Ahlusunnah Khalaf Asyari Dan Maturidi
Ahlusunnah Khalaf Asyari Dan Maturidi
Ahlusunnah Khalaf Asyari Dan Maturidi
OLEH
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kita panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita selaku
umatnya semoga kita mendapat syafa’at darinya di akhirat kelak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
kami menerima kritik dan sarannya dari para pembaca, karena kami telah berusaha
melakukan semaksimal mungkin agar mencapai tujuan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................... 2
A. Asy’ari ................................................................................................. 2
B. Maturidi................................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beragam aliran teologi yang berdiri memiliki sejarah yang cukup panjang,
semuanya tidak terlepas dari para pendirinya dan latar belakang yang menyertai
sampai pada para pengikutnya yang memiliki loyalitas terhadap aliran tersebut.
Makalah ini akan membahas tentang aliran Asy’ariyah yang berkembang
pada abad ke-4 dan ke-5 atau ke-10 dan ke-11. Aliran ini merupakan salah satu
aliran yang muncul atas reaksi terhadap Mu’tazilah sebagai paham yang
memprioritaskan akal sebagai landasan dalam beragama. Ketidaksepakatan
doktrin-doktrin Mu’tazilah tersebut memunculkan aliran Asy’ariyah yang
dipelopori oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ari. Doktrin-doktrin yang dikemukakan
beliau dan para pengikutnya merupakan penengah diantara aliran-aliran yang ada
pada saat itu.
Pada perkembangan selanjutnya aliran ini banyak yang dianut oleh mayoritas
umat islam karena dianggap sebagai aliran Sunni yang mampu mewakili cara
berpikir yang diharapkan umat islam ditengah-tengah pergolakan hati akibat
beberapa aliran yang datang lebih dulu.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah lahirnya Ahl al-Sunnah Khalaf (Asy’ari dan Maturidi)
2. Kerangka berfikir Ahl al-Sunnah Khalaf (Asy’ari dan Maturidi)
3. Pokok-pokok pemikiran kalam Ahl al-Sunnah Khalaf (Asy’ari dan
Maturidi)
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asy’ari
1. Sejarah Lahirnya al-Asy’ari
Nama Asy’ariyah sebagai suatu aliran dalam Ilmu Kalam berasal dari
nama tokoh Imam Abu Hasan al-Asy’ari yang nama lengkapnya adalah Abu al-
Hasan Ali Ibn Isma’il al-Asy’ari. Ia lahir di kota Basrah (Irak) pada tahun 260
H/873 M dan wafat pada tahun 324 H / 935 M. Dengan menyebut nama al-
Asy’ari dibelakang namanya, benarlah bahwa Imam Abu Hasan al-Asy’ari
mempunyai hubungan darah dengan Abu Musa al-Asy’ari, seorang sahabat yang
menjadi hakam (perantara) dalam sengketa antara Ali bin Abi Thalib dengan
Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Pada usia remaja Abu Hasan Al-Asy’ari berguru kepada tokoh Mu’tazilah
bernama Abu Ali al-Jubbai. Oleh sebab itu ajaran-ajaran Mu’tazilah sungguh telah
didalami oleh al-Asy’ari sampai ke akar-akarnya. Malah dikatakan Abu Hasan al-
Asy’ari menggeluti paham yang terdapat dalam Mu’tazilah selama lebih kurang
40 tahun.
Tetapi oleh sebab-sebab yang kurang jelas, Abu Hasan al-Asy’ari
meninggalkan paham Mu’tazilah, dan kemudian membangun suatu sistem teologi
sendiri yang kemudian dikenal dalam sejarah pemikiran Islam dengan nama aliran
Asy’ariyah. Diantara sebab yang sering disebut dalam menjelaskan keluarnya Abu
Hasan al-Asy’ari dari Mu’tazilah adalah mimpi Asy’ari sendiri yang bertemu
dengan Nabi Muhammad SAW beserta perdebatannya dengan Abu Ali al-Jubbai
tentang bagaiman kedudukan tiga orang, mukmin, kafir, dan anak kecil, kelak di
akhirat.1
2. Kerangka Berfikir al-Asy’ari
Peristiwa perpindahan al-Asy’ari dari aliran Mu’tazilah kepada aliran Ahlu
al-Sunnah wa al-Jama’ah menimbulkan beberapa interpretasi dikalangan para
pemikir terutama para ahli teologi menurut Muhammad Abduh, al-Asy’ari
1
Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Cet. 1, Jakarta,
Prenadamia Grup, 2014) Hal. 88-89.
5
mengambil jalan tengah (wasathan) antara paham teksturalis (paham yang
berpegang teguh pada arti lafaz dari suatu dalil naql) dengan paham rasionalis
(paham yang didasarkan atas pemujaan akal pikiran dan sering menggunakan
takwil dalam memahami dalil naql). Karena al-Asy’ari mengambil jalan tengah
antara golongan rasionalis dan golongan teksturalis, maka cara tersebut dapat
diterima oleh mayoritas kaum muslimin. Nurcholish Madjid dalam tulisannya
menyatakan bahwa al-Asy’ari semula ingin menengahi antara Qodari dan Jabari
dengan teori kasab-nya, kemudian tampak menjadi Jabari. Sebenarnya yang
membuat paham al-Asy’ari menjadi Jabari adalah pengikutnya.
3. Pokok-pokok Pemikiran al-Asy’ari
Teologi Asy’ariyah dibangun oleh Abu Hasan Ali Ibn Isma’il Asy’ari yang
lahir di Basrah pada tahun 873 M dan wafat di Bagdad pada tahun 935 M. pada
mulanya ia adalah murid al-Jubbai dan termasuk salah seorang yang terkemuka
dalam golongan Mu’tazilah. Abu Hasan Ibn Isma’il Asy’ari adalah seorang yang
pada mulanya penganut Mu’tazilah yang tangguh sehinggah ia mendapatkan
perintah dan kepercayaan untuk berdebat dengan orang-orang yang merupakan
lawan Mu’tazilah.
Ajaran Asy’ariyah ini muncul sebagai alternative yang menggantikan
kedudukan ajaran teologi Mu’tazilah yang sudah mulai ditinggalkan oleh orang
sejak zaman al-Mutawakkil. Diketahui bahwa setelah al-Mutawakkil
membatalkan utusan al-Ma’mun yang menetapkan aliran Mu’tazilah sebagai
mazhab negara. Kemudian kedudukan aliran ini mulai menurun, apalagi setelah
al-Mutawakkil menunjukkan sikap penghargaan dan penghormatan terhadap Ibn
kambal sebagai lawan Mu’tazilah terbesar diwaktu itu.
Adapun ajaran teologi Asy’ariyah yang cukup terkenal diantaranya sebagai
berikut.
1. Sifat Tuhan, menurut Asy’ari mustahil Tuhan mengetahui zat-Nya.
Tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan pengetahuan-Nya itu
bukanlah zat-Nya semua ini sejalan keterangan ayat-ayat al-Qur’an
yang umumnya dipahami oleh para mufasir.
6
2. Dalil adanya tuhan, menurut Asy’ari kita wajib percaya pada adanya
Tuhan, karena diperintakan Tuhan dan perintah ini kita tangkap dengan
akal. Jadi akal itu bukanlah sumber tetapi hanya sebagai alat untuk
mempercayai adanya tuhan.
3. Perbuatan manusia, Asy’ari menolak paham Qadariyah dam menolak
paham Jabariyah, Asy’ari mengajukan paham kasab. Menurut Asy’ari,
bahwa sesuatu perbuatan terjadi dengan perantaraan daya yang
diciptakan Tuhan dalam diri manusia, dan dengan demikian menjadi
perolehan atau kasab baginya.
4. Pemakaian akal, segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui
melalu wahyu. Akal tak dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan tak
dapat pula mengrtahui bahwa mengerjakan yang baik dan menjauhi
yang buruk adalah wajib bagi manusia.2
B. Maturidi
1. Sejarah Lahirnya al-Maturidi
Abu Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi lahir
di Samarkand pada pertengahan kedua dari abad ke-9 M dan meninggal di tahun
944 M. Tidak banyak diketahui mengenai riwayat hidupnya. Ia adalah pengikut
Abu Hanifah dan paham-paham teologinya banyak persamaannya dengan paham-
paham yang dimajukan Abu Hanifah. Sistem pemikiran teologi yang ditimbulkan
Abu Mansur termasuk dalam golongan teologi Ahli Sunnah dan dikenal dengan
nama al-Maturidiah.
Literatur mengenai ajaran-ajaran Abu Mansur dan aliran Maturidiah
tidak sebanyak literatur mengenai ajaran-ajaran Asy’ariah. Buku-buku yang
banyak membahas soal sekte-sekte seperti buku-buku al-Syahrastani, Ibn Hazm,
al-Baghdadi dan lain-lain tidak memuat keterangan-keterangan tentang al-
Maturidi atau pengikut-pengikutnya.
2
Roli Abdul Rohman, M. Khamzah, Menjaga Akidah dan Akhlak, (Cet. 1, Solo, Tiga
Serangkai, Pustaka Mandiri, 2017) Hal. 22-23.
7
Sebagai pengikut Abu Hanifah yang banyak memakai rasio dalam
pandangan keagamaannya, al-Maturidi banyak pula memakai akal dalam system
teologinya.
Oleh karena itu antara teologinya dan teologi yang ditimbulkan oleh al-
Asy’ari terdapat perbedaan, sungguhpun keduanya timbul sebagai reaksi terhadap
aliran Mu’tazilah.
Salah satu pengikut penting dari al-Maturidi ialah Abu al-Yusr
Muhammad al-Bazdawi (421-493 H). Nenek al-Bazdawi adalah murid dari al-
Maturidi, dan al-Bazdawi mengetahui ajaran-ajaran al-Maturidi dan orang tuanya.
Al-Bazdawi sendiri mempunyai murid-murid dan salah seorang dari mereka ialah
Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku al-‘Aqa ‘idal-
Nasafiah.
Seperti al-Baqilani dan al-Juwaini, al-Bazdawi tidak pula selamanya
sepaham dengan al-Maturidi. Antara kedua pemuka aliran Maturidiah ini, terdapat
perbedaan paham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam alira Maturidiah
terdapat dua golongan: golongan Samarkand yaitu pengikut-pengikut al-Maturidi
sendiri, dan golongan Bukhara yaitu pengikut-pengikut al-Bazdawi. Kalau
golongan Samarkand mempunyai paham-paham yang lebih dekat kepada paham
Mu’tazilah, golongan Bukhara mempunyai pendapat-pendapat yang lebih dekat
kepada pendapat-pendapat al-Asy’ari.3
2. Kerangka Berfikir al-Maturidi
Pada masa al-Maturidi, sedang menghangat perdebatan yang melibatkan
ulama fikih dan ahli hadis dengan kaum Mu’tazilah tentang masalah-masalah
teologi. Al-Maturidi, seperti juga al-Asy’ari, berusaha mengambil jalan tengah
menghadapi kedua system pemikiran antara kaum rasional Mu’tazilah yang sangat
liberal dan pemikiran kaum tradisional ortodoks yang ditegakkan oleh Ibn Hanbal
dan pengikutnya. Ignez Gold Ziher memandang bahwa sistem Asy’ariyah dan
sistem Maturidiyah merupakan kecenderungan garis tengah yang timbul sejak
abad X M yang memungkinkan masuknya pengarus rasionalisme kedalam
3
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Cet. 5,
Jakarta, Universitas Indonesia, 2015) Hal. 76-78.
8
pemikiran ortodoksi islam. Pengaruh tersebut tampak lebih jelas pada pemikiran
Maturidiyah. Al-Maturidi, pendiri aliran ini, mempunyai latar belakang
pendidikan yang dipengaruhi oleh sistem pemikiran teologi Hanafi, karena para
gurunya adalah murid dari Abu Hanafiah yang pahamnya bercorak rasional.
Karenanya Maturidiyah lebih bercorak liberal ketimbang pendirian Asy’ariyah
yang bercorak lebih mendekati Mu’tazilah. Demikian pula pendapat-pendapat
diantara kedua aliran teologi ini, lebih banyak terdapat perbedaan daripada
persamaannya sekalipun keduanya sama menentang aliran Mu’tazilah.4
3. Pokok-pokok Pemikiran al-Maturidi
Diantara pemikiran al-Maturidi yang penting adalah:
1. Sifat Tuhan. Menurut al-Maturidi Tuhan mempunya sifat-sifat. Tuhan
mengetahui dengan sifat ilmunya, bukan dengan zat-Nya. Tuhan berkuasa
dengan sifat Qudrah-Nya, bukan dengan zat-Nya. Pendapat ini sejalan
dengan pendapat al-Asy’ari.
2. Perbuatan manusia al-Maturidi berpendapat, perbuatan manusia
sebenarnya diwujudkan oleh manusia itu sendiri, sekalipun kemauan atau
kehendak untuk berbuat itu merupakan kehendak Tuhan, tapi perbuatan itu
bukanlah perbuatan Tuhan. Dalam hal ini al-Maturidi sependapat dengan
Mu’tazilah.
3. Al-Qur’an. Menurut al-Maturidi, al-Qur’an adalah kalam Allah yang
Qadim, bukan diciptakan sebagaimana paham Mu’tazilah. Untuk ini, al-
Maturidi sepaham dengan al-Asy’ari.
4. Kewajiban tuhan. Al-Maturidi berpendapat Tuhan mempunyai kewajiban-
kewajiban tertentu. Pendapat ini sejalan dengan Mu’tazilah.
5. Muslim yang berdosa besar. Ia berpendapat seperti pendapat al-Asy’ari
bahwa muslim yang melakukan dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak
pula berada pada tempat diantara dua tempat (al-Manzilah Bain al-
Manzilahtain), sebagaimana paham Mu’tazilah.
4
Prof. Dr. H. Ris’an, M. Ag, Teologi Islam, (Cet. 1, Jakarta, Prenadamedia Group, 2015)
Hal 105-106, 139-140
9
6. Janji tuhan, baik janji memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik
maupun ancaman siksa bagi yang berbuat jahat, menurut al-Maturidi,
mesti terjadi. Tuhan akan melaksanakan janji itu, tuhan tidak akan
mungkir terhadap janjinya. Pendapat ini sejalan Mu’tazilah.
5
Muh. Ilyas Upe, Aqidah Islam, (Makassar, Universitas Muslim Indonesia, 2015) Hal.
154-155
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asy’ariyah sebagai suatu aliran dalam Ilmu Kalam berasal dari nama
tokoh Imam Abu Hasan al-Asy’ari yang nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan
Ali Ibn Isma’il al-Asy’ari. Ia lahir di kota Basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M
dan wafat pada tahun 324 H / 935 M. Al-Asy’ari mengambil jalan tengah antara
golongan rasionalis dan golongan teksturalis, maka cara tersebut dapat diterima
oleh mayoritas kaum muslimin. Ajaran Asy’ariyah ini muncul sebagai alternative
yang menggantikan kedudukan ajaran teologi Mu’tazilah yang sudah mulai
ditinggalkan oleh orang sejak zaman al-Mutawakkil. Diketahui bahwa setelah al-
Mutawakkil membatalkan utusan al-Ma’mun yang menetapkan aliran Mu’tazilah
sebagai mazhab negara.
Abu Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi lahir
di Samarkand pada pertengahan kedua dari abad ke-9 M dan meninggal di tahun
944 M. Tidak banyak diketahui mengenai riwayat hidupnya. Ia adalah pengikut
Abu Hanifah dan paham-paham teologinya banyak persamaannya dengan paham-
paham yang dimajukan Abu Hanifah. Sistem pemikiran teologi yang ditimbulkan
Abu Mansur termasuk dalam golongan teologi Ahli Sunnah dan dikenal dengan
nama al-Maturidiah. Al-Maturidi, seperti juga al-Asy’ari, berusaha mengambil
jalan tengah menghadapi kedua system pemikiran antara kaum rasional
Mu’tazilah yang sangat liberal dan pemikiran kaum tradisional ortodoks yang
ditegakkan oleh Ibn Hanbal dan pengikutnya. al-Maturidi diatas nampak seakan-
akan ak-Maturidi berada ditengah, antara Mu’tazilah dan Asy’ari. Sebagian
pendapatnya dekat dengan al-Asy’ari sebagian lain dengan Mu’tazilah. Meskipun
demikian, ia tidak dimasukkan kedalam kelompok Mu’tazilah, tetapi
dikategorikan sebagai, bahkan tokoh utama, Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.
11
B. Saran
Demikianlah makalah yang penus susun. Penulis menyadari bahwa
makalah yang kami buat jauh dari pada sempurna dan juga masih banyak
kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita.
12
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Cet. 1,
Jakarta, Prenadamia Grup, 2014)
Roli Abdul Rohman, M. Khamzah, Menjaga Akidah dan Akhlak, (Cet. 1, Solo,
Tiga Serangkai, Pustaka Mandiri, 2017)
Prof. Dr. H. Ris’an, M. Ag, Teologi Islam, (Cet. 1, Jakarta, Prenadamedia Group,
2015
Muh. Ilyas Upe, Aqidah Islam, (Makassar, Universitas Muslim Indonesia, 2015)
Hal. 154-155
13