LP+ Askep Sub Abaraknoid Hemoragic (SAH) Chio-3
LP+ Askep Sub Abaraknoid Hemoragic (SAH) Chio-3
LP+ Askep Sub Abaraknoid Hemoragic (SAH) Chio-3
H
DENGAN DIAGNOSA MEDIS SUB ABARAKNOID HEMORAGIC
(SAH) DI RUANG ICU RSUD DR. DORIS SILVANUS
PALANGKA RAYA
Oleh :
Chio Mikhael Pratama Putra
NIM : 2018.C.10a.0961
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit Imunisasi Campak.........................................................5
2.1.1 Definisi Imunisasi Campak..............................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi.............................................................................5
2.1.3 Etiologi...........................................................................................13
2.1.4 Klasifikasi.......................................................................................15
2.1.5 Patofisiologi (Pathways).................................................................19
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................21
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................22
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................24
2.1.9 Penatalaksanaan Medis...................................................................26
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan (Teoritis)............................................30
2.3.1 Pengkajian Keperawatan................................................................30
2.3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................33
2.3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................34
2.3.4 Implementasi Keperawatan............................................................40
2.3.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................41
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................42
3.1 Pengkajian................................................................................................42
3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................58
3.3 Intervensi ................................................................................................59
3.4 Implementasi dan Evaluasi......................................................................63
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................71
4.1 Kesimpulan..............................................................................................71
4.2 Saran........................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................74
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insiden SAH diseluruh dunia diperkirakan 9/100.000 orang pertahun dengan
variasi local (D'Souza 2015) (de Rooij, et al. 2007). Pada tinjauan sistematis
ditemukan insiden tinggi di Finlandia (19,7/100.000/orang/tahun) dan Jepang
(22,7/100.000 orang /tahun) sedangkan insiden rendah dilaporkan di China
(2/100.000 orang/tahun) (D'Souza 2015) (Connolly, et al. 2012) (Lawton and Vates
2017) Terjadi perbedaan insiden aSAH berdasarkan pada ras dan etnis, dimana orang
kulit hitam dan hispanik memiliki insiden lebih tinggi daripada orang kulit putih
amerika (Connolly, et al. 2012) Resiko terjadinya aSAH terutama pada penderita
tekanan darah tinggi, perokok, peminum dan wanita serta usia 40 - 60 tahun (de
Rooij, et al. 2007). Insiden kasus baru SAH di Amerika Serikat terdapat sekitar
30.000 pertahun atau 10/100.000 orang/tahun. Kejadian SAH hanya 5% dari semua
stroke tetapi mempunyai angka kematian dan tingkat kecacatan permanen yang tinggi
(D'Souza 2015) (Marder, et al. 2014) (Macdonald and Schweizer 2017).
Penyebab SAH ada 2 yaitu trauma dan non trauma. Pada tulisan ini kita
membahas kasus SAH non trauma, SAH non trauma terbanyak adalah pecahnya
aneurisma (75%- 85%), merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan
perawatan neurokritikal, sedangkan Iskemi cerebral tertunda (DCI) merupakan
komplikasi serius dari SAH dan berhubungan dengan hasil neurologis yang
merugikan. Vasospasme serebral adalah penyebab utama terjadinya DCI (Frontera, et
al. 2009) (Siasios, Kapsalaki and Fountas 2013), kejadiannya setelah >72 jam setelah
perdarahan dan paling sering terjadi pada hari ke 7-8 setelah perdarahan (Pluta,
Schwartz and Zhang 2009).
Perkembangan DCI melibatkan vasospasme arteriolar dini dengan
mikrothrombosis, mikro emboli, respon inflamasi. Pada awal terjadinya SAH,
tekanan darah dari tekanan yang tinggi ke ruang subarachnoid yang relative rendah
dan bertekanan terbatas. Tekanan perfusi (perfusion pressure) dan aliran darah (blood
flow) turun secara drastis menyebabkan iskemia. Penurunan aliran ini bermanifestasi
secara klinis sebagai hilangnya keasadaran. Darah di ruang subarachnoid selanjutnya
ke basal cysterna dan masuk ke ventrikel, dimana darah tersebut menghambat
sirkulasi dan resorbsi cairan serebrospinalis (CSF). Ini dikombinasikan dengan efek
massa (darah) pada otak secara sekunder meningkatkan ICP. Edema otak dapat
dilihat pada 8% pasien sebagai akibat dari cidera otak awal dan behubungan dengan
penurunan fungsi kognitif (Foreman 2016).
Pencegahan terjadinya DCI adalah tujuan dari terapi pada pasien SAH,
nimodipin sebagai kalsium channel antagonis, obat ini bekerja memblokir calcium
channel type L sehingga mencegah masuknya calcium kedalam sel otot polos
pembuluh darah sehingga mencegah terjadinya vasokontriksi (Das and Zito 2019).
Nimodipin adalah satu satunya intervensi farmakologi yang sejauh ini dikaitkan
dengan hasil yang lebih baik pada pasien SAH (Lawton and Vates 2017).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu : Bagaimana pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pada Tn. H dengan
diagnosa medis Sub abaraknoid hemoragic di ruang ICU dr. Doris sylvanus palangka
Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan asuhan
keperawatan pada Tn. H dengan diagnosa medis Sub abaraknoid hemoragic di ruang
ICU dr. Doris sylvanus palangka Raya dengan menggunakan proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan
pada Tn. H dengan diagnosa medis Sub abaraknoid hemoragic di ruang ICU
dr. Doris sylvanus palangka Rayaf .
1.3.2.3 Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengkajian pada dengan diagnosa medis
Tn. H dengan diagnosa medis Sub abaraknoid hemoragic di ruang ICU dr.
Doris sylvanus palangka Rayaf.
2.3.2.3 Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada Tn. H dengan diagnosa medis
Sub abaraknoid hemoragic di ruang ICU dr. Doris sylvanus palangka Rayaf.
3.3.2.3 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah
pada dengan diagnosa medis Tn. H dengan diagnosa medis Sub abaraknoid
hemoragic di ruang ICU dr. Doris sylvanus palangka Rayaf.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada Tn. H dengan diagnosa medis Sub abaraknoid hemoragic di ruang ICU
dr. Doris sylvanus palangka Rayaf.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang
dilakukan pada Tn. H dengan diagnosa medis Sub abaraknoid hemoragic di
ruang ICU dr. Doris sylvanus palangka Rayaf.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada Tn. H dengan diagnosa
medis Sub abaraknoid hemoragic di ruang ICU dr. Doris sylvanus palangka
Rayaf.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit secara benar dan
bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan, referensi dan tolak ukur tingkat kemampuan
mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian
proses keperawatan khususnya bagi mahasiswa STIKes Eka Harap dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit sehingga dapat
diterapkan di masa yang akan datang.
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan
mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan melalui Asuhan
Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatanjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Subarachnoid hemorrhage adalah pendarahan ke dalam ruang (ruang
subarachnoid) diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid
mater) para jaringan yang melindungan otak (meninges). Perdarahan subarachnoid
adalah keadaan terdapatnya darah atau masuknya darah ke dalam ruang subarachnoid
(Dr.hartono, Kapita Selekta Neurologi ).
Perdarahan subarachnoid terjadi sebagai akibat kebocoran nontraumatik atau
ruptur aneurisma kongenital pada circulus anterior cerebralis atau yang lebih jarang
akibat arteriovenosa. Gejala timbul dengan onset mendadak antara lain nyeri kepala
hebat, kaku pada leher, dan kehilangan kesadaran (Richard, Neuro anatomi Klinik).
Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan tiba – tiba ke dalam rongga diantara otak
dan selaput otak ( rongga subarachnoid ). Perdarahan subarachnoid merupakan
penemuan yang sering pada trauma kepala akibat dari yang paling sering adalah
robeknya pembuluh darah leptomeningeal pada vertex dimana terjadi pergerakan otak
yang besar sebagai dampak , atau pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh
darah serebral major ( Sitorus, SistemVentrikel dan Liquor Cerebrospinal ).
2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya perdarahan subarachnoid dapat dibagi menjadi dua, yaitu
traumatik dan non traumatik. Perdarahan subarachnoid traumatik terjadi akibat cedera
kepala berat, misalnya karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh, atau tertimpa benda
pada kepala. Cedera berat ini dapat mengakibatkan pembuluh darah di selaput
meningen pecah dan menyebabkan perdarahan subarachnoid.
Perdarahan subarachnoid dapat terjadi tanpa didahului oleh cedera dan muncul
secara tiba-tiba. Penyebab terjadinya perdarahan subarachnoid non traumatik ini,
paling sering adalah pecah aneurisma otak. Aneurisma pada pembuluh darah otak
menyebabkan pembengkakan dan menipisnya dinding pembuluh pembuluh darah.
Pembuluh darah yang menipis akibat aneurisma dapat pecah dan menyebabkan
perdarahan, serta membentuk gumpalan darah di ruang subarachnoid selaput
meningen. Perdarahan subarachnoid non traumatik juga dapat terjadi akibat kelainan
pembuluh darah (malformasi arteri vena), konsumsi obat pengencer darah, dan
kelainan pembekuan darah.
Seseorang dapat lebih mudah mengalami perdarahan subarachnoid jika memiliki
faktor-faktor, seperti:
a. Kebiasaan merokok.
b. Hipertensi.
c. Kecanduan alkohol.
d. Riwayat perdarahan subarachnoid di dalam keluarga.
e. Penyakit ginjal polikistik.
f. Penyakit liver.
g. Tumor otak, baik ganas maupun jinak, yang berdampak kepada pembuluh
darah.
h. Infeksi pada otak (ensefalitis).
i. Fibromuscular dysplasia, yaitu kondisi langka yang menyebabkan
penyempitan pembuluh darah.
j. Penyakit Moyamoya, yaitu kondisi langka yang menyebabkan penyumbatan
pada pembuluh darah di otak.
k. Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis).
2.1.4 Klasifikasi
Perdarahan subaraknoid terbagi atas :
1. Perdarahan subaraknoidal spontan primer (spontan non-trauma dan
nonhipertensif), yakni perdarahan bukan akibat trauma atau dari perdarahan
intraserebral.
2. Perdarahan subaraknoidal sekunder, adalah perdarahan yang berasal dari
luar subaraknoid, seperti dari perdarahan intraserebral atau dari tumor otak.
Menurut skala botterell dan hunt and hess, perdarahan subarakhnoid dapat
dibagi menjadi beberapa kelas (grade), yaitu:
1. Kelas I Asimptomatik atau sakit kepala ringan
2. Kelas II Sakit kepala sedang atau berat atau occulomotor palsy
3. Kelas III Bingung, mengantuk atau gejala fokal ringan
4. Kelas IV Stupor (respon terhadap rangsangan nyeri)
5. Kelas V Koma (postural atau tidak respon terhadap nyeri)
Kelas I dan II memiliki prognosis yang baik, kelas III memiliki prognosis
yang menengah, kelas IV dan V memiliki prognosis yang buruk.
2.1.5 Patofisiologi (WOC)
Subarachnoid hemoragik(SAH) adalah suatu keadaan dimana terjadi
perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.Subarachnoid
hemoragik terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga
terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya
disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation (AVM).
Subarachnoid hemoragikdisertai oleh meningitis aseptik dan gangguan
aktifitas serebrovaskuler. Defisit neurologis yang terjadi merupakan akibat dari
perusakan jaringan otak oleh darah atau akibat adanya darah di dalam ruang
subarakhnoid. Darah di dalam ruang subarakhnoid, khususnya di sisterna basalis,
dapat menginduksi terjadinya vasospasme. Vasospasme yang berlanjut dapat
menyebabkan terjadinya infark serebri sekunder, yang mengakibatkan semakin
luasnya kerusakan jaringan otak.
Aneurisma merupakan salah satu penyebab terjadinya subarachnoid
hemoragik. Dimana aneurisma merupakan luka yang yang disebabkan karena tekanan
hemodinamic pada dinding arteri percabangan dan perlekukan. Saccular atau biji
aneurisma dispesifikasikan untuk arteri intracranial karena dindingnya kehilangan
suatu selaput tipis bagian luar dan mengandung faktor adventitia yang membantu
pembentukan aneurisma.Suatu bagian tambahan yang tidak didukung dalam ruang
subarachnoid.Penyebab tersering subarachnoid hemoragikspontan adalah rupturnya
suatu aneurisma sakular. Dinding aneurisme sakular terdiri atas jaringan padat kaya
kolagen yang berasal dari tunika intima dan adventisia pembuluh asal. Tunika media
biasanya berakhir mendadak di leher aneurisma. Lumen aneurisma mungkin
mengandung thrombus. Aneurisma dapat menekan struktur di dekatnya dan
menimbulkan gejala yang berkaitan dengan efek masa lokal. Rupturnya aneurisma
sakular biasanya terjadi di fundus yang berdidinding tipis. Bergantung pada
lokasinya, ruptur dapat menyebabkan perdarahan kedalam ruang subaracnoid dan
parenkim otak disekitarnya. Infark parenkim otak juga dapat terjadi pada kasus
perdarahan subaracnoid yang mungkin disebabkan akibat spasme arteri.
6. SarafVIII;pendengaranmengalamiperubahan
7. SarafIXdanX:kemampuanmenelankurangbaikdankesulitandalammembu
kamulut
8. SarafXI: klien tidak mampu mobilisasi
9. SarafXII: indrapengecapanmengalamiperubahan
e. Blader
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi,
inkontinensiauri,ketidakmampuan menahan miksi.
f. Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual,
muntah(mungkinproyektil),kembungdanmengalamiperubahanselera.Gangguanm
enelan(disfagia)danterganggunyaproseseliminasialvi.
g. Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi.
Padakondisiyanglamadapatterjadikontrakturkarenaimobilisasidandapat pula
terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonisyang terjadi
karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf diotak dengan refleks
pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunantonus otot
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1 Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan energi (D.0005. Halaman 26).
2.3.1.2 Risiko Perfusi Jaringan Serebral tidak efektif berhubungan dengan Penurunan
aliran darah keotak(D.0017) Hal.51
2.3.1.3 Nyeri Akut berhubungan dengan Terputusnya kontinuitas jaringan,penekanan
resepto rnyeri (D.0077) Hal.172
2.3.1.4 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi secret
(D.0001) Hal.18
2.3.1.5 Resiko Infeksi berhubungan dengan Risiko perfusi serebral tidak efektif
berhubungan dengan Kerusakan jaringan otak irreversibel (D.0142)
2.3.1.6 Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Penurunan kesadaran dan motoric
(D.0109) Hal. 240.
1.2.3. Intervensi Keperawatan
Menurut SIKI DPP PPNI, 2018 intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian krisis untuk
mencapai luaran (outcome) yang di harapkan, sedangkan tindakan keperawatan adalah
prilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimpementasikan
intervensi keperawatan. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia menggunakan sistem
klasifiksai yang sama dengan SDKI. Sistem klasifikasi diadaptasi dari sistem klasifikasi
international classification of nursing precite (ICNP) yang dikembangkan oleh International
Council of Nursing (ICN) sejak tahun 1991.
Komponen ini merupakan rangkaian prilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. tindakan-tindakan pada intervensi
keperawatan terdiri atas observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi (Berman et al, 2015:
Potter dan Perry, 2013; Seba, 2007; Wilkinson et al, 2016).
Dalam menentukan intervensi keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan
beberapa faktor yaitu: karakteristik diagnosis keperawatan, luaran (outcome) keperawatan
yang diharapkan, kemampulaksanaan intervensi keperawatan, kemampuan perawat,
penerimaan pasien, hasil penelitian.
Dengan adanya Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) maka perawat dapat
menentukan intervensi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah terstandar
sehingga dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, seragam secara nasional,
peka budaya, dan terukur mutu pelayanannya.
Nama Pasien : Tn M
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan ( halaman 95, L.01004 ) ( halaman 185, I.01011 )
1. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 jam 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Efektif berhubungan di harapkan masalah keperawatan Pola Napas 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
dengan penurunan Tidak Efektif dapat teratasi dengan kriteria wheezing, ronkhi kering)
energi (D.0005. hasil : 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Halaman 26). 1. Ventilasi semenit meningkat(5) 4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
2. Kapasitas vital meningkat(5) chin-lift (jaw-trust jika curiga trauma servikal)
3. Diarmeter thotaks anterior – posterior 5. Posisi semi – fowler atau fowler
meningkat(5) 6. Berikan minuman hangat
4. Tekanan ekspirasi meningkat(5) 7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Tekanan inspirasi meningkat(5) 8. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
6. Dipsnue menurun (5) 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
7. Penggunaan otot bantu napas menurun(5) endotrakeal
8. Pemanjangan fase ekspirasi menurun(5) 10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
9. Ortopnea menurun(5) 11. Berikan oksigen, jika perlu
10. Pernapasan pursed – lip menurun(5) 12. Anjurkan asupan cairan 2.000 ml/hari , jika tidak
11. Pernapasan cuping hidung menurun(5) terkontaindikasi
12. Frekuensi napas membaik(5) 13. Ajarkan teknik batuk efektif
13. Kedalaman napas membaik(5) 14. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
14. Ekskursi dada membaik(5) mukolitik, jika perlu
Diagnosa
Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Keperawatan
2. Risiko Perfusi Setelah dilakukan Intervensi 1x7 Jam maka Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (SIKI
Jaringan Perfusi Perifer Serebral membaik, dengan I.06194 Hal. 205)
Serebral tidak kriteria hasil : Observasi :
efektif (SLKI L.02014 Hal.86) 1. Identifikasipenyebab peningkatan TIK (mis. Lesi,
berhubungan 6. Tingkat kesadaran meningkat (5) gangguan metabolisme, edema serebral)
dengan 7. Tekanan intra kranial menurun (5) 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan
Penurunan aliran 8. Sakit kepala menurun (5) darah meningkat,tekanan nadi melebar, bradikardia, pola
darahk eotak 9. Agitasi menurun (5) napas ireguler, kesadaran menurun)
(D.0017) Hal.51 10. Demam menurun (5) 3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
11. Tekanan darah sistolik membaik (5) 4. Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
12. Tekanan darah diastolik membaik (5) 5. Monitor PAWP, jika perlu
13. Gelisah Menurun (5) 6. Monitor PAP, jika perlu
14. Kecemasan Menurun (5) 7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
15. Kognitif Meningkat (5) 8. Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
9. Monitor gelombang ICP
10.Monitor status pernapasan
11.Monitor intake cairan dan output cairan
12.Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna,
konsistensi)
Terapeutik :
1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver Valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
3. Kolaborasai pemberian pelunak tinja, jika perlu
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Keperawatan
Setelah dilakukan Intervensi 1x7 Jam maka Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal.201)
3 Nyeri Akut
Nyeri Klien menurun, dengan Kriteria Hasil : Observasi :
berhubungan dengan
(SLKI L.08066 Hal.145) 1. Indetifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Terputusnya
1. Keluhan Nyeri Menurun (5) kualitas, intensitas nyeri
kontinuitas
2. Gelisah Menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
jaringan,penekanan
3. TTV Membaik (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
reseptor nyeri
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
(D.0077) Hal.172
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
4. meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
34
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jl. Beliang No. 110 Telp / Fax (0536) 3227707
3.1PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : dayak / indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : menikah
Alamat : jl. Nusa / tangkiling
Tgl MRS : 06.10.2021
Diagnosa Medis : post op EVD kancher point
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
36
nyeri dada. Pernafasan spontan, tipe pernapasan dada dan perut, irama napas teratur,
tidak sesak nafas saat aktivitas maupun istirahat.
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Penurunan kapasitas adavtif intracranial
Uji Koordinasi :
37
Patella : Klien tidak dapat dikaji
Akhiles : Klien tidak dapat dikaji
Refleks Babinski : Klien tidak dapat dikaji
Refleks lainnya : Klien tidak dapat dikaji
Uji sensasi : Pasien disentuh tidak bisa merespon
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Resiko ferifer tidak efektif
3.2.7 ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urine : 150 ml/24x/hr, Tidak ada masalah/lancer
Warna : Kuning
Bau : Amoniak, Oliguria (+), terpasang kateter
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.8 ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan Faring
Bibir : Bibir tampak pecah-pecah
Gigi : Gigi pasien tampak kotor Gusi
: Klien tidak dapat dikaji
Lidah : Lidah tampak kotor
Mukosa : Lembab dan berwarna merah muda
Tonsil : Klien tidak dapat dikaji Rectum
: Klien tidak dapat dikaji
Haemoroid : Klien tidak dapat dikaji
BAB : Klien tidak dapat dikaji
Nutiris :
TB :
BB sekarang : 70 Kg
BB Sebelum sakit : 70 Kg
IMT : BB/TB² :
Diet : klien diberikan diet susu 4 x50 ml, ada mual muntah. Kesukaran
menelan, klien tidak dapat menelan dikarenakan dalam kondisi tidak sadar
Diet Khusus : Tidak ada
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari 3 x/hari 3x/hari
RADIOLOGI
Tampak lesi perdarahan pada parenkim frontoparietal ukuran lk 3 x 2,5 x 1,5 cm,
dengan edema perifokal dan midline shif minimal ke kiri.
Tampak lesi perdarah hiperedens dalam system ventrikel yang melebar
Sulcy dahn gyri corticalis frontoparietal bilateral, fissura sylvii bilaterale dan fissura
interhemisfer tampak terisi lesi hiperdens.
Jaringan lunak ekstra calvaria, dan calvaria masih memberikan bentuk dan densitas
yang normal
Pada perenkim cerebllum dan pons tidak menunjukkan densitas patologis.
Sistema ambiens dan basalis tampak normal
Daerah sela tursika dan jukstasella serta daerah “cerebello-pontin angle” masih
dalam batas normal
Mastoid air cell bilateral yang terscanning tampak normal.
Sinus paranasal : normal
Bulbus okuli dan ruang retrobulber bilateral dalam batas normal
Kesimpulan
Perdarahan intraserebri pada parenkin frontoparietalbilateral dengan edema
perifokal.
Perdarah intraventikuler dengan perdarahan subarachnoid pada frontoparietal
bilateral fissura sylvii bilateral dan perdarahan subdural pada fissure interhemisfere.
X-ray foto thorak AP :
Cor tampak membesar ke lateral kiri CTR 58%, aorta normal trachea di tengah
Sinues costofrenikus dan diafragma normal
Pulmo : hili normal, corakan bronkhovaskuler normal
Tidak nampak bercak infiltrat, ground glass opicaty atau konsolidasi.
Jaringan lunak dan tulang dinding dada tidak tampak kelainan.
41
b. PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Indikasi Dosis
Mecobalamin untuk mengatasi kekurangan vitamin B12. 500 gr
Ondancentron untuk mencegah mual dan muntah yang 8 mg
disebabkan oleh kemoterapi kanker, terapi
radiasi dan pembedahan.
Omeprazole Untuk mengurangi produksi asam di dalam 40 mg
lambung
Infus paracetamol untuk meredakan gejala demam dan nyeri 1 gr
pada berbagai penyakit seperti demam
dengue, tifoid, dan infeksi saluran kemih.
Injeksi deazefam Pemakaian jangka pendek pada ansietas 10 mg
atau insomnia, tambahan pada putus
alkohol akut, status epileptikus, kejang
demam, spasme otot.
Fenitoin untuk mencegah dan meredakan kejang 700 mg
pada penderita epilepsi.
Manitol untuk mengurangi tekanan dalam kepala 200 cc
karena pembengkakan di otak.
ANALISIS DATA
42
- perdarahan intraserebri pada subaraknoid
perenkin frontoparietal bilateral ↓
dengan edema perifokal. Risiko infeksi
- terdapat benjolan pada luka pasca
operasi, kulit tampak kemerahan
DS : Keluarga mengatakan pasien Arteri cerebri media Defsit Perawatan diri
mengalami penurunan kesadaran ↓
DO : Disfungsi N.XI (assesoris)
- gangguan mukulokeletal ↓
- ketidak berdayaan pasien Menurunnya fungsi motorik,
- pasien mengalami penurunan anggota gerak
kesadaran muskoloskeletal
- pasien tampak lemah ↓
-Pasien tampak bedres total skala Defisit keperawatan diri
aktivitas 4 (sangat tergantung dan
tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan
sandiri)
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d cidera kepala Gangguan Perfusi Jaringan
Serebral Tidak Efektif b.d cidera kepala d.d pasien mengalami penurunan
kesadaran, kesadaran somnolent,GCS : 7, RR : 16 x/mnt, N : 83 x/m S : 39,2 C
2. Gangguan Mobilitas Fisik Pasien tampak lemah berhubungan dengan ,pasien
mengalami penurunan kesadaran,tampak bedres total skala aktivitas 4 (sangat
tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan sandiri),
ADL pasien semua dibantu oleh perawat dan keluarga (mandi,berpakaian,toileting,
makan dan minum)
3. Resiko infeksi b.d perdarahan intraserebri pada perenkin frontoparietal bilateral
dengan edema perifokal. WBC : 16.14+[10^3/uL]
43
44
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. H
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan dengan kriteria hasil : 1. Monitor terjadinya kejang berulang 1. Memonitor keadaan pasien berapakali
jaringan serebral b.d Intervensi 1x7 Jam maka (SLKI L.02014 Hal.86) 2. Monitor tanda tanda vital terjadinya kejang
cidera kepala Perfusi Perifer Serebral 1. Tingkat kesadaran meningkat 3. Berikan alas empuk di bawah kepala 2. Untuk mengetahui tanda-tanda vital pasien
membaik. (5) 4. Pertahankan kepatenan jalan napas 3. Untuk memberikan kenyamanan pada
2. Tekanan intra kranial menurun 5. Anjurkan keluarga tidak menggunakan pasien
(5) kekerasan untuk menahan gerakan pasien 4. Agar tidak terjadi nya sesak napas
3. Sakit kepala menurun (5) 6. Kolaborasi pemberian antikolvunsan, 5. Agar pasien tidak merasa kesakitan saat
4. Tekanan darah sistolik terjadinya kejang
membaik (5) 6. Untuk terjadi nya penggumpalan darah
2. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan kriteria hasil : 1. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan 1. Untuk mengetahui kebutuhan pasien
b.d gangguan Intervensi 1x7 Jam maka (SLKI L.11103 Hal.81) 2. Monitor kebersihan tubuh 2. Melihat kebersihan pasien
mukulokeletal, Perawatan diri pasien 1. Mempertahankan 3. Sediakan peralatan mandi 3. Menyediakan peralatan mandi untuk
ketidak berdayaan bersih dengan kriteria hasil kebersihan diri Meningkat 4. Sediakan lingkungan yang aman dan pasien
pasien (5) nyaman 4. Menjaga privasi pasien agar pasien aman
2. Mempertahankan 5. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri dan nyaman
kebersihan mulut 6. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan 5. Agar kebersihan pasien terjaga
Meningkat (5) pasien, 6. Agar keluarga dapat membantu kebersihan
3. Kemampuan mengenakan pasien
pakaian meningkat (5)
3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan (SLKI L.14137 Hal.139) 1. Monitor tanda-tanda infeksi 1. Memantau terjadinya infeksi
supresi respon Intervensi 1x7 Jam maka 1. Kemerahann menurun 2. Lepaskan balutan dan plester secara 2. Agar tidak terjadinya infeksi
inflamasi Risiko Infeksi menghilang 2. Bengkak menurun perlahan 3. Untuk mempermudah pengobatan
dengan kriteria hasil : 3. Kadar seldarah putih membaik 3. Cukur rambut di sekitar daerah luka 4. Agar tidak terjadinya infeksi
4. Demam menurun 4. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan 5. Agar mengetahui tanda dan gejala infeksi
drainase 6. Untuk mencegah infeksi
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Kolaborasi pemberian antibiotik
45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tangga
Tanda tangan dan
l Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Jam
Jum’at 1. Memonitor terjadinya kejang berulang S:-
08/10/2021 2. Memonitor tanda tanda vital O:
3. Memberikan alas empuk di bawah kepala - Pasien tampak belum sadar
4. Mempertahankan kepatenan jalan napas -
5. Menganjurkan keluarga tidak menggunakan TTV
kekerasan untuk menahan gerakan pasien -RR : 16X/M
6. Berkolaborasi pemberian antikolvunsan, jika perlu -N : 83/M
- S 39,2 C゜
TD : 169/91 mmHg
GCS : 7
46
Jum’at 1. Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan S:-
08/10/2021 2. Memonitor kebersihan tubuh O:
3. Menyediakan peralatan mandi - pasien tampak bersih
4. Menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman - mulut pasien tampak sedit bau
5. Mempertahankan kebiasaan kebersihan diri - pasien masih belum mampu menggunakan pakaian
6. Mengajarkan kepada keluarga cara memandikan
pasien, jika perlu A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan , 4, 5
47
Jum’at 1. Memonitor tanda-tanda infeksi S:-
08/10/2021 2. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan O:-
3. Mencukur rambut di sekitar daerah luka - Tampak sekitar luka masih berwarna merah
4. Mengganti balutan sesuai jumlah eksudat dan - Tampak masih ada benjolan di luka
drainase - Kadar seldarah putih belum membaik
5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi A : Masalah teratasi sebagian
6. Berkolaborasi pemberian antibiotik P : Lnjutkan Intervensi 3
48
CATATAN PERKEMBANGAN
49
Daftar Pustaka
Harsono .dr. DSS, 2007, kapita Selekta Neurologi. Fakultas kedokteran gajah Mada, gajah
mada University Press.Yogyakarta.
Muittaqin, arif. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Persarafan. Jakarta:
salemba Medika . 2008.
Hartono .Kapita Selekta Neurologi gadjahmada University Press. Yogyakarta. 2009.
Snell, Richard. Neuroanatomi Klinik Edisi 5. Jakarta: EGC. 2007
Greenberg, Michael. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid 1. Jakarta:
Erlangga. 2004.
Ginsberg, Lionel. Neurologi Edisi 8. Jakarta: Erlangga. 2008 Hal 69.
Waxman, Stephen. 26th Edition Clinical Neuroanatomy. Mc Graw Hill Medical:
America. 2010
PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator diagnostik
keperawatan, Edisi 1 Jakarta:DPP PPNI
PPNI (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia: Definisi dan Tindakan
keperawatan, Edisi 1 Jakarta:DPP PPNI
50