastikan keselamatan semua orang di area kejadian.
b. Pemberitahuan dan Dokumentasi: Laporkan kecelakaan kepada pihak yang
berwenang sesuai dengan kebijakan perusahaan dan regulasi setempat.
c. Identifikasi Saksi dan Pihak Terkait: Identifikasi dan wawancara saksi yang mungkin
memberikan informasi penting.
d. Pengumpulan Bukti: Kumpulkan bukti fisik seperti foto, rekaman CCTV, dan
dokumentasi lainnya.
e. Analisis Faktor Penyebab: Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada
kecelakaan, termasuk faktor manusia, peralatan, dan lingkungan.
f. Penyusunan Laporan Investigasi: Rangkum temuan investigasi dalam laporan yang
jelas dan terperinci.
g. Implementasi Perbaikan: Kolaborasi dengan departemen terkait untuk menerapkan
perbaikan yang diusulkan.
h. Pelaporan dan Evaluasi: Laporkan hasil investigasi kepada manajemen dan otoritas
yang berwenang.
i. Pelibatan Karyawan: Melibatkan karyawan dalam proses investigasi dan memberikan
kesempatan bagi mereka untuk memberikan masukan.
j. Pemantauan dan Evaluasi Lanjutan: Pemantauan secara teratur untuk memastikan
bahwa tindakan perbaikan berkelanjutan dan efektif.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
mewajibkan pengurus untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya. Kewajiban-kewajiban tersebut antara lain:
a. Melaksanakan pembinaan bagi tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran, serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Membantu tenaga kerja dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan
c. Memastikan bahwa semua alat perlindungan diri yang diwajibkan disediakan oleh
perusahaan
d. Menulis dan memasang semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
e. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
f. Memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik dari tenaga kerja
g. Melaporkan setiap kecelakaan
7. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja sesuai UU No 1 Tahun 1970
Hak
Tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan,
pemeliharaan moral kerja, dan perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan
moral agama.
Kewajiban
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan/atau
ahli keselamatan kerja
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
c. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat K3 serta alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung-jawabkan
8. Dasar Hukum dan Jenis
Dasar hukum pengawasan K3 untuk pesawat uap dan bejana tekan adalah :
- UU Uap tahun 1930.
- Pesawat Uap tahun 1930.
- UU Nomor 1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja.
Nama-nama pesawat yang tergolong pesawat uap :
- Ketel uap.
- Pemanas api.
- Pengering uap.
- Penguap.
- Bejana uap.
- Pipa uap penghubung dengan diameter dalam lebih besar dari 450 mm.
9. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor 03/Men/1998,
kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan dan tidak diduga yang dapat
menyebabkan korban jiwa dan harta benda. Kecelakaan kerja tidak terjadi secara
kebetulan, melainkan karena ada penyebab.
10. Karena operator peralatan / pesawat yang membahayakan harus memiliki kemampuan
dan ketrampilan khusus sesuai dengan peralatan/pesawat yang dioperasikan. Operator
tersebut di atas dimaksudkan agar dapat menjaminkeselamatan dirinya sendiri dan
teman kerjanya (orang lain), keamanan pengoperasian peralatan / pesawat dan menjaga
keamanan lingkungan kerjanya sehingga kecelakaan kerja dapat dihindarkan. Untuk
memenuhi hal tersebut di atas dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku maka operator peralatan/ pesawat yang membahayakan harus mendapat kan
lisensi dari DEPNAKERTRANS.
11. Ruang lingkup konstruksi bangunan & sarana bangunan :
a. Pembangunan
b. Perbaikan
c. Perawatan
d. Pembersihan atau
e. Pembongkaran gedung
f. Bangunan air ; saluran
g. Pekerjaan persiapan
h. Pekerjaan yang banyak mengandung bahaya tertimbun tanah;
i. Kejatuhan benda; terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok
j. Dilakukan pekerjaan tangki, sumur dan loban
12. Mengapa perlu dilakukan pemeriksaan awal dan berkala :
Permen No 02 tahun 1980, Pasal 2 ayat (1) : pemeriksaan kesehatan sebelum kerja agar
tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginynya,
tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok
untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
yang bersangkutan dan tenaga kerja lain dapat terjamin
Permen No 02 tahun 1980, Pasal 3 ayat (1) : pemeriksaan kesehatan berkala
dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada
dalam pekerjaannya, serta memiliki kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari
pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan
Permen No 02 tahun 1980, Pasal 3 ayat (1) : pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan
untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja
atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu
13. Ruang Lingkup Keselamatan Kerja dan Lingkungan Kerja
Ruang lingkup pengawasan kesehatan kerja
a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan (sarana, tenaga, organisasi)
b. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja (awal, berkala, khusus, purna
bakti)
c. Pelaksanaan P3K (petugas, kotak da nisi kotak P3K)
d. Pelaksanaan gizi kerja
e. Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomic
f. Pelaksanaan pelaporan (PAK, PKK, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja)
Ruang lingkup pegawasan Lingkungan Kerja
a. Penanganan bahan kimia berbahaya (Kep 187/Men/1999 dan SE No.1 tahun 1997 NAB kimia
di tempat kerja)
b. Lingkungan kerja (Kepmenaker No 5/men/1999 NAB Fisika di tempat kerja dan PMB No 7
tahun 1964 syarat kebersihan serta penerangan di tempat kerja
c. Penggunaan pestisida (PP No 7 tahun 1973 P4 pestisida dan Permenaker No 3/Men/1986 K3
tempat kerja yang mengelola pestisida)
d. Limbah industry di tempat kerja (UU No 1 tahun 1970)
e. Hygiene industry (PMP No 7 tahun 1964)
f. APD (Instruksi Menaker No 2/M/BW/BK/1984 pengesahan APD
14. Ruang Lingkup pengawasan mekanik :
Ruang lingkup pengawasan K3 mekanik meliputi kegiatan pengawasan dan tindakan yang
dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan untuk memastikan bahwa peraturan
perundang-undangan di tempat kerja dipatuhi. Ruang lingkup ini mencakup:
a. Perencanaan, pembuatan, pemasangan, perakitan, penggunaan, pengoperasian, dan
pemeliharaan pesawat tenaga dan produksi
b. Perencanaan, pembuatan, pemasangan, perakitan, penggunaan, pengoperasian, dan
pemeliharaan pesawat angkat dan angkut
c. Operator yang mengoperasikan peralatan tersebut
15. Bahaya di bidang mekanik, pesawat uap dan bejana tekan!
Mekanik - PTP, PAA dan operator Pesawat uap
- manometer tidak berfungsi dengan baik
- Air pengisi ketel tidak terlalu banyak
- Safety valve tidak berfungsi dengan baik
- Pompa air tidak berfungsi
- Gelas duga tidak berfungsi dengan baik
Bejana Tekan
- bahaya kebakaran
- bahaya peledakan
- bahaya cairan dingin
- bahaya keracunan
- bahaya pernapasan/tercekik
16. Cara menanggulangi kebakaran secara teoritis dan praktik dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Teoritis
Isolasi oksigen (smothering): Putuskan pasokan oksigen di titik api untuk mengurangi
pasokan oksigen dan memadamkan api.
Pendinginan (cooling): Dinginkan temperatur panas di titik api.
Praktik
a. Jangan panik
b. Hubungi tim pemadam kebakaran
c. Jika api kecil, coba padamkan dengan APAR atau alat pemadam tradisional
d. Cari jalan keluar
e. Berikan pertolongan pertama
f. Beri tahu teman dan keluarga bahwa kamu aman
17. Pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang instalasi listrik dan
penanggulangan kebakaran bertujuan untuk melindungi pekerja dan masyarakat umum
dari bahaya yang berpotensi menyebabkan kecelakaan dan gangguan kesehatan:
Instalasi listrik
Pengawasan instalasi listrik bertujuan untuk mencegah kecelakaan dan kerusakan akibat
gagalnya sistem listrik. Undang-undang menetapkan syarat keselamatan instalasi listrik
untuk mencegah bahaya sengatan listrik.
Penanggulangan kebakaran
Pengawasan K3 penanggulangan kebakaran meliputi identifikasi potensi bahaya, analisis
risiko, dan sarana proteksi kebakaran. Sarana proteksi kebakaran aktif, seperti detector,
sprinkler, dan hydrant, digunakan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran.
Sarana proteksi kebakaran pasif, seperti pemilihan bahan-bahan bangunan yang tahan
api, digunakan untuk mengendalikan penyebaran kebakaran.
18. Mengapa perlu dilakukan pengujian instalasi listrik oleh Ahli K3
a. Sebagai bukti komitmen telah menjalankan K3 di perusahaan
b. Meningkatkan citra perusahaan karena sudah bersertifikasi dalam peralatan yang
digunakan
c. Mencegah dan mengurangi bahkan menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero
accident)
d. Mencegah terjadinya cacat/kematian pada tenaga kerja
e. Mencegah terjadinya kerusakan pada tempat dan peralatan kerja
f. Mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat di sekitar tempat kerja
g. Menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja
19. Lima prinsip dasar SMK3
1) kebijakan K3 dan komitmen penerapan K3
2) perencanaan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3
3) penerapan kebijakan K3
4) pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5) tinjauan ulang dan perbaikan terus menerus
Dasar hukum : PP No 50 tahun 2012 pasal 5
1) Setiap perusahan wajib menerapkan SMK3 di perusahaan
2) Berlaku bagi perusahaan
a) memperkerjakan lebih dari 100 orang
b) mempunyai potensi bahaya tinggi
20. Tugas dan Kewajiban Ahli K3
Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan
persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi:
a. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
b. Keadaan mesin-mesin pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan lainnya.
c. Penanganan bahan-bahan.
d. Proses produksi.
e. Sifat pekerjaan.
21. Tugas dan Fungsi P2K3
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) adalah lembaga internal di
perusahaan yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). P2K3 memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
Tugas
Memberikan saran dan pertimbangan kepada pengusaha atau pengurus mengenai
masalah K3, baik diminta maupun tidak
Fungsi
Menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja, membantu menunjukkan
dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja tentang faktor bahaya di tempat kerja, faktor
yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja, alat pelindung diri bagi
pekerja, dan cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya
Landasan Hukum
Dasar hukum pembentukan P2K3 adalah Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
22. Saya berpendapat bahwa Keberadaan P3K di tempat kerja akan memiliki banyak manfaat
dalam mencegah keparahan cedera, mengurangi penderitaan dan bahkan
menyelamatkan nyawa korban. Perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban K3 akan
memperoleh sanksi pidana. Hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
telah berlaku. Selain denda, perusahaan juga diharuskan membayar ganti rugi dengan
nominal sesuai dampak yang ditimbulkan.
23. Pemberian makanan bagi tenaga kerja akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas
kerja, hal ini relevan dengan Peraturan Menteri Perburuan No. 7 tahun 1964 tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan Dalam Tempat Kerja. Permenaker No.
Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Surat Edaran Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. SE. 01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang
Makan. Surat Edaran Direktur Jenderal Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang Perusahaan
Catering yang mengelola Makanan bagi Tenaga Kerja.
Berdasarkan landasan hukum diatas, Pemberian makan bagi tenaga kerja memberikan
keuntungan baik bagi tenaga kerja maupun perusahaan, antara lain:
a. Meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja
b. Meningkatkan produktivitas
c. Meningkatkan derajat kesehatan
d. Menurunkan absensi
e. Terciptanya hubungan timbal balik pengusaha dan pekerja maupun antar pekerja
f. Suasana kerja menyenangkan dan meningkatkan motivasi dan gairah kerja
g. Mengatasi kelelahan dan persiapan tenaga untuk kerja kembali
h. Pengawasan relatif lebih mudah
24. Manfaat Pemeriksaan Kesehatan bagi perusahaan
Menilai ketahanan fisik
Pemeriksaan kesehatan dapat mengukur ketahanan fisik karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaan, sehingga dapat meminimalisasi risiko cedera, kecelakaan, atau penyakit akibat
beban kerja.
Menyajikan data medis dasar
Pemeriksaan kesehatan awal dapat dijadikan data medis dasar yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan untuk kepentingan pengajuan kompensasi dan mempermudah
menyelesaikan masalah tentang penyakit akibat kerja.
Membantu mengidentifikasi masalah kesehatan mental
Pemeriksaan kesehatan dapat membantu mengidentifikasi masalah kesehatan mental
pada karyawan.
Menjamin kondisi kesehatan yang baik
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima
berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit
menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan
dilakukan.
Meningkatkan produktivitas kerja
Pemeriksaan kesehatan dapat membantu perusahaan untuk mengetahui kondisi
kesehatan karyawannya, yang dapat mendukung peningkatan produktivitas kerja.
25. Manfaat pemeriksaan kesehatan berkala :
Menjaga kesehatan karyawan
Karyawan dapat mengidentifikasi masalah kesehatan sejak dini dan memulai perawatan
yang tepat pada waktunya.
Meningkatnya produktivitas
Karyawan yang sehat dan bugar dapat bekerja dengan lebih baik dan produktif.
Pengurangan biaya perawatan kesehatan
Mencegah masalah kesehatan sejak dini dapat membantu mengurangi biaya perawatan
kesehatan.
Meningkatnya kepatuhan peraturan perusahaan
MCU dapat menjadi salah satu program K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) yang perlu
dipenuhi oleh perusahaan.
Penggunaan data untuk pengembangan kegiatan pencegahan dan promosi kesehatan
kerja
Hasil MCU dapat digunakan untuk merencanakan tindakan promosi kesehatan, seperti
program kebugaran pagi atau fasilitas aerobik.
Penggunaan data untuk mendeteksi penyakit akibat kerja
MCU dapat digunakan sebagai dasar dan pembanding masa sekarang dengan masa
sebelum bekerja.
Identifikasi kesehatan mental
MCU tidak hanya dapat membantu mengidentifikasi masalah kesehatan fisik, tetapi juga
masalah kesehatan mental.
Penggunaan hasil MCU untuk mengukur kemampuan fisik karyawan
Hasil MCU calon karyawan dapat menjadi rujukan bagi perusahaan untuk mengukur
kemampuan fisik karyawan dalam mengerjakan tugas nantinya.
26. Perbedaan Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja, termasuk penyakit akibat hubungan kerja (PAHK). PAK adalah istilah
hukum yang dikaitkan dengan kemungkinan kompensasi ekonomis bagi penderita
penyakit tersebut. PAK dapat berakibat cacat sebagian maupun cacat total. Cacat
sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota tubuh tenaga kerja
untuk selama-lamanya.
PAHK adalah penyakit yang dicetuskan, dipermudah, atau diperberat oleh pekerjaan.
PAHK erat kaitannya dengan kompensasi (ganti rugi) kecelakaan kerja.
27. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 03/Men/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja mengatur cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja di perusahaan:
Diselenggarakan sendiri
Perusahaan dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja sendiri, misalnya
dengan klinik atau rumah sakit di dalam perusahaan.
Melalui kerja sama
Perusahaan dapat bekerja sama dengan fasilitas kesehatan di luar perusahaan, seperti
rumah sakit, klinik, atau praktek dokter. Kerja sama ini dapat dilakukan dengan membuat
MOU antara perusahaan dan unit pelayanan kesehatan.
Bersama-sama
Pelayanan kesehatan kerja dapat diselenggarakan secara bersama antar beberapa
perusahaan.
28. Menurut saya apabila seorang pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja dengan tingkat
resistensi tetapi tidak dilakukan pemeriksaan kerja tahunan, maka hal tersebut akan
berdampak negatif terhadap produktivitas kinerja pekerja.
29. Faktor-faktor dalam lingkungan kerja ada lima, yaitu fisik, kimia, biologi, fisiologi, dan
psikososial. Contoh faktor fisik, yaitu suhu, iklim, tekanan, radiasi, dan getaran.
Sementara faktor kimia bisa berupa debu, kabut, asap, cairan, serta partikel.
30. Dasar Hukum dan Jenis
Dasar hukum pengawasan K3 untuk pesawat uap dan bejana tekan adalah :
- UU Uap tahun 1930.
- Pesawat Uap tahun 1930.
- UU Nomor 1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja.
Nama-nama pesawat yang tergolong pesawat uap :
- Ketel uap.
- Pemanas api.
- Pengering uap.
- Penguap.
- Bejana uap.
- Pipa uap penghubung dengan diameter dalam lebih besar dari 450 mm.
31. Karena operator peralatan / pesawat yang membahayakan harus memiliki kemampuan
dan ketrampilan khusus sesuai dengan peralatan/ pesawat yang dioperasikan.
Operator tersebut di atas dimaksudkan agar dapat menjamin keselamatan dirinya sendiri
dan teman kerjanya (orang lain) , keamanan pengoperasian peralatan / pesawat dan
menjaga keamanan lingkungan kerjanya sehingga kecelakaan kerja dapat dihindarkan.
Untuk memenuhi hal tersebut di atas dan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku maka operator peralatan/ pesawat yang membahayakan harus mendapat
kan lisensi dari DEPNAKERTRANS.
32. Ruang lingkup pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi
bangunan
a. Pembangunan;
b. Perbaikan;
c. Perawatan;
d. Pembersihan atau ;
e. Pembongkaran gedung;
f. Bangunan air ; saluran ;
g. Pekerjaan persiapan ;
h. Pekerjaan yang banyak mengandung bahaya tertimbun tanah;
i. Kejatuhan benda; terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok.
j. Dilakukan pekerjaan tangki, sumur dan lobang.
33. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, baik awal maupun berkala, penting untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Pemeriksaan ini dapat membantu
menghindari kecelakaan kerja yang disebabkan oleh riwayat penyakit atau gangguan fisik
dan mental yang tidak diketahui oleh pemilik perusahaan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh
riwayat penyakit yang diderita oleh tenaga kerja. ataupun gangguan-gangguan fisik dan
mental yang tidak diketahui oleh pemilik perusahaan.
34. Ruang lingkup pengawasan kesehatan kerja
a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan (sarana, tenaga, organisasi)
b. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja (awal, berkala, khusus, purna
bakti)
c. Pelaksanaan P3K (petugas, kotak da nisi kotak P3K)
d. Pelaksanaan gizi kerja
e. Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomic
f. Pelaksanaan pelaporan (PAK, PKK, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja)
Ruang lingkup pegawasan Lingkungan Kerja
g. Penanganan bahan kimia berbahaya (Kep 187/Men/1999 dan SE No.1 tahun 1997 NAB kimia
di tempat kerja)
h. Lingkungan kerja (Kepmenaker No 5/men/1999 NAB Fisika di tempat kerja dan PMB No 7
tahun 1964 syarat kebersihan serta penerangan di tempat kerja
i. Penggunaan pestisida (PP No 7 tahun 1973 P4 pestisida dan Permenaker No 3/Men/1986 K3
tempat kerja yang mengelola pestisida)
j. Limbah industry di tempat kerja (UU No 1 tahun 1970)
k. Hygiene industry (PMP No 7 tahun 1964)
l. APD (Instruksi Menaker No 2/M/BW/BK/1984 pengesahan APD
35. Bahaya di bidang mekanik, pesawat uap dan bejana tekan!
Mekanik - PTP, PAA dan operator Pesawat uap
- manometer tidak berfungsi dengan baik
- Air pengisi ketel tidak terlalu banyak
- Safety valve tidak berfungsi dengan baik
- Pompa air tidak berfungsi
- Gelas duga tidak berfungsi dengan baik
Bejana Tekan
- bahaya kebakaran
- bahaya peledakan
- bahaya cairan dingin
- bahaya keracunan
- bahaya pernapasan/tercekik
JAWABAN KOMPREHENSIF K3 LISTRIK, KEBAKARAN
1. Potensi Bahaya Listrik
Ada tiga bahaya yang diakibatkan oleh listrik, yaitu kesetrum (sengatan listrik), panas atau
kebakaran, dan ledakan. Kesetrum atau sengatan listrik akan dirasakan jika arus listrik
melalui tubuh kita.
2. Pengendalian Potensi Bahaya Listrik
a. Menutup semua instalasi yang terbuka, seperti pada gambar berikut.
b. Mengisolasi bagian aktif/ konduktor
c. Memperbaiki penutup instalasi yang rusak, seperti pada gambar berikut ini
d. Memperbaiki atau mengganti peralatan yang rusak, contoh gambar seperti pada
gambar berikut ini.
e. Menghindari lingkungan kerja yang tidak aman
f. Mengecek/memeriksa kondisi kawat atau core kabel
g. Memeriksa dan melakukan pengukuran grounding
h. Menggunakan peralatan atau sistem grounding yang benar
i. Menghindari penggunaan yang melebihi kapasitasnya, contoh gambar sebagai berikut
ini.
j. Memeriksa dan memelihara peralatan listrik dengan baik
k. Menggunakan peralatan atau sistem pengaman
3. Potensi bahaya Petir dapat menimbulkan bahaya listrik, seperti sengatan listrik. Untuk
mencegah bahaya ini, dapat digunakan sistem penangkal petir, yang terdiri dari tiang
penangkap petir, pemotong arus, penghantar penyalur arus petir, terminal hubung, dan
sistem pengebumian. Sistem ini berfungsi untuk menangkap dan menyalurkan petir ke
tanah, sehingga dapat melindungi bangunan.
4. Kewajiban pemilik pesawat lift untuk menjamin keamanan penggunaannya
Pemilik pesawat lift wajib menjamin keamanan penggunaannya dengan melakukan
pemeriksaan dan pengujian berkala. Pemeriksaan dan pengujian ini harus dilakukan oleh
Ahli K3 Bidang Pesawat Lift dan Eskalator atau Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Listrik, dan minimal dilakukan sekali dalam setahun. Selain itu, pesawat lift juga harus
dioperasikan dan dipelihara oleh teknisi yang kompeten (berlisensi K3) dan dipelihara
secara berkala.
5. Kewajiban pengurus dalam rangka mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja. Kewajiban mencegah, mengurangi
dan memadamkan kebakaran di tempat kerja meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi;
c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja
e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala;
f. memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat
kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau
tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
6. Ruang lingkup pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang instalasi
listrik mencakup :
a. Pembangkitan listrik
b. Transmisi listrik
c. Distribusi listrik
d. Pemanfaatan listrik yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 volt arus bolak
balik atau 120 volt arus searah
e. Inspeksi rutin pada peralatan listrik dan jaringan listrik
f. Pemeliharaan
g. Penanganan darurat
h. Pelatihan
i. Evaluasi risiko
Ruang lingkup pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang
penanggulangan kebakaran meliputi:
a. Identifikasi potensi bahaya kebakaran
b. Analisis risiko
c. Sarana proteksi kebakaran aktif, seperti detektor, sprinkler, dan hydrant
d. Sarana proteksi kebakaran pasif, seperti pemilihan bahan bangunan yang tahan api
e. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
f. Menyediakan sarana jalan untuk menyelamatkan diri
g. Mengendalikan asap, panas, dan gas
h. Melakukan latihan bagi semua karyawan
i. Pemasangan alarm otomatis yang terintegrasi dengan detektor
j. Penyediaan APAR
JAWABAN KOMPREHENSIF MEKANIK PUBT
1. Mekanisme pengesahan
a. Pencatatan laporan pemeriksaan dan pengujian
b. Pembuatan pengesahan pemakaian
c. Pendsitribusian dan pendokumentasian pengesahan pemakaian
2. Mekanisme sertifikasi bagi operator Pesawat uap, pesawat angkat dan angkut

Keterangan :
1. Perusahaan / tempat kerja yang telah mempunyai kewajiban sertifikasi dan lisensi
operator pesawat angkat dan angkut sesuai dengan peraturan perundangan
2. Persyaratan peserta :
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA / sederajat atau SLTP / sederajat
3. Jika pelaksanaan pembinaan K3 dilakukan oleh PJK3 maka PJK3 harus berkoordinasi
dengan Dinas setempat.
4. Evaluasi pembinaan berupa uji tulis dan ujian praktek yang pengawasannya dilakukan
oleh Pengawas Ketenagakerjaan / Dinas setempat
5. Sertifikat ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Lisensi ditandatangani oleh Direktur Pengawasan Norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6. Sertifikat dan lisensi yang telah ditanda tangani diserahkan kepada Dinas setempat
dan PJK3 pembinaan untuk diteruskan kepada perusahaan.
3. Dasar hukum pengawasan K3 untuk pesawat uap dan bejana tekan adalah :
- UU Uap tahun 1930.
- Pesawat Uap tahun 1930.
- UU Nomor 1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja.
Nama-nama pesawat yang tergolong pesawat uap :
- Ketel uap.
- Pemanas api.
- Pengering uap.
- Penguap.
- Bejana uap.
- Pipa uap penghubung dengan diameter dalam lebih besar dari 450 mm.
4. Karena operator peralatan / pesawat yang membahayakan harus memiliki kemampuan
dan ketrampilan khusus sesuai dengan peralatan/pesawat yang dioperasikan. Operator
tersebut di atas dimaksudkan agar dapat menjaminkeselamatan dirinya sendiri dan
teman kerjanya (orang lain), keamanan pengoperasian peralatan / pesawat dan menjaga
keamanan lingkungan kerjanya sehingga kecelakaan kerja dapat dihindarkan. Untuk
memenuhi hal tersebut di atas dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku maka operator peralatan/ pesawat yang membahayakan harus mendapat kan
lisensi dari DEPNAKERTRANS.
5. Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja mekanik
a. Perencanaan, pembuatan, pemasangan, perakitan, penggunaan, pengoperasian, dan
pemeliharaan pesawat tenaga dan produksi
b. Perencanaan, pembuatan, pemasangan, perakitan, penggunaan, pengoperasian, dan
pemeliharaan pesawat angkat dan angkut
c. Operator yang mengoperasikan peralatan tersebut pada a dan b
6. Norma ruang lingkup pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan (PUBT) mencakup
tempat kerja, tenaga kerja, dan sumber bahaya. Pengawasan K3 bertujuan untuk
melindungi pekerja dan orang lain di tempat kerja, serta menjamin proses produksi
berjalan dengan aman dan efisien. Ruang lingkup pengawasan K3 PUBT meliputi:
a. Potensi bahaya dari PUBT
b. Alat perlengkapan keamanan PUBT
c. Perencanaan, pemasangan, perakitan, perbaikan, dan pemeliharaan PUBT
d. Dasar hukum
e. Jenis-jenis pesawat uap dan bejana tekan
f. Bahaya yang mungkin timbul
g. Identifikasi sumber bahaya
h. Pengendalian risiko
i. Persyaratan pemeriksaan berkala

Anda mungkin juga menyukai