Makalah Kelompk 6
Makalah Kelompk 6
Makalah Kelompk 6
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Farhan Hadi :17232004145
Bahrul Akrom : 17232002141
Dosen pengampu
Indra Nanda, s.pd., M.pd., T.,
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Pendidikan Islam tentang Personal
Pendidikan Islam. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah
wawasan tentang pengetahuan pendidikan islam secara meluas.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR. ............................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB I................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN........................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................................. 4
BAB II................................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN................................................................................................................................. 4
B. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam Tujuan dan Kurikulum Pendidikan Islam...................... 5
BAB III...................................................................................................................................... 15
PENUTUP......................................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih
daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang
pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek
yang dicakupnya.
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab tanpa
perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi tanpa arah, bahkan salah
langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga dengan pendidikan Islam yang
berusaha untuk membentuk pribadi manusia melalui proses yang panjang dengan suatu
tujuan pendidikan yang jelas dan direncanakan.
Namun, tidak semua tujuan yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa
sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan dengan tujuan
pendidikan Islam, yaitu ketika output pendidikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan
tersebut. Berdasarkan masalah tersebut di atas, telah ditemukan kasus-kasus seperti korupsi,
pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebagainya yang dilakukan oleh
seorang yang telah mengenyam sebuah pendidikan Islam. Kejadian ini dapat diidentifikasi
sebagai kurangnya pemahaman tentang hakekat tujuan pendidikan Islam dalam pribadi
orang tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang ini, maka penyusun membuat suatu rumusan masalah
sebagai berikut:
4
3) Bagaimana evaluasi dalam pendidikan islam?
C. Tujuan Penelitian
5
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap etimologis, istilah pendidik dalam konteks pendidikan islam sering disebut
dengan istilah murabbi, mu’allim, muaddib. Disamping istilah tersebut, pendidik juga sering
diistilahkan dengan menyebut gelarnya, al- Ustadz atau al-Syekh (Muhaimin dan Mujib,
1993). Menurut para ahli bahasa, kata murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi, yang berarti
membimbing, mengurus, mengasuh, dan mendidik. Kata mu’allim merupakan bentuk isim
fa’il dari ‘allama, yu’allimu, yang biasa diterjemahkan “mengajar” atau “mengajarkan”. Hal
ini sebagaimana ditemukan dalam firman Allah sebagai berikut:
“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama- nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua
Sementara istilah muaddib berasal dari akar kata addaba, yuadaibu, yang biasa
diartikan “mendidik”. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam sabda Rasulullah SAW:
“ Addabani Rabbi fa Ahsana Ta’diibi” (Allah telah mendidikku, maka ia memberikan
kepadaku sebaik- baik pendidikan).
Dalam konsep islam, pendidik memiliki peran yang sangat penting. Selain sebagai pengajar,
ia juga menjadi bapak rohani ( spiritual father ) yang memberikan nasihat- nasihat yang baik
(mau’idhah hasanah) kepada anak didiknya. Oleh karena itu, pendidik dalam
islam mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, sebagaimana yang dilukiskan dalam hadist
Nabi Muhammad SAW bahwa: “Tinta seorang ilmuwan (ulama) lebih berharga ketimbang
darah
para syuhada”.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendidik dalam islam adalah setiap orang dewasa,
yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain.
Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah agama, dan
wewenang pendidik juga mendapatkan legitimasi agama, sementara yang menerima
tanggung jawab dan amanat adalah setiap orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik
merupakan sifat yang lekat pada setiap orang karena tanggung jawabnya atas pendidikan.
6
B. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam Tujuan dan Kurikulum Pendidikan Islam
1. Peserta dalam pendidikan Islam
Peserta didik salah satu komponen dalam sistem pendidikan Islam. Peserta didik
merupakan raw material (bahan mentah) di dalam proses transformasi yang disebut
pendidikan. Berbeda dengan komponen-komponen lain dalam sistem pendidikan karena kita
menerima “materiil” ini sudah setengah jadi, sedangkan komponen-komponen lain dapat
dirumuskan dan sesuai dengan keadaan fasilitas dan kebutuhan yang ada. Peserta didik secara
formal adalah orang yang sedang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan baik
secara fisik, maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri seorang
pendidik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik,
perkembangan menyangkut psikis. 14 Menurut pasal 1 ayat 4 Undang-undang republik
indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Anak didik yang mendapat pengajaran ilmu atau individu yang mengalami perubahan
dan perkembangan sehingga masih sangat memerlukan bimbingan dan arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari susunan proses berlangsungnya
pendidikan. Dengan kata lain, peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami
fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental dan fikirannya. Peserta
didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya
dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan
dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
pendidik.
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang tepat
untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik.
Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada
orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang
berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga
pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di
masyarakat, seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut arti
terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang
pembimbing spiritual (mursyid) . Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari,
7
sedangkan menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia berusaha keras
menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk
menyebut peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk
perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa.
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk
melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik, selanjutnya
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap mu’alim
dan murabbi yang menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik
dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran
seperti hewan ternak yang dilepaskan beitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi
seorang yang celaka dan binasa. Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam
pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa,
yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung
adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat
beragama menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi peserta
didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar, mendidik, dan
memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga. Sebaliknya,
menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan mejerumuskan diri ke dalam neraka. Jadi,
kita tidak boleh melalaikan tugas ini, terlebih lagi Nabi bersabda
“Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik” د ءك كرم وا ب
ر ش ة ع ا ف ا بص ّسا جع ي و ع مه طو م خرج
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”.(QS. An-Nahl: 78)
Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari
pendidik, karena menurut ajaran Islam,
8
Peserta Dididk dalam Pendidikan Islam juga mempunyai kebutuhan antara lain :
a. Kebutuhan fisik
b. Kebutuhan sosial
c. Kebutuhan untuk mendapatka status
d. Kebutuhan mandiri
e. Kebutuhan anak berprestasi
f. Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
g. Kebutuhan anak curhat
h. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
9
3. Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam
Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam,dengan demikian maka alat ini mencangkup apa saja yang dapat
digunakan dan mempunyai peranan penting sebab alat/media dapat digunakan untuk
menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi
kepribadian muslimyang diridhoi oleh Allah.Oleh karena itu alat pendidikan harus searah
dengan Al-Quran dan Sunnah, atau dengan kata lain, tidak boleh bertentangan dengan
keduanya.
Alat pendidikan adalah suatu tindakan / perbuatan / situasi / benda yang sengaja
diadakan untuk mempermudah pencapaian pendidikan. Alat pendidikan dapat juga di sebut
sebagai sarana / prasarana pendidikan. Sarana pendidikan terbagi kepada dua bagian yaitu :
Pertama, Sarana fisik pendidikan; Kedua, Sarana non fisik pendidikan.
1. Sarana Fisik Pendidikan.
a) Lembaga Pendidikan
Lembaga atau badan pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia, yang
memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Lembaga pendidikan ini dapat
berbentuk formal, informal, dan non formal.
Secara formal pendidikan di berikan di sekolah yang terkait aturan – aturan tertentu,
sedangkan non formal di berikan berupa kursus-kursus yang aturannya tidak terlalu ketat, dan
yang secara informal pendidikan di berikan di lingkungan keluarga.
10
b) Media Pendidikan.
Media disini berarti alat-alat / benda-benda yang dapat membantu kelancaran proses
pendidikan, Seperti: OHP, Komputer, dan sebagainya.
Yaitu alat pendidikan yang tidak berupa bangunan tapi berupa materi atau pokok-
pokok pikiran yang membantu kelancaran proses pendidikan. Sarana pendidikan non fisik ini
terdiri dari :
a) Kurikulum
b) Metode
c) Evaluasi
11
d) Manajemen
Pengelolaan yang baik dan terarah sangat diperlukan dalam mengelola lembaga
pendidikan agar tujuan yang di harapkan dapat tercapai. Pengembangan sistem
pendidikan islam membutuhkan manajemen yang baik. Perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, penempatan pegawai, dan pengawasan yang baik
akan memperkuat pendidikan Islam sehingga out put yang di hasilkan akan
berkualitas dan dapat menjawab tantangan zaman.
e) Mutu Pelajaran
12
dalam proses pembelajaran pendidikan Islam dan memiliki akhlak yang baik, apabila
ketiga lingkungan pendidikan tersebut menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada setiap
peserta (anak) didik. Selama ini lingkungan pendidikan masih belum dianggap penting
oleh sebagai orang. Kalaupun ada salah satu yang dianggap penting hanya
lingkungan pendidikan sekolah. Sementara untuk lingkungan pendidikan keluarga
dan masyarakat kerap tidak dianggap. Padahal, keduanya berperan penting dalam
pendidikan. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak baik dapat mengakibatkan
seorang anak/peserta didik menjadi tidak baik, meskipun lingkungan sekolah mengajarkan
dan menunjang untuk membangun perilaku baik.Dengan demikian, mengesampingkan
lingkungan pendidikan keluarga dan masyarakat tentu dapat berakibat fatal bagi
pendidikan itu sendiri. Bukan tidak mungkin tujuan pendidikan untuk menciptakan
peserta didik memiliki moralitas luhur menjadi tidak tercapai. Maka tidak salah jika
dikatakan lingkungan Pendidikan keluarga dan masyarakat pun lingkungan pendidikan yang
sama penting dengan pendidikan sekolah. Lingkungan - lingkungan pendidikan memiliki
peran penting terhadap output peserta didik. Baik dan tidak saja peserta didik tidak hanya
ditentukan oleh guru yang mengajarnya saja, tetapi juga oleh lingkungan-lingkungannya.
Karena itu, pengkajian terhadap lingkungan pendidikan penting untuk dilakukan.
Mengesampingkannya berarti menghilangkan salah satu unsur penting dalam dunia
pendidikan.
13
1. Keluarga
2. Sekolah atau tempat menuntut ilmu
3. Masyarakat
1. Keluarga
positif pula untuk anak. Karakteristik hubungan orang tua dan anak berbeda dari
hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya di sekitar mereka. Kepada orang tua,
selain si anak memiliki ketergantungan secara materi, ia juga memiliki ikatan
psikologis tertentu yang sejak dalam kandungan telah dibangun melalui jalinan kasih
sayang dan pengaruh-pengaruh normatif tertentu. Interaksi kehidupan orangtua-anak
mewujudkan keadaan yang apa adanya dan bersifat “asli”, tidak seperti hubungan
anak dengan gurunya yang mungkin akan selalu menekankan formalitas karena
terikat oleh posisi guru yaitu sebagai pendidik yang harus selalu bisa membangun
keadaan yang wajar dengan nasihat-nasihat baiknya.
14
1. Peneladanan perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Memberiakan ganjaran atau hukuman, seperti pujian dan teguran.
3. Perintah langsung.
4. Menyatakan peraturan-peraturan.
5. Penalaran, dan
Selama kurang lebih lima sampai dengan enam jam, umumnya anak berada di
sekolah yang bukan hanya hadir secara fisik, namun juga mengikuti kegiatan-
kegiatan yang telah diprogram oleh sekolah. Dengan demikian, sekolah memiliki
konribusi yang sangat berarti dalam hal perkembangan anak. Pengalaman interaksi
anak dengan gurunya di sekolah akan lebih bermakna bagi anak daripada dengan
orang dewasa lainnya. Luasnya lautan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek kehidupan
manusia lainnya semakin mengukuhkan keterbatasan orang tua dalam mendidik
anaknya.
Jelaslah fungsi dan tujuan sekolah, yaitu sebagai lembaga yang memfasilitasi
proses perkembangan anak secara menyeluruh sehingga mereka dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat, serta berperan dalam hal pengembangan aspek sosiomoral dan emosi
15
anak dengan kemampuan guru dalam mendidik dan karakteristik-karakteristik
pribadi yang sesuai dalam lingkungan pendidikan dan masyarakat.
3. Masyarakat
peristiwa, di sana mereka melihat orang-orang berperilaku, dan di sana pula mereka
akan selalu menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogyanya dipenuhi
oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak-anak dalam
masyarakat tersebut akan memberikan kontribusi tersendiri dalam pembentukan
perilaku dan perkembangan pribadinya. Lingkungan masyarakat akan mendukung
apa yang telah dikembangkan orang tua di rumah dan guru di sekolah, dan begitu
sebaliknya. Jika rumah dan sekolah telah mengembangkan suatu budaya atau nilai
yang relevan dengan apa yang dikembangkan di mayarakat , maka sangat mungkin
akan muncul pengaruh yang saling mendukung, sehingga peluang
Diperlukan ikatan ikatan psikologis yang kuat antara keluarga dengan anak,
sehingga keluarga akan selalu dipercaya sebagai tempat yang baik untuk
membicarakan dan memahami berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat.
Karena jika ditanya “siapa penanggung jawab kondisi dalam masyarakat?”, pada
akhirnya tanggung jawab tersebut akan kembali pada keluarga masing-masing. Baik
tidaknya suatu masyarakat akan sangat bergantung pada keluarga-keluarga yang
membangun masyarakat tersebut. Orang tua juga harus membimbing anaknya dalam
hal pergaulan anak dengan teman sebayanya dan menjaga anak dari pengaruh
negatif media informasi yang akhir-akhir ini perannya sangat dominan dalam
masyarakat.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta Selatan: Ciputat
Pers, 2002).
18
Ahmad, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/02/tentang-tri-pusat-pendidikan/ “ ( Di akses 15
November 2011 ).
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Predita.
2010.
Abdul Mujib. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Interpratama Offset. 2008.
19