Sifat-Sifat Tuhan Kel 3
Sifat-Sifat Tuhan Kel 3
Sifat-Sifat Tuhan Kel 3
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kalam
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilmu Kalam dengan judul : “ Sifat-Sifat
Tuhan”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum Wr,Wb
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
1. Sifat-sifat Tuhan Menurut Aliran Mu’tazilah..............................................................2
2. Sifat-sifat Allah Menurut Aliran Asy'ariyah................................................................4
3. Sifat-sifat Allah Menurut Aliran Maturidiyah..............................................................5
4. Sifat-sifat Allah Menurut Aliran Syi’ah Rafidhah.......................................................6
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................7
A. Kesimpulan...................................................................................................................7
B. Saran.............................................................................................................................7
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah dari rangkaian masalah dalam pembaasan Teologi Islam sepertinya takkan
kunjung habis untuk dibahas dan dikupas dengan tuntas. Di antara masalah yang
sangat menarik untuk diperbincangkan dan diperdebatkan dalam serangkaian masalah
tersebut yang tidak boleh kita lewatkan adalah mengenai sifat-sifat Tuhan, yang
tentunya menimbulkan berbagai pandangan yang berbeda-beda antara aliran teologi
Islam satu dan yang lainnya. Dilain pihak ada yang membenarkan adanya sifat-sifat
Tuhan tersebut dan ada pula yang yang menafikkan sifat-sifat Tuhan. Bahkan dari
pemikiran-pemikiran tersebut ada yang menyerupakan antara sifat yang dimiliki oleh
Tuhan dengan yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk ciptaannya. Walaupun
sejatinya apa yang diperdebatkan tersebut tidak sama sekali membuat hati mereka
condong kepada tuhan-tuhan lain selain Allah. Karena persoalan sifat ini sebelumnya
tidak pernah menjadi pembicaraan pada masa Sahabat dan Tabi’in. Waktu merekan
berguna untuk menadapi yang lebih penting, yaitu penyiaran Islam dan memperkuat
dasar-dasar negara yang baru berdiri. Akan tetapi masa sesudah mereka, timbullah
persoalan sifat dan menjadi pembicaraan golongan Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Mampu memberikan penjelasan perbedaan-perbedaan yang terjadi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Perbedaan paham antar aliran kalam mengenai sifat-sifat tuhan tidak terbatas hanya pada
persoalan apakah tuhan memiliki sifat atau tidak. perbedaan paham antar aliran tersebut
sampai kepada perdebatan pada persoalan-persoalan cabang sifat-sifat Allah Swt, seperti
melihat tuhan dan esensi al-Qur’an.
Aliran mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan itu esa dan tidak memiliki sifat-sifat.
Mu’tazilah melihat bahwa apa yang dimaksud sifat menurut golongan lain adalah zat
Allah Swt sendiri. Apa yang dipandang sifat dalam pendapat golongan lain, bagi
mu’tazillah tidak lain adalah zat Allah Swt sendiri.
Aliran mu’tazilah memandang dirinya sebagai aliran ahlut tauhid wal ‘adil dengan
menafikan sifat-sifat tuhan, tujuannya adalah untuk menyucikan keesaan tuhan. Golongan
mu’tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa tuhan tidak
mempunyai sifat. Definisi mereka tentang tuhan, sebagaimana dijelaskan oleh al-Asy’ari,
bersifat negatif. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai kekuasaan, tidak
mempunyai hajat dan sebagainya. Ini tidak berarti bahwa tuhan bagi mereka tidak
mengetahui, tidak berkuasa, tidak hidup dan sebagainya. Tuhan tetap mengetahui,
berkuasa,dan sebagainya, tetapi mengetahui, berkuasa, dan sebagainya tersebut bukanlah
sifat dalam arti kata sebenarnya. Artinya tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan
pengetahuan itu adalah tuhan itu sendiri.
Aliran mu’tazilah memberikan daya yang besar kepada akal berpendapat bahwa tuhan
tidak dapat memiliki sifat-sifat jasmani. Mereka mentakwilkan ayat-ayat yang
memberikan kesan bahwa tuhan bersifat jasmani secara metaforis. Dengan kata lain,
ayatayat al-Qur’an yang menggambarkan tuhan bersifat jasmani ditakwil dengan
pengertian yang layak bagi kebesaran dan keagungan Allah. Misalnya, kata wajhah dalam
surah al-Qashash ayat 88 ditakwilkan dengan zatuhu ayy nafsuhu (zatNya, yakni
diriNya), kata yadd dalam surah Shad ayat 75 ditakwilkan dengan al quwwah (kekuatan).
2
Mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan karena bersifat immateri, tidak dapat dilihat
oleh mata kepala. Karena, pertama tuhan tidak mengambil tempat sehingga tidak dapat
dilihat, kedua bila tuhan dapat dilihat dengan mata kepala, berarti tuhan dapat dilihat
sekarang di dunia, padahal kenyataannya tidak ada seorangpun yang dapat melihat tuhan
di alam ini.
QS. al-An’am (6) ayat 103: اَل ُتْد ِر ُك ُه اَأْلْبَص اُر َو ُهَو ُيْد ِر ُك اَأْلْبَص اَر ۖ َو ُهَو الَّلِط يُف اْلَخ ِبيُر
Artinya: "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat
segala yang kelihatan; dan Dialah yang maha halus lagi maha mengetahui."
QS. al-Kahfi (18) ayat 110: ُقْل ِإَّنَم ا َأَنا َبَش ٌر ِم ْثُلُك ْم ُيوَح ٰى ِإَلَّي َأَّنَم ا ِإَٰل ُهُك ْم ِإَٰل ٌه َو اِح ٌد ۖ َفَم ْن َك اَن َيْر ُجو ِلَقاَء َر ِّبِه
َفْلَيْع َم ْل َع َم اًل َص اِلًحا َو اَل ُيْش ِرْك ِبِع َباَد ِة َر ِّبِه َأَح ًدا
Artinya: "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya tuhan kamu itu adalah tuhan yang esa”.
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
tuhannya."
3
b. Menurut Abu al-Huzail esensi pengetahuan Allah Swt adalah Allah Swt sendiri.
Demikian pula kekuasaan, pendengaran, penglihatan, dan kebijaksanaan, dan sifat-sifat
yang lain. Ia berkata aku nyatakan Allah Swt bersifat tahu, artinya aku nyatakan bahwa
padaNya terdapat pengetahuan dan pengetahuan itu adalah zatNya.
c. Arti tuhan mengetahui dengan esensinya kata al-Jubba’i, ialah untuk mengetahui,
tuhan tidak berhajat kepada suatu sifat dalam bentuk pengetahuan atau keadaan
mengetahui.
d. Abu Hasyim berpendapat bahwa arti tuhan mengetahui melalui esensinya, ialah
tuhan mempunyai keadaan mengetahui.
4
QS. al-Qiyamah (75) ayat 22-23: ِإَلٰى َر ِّبَها َناِظ َر ٌة. ُو ُجوٌه َيْو َم ِئٍذ َناِضَر ٌة
Artinya: "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
kepada tuhannyalah mereka melihat."
QS. al-A’raaf (7) ayat 143: َو َلَّم ا َج اَء ُم وَس ٰى ِلِم يَقاِتَنا َو َك َّلَم ُه َر ُّبُه َقاَل َر ِّب َأِرِني َأْنُظْر ِإَلْيَك ۚ َقاَل
َلْن َتَر اِني َو َٰل ِكِن اْنُظْر ِإَلى اْلَجَبِل َفِإِن اْسَتَقَّر َم َك اَنُه َفَس ْو َف َتَر اِنيۚ َفَلَّم ا َتَج َّلٰى َر ُّبُه ِلْلَجَبِل َجَع َلُه َد ًّك ا َو َخَّر ُم وَس ٰى َصِع ًقا
ۚ َفَلَّم ا َأَفاَق َقاَل ُسْبَح اَنَك ُتْبُت ِإَلْيَك َو َأَنا َأَّوُل اْلُم ْؤ ِمِنيَن
Artinya: "Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu
yang telah Kami tentukan dan tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah
Musa: 'Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau'. Tuhan berfirman: 'Kamu sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi
lihatlahke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu
dapat melihatKu'. Tatkala tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,
dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah
Musa sadar kembali, dia berkata: 'Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau
dan aku orang yang pertama-tama beriman'."
QS. Yunus (10) ayat 26: ِلَّلِذ يَن َأْح َس ُنوا اْلُحْسَنٰى َو ِزَياَد ٌةۖ َو اَل َيْر َهُق ُو ُجوَهُهْم َقَتٌر َو اَل ِذ َّلٌةۚ ُأوَٰل ِئَك
َأْص َح اُب اْلَج َّنِةۖ ُهْم ِفيَها َخ اِلُد وَن
Artinya: "Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya. dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula)
kehinaan. mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya."
5
tuhan, sedangkan mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat tuhan. Menurut maturidi
samarkand, dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi gambaran tuhan memiliki
sifat jasmani, mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata
dan kaki adalah kekuasaan tuhan.
Pendapat aliran samarkand ini kelihatannya tidak sepaham dengan mu’tazilah
karena al-Maturidi mengatakan bahwa sifat bukanlah tuhan, akan tetapi juga tidak lain
dari tuhan. Aliran Maturidiyah bukhara sependapat dengan Asy'ariyah dan maturidi
samarkand bahwa tuhan dapat dilihat dengan mata kepala. Al-Bazdawi tokoh
Maturidiyah bukhara mengatakan bahwa tuhan kelak memperlihatkan diriNya untuk
kita lihat dengan mata kepala, sesuai dengan apa yang tuhan kehendaki.
6
dalam arti bahwa pada waktu yang pertama tuhan tidak tahu apa yang akan terjadi
pada waktu yang kedua.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbedaan paham antar aliran kalam mengenai sifat-sifat tuhan tidak terbatas
hanya pada persoalan apakah tuhan memiliki sifat atau tidak. perbedaan paham antar
aliran tersebut sampai kepada perdebatan pada persoalan-persoalan cabang sifat-sifat
Allah Swt, seperti melihat tuhan dan esensi al-Qur’an.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan, kedepannya penulisan akan lebih fokus dan lebih detail lagi. Semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca. Untuk kritik dan saran yang bersifat membangun bisa
langsung disampaikan. Apabila terdapat kesalahan saya mohon dimaafkan dan
dimaklumi. Karena saya adalah hamba Allah yang tak luput dari salah dan khilaf.