Proposal Tesis TGK Miswar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Proposal Tesis

PERAN GURU PAI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER


SISWA DI SMPN 2 SIGLI

DIAJUKAN

OLEH:

MISWAR SAPUTRA

Mahasiswa Pascasarjana
Jurusan Pendidikan Agama Islam

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2017

1
2

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan (sekolah) merupakan salah satu faktor pembentuk religiusitas

seseorang. Pendidikan di sekolah terutama pendidikan agama mempunyai peranan

yang sangat besar di dalam membentuk religiusitas seseorang. Pengalaman agama

yang ia peroleh (pernah lakukan) disekolah mempunyai dampak yang cukup besar

dalam praktek keagamaan seseorang di dalam kehidupan sehari-hari.

Fungsi utama sekolah adalah sebagai media untuk merealisasikan pendidikan

berdasarkan tujuan pemikiran, akidah, syari’at demi terwujudnya penghambaan diri

kepada Allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat ayau

potensi manusia sesuai dengan fitrahnya sehingga manusia terhindar dari berbagai

penyimpangan. Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam usaha membentuk

manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT, menghargai dan mengamalkan

ajaran agama dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam upaya mencapai pendidikan agama Islam berkualitas, harus dimulai

dengan guru pendidikan agama Islam yang berkualitas. Upaya meningkatkan kualitas

pendidikan agama Islam tanpa memperhitungkan guru agama Islam secara nyata,

hanya akan menghasilkan satu fatamorgana atau sesuatu yang semu dan tipuan belaka.

Guru pendidikan agama Islam merupakan unsur utama dalam keseluruhan

proses pendidikan agama Islam. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan

muluk karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan ditentukan

oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan yaitu guru.

Sosok guru yang berkarakter kuat dan cerdas diharapkan mampu mengemban

amanah dalam mendidik peserta didiknya. Untuk menjadi guru atau tenaga pendidik

yang handal harus memiliki seperangkat kompetensi. Kompetensi utama yang


3

harus melekat pada tenaga pendidik adalah nilai-nilai keamanahan, keteladanan dan

mampu melakukan pendekatan pedagogis serta mampu berfikir dan bertindak tegas.

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Ditengah-tengah perkembangan dunia yang begitu cepat dan semakin canggih,

prinsip-prinsip untuk membangun etika, nilai dan karakter peserta didik tetap harus

dipegang. Akan tetapi perlu dilakukan dengan cara yang berbeda atau kreatif sehingga

mampu mengimbangi perubahan kehidupan. Guru harus memiliki komitmen

yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi

dan kebutuhan peserta didik. Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta didik

untuk bisa menangkap peluang dan kemajuan dunia dengan perkembangan ilmu dan

teknologi.

Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit sebagian generasi

muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya

kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, kriminalitas kekerasan dan aneka

perilaku kurang terpuji lainnya. Dilain pihak, tidak sedikit dari generasi muda yang

1
UU Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 3.
4

gagal menampilkan akhlak terpuji (akhlak mahmudah) sesuai harapan orang tua.

Kesopanan, sifat- sifat ramah, tenggang rasa, rendah hati, suka menolong, solidaritas

sosial dan sebagainya yang merupakan jati diri bangsa berabad-abad seolah-olah

kurang begitu melekat secara kuat dalam diri mereka.

Guna mengatasi degradasi moral anak bangsa, saat ini pemerintah dan rakyat

Indonesia tengah gencar mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi

pendidikan; mulai dari tingkat dini (PAUD), sekolah dasar (SD/MI), sekolah

menengah (SMA/MA), hingga perguruan tinggi. Melalui pendidikan karakter yang

diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan krisis degradasi karakter

atau moralitas anak bangsa ini bisa segera diatasi. Lebih dari itu, diharapkan dimasa

yang akan dating terlahir generasi bangsa dengan ketinggian budi pekerti atau karakter.

Sistem pendidikan yang dikembangkan di Aceh berdasarkan Qanun No. 23

tahun 2002 tentang sistem pendidikan nasional yang berbasis Islami, yaitu sistem

pendidikan yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan hadits, nilai-nilai sosial budaya

masyarakat Aceh, dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu salah satu

prioritas kebijakan dalam rencana strategi pendidikan Aceh adalah menetapkan dan

mengembangkan sistem pendidikan berbasis Islami. Salah satu keistimewaan Aceh

dalam bidang pendidikan adalah adanya kewenangan untuk membentuk sistem

pendidikan yang berbasis kepada nilai-nilai Islami. Dengan lahirnya Qanun Aceh No.

5 tahun 2008 tentang penyelenggaraan pendidikan di Aceh, di mana didasarkan

pertimbangan disebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan di Aceh disesuaikan

dengan kekhususan karakteristik dan budaya masyarakat Aceh yang Islami.2

2
Majelis Pendidikan Daerah, Provinsi NAD, Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Penyelanggaraan Pendidikan 2009. MPD NAD, hlm. 1.
5

Dengan demikian, proses pembentukan karakter peserta didik harus didasarkan

kepada nilai-nilai Islami. Sehingga fungsi-fungsi dari pendidikan akan mewujudkan

masyarakat Aceh yang berperadaban dan bermartabat. Hal ini juga dapat diharapkan

akan melahirkan siswa yang berakhlak mulia, sebagaimana ditetapkan dalam pasal 4

Qanun No. 5 tahun 2008, di mana tujuan pendidikan Aceh yang pertama adalah

beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.3 Untuk itu, jelaslah memperlihatkan bahwa

tujuan utama adalah terbentuknya siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT. Sementara unsur kecerdasan dan pengetahuan merupakan unsur yang

selanjutnya setelah akhlak yang mulia.

Selama ini pendidikan yang dikembangkan lebih menekankan pada aspek

kognitif saja, kurang memperhatikan sisi afektif dan psikomotorik siswa. Pelajaran

agama seringkali dimaknai secara dangkal dan tekstual. nilai-nilai agama yang ada

hanya dihafal dan tidak diamalkan, padahal nilai-nilai religiusitas tidak hanya

tampak ketika seseorang melakukan praktek ritual peribadatan saja, seperti shalat,

berdo’a, puasa, zakat dan haji. Namun nilai religiusitas nampak pada semua aktifitas

keseharian seseorang yang mencerminkan unsur aqidah, ibadah dan akhlak.

Pengelolaan pendidikan yang tidak serius akan memberikan dampak negatif

terhadap keberhasilan pendidikan. Dewasa ini pendidikan di Indonesia belum dapat

membawa kepada penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan akhlak maupun

moralitas bangsa.

Disini peranan guru pendidikan agama Islam sangatlah penting untuk

menanamkan pendidikan karakter pada siswa. Guru sebagai suri tauladan bagi siswa-

3
Majelis Pendidikan Daerah, Provinsi NAD, Qanun Aceh…, hlm. 10.
6

siswanya dalam memberikan contoh karakter yang baik sehingga bisa mencetak dan

membentuk generasi yang memiliki kepribadian baik pula. Hal ini sesuai dengan

firman Allah SWT.

َ ‫سو ِل هللاِ أُس َْوة ٌ َح‬


‫سنَةٌ ِل َم ْن كانَ يَ ْر ُجوا هللاَ َو ْاليَ ْو َم ْاْل ِخ َر َو ذَ َك َر هللاَ َكثيرا‬ ُ ‫لَقَ ْد كانَ لَ ُك ْم في َر‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (ramat Allah dan (Kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S AL-Ahzab: 21).

Pembinaan karakter peserta didik disekolah oleh guru pendidikan agama Islam

merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka pembentukan karakter peserta

didik yang identik dengan pembinaan akhlak mulia. Metode keteladanan dan

pembiasaan yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam sangat berpengaruh

terhadap kejiwaan siswa. Jika nilai religius sudah tertanam dalam diri siswa dan di

pupuk dengan baik maka dengan sendirinya akan tumbuh menjadi pribadi yang

baik.

Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan di SMPN 2 Sigli terlihat bahwa

adanya sinyal-sinyal siswa yang masih berperilaku kurang sopan dan melanggar

peraturan sekolah. Hal ini terlihat dengan masih adanya siswa yang merokok dan juga

bolos sekolah. Penulis berhipotesis bahwa proses pembentukan karakter yang

dilakukan oleh guru belum sesuai dengan prosedur strategi, pendekatan, dan metode

yang baik dan maksimal di sekolah umum, khususnya di SMPN 2 Sigli.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti mencoba untuk meneliti

“PERAN GURU PAI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMPN 2

SIGLI”.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi dan batasan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana penerapan strategi guru PAI dalam pembentukan karakter siswa di

SMPN 2 Sigli?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru PAI dalam pembentukan

karakter siswa di SMPN 2 Sigli?

3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi kendala-

kendala dalam pembentukan karakter siswa di SMPN 2 Sigli?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang yang telah penulis sebutkan di atas, maka

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan penerapan strategi guru PAI dalam pembentukan

karakter siswa di SMPN 2 Sigli.

2. Untuk menemukan kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam

pembentukan karakter siswa di SMPN 2 Sigli.

3. Untuk mengatasi kendala-kendala guru PAI dalam pembentukan karakter

siswa di SMPN 2 Sigli.

D. Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:


8

1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis sebagai modal dasar untuk

mempersiapkan diri sebagai pendidik.

2. Sebagai sumbangan pemikiran untuk guru PAI dalam pembentukan karakter

siswa di sekolah, sehingga bisa menghasilkan dapat melahirkan siswa yang

berakhlakul karimah.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penyusunan sautu karya ilmiah, tujuan kepustakaan sangatlah

dibutuhkan agar menghasilkan penelitian akurat, ilmiah dan terpercaya. Oleh karena

itu perlu adanya tinjauaan terhadap kajian yang terdahulu, apakah terdapat

relevansinya dengan penelitian yang sedang dikaji.

Dari judul penulisan yang diangkat, ada beberapa penulisan yang secara

langsung dan tidak langsung dijadikan sebagai penunjang penyusunan tesis ini

diantaranya:

Jurnal Uri Wahyuni, 2015, yang berjudul Peran Guru dalam Membentuk

Karakter Siswa di SDN Jigudan Triharjo Pandak Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015,

menyimpulkan bahwa: Peran guru dalam membentuk karakter siswa berpengaruh

terhadap karakter yang ditampilkan siswa di SDN Jigudan; nilai-nilai karakter yang

terbentuk pada siswa di SDN Jigudan yaitu religius, jujur, disiplin, tanggung jawab,

kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca, toleransi, cinta damai,

demokratis, komunikatif, menghargai prestasi, nasionalisme, cinta tanah air, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan integritas; faktor pendukung dalam membentuk karakter

siswa adalah guru sudah paham secara benar mengenai konsep dan aplikasi pendidikan

karakter, sarana dan prasarana sekolah yang menunjang dalam pembelajaran dan
9

proses pendidikan karakter, dan guru berperan aktif dalam pendidikan karakter

sedangkan faktor penghambatnya adalah peserta didik yang mempunyai tabiat yang

kurang baik dan faktor keluarga, faktor lingkungan masyarakat yang kurang

mendukung.4

Selanjutnya jurnal Yolanda Ariska Puspitasari yang berjudul Peran Guru

dalam Pembentukan Karakter Siswa menyimpulkan bahwa: Guru dituntut sebagai

eduktor, transformator, inisiator, fasilitator, dan motivator dalam pembentukan

karakter siswa. Guru harus dapat menyampaikan nilai-nilai pendidikan karakter

hingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam dengan baik dalam diri siswa. Guru juga

harus dapat menjadi sumber inspirasi bagi siswa. Selain itu, guru harus mampu

menggerakkan minat dan perhatian siswa untuk dapat membentuk karakter yang baik

bagi dirinya.Guru perlu mengembangkan Urynilai-nilai karakter dalam dirinya. Guru

perlu memiliki karakter yang kuat dan positif untuk dapat membentuk siswa yang

berkarakter. Guru tidak hanya menjadi pendidik dan pengajar bagi siswa, namun

mereka mampu menjadi teladan bagi siswa.5

Selanjutnya jurnal Arwan Towaf Al Fikri Tahun 2015, yang berjudul Peran

Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Siswa SMAN 2 Sragen

Tahun Pelajaran 2014/2015 menyimpulkan bahwa: 1) Peran Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMAN 2 Sragen diantaranya:

Meningkatnya sumber daya guru pendidikan agama Islam, Mengembangkan

4
Uri Wahyuni, Peran Guru dalam Membentuk Karakter Siswa di SDN Jigudan Triharjo
Pandak Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015, 2015
5
Arwan Towaf Al Fikri, Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter
Siswa SMAN 2 Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015, 2015.
10

pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui kegiatan keagamaan, Membentuk

Bagian Kerohanian Islam (ROHIS), Menciptakan suasana islami di Sekolah,

Membangun kerjasama dengan masyarakat. 2) Dukungan dalam pembentukan

karakter siswa dari kepala sekolah, dukungan dari para guru, Dukungan dari para

siswa, Dukungan dari orang tua atau wali siswa, Dukungan dari masyarakat dan

Dukungan dari alumni. 3) Hambatan yang dihadapi guru pendidikan agama Islam

dalam pembentukan karakter siswa ada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

hambatan pada faktor internal antara lain: Terbatasnya alokasi waktu pembelajaran,

Padatnya jadwal kegiatan, Guru pendidikan agama Islam hanya Laki-laki, Sikap

kurang peduli sebagian guru terhadap kegiatan keagamaan di sekolah, Kurangnya

kreasi guru dalam metode pembelajaran. Hambatan pada faktor eksternal antara lain:

Kurang dukungan dari orang tua atau wali siswa dalam kegiatan keagamaan,

Pengaruh negatif lingkungan sekitar dan Pengaruh negarif dari teknologi dan

informasi.

Selanjutnya jurnal Suryadi, Tahun 2012, Pengembangan Karakter Sejak Usia

Dini Pada PAUD UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berkesimpulan bahwa: Model

pengembangan karakter pada anak usia dini di PAUD Griya Ananda UIN Sunan

Kalijaga ini semakin menguatkan teori bahwa pendidikan karakter itu harus ada

keterpaduan antara apa yang diajarkan pendidik di sekolah dengan pola pengasuhan

(parenting) yang dilakukan orang tua di rumah terhadap anak, juga dengan lingkungan.

Di PAUD ini semua unsur sekolah, mulai dari Kepala sekolah, guru, staf, bahkan

cleaning service sekalipun berperan menjadi role model karakter, seperti keramahan

(senyum), kehangatan, kedidiplinan, tanggung jawab, toleran, dan lain-lain. Dan


11

karakter yang dikembangkan ini juga selaras dengan core values UIN Sunan Kalijaga.

Di PAUD ini yang sangat menonjol adalah nilai karakter keramahan, toleran,

keteladanan, dan kepedulian.6

Selanjutnya Tesis Wardah dengan judul Strategi Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Pada SMP Negeri di Kabupaten Bireun menyimpulkan bahwa: guru PAI

pada SMP Negeri di Kabupaten Bireun sudah menerapkan strategi yang bagus dalam

pembelajaran bidang studi pendidikan Islam, adapun pendekatan yang dilakukan oleh

para guru di SMP Negeri di Kabupaten Bireun diantaranya seperti pendekatan

individual, pendekatan kelompok, pendekatan pembiasaan, pendekatan pengalaman,

pendekatan bervariasi dan pendekatan keagamaan.7

Selanjutnya buku-buku, jurnal tulisan-tulisan yang berkenaan dengan zakat

perniagaan yang sudah pernah ditulis orang, akan menjadi rujukan bagi peneliti untuk

penulisan tesis ini.

Berangkat dari kelima telaah pustaka tersebut, penelitian ini menempatkan

pada manajemen implementasi strategi dalam membentuk dan menanamkan

pendidikan karakter pada siswa. Karena sepengetahuan penulis cara mengatur dan

mengelola pelaksanaan strategi dalam membentuk karakter siswa belum ada yang

meneliti.

F. Metode Penelitian

6
Suryadi, Pengembangan Karakter Sejak Usia Dini Pada PAUD UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2012.
7
Wardah, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada SMP Negeri di Kabupaten
Bireun, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2016.
12

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu

masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas

terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode

penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.12

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan bersifat kualitatif yaitu: berupa pernyataan-

pernyataan untuk mendukung kevalidan data. Adapun untuk penelitian lapangan,

penulis menggunakan metode kualitatif.8 Metode penelitian kualitatif merupakan

metode penelitian yang temuan-temuanya tidak diproses melalui sistem statistik atau

bentuk hitungan lainnya, sebagian datanya bisa saja dihitung sebagaimana data sensus,

namun analisisnya bersifat kualitatif.9

Metode penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistic,

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut

juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan

untuk penelitian bidang antropologi budaya.10

Selanjutnya, data dan informasi yang diperoleh dalam bentuk lisan dan tulisan

tersebut dianalisis dengan memberikan pengayaan terhadap maknanya sedekat

8
Syamsuddin AR, Vismaia S. Damanik, Metode Pendidikan Bahasa, (Bandung: Rosda Karya,
2006), hlm. 73-74.
9
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, cet, ke-18, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 3.
10
Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
hlm. 7-8.
13

mungkin dengan wujud transkripnya. Deskripsi penelitian ini adalah berisi kutipan-

kutipan yang disusun dalam bentuk narasi dan situasi tertentu.11

Sedangkan ditinjau dari informasi (data) yang diperlukan penelitian bersifat

penelitian lapangan (field research) yang dilakukan pada guru PAI dalam

pembentukan karakter siswa, dan juga penelitian perpustakaan (library research)

untuk mendukung informasi yang didapatkan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Pidie. Pengambilan lokasi penelitian yaitu

di SMPN 2 Sigli, dikarenakan hasil pengamatan peneliti terdapat fenomena seperti

yang telah digambarkan pada latar belakang masalah sehingga lebih akurat dalam

memperolah data.

3. Jenis Dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari wawancara secara

langsung yaitu kepada para guru PAI yang mengajar secara individual.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, literatur, media

internet, dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

a. Wawancara. wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data secara

11
Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, (Jakarta:
Kalimasahada Press, 1996), hlm. 49.
14

lisan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh subjek

penelitian. Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab atau

menginformasikan kepada subjek penelitian dengan sistematis (wawancara

berstruktur). Adapun yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah guru

PAI pada SMPN 2 Sigli dimana peneliti melakukan penelitian. Disini

peneliti mewawancarai 2 (dua) orang guru pada sekolah tersebut.

b. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek

yang akan diteliti, dalam hal ini pengamatan langsung ke SMPN 2 Sigli,

untuk mengetahui perkembangan yang sebenarnya bukan sambilan atau

kebetulan saja.

c. Studi Dokumentasi

Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data tambahan dengan cara

menelaah sejumlah data tertulis yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam

penelitian ini dokomentasi yang dilihat adalah data-data yang berkaitan

dengan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar dan program

pembelajaran, hasil pembelajaran ssiwa dan data lainnya yang dibutuhkan

dalam penelitian ini.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu pada waktu penelitian dengan menggunakan

sesuatu metode.12 Setiap metode pengumpul data mempunyai instrumen tersendiri,

12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 126.
15

yang disesuaikan dengan keperluannya masing-masing. Pengumpulan data pada

penelitian ini melalui tiga metode yaitu:

a. Wawancara, instrumentnya adalah daftar wawancara

b. Observasi, instrumennya adalah pedoman observasi, kamera, dan lain-lain.

c. Telaah dokumentasi, instrumentnya adalah pedoman dokumentasi dan

chek list.

Dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan secara sengaja,

maka diharapkan semua informasi dapat diperoleh secara maksimal. Walaupun

demikian sesuai dengan kaedah metode penelitian, bahwa dalam metode kualitatif,

salah satu kriterianya adalah manusia langsung menjadi instrument.13

6. Teknik Analisi Data

Untuk memudahkan dalam menganalisa data perlu dikelompokkan ke dalam

bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Catatan observasi dan wawancara yang belum

tersusun secara terstruktur ditata kembali sedemikian rupa sehingga menjadi suatu

catatan. Dengan cara ini proses analisis data dapat dilakukan lebih cepat dan akurat.

Untuk mengolah dan menginterpretasikan data tersebut harus melalui

beberapa tahap diantaranya tahap reduksi, tahap display, tahap verifikasi, dan

penarikan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini sistematika penulisan adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

13
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet, -18, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 4-8.
16

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penulisan, penelitian terdahulu yang relevan

dan definisi operasional.

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Pada bab ini berisi teori-teori yang relevan dengan

pembahasan penelitian yang diteliti yang dikumpul dari buku-buku,

artikel dan sumber lainnya.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi prosedur penelitian, metode penelitian,

subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data

dan teknik analisis data.

BAB IV :HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi analisis yang akan disimpulkan secara

terperinci. Analisis yang didapat dari pengolahan data sehingga dapat

menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian

BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini berisi temuan penelitian yang kemudian dibuat


kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dikemukakan
sebelumnya.

H. Teknik Penulisan
17

Adapun teknik penulisan, penulis menggunakan buku panduan program

pascasarjana UIN AR-RANIRY tahun akademik 2015.


18

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, Jakarta:
Kalimasahada Press, 1996.

Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet,-18, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2002.

Majelis Pendidikan Daerah, Provinsi NAD, Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Penyelanggaraan Pendidikan 2009. MPD NAD.

Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D, Bandung: Alfabeta,


2011.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka


Cipta, 2002.

Syamsuddin AR, Vismaia S. Damanik, Metode Pendidikan Bahasa, Bandung: Rosda


Karya, 2006.

Anda mungkin juga menyukai