Makalah Peran Lembaga Penegak Hukum
Makalah Peran Lembaga Penegak Hukum
Makalah Peran Lembaga Penegak Hukum
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penegakan hukum itu?
2. Apakah itu aparatur penegak hukum?
3. Apakah faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum?
4. Bagaimana peran lembaga penegak hukum?
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan proses
perwujudan ide-ide (ide keadilan, ide kepastian hukum, dan ide kemanfaatan
sosial) yang bersifat abstrak menjadi kenyataan. Unsur-unsur yang perlu
diperhatikan dalam penegakan hukum sebagai berikut.
C. Kepastian hukum
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan
sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu
yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharap adanya
kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.
1. Kemanfaatan
Hukum adalah untuk manusia, maka hukum atau penegak
hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat,
jangan sampai timbul keresahan di salam masyarakat karena
pelaksanaan atau penegak hukum.
2. Keadilan
Hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat
umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan.
Sebaliknya keadilan bersifat subjektif, individualistis, dan tidak
menyamaratakan.
5
memberikan petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari
penyidik;
c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau
penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah
perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
d. Membuat surat dakwaan;
e. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari
dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik
kepada terdakwa maupun kepada saksi untuk datang pada sidang yang
telah ditentukan;
g. Melakukan penuntutan;
h. Menutup perkara demi kepentingan hukum;
i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab
sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang;
j. Melaksanakan penetapan hakim.
7
3) Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita
acara persidangan dan menandatanganinya sebelum sidang
berikutnya.
4) Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
5) Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk
dibacakan.
6) Hakim wajib menandatangani putusan yang sudah diucapkan
dalam persidangan.
7) Menghubungi BAPAS agar menghadiri persidangan dalam
hal terdakwanya masih dibawah umur.
8) Memproses permohonan grasi.
9) Melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap keadaan
dan perilaku narapidana yang berada di lembaga
pemasyarakatan serta melaporkannya kepada Mahkamah
Agung.
10) Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk
mengamati apakah pelaksanaan tugas mengenai
penyelenggaraan administrasi perkara pidana/ bidang pidana
dan eksekusi serta melaporkannya kepada Pimpinan
Pengadilan.
11) Mempelajari dan mendiskusikan secara berkala kepustakaan
hukum yang diterima dari Pengadilan Tinggi dan Mahkamah
Agung.
6. Penasehat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan
oleh undang-undang untuk memberikan bantuan hukum.
Wewenang penasehat hukum:
Mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya
dengan klien yang sedang dibelanya dalam perkara tersebut, sehingga akan
terjadi keseimbangan dalam persidangan yang akan berpengaruh pada
keputusan Hakim yang adil.
Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang
bersangkutan dengan tugas atau perannya, yaitu terkait dengan kegiatan
pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya
pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.
Aparat penegak hukum akan memutuskan perkara hukum di
peradilan hukum. Lembaga-lembaga peradilan hukum sebagai berikut.
a. Peradilan Umum
Peradilan umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya. Adapun kekuasaan kehakiman di
lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi
merupakan pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu
kota provinsi, dengan daerah hukum meliputi wilayah provinsi dan
Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang sehari-hari
memeriksa dan memutuskan perkara tingkat pertama dari segala
perkara perdata dan pidana untuk semua golongan yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota, dengan daerah hukum
meliputi wilayah kabupaten/kota.
b. Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai
perkara perdata tertentu yang diatur dalam undang-undang. Dalam
lingkungan Peradilan Agama, kekuasaan kehakiman dilaksanakan
oleh Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Agama sebagai pengadilan tingkat
banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi dan Pengadilan
Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan Agama
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
c. Peradilan Militer
9
Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai
kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana militer.
Pengadilan dalam lingkungan militer terdiri atas Pengadilan Militer
Utama, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer, dan
Pengadilan Militer Pertempuran.
d. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara.
Kekuasaan Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha Negara
dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan
Pengadilan Tata Usaha Negara.
11
Selanjutnya dalam Pasal 24 A ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara R.I. disebutkan bahwa Mahkamah Agung berwenang untuk :
4. Kepolisian
Pada awal era reformasi, salah satu tuntutan yang mencuat dan segera
direspon oleh Pemerintah adalah pemisahan Polri dan ABRI. Melalui Inpres
Nomor: 02/1999 telah diambil langkah-langkah kebijakan pemisahan Polri dari
ABRI dan penempatannya untuk sementara pada Dephankam, yang ditandai oleh
suatu upacara bersejarah pada tanggal 1 April 1999 di Mabes ABRI Cilangkap.
Langkah tersebut telah ditindak lanjuti dengan berbagai kebijakan
Menhankam/Panglima TNI yang menyerahkan wewenang pembinaan dan
operasional Polri dari Pangab kepada Menhankam dan Kapolri.
Secara universal, tugas pokok lembaga kepolisian mencakup dua hal, yaitu
pemeliharaan keamanan dan ketertiban (peace and order maintenance) dan
penegakan hukum (law enforcement).10 Dalam perkembangannya, tanggung
jawab “pemeliharaan” dipandang pasif, sehingga tidak mampu menanggulangi
kejahatan. Polisi kemudian dituntut untuk secara proaktif melakukan
“pembinaan”, sehingga tidak hanya “menjaga” agar kamtib terpelihara, tetapi juga
menumbuhkan kesadaran masyarakat, menggugah dan mengajak peran serta
masyarakat dalam upaya pemeliharaan keamanan dan ketertiban, dan bahkan ikut
memecahkan masalah-masalah sosial yang menjadi sumber kejahatan. Tugas-
tugas ini dipersembahkan oleh polisi untuk membantu (to support) masyarakat
13
dalam memenuhi kebutuhannya akan rasa aman, sehingga memungkinkan
tercapainya kesejahteraan.
5. Komisi Yudisial
Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) UU R.I. Nomor 22 tahun 2004 yang
kemudian telah diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 18 Tahun 2011
tentang Komisi Yudisial disebutkan bahwa Komisi Yudisial adalah lembaga
Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar. Ditegaskan pula bahwa Negara Indonesia adalah
negara hukum.
Sejalan dengan prinsip ketatanegaraan di atas, salah satu substansi penting
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah
adanya Komisi Yudisial. Komisi Yudisial tersebut merupakan lembaga Negara
yang bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung
dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Pasal 24 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
memberikan landasan hukum yang kuat bagi reformasi bidang hukum, yakni
dengan memberikan kewenangan kepada Komisi Yudisial untuk mewujudkan
checks and balances, walaupun Komisi Yudisial bukan pelaku kekuasaan
kehakiman namun fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.
Dalam Pasal 1 angka (7) UU R.I. Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia disebutkan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya
disebut Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang berkedudukan setingkat
dalam negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyaluran, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.
Dalam pasal 75 Undang-Undang R.I. Nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa
Komnas HAM bertujuan :
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak
asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia; dan
b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia
guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya dalam berbagai bidang kehidupan.
15
a. Secara Yuridis:
Setiap peraturan hukum yang berlaku haruslah bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berarti bahwa setiap
peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan
peraturan hukum yang lebih tinggi derajatnya. Misalnya, Undang-
Undang di Indonesia dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Secara Sosiologis:
Bilamana peraturan hukum tersebut diakui atau diterima oleh
masyarakat kepada siapa peraturan hukum tersebut ditujukan/
diberlakukan menurut “Anerkennungstheorie”, “The recognition
Theory”). Teori ini bertolak belakang dengan “Machttheorie”, Power
Theory”) yang menyatakan, bahwa peraturan hukum mempunyai
kelakuan sosiologis, apabila dipaksakan berlakunya oleh penguasa,
diterima ataupun tidak oleh warga masyarkat.
c. Secara Filosofis:
Apabila peraturan hukum tersebut sesuai dengan cita-cita
hukum (rechtsidde) sebagai nilai positif yang tertinggi. Dalam negara
Indonesia, cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi adalah
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.[4]
2. Faktor Penegak Hukum
Secara sosiologi setiap penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan
(status) atau peranan (role). Kedudukan social merupakan posisi tertentu dalam
struktur masyarakat yang isinya adalah hak dan kewajiban.
Penegakkan hukum dalam mengambil keputusan diperlukan penilaian
pribadi yang memegang peranan karena:
a. Tidak ada perundingan undang-undang yang sedemikian lengkap,
sehingga dapat mengatur perilaku manusia.
b. Adanya hambatan untuk menyelesaikan perundang-undangan dengan
perkembangan masyarakat sehingga menimbulkan ketidakpastian.
c. Kurangnya biaya untuk menerapkan perundang-undangan.
d. Adanya kasus-kasus individual yang memerlukan penanganan khusus.
3. Faktor sarana atau Fasilitas
Sarana atau fasilitas antara lain mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,
keuangan yang cukup dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi maka
mustahil penegak hukum akan mencapai tujuannya.
Misalnya, untuk membuktikan apakah suatu tanda tangan palsu atau tidak,
kepolisian di daerah tidak dapat mengetahui secara pasti, karena tidak mempunyai
alat untuk memeriksanya, sehingga terpaksa dikirim ke Jakarta
Dengan demikian dapatlah disimpulkan, bahwa sarana atau fasilitas sangat
menentukan dalam penegak hukum. Tanpa sarana atau fasilitas yang memadai,
penegak hukum tidak akan dapat berjalan lancar, dan penegak hukum tidak
mungkin menjalankan peranan yangg seharusnya.
4. Faktor Masyarakat
Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin
memungkinkan penegakan hukum yang baik. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
kesadaran hukum masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan
penegak hukum yang baik.
Kesadaran hukum merupakan suatu pandangan yang hidup dalam
masyarakat tentang apa hukum itu. Pandangan itu berkembang dan dipengaruhi
oleh berbagai faktor yaitu agama, ekonomi, politik, dan sebagainya. Pandangan
itu selalu berubah, oleh karena itu hukum pun selalu berubah. Maka diperlukan
upaya dari kesadaran hukum, yakni:
a. Pengetahuan hukum
b. Pemahaman hukum
c. Sikap terhadap norma-norma
d. Perilaku hukum.
5. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum
yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsi-konsepsi yang abstrak
mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dituruti) dan apa yang dianggap
buruk (sehinga dihindari). Maka, kebudayaan Indonesia merupakan dasar atau
17
mendasari hukum adat yang berlaku. Disamping itu berlaku pula hukum tertulis
(perundang-undangan), yang dibentuk oleh golongan tertentu dalam masyarakat
yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk itu. Hukum perundang-
undangan tersebut harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari
hukum adat, agar hukum perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara aktif.
Mengenai berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa azas
yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak yang
positif.
Azas-azas tersebut antara lain:
1) Undang-undang tidak berlaku surut,
2) Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,
3) Mempunyai kedudukan yang lebih tinggi,
4) Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang
yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama,
5) Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-
undang yang berlaku terdahulu.
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan ini yaitu penegakan
hukum adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum sebagai
pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum
maupun para aparat penegak hukum resmi yang diberi tugas dan wewenang oleh
UU untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku di
masyarakan dan negara. Peran-peran lembaga penegak hukum juga sangat
diperlukan dalam menjalankan hukum.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis menyarankan agar kita dapat
mensosialisasikan politik kepada masyarakat dengan sosialisasi yang benar dan
tepat sehingga masyarakat dengan mudah menerimanya. Oleh karena itu, untuk
politikus disarankan agar dapat menjalankan politik itu sesuai dengan ketentuan
Undang-undang yang berlaku dan tidak menjadikan politik untuk kepentingan
pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
21