Gagal Ginjal Kronik
Gagal Ginjal Kronik
Gagal Ginjal Kronik
oleh :
Fauzatul Walidanik
172310101045
oleh :
Fauzatul Walidanik
172310101045
Kelas A 2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok : 13
Kelas/Angkatan : A-2017
Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil
jiplakan atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.
Penyusun
Fauzatul Walidanik
Mengetahui
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Konsep Dasar
Penyakit Gagal Ginjal Kronik” dengan sebaik - baiknya. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Medikal di Fakultas
Keperawatan Universitas Jember.
Penulis
Fauzatul Walidanik
iv
DAFTAR ISI
4.1 Kesimpulan...................................................................... 59
4.2 Saran................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 62
v
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.1 Definisi
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan penyakit ginjal yang
progresif yang berlangsung lebih dari tiga bulan dengan kriteria laju
filtrasi glomerulus (LFG) <60 mL/min/1,73 m2. Gagal ginjal kronik ini
biasanya ditandai dengan adanya protein dalam urin, gangguan fungsi
ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) (Kamasita dkk., 2018).
Menurut Departemen Kesehatan (2017) gagal ginjal kronik
merupakan kerusakan ginjal dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah). Gagal ginjal kronik ini terjadi secara progresif dan lambat,
biasanya berlangsung selama beberapa bulan atau tahun dan sifatnya tidak
dapat disembuhkan dan harus menjalani pengobatan seumur hidup.
1
Gambar 1: ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut dengan kapsula
fibrosa yang didalamnya terdapat 2 struktur ginjal yaitu bagian luar atau
korteks renalis berwarna coklat gelap dan bagian dalam atau medulla
renalis berwarna coklat terang. Pada bagian medula renalis tersusun atas
15 sampai 16 massa yang berbentuk piramida disebut dengan piramis
ginjal. Puncak dari bagian medula langsung mengarah pada hilum dan
berakhir pada kalises yang menghubungkan dengan pelvis ginjal. Hilum
merupakan pinggir medial ginjal yang berbentuk konkaf dan berfungsi
sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dab
nervus. Ginjal memiliki fungsi utama antara lain untuk mengeluarkan
bahan buangan yang tidak diperlukan oleh tubuh dan untuk mensekresi air
yang berlebihan dalam darah. Selain itu ginjal juga berfungsi untuk
mengeluarkan zat-zat metabolisme tubuh melalui urine, menjaga
keseimbangan air, asam-basa, elektrolit dalam tubuh, membantu
pembentukan sel darah merah (menghasilkan eritropoietin) dan mengatur
tekanan darah (Evelyn, 2017).
1.1.3 Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi ketika suatu penyakit atau kondisi yang
merusak fungsi ginjal sehingga dapat menyebabkan ginjal menjadi rusak
selama beberapa bulan atau tahun (Nuari, 2017). Penyakit gagal ginjal
kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif
dan irreversibel karena berbagai penyebab diantaranya:
2
a. Penyakit infeksi tubulointerstitial
- Pielonefritis kronik
- Refluks nefropati
b. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
c. Penyakit vaskuler hipertensi: nefrosklerosis (beligna, maligna)
d. Gangguan kongenital dan herediter:
- Penyakit ginjal polikistik
- Asidosis tubulus ginjal
e. Penyakit metabolik:
- Diabetes mellitus
- Gout
- Hiperparatiroid
- Amiloidosis
f. Nefropati toksik:
- Obat analgesik
3
1.1.5 Klasifikasi
Menurut Rahmawati (2017) berdasarkan derajat penurunan laju filtrasi
glomerulus, gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium yaitu:
1. Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal: GFR >90
ml/menit/1,73 m2
2. Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan: GFR
60 – 89 ml/menit/1,73 m2
3. Stadium 3
Kerusakan ginjal dengan Penurunan fungsi ginjal sedang: GFR 30 –
59 ml/menit/1,73 m2
4. Stadium 4
Kerusakan ginjal dengan Penurunan fungsi ginjal berat: GFR 15 – 29
ml/menit/1,73 m2
5. Stadium 5
Gagal ginjal: GFR < 15 ml/menit/1,73 m2 atau sudah menjalani
dialysis
1.1.6 Patofisiologi
Penyebab umum gagal ginjal kronik antara lain glomerulonephritis
kronis, diabetic nephropathy, hipertensi, penyakit renovaskuler, interstinal
nephritis kronis, penyakit ginjal keturunan, penyempitan saluran kemih
berkepanjangan. Kronologi terjadinya gagal ginjal kronik dimulai pada
fase awal gangguan, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunan zat-zat sisa pada ginjal. Gagal ginjal kronik ditandai adanya
kerusakan dan menurunnya nefron dengan kehilangan fungsi ginjal yang
progresif sehingga nefron sisa yang sehat akan mengambil alih fungsi
nefron yang rusak. Nefron yang tersisa akan meningkatkan kecepatan
filtrasi, reabsorpsi, serta mengalami hipertrofi. Dengan semakin
berkurangnya kerja dari nefron-nefron akan membentuk jaringan parut dan
aliran darah yang menuju ginjal semakin berkurang. Jika jumlah nefron
4
yang tidak befungsi semakin meningkat, maka ginjal tidak mampu untuk
menyaring urin dengan baik. Pada tahap ini glomerulus akan menjadi kaku
dan plasma darah tidak dapat di saring dengan mudah melalui tubulus
sehingga akan terjadi kelebihan cairan dengan retensi air dan natrium.
Pada pasien gagal ginjal kronik dapat terjadi edema di ektremitas seperti
kelopak mata dan kaki (Aisara, 2018).
Ketika kerusakan ginjal berlanjut bahkan sampai bertahun-tahun tidak
kunjung sembuh dan terjadi penurunan jumlah nefron yang masih
berfungsi, laju filtrasi glomerulus total akan menurun lebih banyak
sehingga tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan air, garam, dan
produk limbah lainnya melalui ginjal. Ketika laju filtrasi glomerulus
kurang dari 10-20 mL/min, tubuh akan mengalami keracunan ureum. Jika
penyakit tidak diatasi dengan dialisis atau transplantasi ginjal, maka hasil
akhir dari gagal ginjal kronik adalah uremia dan kematian (Aisara, 2018).
5
1.1.8 Komplikasi
Menurut pranandari (2015) terdapat beberapa penyakit komplikasi
yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik antara lain:
a. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium akan mengakibatkan gangguan pada
bagian matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh. Apabila
berlangsung dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan
fraktur pathologis.
b. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik seperti hipertensi.
c. Anemia
Selain berfungsi sebagai sirkulasi, ginjal juga befungsi dalam
rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami
gangguan di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
d. Glomerulonefritis
Salah satu jenis penyakit ginjal yang terjadi akibat peradangan pada
glomerulus.
e. Pielonefritis
Penyakit infeksi pada ginjal yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
Hal ini akibatkan karena kandung kemih menyimpan urin sebelum
dikeluarkan oleh tubuh. Bakteri dan virus biasanya mencapai
kandung kemih melalui uretra yang dapat menyebabkan infeksi
sehingga mempengaruhi ginjal yang akhirnya akan memicu
terjadinya pelonefritis.
6
dan BUN 10 – 20 mg/dL. Peningkatan kadar urea plasma karena
retensi nitrogen akibat gangguan fungsi ginjal dikenal sebagai
azotemia (Verdiansah, 2016).
b. Kreatinin serum
Kadar kreatinin serum telah banyak digunakan untuk mengukur
fungsi ginjal melalui pengukuran glomerulus filtration rate (GFR).
Peningkatan kadar kreatinin serum antara 1,2 – 2,5 mg/dL. Nilai
normal kreatini yaitu pada laki-laki sekitar 0,6 – 1,2 mg/dL dan pada
perempuan sekitar 0,5 – 1,1 mg/dL (Verdiansah, 2016).
c. Glomerulus filtration rate (GFR)
Nilai GFR ditentukan oleh klirens kreatinin, usia, jenis kelamin,
dan berat badan. Pengukuran klirens kreatinin berfungsi untuk
memberikan perkiraan nilai dari glomerulus filtration rate (GFR).
Klirens kreatinin adalah pengukuran glomerulus filtration rate
(GFR) yang tidak absolut yang disebabkan karena sebagian kecil
kreatinin di reabsorpsi oleh tubulus ginjal dan sekitar 10% kreatinin
urin disekresikan oleh tubulus. Nilai GFR dapat menentukan
seseorang terdiagnosis gagal ginjal kronik stadium akhir. Nilai
normal GFR pada laki-laki antara 97 – 137 mL/menit per 1,73 m 2
dan pada perempuan antara 88 – 128 mL/menit per 1,73 m 2
(Verdiansah, 2016).
d. Tes urine
Tes yang digunakan untuk mengetahui adanya protein dan darah
dalam urine yang menandakan bahwa terjadi penurunan fungsi ginjal
(Verdiansah, 2016).
e. Pemeriksaan mikroalbuminuria
Mikroalbuminuria adalah keadaan dimana terdapatnya albumin
dalam urin sebesar 30 – 300 mg/24 jam. Keadaan ini dapat
memberikan tanda awal dari penyakit ginjal. Kadar normal albumin
dalam darah antara 3,5 – 4,5 mg/dL (Verdiansah, 2016).
7
f. Kalium
Metode menentukan kadar kalium menggunakan elektrode gelas
yang hanya bisa ditembus oleh ion K+ dan dengan metode fotometer
enzimatik. Nilai K normal = 3,5 – 5 meq/L (Rahmawati, 2017).
g. Natrium (Na)
Pada penyakit ginjal kronik terjadi kegagalan peningkatan ekskresi
NaCl untuk menyesuaikan dengan peningkatan dietnya. Secara fisik,
seringkali menyebabkan penumpukan cairan ekstrasesuler berupa
hipertensi, edema perifer, kongesti vaskuler, kardiomegali. Metode
penentuan natrium menggunakan elektrode ion selektif/ISE,
fotometri nyala dan fotometri serapan. Nilai normal natrium = 136 –
146 meq/L (Rahmawati, 2017).
h. Kalsium (Ca)
Penurunan kadar kalsium total pada penyakit ginjal kronik
merangsang sekresi hormon paratiroid dan katabolisme hormon
paratiroid terbanyak di ginjal, sehingga terjadi hiperparatiroid
sekunder. Nilai normal kalsium total plasma/serum: 8,8 – 10,2 mg/dl
(Rahmawati, 2017).
i. Fosfat
Terjadi penurunan ekskresi fosfat pada nefron menyebabkan
peningkatan kadar fosfat serum. Nilai normal fosfat plasma/serum
normal: 2,5 – 4,5 mg/dl (Rahmawati, 2017).
j. Magnesium
Peningkatan Mg serum terjadi saat GFR < 20 ml/menit karena
ekskresi menurun dan absorbs di usus tetap normal. Nilai normal
magnesium serum: 0,6 – 1,1 mmol/L (Rahmawati, 2017).
k. Asam urat
Penyakit ginjal kronik menyebabkan kadar asam urat serum
meningkat karena adanya gangguan fungsi filtrasi, sekresi ginjal dan
ekskresi asam urat melalui urine yang menurun. Nilai normal asam
urat darah dengan metode urikase yaitu wanita dewasa = 2,6 – 6
mg/dl (0,16 – 0,36 mmol/L), pria dewasa = 3,5 – 7,2 mg/dl (0,21 –
8
0,43 mmol/L), dan anak – anak = 2 – 5,5 mg/dl (0,12 – 0,33
mmol/L) (Rahmawati, 2017).
l. Sinar-X, uji pemindaian (Rini, 2016).:
- Pemindaian ultrasound
Berfungsi untuk menunjukkan bentuk dan struktur ginjal dan
untuk mendeteksi apakah ada obstruksi
- Pielogram intravena
Prosedur radiologi untuk mendeteksi kelainan yang terjadi pada
saluran kemih
m. Biopsi ginjal
Pemeriksaan biopsi ginjal ini menggunakan jarum untuk
mengambil sampel kecil dari jaringan ginjal dengan bantuan anestesi
lokal dan memeriksa jaringan dibawah mikroskop. Biopsi ginjal bisa
digunakan untuk mendiagnosis radang ginjal (Rini, 2016).
1.1.10 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non farmakologi
A. Terapi konservatif
Terapi ini bertujuan untuk mencegah memburuknya fungsi ginjal
secara progresif, memperbaiki metabolisme secara optimal,
meringankan keluhan akibat toksin azotemia dan memelihara
keseimbangan cairan elektrolit. Berikut ini hal yang dapat dilakukan
dengan terapi konservatif yaitu:
a. Diet protein
Diet rendah protein dianjurkan untuk penderita gagal ginjal
kronik untuk mencegah atau mengurangi toksin azotemia.
Pembatasan asupan protein dalam makanan dapat mengurangi
timbulnya gejala anoreksia, mual, dan muntah. Asupan rendah
protein dapat mengurangi beban ekskresi ginjal sehingga
menurunkan terjadinya hiperfiltrasi glomerulus, intraglomerulus,
dan cedera sekunder pada nefron intak. Jumlah protein yang
9
diperbolehkan untuk di konsumsi yaitu <0,6 g protein/kg/hari
dengan LFG <10 ml/menit.
b. Diet kalium
Diet kalium pada pasien gagal ginjal kronik dapat dilakukan
dengan cara diet rendah kalium dan tidak mengkonsumsi obat-
obatan yang mengandung kalium tinggi. Jumlah yang
diperbolehkan dalam diet kalium ini adalah 40-80 mEq/hari selain
itu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
kalium seperti sup, pisang, dan jus buah murni (Nuari, 2017).
c. Diet kalori
Kebutuhan jumlah kalori pada pasien gagal ginjal kronik harus
adekuat untuk mempertahankan keseimbangan positif nitrogen,
memelihara status nutrisi, dan status gizi. Untuk penderita gagal
ginjal kronik untuk usia kurang dari 60 tahun dengan LFG <25
ml/menit dan tidak menjalani dialisis yaitu 35 kkal/kg/hari .
sedangkan untuk usia lebih dari 60 tahun yaitu 30-35 kkal/kg/hari
(Nuari, 2017).
d. Kebutuhan cairan
Dalam memberikan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
membutuhkan regulasi yang hati-hati. Hal ini jika asupan yang
kurang dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi dan pemburukan
fungsi ginjal. Sedangkan asupan cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edem dan intoksikasi
cairan. Pada pasien dialisis cairan yang dibutuhkan untuk
penambahan berat badan yaitu 0,9 – 1,3 kg2 (Nuari, 2017).
10
a. Hemodialisis
Gambar 2: Hemodialisis
Hemodialisis (cuci darah) merupakan proses pembuangan
sampah berlebih pada darah yang bertujuan untuk mengambil
zat-zat nitrogen yang beracun dalam tubuh dan mengeluarkan
air yang berlebihan. Hemodialisis ini menggunakan cara dengan
mengalirkan darah ke dalam tabung ginjal buatan (dialyzer)
yang terdiri dari 2 komparten yaitu komparten darah dan
komparten dialisat yang berfungsi untuk membuang sisa-sisa
metabolisme berupa air, natrium, hidrogen, kalium, urea,
kreatini dan zat-zat lain. Terapi hemodialisis membutuhkan
waktu 12-15 jam setiap minggunya. dilakukan sebanyak 3 kali
dalam seminggu selama 3-4 jam (Nuari, 2017).
Meskipun fungsi ginjal dapat diambil alih dengan
menggunakan mesin hemodialisis, akan tetapi terapi tersebut
tidak begitu diminati oleh masyarakat karena dapat
menimbulkan beberapa dampak atau mempengaruhi kualitas
hidup pasien seperti kesehatan fisik, psikologis, spiritual, dan
faktor ekonomi yang memerlukan sekitar Rp 500.000,- setiap
kali terapi. Hal tersebut yang membebani penderita maupun
keluarganya (Nurani dkk., 2013).
11
b. Dialisis peritoneal
12
2. Penatalaksanaan farmakologi
Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi (Nuari, 2017).:
a. Hipertensi diberikan dengan obat antihipertensi yaitu metidopa
(aldomet), propanolol (Inderal), minoksidil (loniten), klonidin
(catapses), beta bloker dan prazonin (minipress).
b. Kelebihan cairan diberikan dengan diuretic yaitu flurosemid (lasix),
bumetanid (bumex), torsemid dan metolazone (zaroxolon).
c. Hiperkalemia diatasi dengan kayexalate dan natrium polisteren
sulfanat.
d. Hiperurisemia diatasi dengan allopurino
13
1.1 Pathway
Kerusakan glomerulus
Defisien pengetahuan Kurangnya informasi Gagal Ginjal Kronik Suplai oksigen ke jaringan turun
Ketidakefektifan perfusi
Penurunan produksi Protein bocor Peningkatan kadar kreatinin dan jaringan perifer
hormon eritropoietin BUN serum
Penurunan kadar albumin
Penurunan Azotemia
pembentukan eritrosit
Tekanan ekstra seluler dan
Sindrom uremia
kapiler darah meningkat
Anemia
Cairan merembes ke intersisial Efek pada kulit
Lemah dan lesu
Kerusakan
Pruritus
Edema integritas kulit
Intoleransi aktivitas
Kelebihan volume cairan
14
BAB II
B. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa medik
Menjelaskan diagnosa yang ditegakkan oleh dokter serta
penjelasan medis terkait. Contoh diagnosa medis yang ditegakkan
dokter yaitu gagal ginjal kronik.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien yang didapatkan secara
langsung dari pasien atau keluarga sehingga mengharuskan klien
untuk mencari pertolongan. Pada pasien gagal ginjal kronik
mengalami keluhan seperti badan lemah, mua,muntah, anoreksia,
15
mulut terasa kering, nafas berbau (ureum), dan gatal pada kulit (Rini,
2016).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis mengenai peristiwa terkait penyakit klien
yang sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan utama sampai
pasien memutuskan untuk menemui petugas kesehatan. Pada klien
gagal ginjal kronik biasanya terjadi penurunan frekuensi urin yang
ditandai dengan edema. Selain itu karena berdampak pada proses
metabolisme, maka akan terjadi anoreksia bahkan nausea sehingga
berisiko mengalami gangguan nutrisi.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami
Riwayat penyakit yang pernah diderita: jenis, tindakan
pengobatan, perawatan yang diberikan, prognosis,
hospitalisasi, dan lain-lain. Pada klien gagal ginjal kronis
biasanya memiliki riwayat penyakit seperti glomerulonefritis,
hipertensi, dan penyakit diabetes yang pernah diderita (Rini,
2016).
b. Alergi (obat, makanan, dan lain-lain)
Semua jenis alergi baik dari makanan ataupun tidak serta
efek yang ditimbulkan dari alergi tersebut. Pada pasien gagal
ginjal kronik perlu untuk mengkaji adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat-obatan yang dikonsumsi misalnya obat
antihipertensi obat diuretik, dan obat kortikosteroid.
c. Imunisasi
Semua riwayat imunisasi baik imunisasi dasar maupun
tambahan.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Kebiasaan klien setiap hari seperti makanan dan
aktivitas yang dilakukan. Pada pasien gagal ginjal kronik
biasanya memiliki kebiasaan merokok yang dapat mengganggu
kesehatan terutama organ ginjalnya.
16
e. Obat-obatan yang digunakan:
Riwayat obat-obatan yang digunakan klien misalnya
obat antihipertensi bagi klien yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mendeskripsikan tentang riwayat atau kondisi kesehatan yang
terjadi pada keluarga klien. Gagal ginjal kronik bukan penyakit
menular ataupun menurun, akan tetapi merupakan penyakit
keturunan pencetus dari diabetes melitus dan hipertensi. Sehingga
perlu adanya mengkaji pola kesehatan keluarga yang diterapkan.
C. Genogram
Minimal 3 generasi (pasien berada digenerasi ketiga).
Keterangan:
17
D. Pengkajian keperawatan pola gordon
18
terganggu.
6 Pola Kognitif Pada klien gagal ginjal kronik yang ditandai
dan konseptual dengan gejala yang parah akan mengalami
penurunan kesadaran. Akan tetapi tidak
sampai mengganggu proses penglihatannya.
7 Pola persepsi Adanya perubahan fungsi tubuh, lama
diri perawatan, serta biaya pengobatan yang tidak
sedikit dapat mengakibatkan penderita gagal
ginjal kronik mengalami gangguan peran dan
ideal diri.
8 Pola peran dan Pada klien gagal ginjal kronik umumnya
hubungan sering mengalami gangguan peran. Hal ini
disebabkan karena klien tidak dapat
menjalankan perannya dengan baik selama
sakit yang dideritanya.
9 Pola Pada klien gagal ginjal kronik tidak dapat
seksualitas dan menjalankan hubungan seksualitas dengan
reproduksi baik. Hal ini dikarenakan klien tidak dapat
menjalani aktivitas sehari-hari yang terlalu
berat.
10 Pola toleransi Lamanya proses perawatan dan pengobatan
coping- stress yang dijalani, klien gagal ginjal kronik dapat
menimbulkan terjadinya reaksi psikologis
yang negatif seperti ansietas, gelisah, marah,
dan selalu memikirkan penyakit yang
dideritanya. Sehingga klien tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif atau adaptif.
11 Pola tata nilai Perubahan status kesehatan dan penurunan
dan fungsi tubuh penderita gagal ginjal kronik
kepercayaan tidak menghambat klien untuk beribadah.
E. Pemeriksaan fisik
19
1. Keadaan umum:
Kondisi pasien secara umum akibat penyakit atau keadaan yang
dialami. Klien gagal ginjal kronik datang ke rumah sakit dengan
beberapa kondisi seperti komposmentis ataupun somnolen. Klien
gagal ginjal kronik biasanya ditandai dengan gejala lelah, mual,
muntah serta terdapat bengkak terutama pada bagian tangan, kaki, dan
wajah (Rini, 2016).
2. Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah : mmHg
- Nadi : X/menit
- RR : X/menit
- Suhu : ˚C
Pada klien gagal ginjal kronik didapatkan adanya perubahan pada RR
yang meningkat dan tekanan darah dari hipertensi ringan menjadi
berat sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh klien.
3. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan
abnormal dibagian kepala.
b. Mata
Inspeksi : perhatikan terdapat edema periorbita atau tidak,
eksoftalmus (mata menonjol), anemis atau tidak, kesulitan
memfokuskan mata dan perhatikan sebaran alis mata tebal atau
tipis.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan dan tidak teraba benjolan
abnormal pada kedua mata.
c. Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal pada
telinga.
20
d. Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga meliputi tidak terdapat kotoran pada
bagian luar ataupun dalam telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan pada hidung.
e. Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan
lidah klien bersih. Pada pasien gagal ginjal kronik yaitu stomatitis
dan mulut seperti bau amonia.
Palpasi : tidak ada masalah.
f. Leher
Inspeksi : leher simetris.
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
g. Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum
bentuk dada tidak ada masalah, pergerakan nafas normal,
krepitasi dan dilihat saat dilakukan perkusi (bunyi perkusi sonor).
pada pemeriksaan jantung meliputi bunyi jantung, irama jantung
dan bising jantung.
h. Abdomen
Inspeksi : keadaan kulit, bentuk perut, gerakan dinding perut
dan keadaan umbilikus serta adanya massa atau pembengkakan.
Pada kasus gagal ginjal kronik umumnya kulit mengkilap dan
tegang yang mengindikasikan retensi cairan atau asites, distensi
kandung kemih dan pembesaran ginjal.
Palpasi : ketegangan otot, nyeri tekan pada bagian perut
terasa tergantung dengan perlukaan pada lambung, massa,
keadaan hati, lien, ginjal, pemeriksaan ascites dan ketok ginjal.
Perkusi : tanda pembesaran organ, adanya udara dan cairan
bebas, penentuan batas dan tanda pembesaran hati.
Auskultasi : bising dan peristaltik usus, bunyi gerakan cairan,
dan bising pembuluh darah.
21
i. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah mengenai
bentuk,ukuran, kesimetrisan otot, kontraktur, tremor, tonus,
kekuatan otot, kelainan pada ekstremitas, deformitas, massa,
fraktur, mobilitas atau rentang gerak sendi serta gaya berjalan
pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
j. Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna
kulit normal. Selain itu kaji cacat kulit dan turgor kulit. Pada
kasus gagal ginjal kronik umumnya tekstur kulit tampak kasar
atau kering. Penurunan turgor kulit pada gagal ginjal kronik
merupakan indikasi terjadinya dehidrasi, edema, indikasi retensi,
dan penumpukan cairan.
k. Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi lokal.
Hasil
Nilai normal
No Jenis pemeriksaan (Tanggal/Jam)
Nilai Satuan
22
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon
pasien, keluarga atau komunitas terhadap kesehatan dan proses kehidupan
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar atas
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang mana
perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Berikut ini adalah
diagnosa keperawatan pasien dengan gagal ginjal kronik menurut NANDA
(2018):
2.2.1 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urin, diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium
2.2.2 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gaya
hidup kurang gerak
2.2.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisis
2.2.4 Ansietas berhubungan dengan efek dari terapi hemodialisis
2.2.5 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan volume
cairan
2.2.6 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai proses penyakit, perawatan, dan pengobatan
23
1.3 Intervensi Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2005), Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup pusat
tujuan pada pasien, menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai. Intervensi adalah petunjuk
tertulis yang memberikan gambaran tepat tentang rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan diagnosa
keperawatan, sesuai kebutuhan pasien
24
asupan dan/ atau intake dan output 3. Monitor asupan dan tanda dari asites yaitu
retensi cairan dalam 24 jam pengeluaran perut kembung, berat
dipertahankan pada 4. Monitor tanda-tanda badan meningkat, dan
skala 2 (banyak gejala asites nyeri perut
terganggu) 5. Batasi dan alokasikan 5. Untuk meminimalisir
ditingkatkan ke asupan cairan kelebihan asupan
skala 4 (sedikit 6. Berikan dialisis dan catat cairan
terganggu) reaksi pasien 6. Agar klien bisa
2. Asites mengatasi sakitnya
dipertahankan pada dengan terapi dialisis
skala 2 (banyak
terganggu) Manajemen cairan (4120) Manajemen cairan (4120)
ditingkatkan ke 1. Timbang berat badan 1. Agar berat badan klien
skala 4 (sedikit setiap hari dan monitor sesuai dengan batas
terganggu) status pasien normal
2. Monitor indikasi 2. Untuk mengetahui
kelebihan cairan/ retensi indikasi dari kelebihan
3. Monitor perubahan berat cairan
badan pasien sebelum 3. Bisa dilakukan dengan
25
dan setelah dialisis terapi dialisis
4. Monitor makanan/ cairan 4. Untuk mengetahui
yang dikonsumsi dan asupan kalori harian
hitung asupan kalori klien
harian 5. Agar klien tetap
5. Dukung pasien dan semangat dalam hal
keluarga untuk perawatan ataupun
membantu dalam pengobatan
pemberian makan
dengan baik
26
dengan gaya hidup 1. Edema perifer beraktivitas dengan cepat 3. Mengetahui penyebab
kurang gerak dipertahankan 3. Identifikasi dari perubahan tanda-
pada skala 2 kemungkinan penyebab tanda vital klien
Definisi: rentan (deviasi yang perubahan tanda-tanda
mengalami penurunan cukup berat) vital
sirkulasi darah ke ditingkatkan ke
perifer yang dapat skala 4 (deviasi
mengganggu ringan)
kesehatan 2. Muka pucat
dipertahankan
pada skala 2
(deviasi yang
cukup berat)
ditingkatkan ke
skala 4 (deviasi
ringan)
3. Domain 4. Aktivitas/ Tujuan : Peningkatan latihan (0200) Peningkatan latihan
Istirahat Setelah dilakukan 1. Gali hambatan untuk (0200)
Kelas 4. Respon asuhan keperawatan melakukan latihan 1. Untuk mengetahui
27
kardiovaskular/ selama 3 x 24 jam 2. Dukung individu untuk penyebab dari latihan
pulmonal (00092) diharapkan aktivitas memulai atau 2. Agar klien mampu
Intoleransi aktivitas klien dapat meningkat melanjutkan latihan melakukan latihan
berhubungan dengan dengan 3. Libatkan keluarga/ orang aktivitas
keletihan, anemia, Kriteria hasil yang memberi perawatan 3. Agar klien tetap
retensi produk sampah 1. K dalam merencanakan dan semangat selama
dan prosedur dialisis elelahan meningkatkan program proses penyembuhan
dipertahankan latihan 4. Untuk mengetahui
Definisi: pada skala 3 4. Monitor respon individu respons klien saat
ketidakcukupan energi (sedang) terhadap program latihan melakukan latihan
psikologis atau ditingkatkan ke
fisiologis untuk skala 4 (ringan)
mempertahankan atau 2. K
menyelesaikan elesuhan
aktivitas kehidupan dipertahankan
sehari-hari yang harus pada skala 3
dilakukan (sedang)
ditingkatkan ke
skala 4 (ringan)
28
3. K
ehilangan selera
makan
dipertahankan
pada skala 3
(sedang)
ditingkatkan ke
skala 5 (tidak
ada)
4. Domain 11. Tujuan : Manajemen pruritus (3550) Manajemen pruritus
Keamanan / Setelah dilakukan 1. Tentukan penyebab dari (3550)
perlindungan keperawatan selama 2 terjadinya pruritus 1. Mengetahui penyebab
Kelas 2. Cedera fisik x 24 jam diharapkan (misalnya dermatitis dari pruritus
kerusakan integritas kontak, kelainan 2. Dengan cara
Risiko kerusakan kulit dapat berkurang sistemik, dan obat- melakukan
integritas kulit dengan obatan) pemeriksaan fisik
berhubungan dengan Kriteria hasil: 2. Lakukan pemeriksaan seperti head to toe
gangguan volume 1. fisik untuk 3. Agar bisa mengurangi
cairan dipertahankan mengidentifikasi rasa sakit yang
29
pada skala 3 terjadinya kerusakan dirasakan klien
Definisi: rentan (cukup kulit (misalnya lesi, bula, 4. Agar tidak terjadi
mengalami kerusakan terganggu) ulserasi, dan abrasi) risiko kerusakan pada
epidermis atau dermis, ditingkatkan ke 3. Berikan antipruritik kulitnya
yang dapat skala 4 (sedikit sesuai dengan indikasi 5. Untuk memudahkan
mengganggu terganggu) 4. Instruksikan pasien klien saat akan
kesehatan 2. untuk mempertahankan menggaruk tubuh yang
dipertahankan potongan kuku dalam gatal
pada skala 2 keadaan pendek
(banyak 5. Instruksikan pasien
terganggu) untuk menggunakan
ditingkatkan ke telapak tangan ketika
skala 4 (sedikit menggosok area kulit
terganggu) yang luas atau cubit kulit
3. dengan lembut
dipertahankan menggunakan area
pada skala 2 diantara ibu jari dan
(banyak telunjuk untuk
terganggu) mengurangi rasa gatal
30
ditingkatkan ke
skala 4 (sedikit
terganggu)
31
topik tertentu atau pada skala 2 adaptasi terhadap gaya efektif, benar dan
kemahiran (pengetahuan hidup efisien
terbatas)
ditingkatkan ke
skala 4
(pengetahuan
banyak)
2. Faktor resiko
untuk komplikasi
dipertahankan
pada skala 2
(pengetahuan
terbatas)
ditingkatkan ke
skala 4
(pengetahuan
banyak)
3. Strategi mencegah
komplikasi
32
dipertahankan
pada skala 2
(pengetahuan
terbatas)
ditingkatkan ke
skala 4
(pengetahuan
banyak)
33
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
34
mengatakan bahwa memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Klien meminum obat darah tinggi jika ada keluhan saja, setelah
keluhannya menghilang ia tidak meminumnya lagi.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Keluarga mengatakan bahwa klien mempunyai riwayat penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, dan lain
sebagainya.
c. Imunisasi:
Keluarga klien mengatakan bahwa klien mendapatkan imunisasi
lengkap saat kecil.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Klien mengatakan sering mengkonsumsi gorengan yang dibeli di
pinggir jalan dan mengkonsumsi makanan berpenyedap rasa yang kuat
serta rutin mengkonsumsi kopi setiap harinya. Selain itu klien juga
seorang perokok aktif.
e. Obat-obat yang digunakan
Obat yang biasa digunakan klien sebelum masuk RS adalah obat-
obatan hipertensi saja. Setelah masuk RS klien diberikan obat melalui
injeksi ranitidin 1 ampul/12 jam, injeksi furosemide 2 ampul/8 jam,
bicnat 3x1 tablet, asam folat 3x1 tablet, clonidine 3x0,1,5 mg,
hemodialisis, dan transfusi packed red cell 450 cc.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada riwayat anggota keluarga klien yang juga menderita gagal ginjal
kronik.
35
Genogram:
36
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
- Antropometri
Sebelum masuk RS
BB pre edema = 75 kg
TB = 170 cm
IMT = 26,0
Saat masuk RS
BB post edema = 81 kg
TB = 170 cm
IMT = 28,0
Hasil perhitungan IMT sebelum dan saat masuk RS tergolong berat
badan lebih dan mengalami kenaikan berat badan sebesar 6 kg.
- Biomedical sign :
Hb : 6,3 gr/dl
Ureum : 265 mg/dl
Kreatinin : >18,5 mg/dl
Interpretasi :
Hb normal antara 12,1 – 15,1 g/dL, sehingga Hb klien dikatakan
tidak normal atau menurun karena berada di bawah batas normal
yaitu Hb 6,3 g/dL.
Kadar normal ureum 10 – 50 mg/dL, sehingga ureum klien
mengalami peningkatan menjadi 265 mg/dL.
Kadar normal kreatinin 0,6 – 1,3 mg/dl, sehingga klien dengan
kreatinin >1,5 mg/dl menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal
- Clinical Sign :
- mukosa mulut lembab
- kedua mata tampak anemis
- lidah tampak pucat
- kuku pucat
- bising usus meningkat
- terdapat oedema tungkai pada kedua ekstermitas bawah
- CRT memanjang (>3 detik)
37
Interpretasi :
Klien tampak lemah, bed rest dan pemenuhan ADL dibantu
keluarga
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Sebelum MRS klien makan sebanyak 3 kali sehari, makanan
kesukaan klien yang berlemak seperti gorengan dan klien
menyukai penyedap rasa yang kuat. Porsi yang disajikan habis 1/3
porsi.
Interpretasi :
Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, dan saat dilakukan
pemeriksaan fisik klien hanya makan ¼ bagian yang habis, BB =
75 kg, TB = 170 cm, Hb = 6,3 gr/dl, albumin = 2,9 gr/dl, dan LILA
= 31 cm.
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : satu kali sehari
- Jumlah : 400 cc
- Warna : kemerahan
- Bau : bau khas urin.
- Karakter :-
- BJ :-
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : dibantu oleh keluarga
- Lain :-
BAB
Klien dapat BAB secara normal yaitu satu kali sehari dengan karakteristik
sedikit lembek.
Interpretasi :
Pola eliminasi klien terganggu dan urin yang dikeluarkan hanya sedikit.
Klien saat akan ke kamar mandi dibantu oleh petugas atau keluarga.
38
4. Pola aktivitas & latihan
Klien menunjukkan dalam keadaan yang lemah. Aktivitas klien di tempat
tidur atau bed rest dan dibantu oleh keluarga. Apabila akan melakukan
kegiatan toileting, klien menuju kamar mandi menggunakan kursi roda
dengan bantuan keluarga.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
39
Keadaan bangun tidur : Klien bangun dengan tenang dan hanya
terdiam setelah bangun tidur
Interpretasi :
Saat ini klien hanya terbaring di tempat tidur dan klien mengatakan
badannya lemah serta susah untuk tidur karena pada saat malam hari klien
mengalami sesak nafas.
Meskipun sekarang dalam keadaan sakit namun klien tidak putus asa
untuk sembuh dari penyakitnya. Hal ini dikarenakan istri dan anaknya
setia menemani Tn. N yang sedang berjuang melawan penyakitnya.
40
8. Pola seksualitas & reproduksi
- Keluarga klien mengatakan memiliki 1 istri dan 2 orang anak
perempuan yang tinggal serumah.
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien menyayangi semua anggota
keluarga mereka dan menjadi motivasi untuk sembuh kembali.
9. Pola peran & hubungan
- Keluarga klien mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan
anggota keluarga yang lain baik.
- Klien mengatakan bahwa dirinya sangat disayangi oleh anggota
keluarganya dan terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien saat di
Rumah Sakit.
- Klien mengatakan ingin memenuhi perannya sebagai suami dan ayah
yang baik untuk anak-anaknya.
10. Pola manajemen koping-stress
Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap sakit
sebagai jalan yang harus di lewati dan dijalani sehingga bagaimanapun
keadannya harus diterima dan disyukuri.
11. Sistem nilai & keyakinan
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap
sakit itu sebagai jalan yang harus di lewati dan dijalani sehingga
bagaimanapun keadannya harus diterima dan disyukuri.
- Selama MRS klien tetap menjalani kewajibannya yaitu sholat 5 waktu
dengan keadaan berbaring di tempat tidur.
Keadaan umum:
GCS=4-5-6
Tanda vital:
41
- Nadi : 96 X/mnt
- RR : 26 X/mnt
- Suhu : 36,7ºC
1. Kepala
Kepala simetris, tidak ada jejas, distribusi rambut normal, rambut hitam,
rambut tipis dan kasar, tidak ada lesi, tidak ada massa, ada nyeri tekan di
sisi dekstra.
2. Mata
Mata lengkap dan simetris, konjungtiva anemis, pupil isokor, distribusi
bulu mata merata.
3. Telinga
Bagian luar telinga kanan dan kiri terlihat bersih, tidak ada kelainan
bentuk, tidak ada massa serta menurut keluarga klien pendengaran normal,
warna kulit telinga sama dengan warna kulit sekitarnya, telinga kanan
tidak dapat mendengar.
4. Hidung
Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang hidung
normal, tidak ada lesi maupun jejas, tidak ada massa, warna kulit hidung
sama dengan warna di sekitarnya.
5. Mulut
Mukosa bibir lembab dan pucat, nafas bau amonia, warna coklat, bibir
simetris, tidak ada massa, tidak ada luka.
6. Leher
- Leher pasien terlihat simetris, tidak ada jejas maupun lesi, tidak ada
benjolan ataupun pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit dileher kuning
langsat, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, teraba vena jugularis,
dan teraba denyut nadi karotis
7. Dada
I : Dada pasien terlihat simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada jejas
maupun lesi, iktus kordis tidak nampak, tidak ada pembesaran
42
P : Ketika diperkusi sonor di bagian kiri dan sonor pada bagian kanan, di
area jantung pekak
P : Pengembangan paru kanan kiri sama, tidak ada massa
A : Suara nafas ronchi akibat sesak nafas yang dialami klien
8. Abdomen
I : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada jaringan parut, tidak terdapat
penonjolan di bagian perut, umbilicus letak simetris, perut cembung
A : Terdengar bising usus 12x per menit
P : Bunyi sedikit timpani di setiap lapang perut, kecuali perut bagian
hepar bunyi pekak
P : Terasa tegang akibat penumpukan cairan dan adanya massa akibat
pembengkakan
9. Urogenital
- Klien tidak terpasang selang kateter
- Klien BAK < 400 cc/ hari, berwarna kemerahan
- Klien BAB 1x1 hari dengan karakteristik lembek
10. Ekstremitas
Terdapat pitting edema di ekstermitas atas dan bawah, CRT >3 detik, akral
hangat kering merah, kekuatan otot
4 4
3 3
43
V. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
(GFR) Perempuan 88 -
128
ml/menit/1,73m 2
44
3.2 Analisa data
45
tungkai darah
(derajat 3)
- Tekanan darah Kadar albumin
180/100 turun
mmHg
- Hb 6,3 g/dl Mengikat cairan
- Ureum 265 di pembuluh
mg/dl darah
- Kreatinin 18,5
mg/dl Pelepasan renin-
- Penambahan angiotensin
berat badan
secara drastis Cairan keluar
BB pre dari intravaskuler
edema: 75 kg ke interstitial
BB post
edema: 81 kg Edema
- oliguria (400
cc/24 jam) Kelebihan
volume cairan
DS:
- Klien
mengatakan
perutnya
penuh cairan
- Klien
mengeluh sulit
untuk BAK
46
3. Kamis 5, DO: Gangguan pada Mual
Septemb - Mukosa bibir ginjal
er 2019 lembab dan
pucat Gangguan sekresi
- Klien tampak protein
lemas
DS: Sindrom uremia
- Klien mengeluh
mual Gangguan asam
- Klien basa
mengatakan
tidak nafsu Asam lambung
makan naik
Mual
4. Kamis 5, DO: Gangguan pada Ketidakefektifan
Septemb - Klien tampak ginjal perfusi jaringan
er 2019 pucat perifer
- Edema pada Tidak mampu
bagian tangan mensekresikan
dan kaki hormon
- Konjungtiva eritropoietin
anemis
- Punggung kuku Sel darah merah
pucat berkurang
- CRT
memanjang (>3 Jumlah Hb
detik) menurun
- Hb 6,3 gr/dl
DS: - Suplai oksigen ke
jaringan menurun
47
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
5. Kamis 5, DO: penurunan fungsi Kerusakan
Septemb - Kulit tampak ginjal integritas kulit
er 2019 kering
- Kadar ureum Peningkatan
265 mg/dl kadar kreatinin
- Kadar Hb 6,3 dan BUN serum
gr/dl
- Klien terlihat Azotemia
menggaruk
bagian tubuhnya Sindrom uremia
yang gatal
Pruritus
DS:
- Klien
Kerusakan
mengatakan
integritas kulit
gatal pada
kulitnya
- Klien
mengatakan
kulitnya sedikit
mengelupas
48
- Hb 5,7gr/dl
DS: Sel darah merah
- Klien menurun
mengatakan
mudah lelah Anemia
saat beraktivitas
- Klien mengeluh Lemah dan lesu
kepalanya
pusing Intoleransi
aktivitas
7. Kamis 5, DO: Sesak nafas Gangguan pola
Septemb - Durasi tidur tidur
er 2019 klien hanya 3 Lemah dan lesu
jam
- Klien tampak kesulitan memulai
lemah tidur
DS:
- Klien jam tidur
mengatakan berkurang
kesulitan untuk
tidur terutama Gangguan pola
pada waktu tidur
malam hari
- Klien
mengatakan
setelah sekitar 3
jam tidur, klien
mudah
terbangun
49
3.3 Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi d.d sesak nafas
2. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan d.d edema pada
tangan dan kaki
3. Mual b.d ansietas d.d keengganan terhadap makanan dan sensasi
muntah
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan Perifer b.d gaya hidup kurang gerak
d.d edema dan riwayat penyakit diabetes mellitus serta hipertensi
5. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan turgor kulit d.d pruritus
6. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas d.d keletihan dan mudah lelah saat
beraktivitas
7. Gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak menyehatkan d.d kesulitas
memulai tertidur
50
3.4 Intervensi keperawatan
Diagnosa
No Hari/tgl/ jam Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
keperawatan
1. Kamis 5 , Ketidakefektifan Tujuan Monitor pernafasan (3350)
September pola nafas b.d Setelah dilakukan 1. Monito 1. Un
2019 hiperventilasi d.d tindakan keperawatan r kecepatan, irama, tuk mengetahui
sesak nafas selama 3 x 24 jam kedalaman, dan kesulitas status pernafasan
diharapkan nafas klien bernafas pasien
dapat stabil dengan 2. Monito 2. Un
kriteria hasil: r suara nafas tambahan tuk mengetahui
status pernafasan misalnya ngorok atau adanya suara nafas
1. Frekuensi jalan mengi tambahan
nafas dipertahankan 3. Monito 3. Un
pada skala 2 (deviasi r keluhan sesak nafas tuk mengetahui
yang cukup berat) pasien, termasuk aktivitas pasien yang
ditingkatkan ke kegiatan yang dapat menyebabkan
skala 4 (deviasi meningkatkan atau kesulitan bernafas
ringan) memperburuk sesak
51
2. Kepatenan jalan nafas tersebut
nafas dipertahankan
pada skala 2 (deviasi
yang cukup berat) Manajemen jalan nafas
ditingkatkan ke (3180) 1. Untuk mengetahui
skala 4 (deviasi 1. Monitor status status pernafasan
ringan) pernafasan dan klien
oksigenasi 2. Memposisikan
2. Posisikan untuk kepala pasien lebih
meringankan sesak nafas tinggi untuk
3. Motivasi pasien untuk memudahkan saat
bernafas pelan, dalam, bernafas
berputar, dan 3. Agar pasien mampu
4. Ajarkan pasien bernafas dengan
menggunakan inhalaer normal
sesuai resep 4. Yaitu dengan cara
duduk atau berdiri
tegak saat
menggunakan
52
inhaler
2. Kamis 5 , Kelebihan volume Tujuan Manajemen cairan (4120)
September cairan b.d kelebihan Setelah dilakukan 1. Timbang berat badan 1. Agar berat badan
2019 asupan cairan d.d tindakan keperawatan pasien setiap hari dan klien sesuai dengan
edema pada bagian selama 3 x 24 jam monitor status pasien batas normal
tangan dan kaki diharapkan volume 2. Jaga intake/ asupan yang 2. Untuk mengetahui
cairan dapat stabil akurat dan catat output asupan pada pasien
dengan pasien yang akurat
kriteria hasil: 3. Monitor tanda-tanda 3. TD: 160/90 mmHg
keseimbangan cairan vital pasien Nadi: 88 x/menit
1. 4. Monitor indikasi RR: 28 x/menit
dipertahankan pada kelebihan cairan/ retensi Suhu: 36,70C
skala 3 (cukup (misalnya edema dan 4. Untuk mengetahui
terganggu) asites) indikasi dari
ditingatkan ke skala 5. Kaji lokasi dan luasnya kelebihan cairan
5 (tidak terganggu) edema, jika ada 5. Bisa dilakukan
2. 6. Dukung pasien dan dengan terapi
dan output dalam 24 keluarga untuk dialisis
jam dipertahankan membantu dalam 6. Agar pasien tetap
53
pada skala 2 pemberian makan yang semangat dalam hal
(banyak terganggu) baik perawatan ataupun
ditingkatkan ke pengobatan
skala 4 (sedikit
terganggu)
3.
dipertahankan pada
skala 2 (banyak
terganggu)
ditingkatkan ke
skala 4 (sedikit
terganggu)
54
Kriteria Hasil: kualitas hidup (misalnya
dari mual misalnya
Nafsu makan nafsu makan, aktivitas,
pasien merasakan
1. Hasrat/ keinginan dan tidur)
tidak nafsu makan
untuk makan 3. Kurangi atau hilangkan
3. Mengetahui faktor
dipertahankan pada faktor-faktor yang
yang dapat
skala 2 (banyak bersifat personal yang
meningkatkan mual
terganggu) memicu meningkatkan
misalnya rasa cemas
ditingkatkan ke mual (misalnya
dan takut
skala 4 (sedikit kecemasan, takut,
4. Mengetahui berat
terganggu) kelelahan, dan
badan pasien
2. kurangnya pengetahuan)
sebelum sakit dan
dipertahankan pada 4. Timbang berat badan
sesudah sakit
skala 2 (banyak secara teratur
terganggu)
ditingkatkan ke
skala 4 (sedikit
terganggu)
4. Kamis 5 , Ketidakefektifan Tujuan : Monitor tanda-tanda vital
September perfusi jaringan Setelah dilakukan (6680)
55
2019 perier b.d gaya hidup asuhan keperawatan 1. Monitor tekanan darah,
1. Mengetahui
kurang gerak d.d selama 3 x 24 jam nadi, suhu, dan status
perkembangan
edema dan riwayat diharapkan perfusi pernafasan dengan cepat
tanda-tanda vital
penyakit diabetes jaringan perifer normal 2. Monitor tekanan darah,
pada klien
mellitus serta dengan nadi, dan pernafasan
2. Mengetahui tanda-
hipertensi Kriteria hasil: sebelu, selama, dan
tanda vital klien saat
Perfusi jaringan: perifer setelah beraktivitas
beraktivitas
1. Edema perifer dengan tepat
3. Mengetahui
dipertankankan 3. Identifikasi
penyebab dari
pada skala 2 kemungkinan penyebab
perubahan tanda-
(deviasi yang perubahan tanda-tanda
tanda vital klien
cukup besar) vital
ditingkatkan ke
skala 4 (deviasi
ringan)
2. Muka pucat
dipertankankan
pada skala 2
(deviasi yang
56
cukup besar)
ditingkatkan ke
skala 4 (deviasi
ringan)
57
ditingkatkan ke sesuai dengan indikasi
memudahkan pasien
skala 4 (sedikit 4. Instruksikan pasien
saat akan
terganggu) untuk mempertahankan
menggaruk tubuh
2. Eritema potongan kuku dalam
yang gatal
dipertahankan pada keadaan pendek
skala 2 (banyak 5. Instruksikan pasien
terganggu) untuk menggunakan
ditingkatkan ke telapak tangan ketika
skala 4 (sedikit menggosok area kulit
terganggu) yang luas atau cubit kulit
3. Wajah pucat dengan lembut
dipertahankan pada menggunakan area
skala 2 (banyak diantara ibu jari dan
terganggu) telunjuk untuk
ditingkatkan ke mengurangi rasa gatal
skala 4 (sedikit
terganggu)
58
6. Kamis 5 , Intoleransi aktivitas Tujuan : Terapi aktivitas (4310)
September b.d imobilitas d.d Setelah dilakukan 1. Pertimbangkan
1. Agar klien
2019 keletihan dan mudah keperawatan selama 3 x kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas
lelah saat 24 jam diharapkan berpartisipasi melalui
seperti dulu
beraktivitas aktivitas klien dapat aktivitas spesifik
2. Agar klien bisa
meningkat dengan 2. Bantu klien untuk
menyesuaikan
Kriteria hasil: memilih aktivitas dan
dengan
Tingkat kelelahan pencapaian tujuan
keinginannya
1. Kelelahan melalui aktivitas yang
tentang aktivitas
dipertahankan pada konsisten dengan
yang akan
skala 2 (cukup kemampuan fisik,
digunakan
berat) ditingkatkan fisiologis dan sosial
3. Agar klien tetap
ke skala 4 (ringan) 3. Bantu klien untuk tetap
fokus terhadap
2. Keletihan fokus pada kekuatan
aktivitas yang
dipertahankan pada yang dimilikinya
sedang diterapkan
skala 2 (cukup dibandingkan dengan
4. Agar klien bisa
berat) ditingkatkan kelemahan yang
memilih aktivitas
ke skala 4 (ringan) dimilikinya
sesuai dengan
3. Kegiatan sehari- 4. Bantu klien untuk
59
hari (ADL) mengidentifikasi
keinginan
dipertahankan pada aktivitas yang diinginkan
5. Agar klien bisa
skala 2 (cukup 5. Bantu dengan aktivitas
meningkatkan
berat) ditingkatkan fisik secara teratur
aktivitas fisik yang
ke skala 4 (ringan) (misalnya ambulasi,
sudah dipraktekkan
berpindah, berputar, dan
kebersihan diri) sesuai
dengan kebutuhan
60
terganggu) nyeri/ ketidaknyamanan,
menyebabkan
ditingkatkan ke dan frekuensi buang air
gangguan pola tidur
skala 5 (tidak kecil) keadaan yang
misalnya sumbatan
terganggu) mengganggu tidur
jalan nafas dan
2. Kualitas tidur 4. Atur rangsang
kelelahan yang
dipertahankan pada lingkungan untuk siklus
dirasakan pasien
skala 2 (banyak tidur yang normal
4. Supaya pasien lebih
terganggu) 5. Bantu untuk
cepat tidur dengan
ditingkatkan ke menghilangkan situasi
lingkugan yang
skala 5 (tidak stres sebelum tidur
kondusif
terganggu) 6. Ajarkan pasien untuk
5. Bisa menggunakan
3. Efisiensi tidur melakukan relaksasi otot
dengan cara
dipertahankan pada autogenik atau non
menganjurkan
skala 2 (banyak farmakologi untuk
relaksasi nafas
terganggu) memancing tidur
dalam sebelum tidur
ditingkatkan ke 7. Diskusikan dengan
6. Untuk mempercepat
skala 5 (tidak pasien dan keluarga
tidur
terganggu) terkait tehnik untuk
7. Supaya pasien dan
meningkatkan tidur
61
keluarga dapat
mempraktekkan
sendiri misalnya
pada saat pulang
dari rumah sakit
3.5 Catatan perkembangan
Diagnosa
No. Hari/Tanggal Implementasi keperawatan Evaluasi sumatif Paraf
keperawatan
1. Jumat /6, Ketidakefektifan 1. Memonitor status S: €
September pola nafas pernafasan dan oksigenasi - Pasien mengatakan sesak Ns. Danik
2019 2. Memposisikan cara yang dirasakan sudah
meringankan sesak nafas berkurang
3. Memotivasi pasien untuk - Pasien mengatakan tingkat
bernafas pelan, dalam dan kelelahan yang dirasakan
berputar sudah bisa berkurang
O:
- RR 22 x/menit
62
- Klien tampak tidak pucat
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Anjurkan pasien untuk tidur
dengan posisi kepala lebih
tinggi
2.. Jumat /6, Kelebihan 1. Memantau berat badan S: €
September volumen cairan pasien - Pasien mengatakan Ns. Danik
2019 2. Menjaga intake/ asupan perutnya sudah tidak
yang akurat pada pasien kembung lagi
3. Memantau tanda-tanda - Pasien mengatakan
vital pasien terdapat peningkatan
4. Memonitor indikasi jumlah buang air kecil
kelebihan cairan yaitu lebih dari 500 cc
5. Mangkaji lokasi dan O:
luasnya edema - TD 160/80 mmHg
6. Mendukung pasien dan - Hb 7,8 gr/dl
keluarga dalam pemberian - Kr 21,3 mg/dl
63
makan ataupun minuman - Ureum 220 mg/dl
yang baik A:
Masalah teratasi sebagian
P:
- Pantau TTV pasien
- Pantau edema pasien
- Ajarkan tehnik untuk
mengatur kelebihan cairan
64
4. Memantau berat badan Hentikan intervensi
pasien
4. Jumat /6, Ketidakefektifan 1. Mengidentifiksi penyebab S: - €
September perfusi jaringan dari perubahan tanda- O: Ns. Danik
2019 perifer tanda vital pasien Pasien tidak terlihat pucat lagi
2. Mamantau tanda-tanda A:
vital pasien Masalah teratasi
3. Memantau tanda-tanda P:
vital pasien sebelum, dan Hentikan intervensi
selama, setelah melakukan
aktivitas
5. Jumat /6, kerusakan 1. Menentukan penyebab S: €
September integritas kulit dari terjadinya pruritus - Pasien mengatakan rasa Ns. Danik
2019 2. Melakukan pemeriksaan gatal pada kulitnya sudah
fisik untuk menghilang
mengidentifikasi O:
terjadinya kerusakan kulit - Kulit pasien sudah
3. Memberikan obat normal dan tidak kering
antipruritik
65
4. Menginstruksikan pasien A:
untuk mempertahankan Masalah teratasi
potongan kuku dalam P:
keadaan pendek Hentikan intervensi
5. Menginstruksikan pasien
untuk menggunakan
telapak tangan saat ingin
menggosok area kulit
66
melakukan aktivitas O:
4. Membantu pasien dengan - pasien sudah mampu
melakukan aktivitas fisik dalam melakukan
secara teratur misalnya aktivitas secara perlahan
ambulasi, berpindah, dan A:
kebersihan diri sesuai Masalah teratasi sebagian
dengan kebutuhan P:
- Anjurkan pasien untuk
melakukan aktivitas yang
ringan
- Anjurkan pasien untuk
banyak istirahat
- Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas
apabila membutuhkan
bantuan
7. Jumat /6, Gangguan pola 1. Menentukan pola tidur S: €
September tidur klien - Klien mengatakan lebih Ns. Danik
2019 2. Menjelaskan pentingnya mudah memulai tidur,
67
tidur untuk penderita durasi tidur klien saat ini
gagal ginjal kronik ±5 jam
3. Memonitor pola tidur dan - Klien mengatakan pola
catat kondisi klien tidurnya sudah hampir
4. Mengatur rangsang teratur
lingkungan untuk siklus O:
tidur yang normal - Klien terlihat lebih segar
5. Membantu meningkatkan karena telah tercukupi
jumlah jam tidur kebutuhan tidur
6. Mengajarkan klien A:
melakukan relaksasi otot Masalah teratasi
autogenik atau non- P:
farmakologi lainnya untuk - TD 140/80 mmHg
memancing tidur - RR 20 x/menit
7. Mendiskusikan dengan - Nadi 86 x/menit
klien dan keluarga - Suhu 36,50C.
mengenai teknik untuk
meningkatkan tidur
68
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
4.2 Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
Aisara, S., S. Azmi., dan M. Yanni. 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 7(1): 42-50
Fahmia, N. I., Mulyati, T., dan Handarsari, E. 2012. Hubungan Asupan Energi
Dan Protein Tentang Status Gizi Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal
Gizi. Vol 1(1): 1-11.
Nuari, N. A., dan D. Widayati. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan dan
Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: CV Budi Utama.
70
Nurani, V. M., dan S. Mariyanti. 2013. Gambaran Makna Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Psikologi. Vol 11(1):
1-13.
Pranandari, R., dan W. Supadmi. 2015. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik Di
Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo. Vol 11(2): 316-320
71