PDF Modul 9 Askep Terminal Illness Palliative Care

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

BAHAN AJAR & MODUL

-9-

KEPERAWATAN PALIATIF
TINGKAT 3 SEMESTER 5

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN-UNIVERSITAS HORIZON INDONESIA
JL. PANGKAL PERJUANGAN KM. I BYPASS KARAWANG

This document is the property of STIKes HORIZON 1 of 26


Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

VISI MISI SARJANA KEPERAWATAN


VISI
Terwujudnya program studi yang unggul dan mandiri dalam menghasilkan perawat professional dengan keunggulan
Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan serta Keperawatan Gawat Darurat yang dapat
bersaing di era global tahun 2024

MISI
1. Terselenggaranya pendidikan yang berkualitas dalam rangka menghasilkan lulusan yang professional dengan
keunggulan dibidang Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan serta
Keperawatan Gawat Darurat.
2. Terselenggaranya kegiatan penelitian dan karya ilmiah dibidang Keperawatan dengan keunggulan Keselamatan
Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan serta Keperawatan Gawat Darurat.
3. Terselenggaranya kegiatan pengabdian masyarakat dengan keunggulan Keselamatan Pasien & Keselamatan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan serta Keperawatan Gawat Darurat.
4. Terselenggaranya kerjasama yang strategis, sinergis dan berkelanjutan dalam lingkup pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat

Dokumen ini adalah milik dari 2 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
2 of 26
Lesson title: Keperawatan PALIATIF Materials:
Asuhan keperawatan pada pasien Buku dan alat tulis, buku sumber, laptop dan
terminal illnes (palliative care) proyektor
Learning Outcomes:
Di akhir modul, mahasiswa akan dapat: References:
1. Ali Syahbana, Dwi Wahyuni, E. Z. (2019).
1. Di akhir modul, mahasiswa akan
dapat: Peran Perawat dalam Melakukan Pengkajian
2. Kebutuhan Pasien Berdasarkan Aspek
2. Mampu memahami Asuhan Biologis, Psikologis, Sosiologis, Spiritual di
Keperawatan pada pasein dengan Ruang Rawat Inap. Profesional Health
kondisi Terminal
Journal, 1(1), 21–26. Retrieved from
3. Mampu menjelaskan Asuhan https://www.ojsstikesbanyuwangi.com/index.
Keperawatan pasien dengan Kondisi php /PHJ/article/view/94
terminal 3. AlKitab. (2008). Menghibur Penderita
4. Mampu Melakukan Asuhan Penyakit Stadium Terminal. Retrieved
keperawatan kepada pasien dengan February 13,
kondisi terminal 4. 2020, from
https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lpin/2008330#
h=30
5. Awaliyah, S. N., & Budiati, T. (2018).
Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual
6. Dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
Pada Pasien Kanker Ginekologi Di Ruang
Onkologi : Evidence Based Nursing.
Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional
Penelitian & Pengabdian Masyarakat, 1(1),
88–92. Retrieved from
http://p2t.stikesayani.ac.id:81/pinlitabmas/in
dex.p hp/pinlitabmas1/issue/view/1
7. Endarti, Ajeng Tias. (2015). Kualitas Hidup
Kesehatan: Konsep, Model, dan
Penggunaan.
8. Jurnal Ilmiah Kesehatan 7(2). Jakarta :
Wineka Media Ekasari, M.F, Riasmini, N.M.,
Hartini, T. 2018. Meningkatkan Kualitas
Hidup Lansia: Konsep dan Berbagai
Intervensi.
9. Ghaderi, A., Tabatabaei, S. M., Nedjat, S.,
Javadi, M., & Larijani, B. (2018). Explanatory
10. definition of the concept of spiritual health: A
qualitative study in Iran. Journal of Medical
Ethics and History of Medicine, 11, 1–7.

This document is the property of STIKes HORIZON 1 of 26


Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

11. Jaelani. (2018). Hubungan Perawatan


Pasien Menjelang Ajal dengan Dokumentasi
12. Keperawatan di Rumah Sakit. Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(8), 27–
38.
13. Jena, Y. (2019). Wacana Tubuh dan
Kedokteran: Sebuah Refleksi Filosofis. (K.
Goinak, Ed.)
14. (1st ed.). Jakarta: Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya.
15. Jones, R. N. (2011). Teori dan Praktik
Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
16. Katolisitas. (2020). Pesan Bapa Suci Pada
Peringatan Hari Orang Sakit Sedunia Ke-20.
17. Retrieved February 13, 2020, from
http://www.katolisitas.org/pesan-bapa-suci-
padaperingatan- hari-orang-sakit-sedunia-
ke-20/
18. Kemenkes/RI. (2011). Peraturan menteri
kesehatan republik indonesia nomor
19. 1109/menkes/per/vi/2011 tentang petunjuk
teknis. Kemenkes RI. Kebijakan Perawatan
Paliatif (2007). Indonesia.
20. Milia, I., & Wijayanti, A. (2018). Modul
Pembelajaran: Keperawatan Menjelang Ajal
dan
21. Paliatif. (M. Sholeh,Ed.). Jombang: Icme
Press. https://doi.org/10.31227/osf.io/2xn3w
22. Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., &
Hall, A. M. (2021). Fundamental of Nursing
23. (10th ed.). Missouri: Elsevier Inc.

Dokumen ini adalah milik dari 2 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
2 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

24. Prasetyo, A. G. (2015). TINGKAT DEPRESI


PASIEN TERMINAL ( Studi Kasus RSU dan
25. Holistik Sejahtera Bhakti Salatiga ).
26. Prayitno, & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling (2nd ed.). Jakarta:
27. Pusat Perbukuan Depdiknas.
28. Pusat, P. H. D. I. (2020). Konsep Mati
Menurut Hindu. Retrieved February 13, 2020,
from
29. https://phdi.or.id/artikel/konsep-mati-
menuruthindu
30. Satria, D. (2013). COMPLEMENTARY AND
ALTERNATIVE MEDICINE (Idea Nursing
31. Journal, 4, 82–90.
32. Silva, L. de. (2020). Pelayanan Kepada
Orang Sakit dan Sakit Menjelang Kematian.
33. Retrieved February 13, 2020, from
https://samaggi-phala.or.id/naskahdhamma/
34. pelayanan-kepada-orang-sakit-dansakit-
menjelang-kematian-2/
35. Sulfikar. (2019). Konsep Bimbingan Pribadi-
Sosia dalam Mengembangkan Sikap Positif
36. Siswa. Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 3(2), 155.
https://doi.org/10.29240/jbk.v3i2.1061
37. Wahyuningsih, T. (2017). Tinjauan Sosial
Budaya dalam Perawatan Paliatif. Gombong.
38. Walgito, B. (2010). Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: Andi Offset.
39. Widyastuti. (2004). Terapi komplementer
dalam keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 12, 53–57.

Dokumen ini adalah milik dari 3 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
3 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

40. Yusuf, A., Nihyati, H. E., Iswari, M. F., &


Okviasanti, F. (2016). Kebutuhan Spiritual:

LESSON PREVIEW/ REVIEW


(MODUL 9 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL ILLNES (PALLIATIVE CARE)
1. Introduction (2 mins)
Assalamualaikum Wr. Wb/ Selamat pagi/siang semuanya, semoga dalam keadaan sehat.
Pada sesi ini kita akan mempelajari bersama topik mengenai Asuhan keperawatan pada pasien
terminal illnes (palliative care)
2. Activity 1: What I Know (3 mins)
Asuhan keperawatan pada pasien menderita penyakit pada stadium akhir (stadium terminal)
merupakan tugas perawat seperti halnya memberikan asuhan keperawatan pada individu dengan
penyakit lain. Proses yang harus dilalui dalam asuhan keperawatan diawali dengan: 1) pengkajian semua
aspek (head to toe) dan/atau semua sistem tubuh, 2) penegakkan diagnosa keperawatan, 3)
perencanaan keperawatan, 4) pelaksanaan dan 5) evaluasi.
Pengkajian pada pasien terminal dilakukan oleh perawat bisa secara langsung atau tidak langsung.
Pengkajian secara langsung dengan wawancara dan pemeriksaan fisik, sedangkan pengkajian secara
tidak langsung dengan melihat data skunder berupa data status pasien atau data demografi lain.
Pengkajian yang baik yaitu dengan melibatkan seluruh komponen yang mampu dikaji, artinya tidak hanya
riwayat individu pasien namun lebih optimal bila dilakukan pengkajian dengan allo anamnese. Pengkajian
dengan allo anamnese adalah pengkajian yang dilakukan dengan melibatkan orang lain sebagai sumber
informasi. Misalnya pengkajian pasien dengan sumber informasinya suami, istri atau anak yang dekat
dengan pasien, sehingga data yang disajikan akurat. Kebutuhan pengkajian pada pasien terminal lebih
menekankan riwayat menderita penyakit sampai dengan kondisi terakhir atau vonis untuk tidak
memungkinkan sembuh kembali. Disamping itu perlu diperhatikan bagaimana pemenuhan kebutuhan
dasarnya, yaitu: kebutuhan fisiologis makan, minum, eliminasi, istirahat dan tidur serta kebutuhan dasar
lain apakah bisa dipenuhi sendiri atau harus memerlukan bantuan orang lain. Sejauhmana
pemenuhannya? Apakah tergantung total dengan perawat? Hal-hal yang berhubungan dengan
keseimbangan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut yang mendasari pengkajian pada pasien terminal.

Dokumen ini adalah milik dari 4 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
4 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

Selanjutnya bentuk koping yang sudah diambil dalam mekanisme pertahanan secara mental dalam
menghadapi penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Selain kebutuhan dasar, pasien terminal ini juga
harus diberikan perhatian khusus sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman,
rasa mencintai sampai dengan bentuk aktualisasi diri yang sering terganggu.
Diagnosa keperawatan pada pasien terminal ditegakkan bersadarkan analisa data yang disusun
sesuai dengan data subjektif dan objektif. Adapun data objektif yaitu data yang dilihat dari hasil
pemeriksaan fisik dan pengukuran lain. Data subjektif adalah data yang didapat dari pernyataan yang
diungkapkan pasien saat pengkajian merupakan data senjang dari semua data yang berhasil dikaji.
Seringkali dalam penegakan diagnosa dapat merujuk ke diagnosa NANDA terbaru atau merujuk ke
diagnosa yang diungkapkan oleh Carpenito, relevan dengan data yang diperoleh. Perencanaan
keperawatan pasien terminal adalah menyusun perencanaan terdiri dari menentukan tujuan, intervensi
dan rasional. Tujuan yang ditetapkan adalah tujuan umum atau jangka panjang dan tujuan khusus atau
jangka pendek. Tujuan khusus yang lebih spesifik lebih ditekankan pada pencapaian kriteria SMART.
Arti SMART adalah menyusun kriteria Spesifik, Measurable, Achivable, Reasonable/real, Time limit.
Berbagai kebutuhan keilmuan untuk membuktikan tujuan yang bisa memenuhi kriteria tersebut dengan
memenuhi kebutuhan penegakan masalah yang relevan.
Bimbingan spiritual menjadi bagian penting dari kesehatan, dan telah menjadi ketetapan WHO
dalam Ghaderi (2018) yang menyebutkan bahwa aspek spiritual atau agama adalah salah satu unsur
dari pengertian kesehatan secara holistik (Ghaderi, Tabatabaei, Nedjat, Javadi, & Larijani, 2018).
Sehingga, diperlukan perawat untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya.
Umumnya, pasien dengan kondisi terminal memiliki potensi untuk mengalami depresi berat, dan
merasakan amarah karena ketidakberdayaan serta keputusasaan yang ada dalam kepalanya. Dalam
tahap akhirnya ini, pasien perlu selalu berada di dekat perawat, sehingga pemenuhan kebutuhan spiritual
pasien bisa meningkatkan motivasinya untuk melanjutkan hidup meski didiagnosa keadaan terminal,
serta membantu pasien mempersiapkan diri menghadapi alam yang kekal dengan tipisnya harapan
sembuh.

Dokumen ini adalah milik dari 5 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
5 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

1. Apa pengkajian secara umumterminal illness perawatan palliative?

_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
2. Bagaiman intervensi perawatan paliatif beserta diagnosanya pada penyakit terminal
illness?
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
3. Apa pemaparan ECOG diseusiakan dengan kernofsky?
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
______________________________________________________________________
4. Apa intervensi primer, sekunder dan tersier pada pasien terminal illness?
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

MAIN LESSON
Penyakit terminal adalah penyakit yang secara medis kedokteran tidak bias disembuhkan lagi, dan
penyakit ini terjadi pada stadium lanjut. Dalam hal ini, orientasi pelayanan yang diberikan pada pasien tidak
hanya penyembuhan saja, namun juga perawatan yang membuat pasien bisa mencapai kualitas hidup terbaik
bagi dirinya dan keluarga. Kematian merupakan tahap paling akhir dalam kehidupan. Kematian bias saja datang
tanpa peringatan secara tiba-tiba, atau bisa mengikuti fase sakit yang sudah panjang. Meski demikian, kematian
tidak memandang usia seseorang. Tua maupun muda, dari bayi hingga manula, semua bisa saja mengalami
kematian. Kondisi terminal merupakan keadaan sakit dimana tidak ada lagi harapan bagi pasien untuk bisa
sembuh menurut akal sehat. Keadaan seperti ini bisa diakibatkan oleh penyakit tertentu atau mengalami
kecelakaan.
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam
waktu yang bervariasi (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat
Dokumen ini adalah milik dari 6 of 26
Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
6 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki
kualitas hidup (Tim medis RS Kanker Darmais, 1996).

Pengkajian Pasien Terminal


1. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang. Riwayat ini berisikan mengenai penyakit yang sedang diderita
klien saat ini.
b. Riwayat kesehatan dahulu. Yaitu berisikan mengenai keadaan pasien di masa lalu, apakah
sudah pernah opname di rumah sakit untuk penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga pasien. Riwayat ini berisikan data apakah anggota keluarga
sudah pernah menderita penyakit yang sama dengan yang klien alami saat ini.
2. Prinsip dan konsep dalam etika keperawatan, budaya, norma, dalam mengkaji pasien terminal.
Beberapa perubahan fisik yang mungkin terjadi saat menjelang kematian
a. pasien cenderung kurang respon terhadap keadaan
b. Melambatnya fungsi tubuh
c. pasien mulai tidak sengaja berkemih atau defekasi
d. Jatuhnya rahang pasien
e. Pernafasan pasien mulai terdengar dangkal, dan tidak teratur
f. Peredaran darah mulai terasa perlambatannya, dan teraba dingin pada bagian ekstermitas,
nadi semakin lemah namun epat.
g. pernafasan mulai tidak teratur dan terdengar dangkal
h. Warna pucat pada kulit
i. mata membelalak serta mulai tidak menunjukkan respon terhadap rangsangan cahaya
3. Kesadaran pasien terminal. Strause et all dalam Milia dan Wijayanti (2018), mengkategorikan
kesadaran ini dalam 3 kategori:
a. Closed Awareness/Tidak Mengerti. Dalam keadaan ini, biasanya dokter lebih memilih agr
tidak menyampaikan prognose dan diagnose pada keluarga atau klien. Namun, beda untuk
perawat, hal ini akan sangat menyulitkan lantaran perawat berkontak dengan pasien lebih

Dokumen ini adalah milik dari 7 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
7 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

dekat dari pada dokter, dan acapkali ditanya oleh pasien terkait hal tersebut. Perawat kerap
disodorkan berbagai pertanyaan seperti kapan pasien akan sembuh, atau kapan bisa pulang,
dsb.
b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi. Dalam keadaan ini, bisa dikatakan
klien diberikan kesempatan agar bisa membuat keputusan tentang semua hal yang sifatnya
pribadi meskipun itu menjadi hal yang berat baginya.
c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan terbuka. Dalam tahap ini, pasien dan orang
disekitarnya sudah tahu bahwa ajala sudah menjelang bagi pasien, dan mereka berusaha
untuk menerima serta mendiskusikannya walaupun tetap merasa getir (Milia & Wijayanti,
2018).
4. Faktor-faktor yang perlu dikaji
a. Kebersihan Diri. Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan dirinya akan kebersihan diri
meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kebersihan mulut, kuku serta pemenuhan
kebersihan setelah buang air besar/kecil.
b. Rasa nyeri. Tingkat nyeri yang dirasakan, durasi nyeri, lokal, waktu nyeri, penyebaran nyeri.
Kemampuan pasien untuk menahan nyeri, bagaimana koping pasien terhadap nyeri. Obat
apa saja yang telah diberikan untuk mengatasi nyeri.
c. Jalan Nafas. Perlu diperhatikan pola nafas, frekuensi nafas, bunyi nafas. Seringkali bila
didapatkan pasien dengan sesak nafas, perlu dilihat juga apakah menggunakan otot-otot
pernafasan. Bila menggunakan oksigen sebagai bantuan nafas, maka identifikasi kebutuhan
oksigen agar tidak terjadi asidoses metabolik. Bagi pasien yang sadar secara penuh, mungkin
akan lebih baik untuk menerapkan posisi fowler dan pengeluaran sekresi lendir penting
dilakukan sebagai upaya membebaskan jalan nafas. Namun, bagi pasien yang tidak sadar,
posisi sim bisa menjadi posisi yang baik dengan dipasangkan drainase dari mulut serta
pemberian oksigen.
d. Aktifitas. Perlu diperhatikan apakah pasien masih bisa beraktifitas untuk keperluan diri sendiri
atau sudah bergantung dengan orang lain. Kalau masih bergantung dengan oang lain, perlu
dilihat kembali apakah tingkat ketergantungan pasien total atau sebagian. Jika kondisi pasien

Dokumen ini adalah milik dari 8 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
8 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

memungkinkan, maka pasien bisa mulai mobilisasi seperti: berusaha turun dari ranjang tidur,
mengganti posisi tidur agar mencegah terjadinya decubitus, dan hal ini dilakukan secara
periodic. Bila perlu, bisa menggunakan alat untuk menyangga tubuh pasien, karena tonus
otot sudah menurun.
e. Nutrisi. Acap kali pasien mengalami nausea dan anorexia karena adanya penurunan gerakan
peristaltic dalam tubuhnya. Untuk mengatasi hal ini, pasien bisa diberikan obat anti ametik
untuk mengurangi mual yang dirasakan, dan meningkatkan rangsangan nafsu makan serta
memberikan makanan dengan tingkat kalori tinggi.
f. Eliminasi. Adanya penurunan, atau bahkan kehilangan tonus otot bisa membuat pasien
mengalami konstipasi, inkontinen feses dan urin. Pemberian obat laxant bisa dikolaborasikan
untuk mencegah terjadinya konstipasi. Pasien yang mengalami inkontinensia bisa diberikan
urinal, pispot secara periodic/ teratur. Selain itu, bisa juga memasangkan duk yang diganti
tiap saat atau bisa juga dilakukan kateterisasi. Kebersihan pada daerah sekitar perineum
perlu selalu dijaga dan diperhatikan, bila terjadi lecet, harus segera diberikan salep.
g. Perubahan Sensori. Klien dengan penyakit terminal stadium lanjut, sering terjadi penurunan
sensori terutama apabila penglihatan klien berubah menjadi kabur, biasanya pasien mulai
menghindari atau menola untuk menghadapkan kepala ke arah lampu /tempat terang. Pada
saat seperti itu, klien memang masih bisa mendengar, namun mungkin sudah tidak bisa
merespon.
h. Kebutuhan Sosial. Terkadang pasien dalam keadaan terminal perlu ditempatkan pada ruang
tersendiri, terutama klien dengan penyakit khusus, serta dalam upaya memenuhi seluruh
kebutuhan hubungan sosial dan keluarganya, beberapa hal yang bisa dilakukan perawaat
yaitu:
1. Menanyakan pada pasien atau keluarga siapa saja yang ingin dihadirkan untuk
bertemu dengan pasien, dan hal ini bisa didiskusikan bersama keluarga,
missal : teman terdekat, anggota keluarga lain, sanak kerabat.
2. Berupaya menggali perasaan yang dirasakan klien sehubungan dengan
sakitnya saat ini hingga perlu dilakukan diisolasi.

Dokumen ini adalah milik dari 9 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
9 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

3. Menyarankan saudara dan teman klien untuk lebih sering mengunjungi serta
mengajak orang lain untuk menjenguk.
i. Kebutuhan Spiritual
1. Bertanya kepada klien mengenai harapan hidupnya serta rencana yang dimiliki
klien selanjutnya menjelang kematiannya.
2. Bertanya kepada klien apakah dirinya ingin didatangkan pemuka agama untuk
memenuhi kebutuhan spiritualnya.
3. Mendukung, mendorong, dan klien untuk memenuhi kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.

Perumusan Diagnosa
Masalah keperawatan pada pasien yang menderita penyakit terminal bisa muncul secara
bersamaan. Perumusan diagnosa pasien terminal mengacu pada hasil pengkajian. Berikut ini kondisi
yang sering terjadi pada pasien terminal, namun tidak menutup kemungkinan masalah lain yang mungkin
muncul. Masalah yang sering terjadi menurut Potter et.al yaitu:
1. Nyeri dapat bersifat akut atau kronis. Bila nyeri akibat kanker progresif biasanya kronis
dan konstan. Setiap sumber iritasi dapat menyebabkan peningkatan nyeri.
2. Nutrisi tidak adekuat karena penurunan nafsu makan atau akibat gangguan pencernaan.
3. Gangguan pada sistem pencernaan:
a. Biasanya mual muntah terjadi akibat proses penyakit (kanker) atau akibat
komplikasi lain, serta akibat medikasi.
b. Konstipasi terjadi akibat medikasi narkotikdan immobilitas sehingga
memperlambat paristaltik. Konstipasi terjadi juga bisa karena diet rendah serat,
karena yang masuk hanya cairan. Hal ini karena perubahan nafsu makan
c. Diare sering terjadi akibat penyakit kanker kolon. Biasa juga terjadi akibat efek
pemberian pengobatan
4. Keletihan terjadi karena tuntutan metabolik kanker sehingga menurunkan kekuatan otot.

Dokumen ini adalah milik dari 10 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
10 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

5. Dehidrasi juga bisa terjadi sejalan dengan perkembangan penyakit, hal ini disebabkan
karena pasien tidak mampu mempertahankan asupan cairan. Atau terjadi akibat obstruksi
saluran pencernaan.
6. Inkontinensia urin, biasa terjadi akibat komplikasi penyakit kanker yang sudah mengalami
metastase ke medulla spinalis. Bisa terjadi juga pada pasien terminal yang sudah
mengalami penurunan kesadaran.
7. Ansietas/ kecemasan/ ketakutan individu, keluarga yang diperkirakan bisa berhubungan
dengan situasi yang tidak dikenali, sifat serta kondisi yang tak dapat diperkirakan, atau
merasa takut dengan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup yang telah dilalui.
8. Pola pernafasan tidak efektif, hal ini bisa muncul paa sebagian pasien dengan kasus
kanker paru terminal, atau akibat penyakit lain yang mengakibatkan odema paru, serta
penyakit paru obstruktif menahun. Atau dipicu adanya penurunan Hb sehingga kapasitas
oksigen dalam paru menurun.
9. Duka yang berhubungan dengan penyakit terminal yang dihadapi, terlebih menjelang
kematian, penutunan fungsi, konsep diri yang berubah, dan berusaha menarik diri dari
orang lain.
10. Perubahan proses keluarga yang berkaitan dengan gangguan kehidupan dalam keluarga,
merasa takut dengan hasik kematian, ditambah dengan lingkungan tempat perawatan
yang penuh degan stress (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2021).

Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan sebagai intervensi yang harus diberikan kepada pasien dengan penyakit
terminal, perlu memperhatikan tindakan tanpa kolaborasi (tindakan mandiri perawat) serta tindakan kolaboratif.
1. Pemberian analgesik narkotik (kolaborasi) dengan jadual yang teratur untuk mengatasi nyeri kanker.
2. Manajemen nyeri non farmakologik juga bisa diberikan untuk pasien terminal dengan nyeri pada
ambang batas sedang berat (skala 6-7) dengan teknik nafas dalam relaksasi, guided immagery,
distraksi (pengalihan perhatian), masagge (stimutor syaraf perifer) untuk memberi peredaan pada
nyeri.

Dokumen ini adalah milik dari 11 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
11 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

3. Gunakan modifikasi antara pemberian manajemen nyeri farmakologik dan non farmakologik sesuai
dengan perubahan status kesehatan klien.
4. Perlu diberikan perawatan kulit untuk meminimalkan paparan terhadap iritan, yaitu: perawatan kulit
termasuk memandikan setiap pagi sore, pemberian lotion supaya tidak kering, pengaturan posisi
tidur, penggantian linen dan penataan linen dengan rapi.
5. Berikan perawatan mulut yang sering, durasi 2-4 jam sekali untuk menekan sensasi mual, dengan
menggunakan sikat gigi yang lembut. Bibir dipertahankan lembab dengan memberikan lip gloss.
6. Bersihkan mata untuk mempertahankan kebersihan.
7. Diskusikan dengan tim lain (medis, nutritionis) tentang pengobatan dan diet tetentu untuk mengatasi
perubahan pengobatan dengan efek mual dan muntah serta efek diare/konstipasi.
8. Beri pasien periode istirahat yang cukup untuk mengatasi keletihan dengan ruangan yang nyaman
dan tenang. Hal ini berhubungan dengan usaha penghematan energi pasien terminal.
9. Bila pasien mengalami inkontinenia urin, perawat harus siap dengan linen yang mudah meresap,
antisipasi gesekan dengan kulit karena memudahkan iritasi kulit, serta menyiapkan perasat kateter
jika memungkinkan.
10. Penyediaan nutrisi dengan porsi yang memungkinkan pasien habis sesuai dengan skala diet yang
disajikan. Jika memungkinkan membawa makanan dari rumah yang disenangi semasa sebelum
sakit, sehingga akan meningkatkan nafsu makan, serta membri kesempatan keluarga untuk
berpartisipasi terhadap pasien.
11. Posisikan klien yang bisa meningkatkan pola nafas menjadi efektif, serta sediakan oksigen yang
cukup.
12. Batasi pengunjung yang menyebabkan pasien letih.

Konseling pada pasien terminal-illness dengan T4T (Tips 4 Today) – Konseling pada pasien yang
mempunyai penyakit terminal (Terminal Illnes). Sangat sulit memang di saatsaat seperti ini, namun sebagai
perawat tetap harus rasional dalam menyampaikan kondisi pasien/klien yang sesungguhnya. Menyampaikan
perhatian harus dalam kemasan situasi, tempat dan bahasa yang “manusiawi” artinya yang bisa diterima oleh
pasien/klien serta keluarganya.

Dokumen ini adalah milik dari 12 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
12 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

Tidak perlu menolak diagnosis, di saat ini perjuangan dimulai – baik pasien, keluarga pasien, dokter, dan
perawat itu sendiri. Pendampingan tidak hanya ketika “vonis” pertama kali disampaikan, namun pra- dan pasca
vonis itu yang lebih penting bagi pasien dan keluarganya. Prinsip utama “Jika tidak bisa memperpanjang hidup,
setidaknya mengurangi penderitaan”, sesuai kapasitasku, secara psikologis tentunya.
Sejujurnya, jika fisik sudah tidak dapat dipertahankan, daya tahan psikologis seharusnya dapat
ditingkatkan. Begitu halnya bagi keluarga yang pagi siang mendampinginya, dengan tugas melakukan
pendampingan saya berharap kesehatan psikologis keluarga akan dapat meningkatkan daya tahan fisiknya.
Ternyata, ada kecenderungan pasien/klienku – sahabatku - menjadi tidak takut mati, namun takut untuk hidup.
“Apa yang dapat saya lakukan jika saya masih diberi hidup namun dalam kondisi seperti ini …….”.
Perlu kepekaan untuk terus melakukan pendampingan, mengamati pasien/klien dalam kondisi kritis,
mempelajari respon dan kebutuhannya, serta mendekatinya sepanjang keluarga tidak berkeberatan. Klien akan
berusaha untuk mempertahankan praktik kegiatan spritualnya, dan hal ini akan mempengaruhi bagaimana
penerimaannya terhadap ancaman kematian.

1. Bimbingan dan konseling pada pasien terminal


Dalam mengartikan makna bimbingan, ahli di bidang bimbingan dan konseling memberikan pengertian
khusus yang berbeda-beda. Walau demikian, sebenarnya pengertian yang mereka jelaskan memiliki kesamaan
benang merah, bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan. Menurut Abu Ahmadi dalam Sulfikar,
dijelaskan bahwasannya bimbingan adalah bantuan yang diberikan pada individu atau peserta didik, dengan
tujuan mengembangkan potensi diri secara optimum dengan cara memahami diri, memahami lingkungannya,
mengatasi hambatan yang ditemui, agar dapat menentukan rencana masa depan yang lebih baik (Sulfikar,
2019). Hal serupa juga disampaikan oleh Prayitno dalam Erman Amti (2004) bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakanakan oleh orang ahli pada seorang atau beberapa individu, baik itu anak anak
remaja maupun dewasa, supaya orang yang diberikan bimbingan bisa mengembangkan kemampuan dalam
dirinya sendiri dan mandiri dengan cara memanfaatkan kekuatan dalam individu serta memaksimalkan sarana
yang ada, dan dapat dikembangkan sesuai dengan norma yang berlaku.

Dokumen ini adalah milik dari 13 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
13 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

Sedangkan menurut Bimo Walgito (2010), dijelaskan bahwa bimbingan merupakan pertolongan atau
bantuan yang diberikan pada individu atau beberapa individu untuk menghindari atau mengatasi kesulitan di
hidupnya, supaya individu bisa mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya (Walgito, 2010).
Chiskolm juga menjelaskan bahwa bimbingan diadakan untuk membantu setiap individu agar lebih
mengenali berbagai informasi mengenai dirinya sendiri (Prayitno dan Amti, 2004). Konseling merupakan
hubungan secara pribadi yang dilakukan dengan tatap muka antar dua orang, dimana si konselor menjalani
hubungan itu menggunakan kemampuan khususnya. Jones menyebutkan bahwa konseling adalah suatu
hubungan yang bersifat professional, antara konselor terlatih dengan klien. Hubungan yang ada biasanya
bersifat individual meski terkadang melibatkan lebih dari dua orang dan ditujukan untuk membantu klien supaya
memahamii dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga bisa membuat pilihan
yang bermakna bagi klien.

2. Pelayanan konseling dan pendampingan


Melalui pendampingan dan konseling, harapannya klien dapat dibantuk utuk mendapatkan:
a. Perhatian/ attention. Perhatian diberikan kepada lien berupa kehadiran, sapa, senyum, jabat
tangan atau bentuk komunikasi sederhana lain yang bisa bersifat terapeutik, sebagai tanda tulus,
penerimaan, dan sentuhan kasih.
b. Dukungan / sustaining Dukungan baik psikis, moral, dan spiritual diberikan bagi klien yang tengah
mengalami kesakitan atau faktor lain yang membuat dia sakit sehingga harus mampu bertahan
dalam situasi sulit untuk disembuhkan.
c. Bimbingan / guiding Bimbingan ini diberikan pada klien yang mengalami kebingungan untuk
menentukan keputusan yang bertanggung jawab, terlebih yang memiliki hubungan dengan
pilihan hidup mendasar.
d. Penyembuhan luka batin / inner healing. Adalah penyembuhan yang dilakukan untuk pasien yang
mengalami luka batin, dan luka batin ini menghalangi dirinya untuk melakukan penghayatan
emosionalitas, sosialitas, dan iman untuk menemukan jati dirinya kembali sebagai seorang
manusia utuh dan unik.

Dokumen ini adalah milik dari 14 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
14 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

Konsep bimbingan dan konseling pada pasien terminal merupakan suatu proses yang dilaksanakan
secara tatap muka, dimana konselor membantu klien untuk pemecahan masalah yang berhuungan dengan
keadaan yang dihadapi saat ini. Dalam proses konseling, beberapa hal yang harus terjadi adalah:
1) Hubungan untuk saling percaya satu dengan yang lain
2) Komunikasi terbuka
3) Memberdayakan klien agar klien dapat menentukan keputusannya sendiri
Komunikasi interpersonal yang baik mengandung komunikasi dua arah, adanya perhatian pada aspek
verbal dan non verbal, penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, pikiran, perasaan, dan menerapkan
sikap mendengar yang efektif.
1) Komunikasi dengan menggunakan kata-kata Ciri yang baik yaitu menggunakan kata. sederhana
dan mudah dimengerti, menghindari kata yang menyinggung, mengulang kata untuk
memperjelas pertanyaan klien, menyimpulkan, memberi semangat, memberikan informasi yang
dibutuhkan. Beberapa kalimat yang bisa digunakan untuk menandakan bahwa konselor
mendengarkan dengan baik adalah seperti :Ya, saya mengerti.” “Ya, saya setuju.” “Saya
menghargai hal itu”.
2) Perilaku yang tidak mendukung dan sebaiknya dihindari yaitu menasehati, berkhotbah, menilai
secara moral, memaksa, menghakimi, interogasi, keluar dari inti pembicaraan, dan berlebihan.
3) Bentuk : nada, suara, ekspresi wajah, menggerakkan anggota tubuh, kontak mata.
4) Perlaku ekspresi yang tidak mendukung: memutar bola mata, sering melihat jauh, mata terlihat
kosong, jarak dengan klien jau, mengerutkan alis, bibir, menggunakan nada suara yang dibuat—
buat, berbicara terlalu cepat, atau justru terlalu lembut, banyak bergerak.

Prosedur Bimbingan dan Konseling


Langkah-langkah
1. Persiapan alat :
a. Alat peraga berupa leaflet, phantoom dan model
b. Alat perekam

Dokumen ini adalah milik dari 15 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
15 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

No Elemen Kegiatan

1 Melakukan pengkajian 1. Mengidentifikasi kebutuhan konseling kesehatan pada


pada kebutuhan pasien terminal
konseling 2. Masalah fisik dan psikis pasien terminal diidentifikasi.
2 Menyiapkan tempat 3. Tempat konseling disiapkan dengan benar:
konseling a. Tenang (terjaga privacy pasien)
b. Aman
c. Nyaman
3 Melaksanakan konseling 4. Salam terapeutik disampaikan dengan ramah
pasien terminal 5. Duduk menghadap pasien, dengan mempertahankan
kontak mata*
6. Eskpresi wajah menunjukkan perhatian, sikap
bersahabat, tidak menilai dan dengan tersenyum
7. Kesediaan diri dan waktu untuk mendengarkan
pasien diucapkan dengan benar dan hati-hati.*
8. Jaminan kerahasiaan pasien disampaikan secara
hatihati.
9. Tingkah laku verbal dan non verbal pasien
diperhatikan dengan seksama.
10. Kesediaan diri untuk mendengarkan semua yang
akan diungkapkan klien disampaikan dengan benar.*
11. Alat bantu untuk memperjelas informasi (alat
merekam) digunakan dengan tepat.*
12. Ungkapan klien direspon secara konstruktif, beri
dukungan dengan benar*.
13. Informasi diberikan dengan jelas sesuai kebutuhan
pasien *
14. Klarifikasi pemahaman pasien dengan hati-hati.*
15. Masalah dirumuskan dengan seksama bersama
pasien.*
16. Alternatif pemecahan masalah dirumuskan bersama
pasien dilakukan dengan seksama.*
17. Pasien diberi desempatan mengambil keputusan*
18. Langkah-langkah pemecahan masalah dirumuskan
bersama pasien dengan benar*
19. Rujukan (Rohaniwan, psikolog, psikiater, hospice
care) yang perlu dihubungi ditunjukkan dengan benar.
20. Semua pembicaraan dirangkum dengan jelas sesuai
permasalahan.*
21. Salam diucapkan sebelum meninggalkan ruangan.
Dokumen ini adalah milik dari 16 of 26
Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
16 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

4 Melakukan evaluasi dan 22. Upaya tindak lanjut: kontrak pertemuan ulang
tindak lanjut. dirumuskan
23. Merencanakan tindakan sesuai dengan hasil
konseling
5 Melakukan pencatatan 24. Hasil dari proses konseling kesehatan didokumentasi
dalam dokumentasi dengan jelas.
keperawatan 25. Adanya paraf/tanda tangan dan nama terang konselor
kesehatan

Perawatan lanjutan dirumah sesuai dengan kebijakan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
812/Menkes/SK/VII/2007 Tanggal: 19 Juli 2007
a. Batasan perawatan lanjutan di rumah Palliative home care merupakan pemberian perawatan
paliatif yang dilaksanakan di rumah pasien sendiri, dilakukan oleh tenaga paliatif professional
dan/atau keluarga namun tetap di bawah bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif profesional.
Adapun tujuan perawatan di rumah yaitu:
1) Menghemat pengeluaran biaya
2) Keluarga bisa lebih intensif memberikan pengawasan dan perawatan pada anggota yang
sakit
3) Dapat mengefisiensi waktu dantenaga yang dikeluarkan keluarga
4) Keluarga bisa berdiskusi tentang apa yang keputusan terbaik untuk pasien.
5) Kebutuhan pasien dan keluarga bisa lebih banyak terpenuhi dengan mudah
b. Sistem Rujukan. Sistem rujukan merupakan langkah perjalanan pasien untuk malekukan
pemeriksaan kesehatan yang berjenjang. Adapun pelaksanaan sistem rujukan di negara
Indonesia sudah diatur secara bertingkat atau berjenjang, yakni pelayanan kesehatan untuk
tingkat pertama, kedua, dan ketiga. Dalam pelaksanaannya, ketiga tingkat tidak berdiri sendiri-
sendiri, melainkan tetap berada disuatu sistem dan tetap saling berhubungan. Jika pelayanan
kesehatan primer tidak bisa memberikan tindakan medis tingkat primer, maka tanggung jawab
tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, dan seterusnya. Bila seluruh faktor pendukung (mulai
dari segi pemerintah, segi teknologi, dan segi transportasi) sudah terpenuhi maka proses tersebut
akan berjalan baik, sehingga masyarakat awam pun akan segera tertangani dengan cepat dan
tepat. Sebuah penelitian menyatakan bahwa ada beberapa hal yang bisa menyebabkan
Dokumen ini adalah milik dari 17 of 26
Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
17 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

kegagalan dalam proses suatu rujukan, yaitu tidak ada adanya keterlibatan pihak tertentu yang
seharusnya terlibat, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan. Sampai saat ini,
sebenarnya pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia pun masih terus diperbaiki dan
disempurnakan.
c. Langkah perawatan lanjut di rumah. Dilaksanakan oleh unit khusus atau hospis (rumah
penginapan) melalui keluarga relawan namun tetap berada di bawah bimbingan perawat terlatih
paliatif. Pada umumnya, perawatan di rumah lebih bisa diterima dan mudah dijangkau daripada
perawatan di rumah sakit, karena pasien biasanya lebih memilih untuk meninggal di rumah
daripada di rumah sakit.

Implementasi
1. Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan denga situasi yang tak dikenal. Sifat kondisi
yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efeknegative pada gaya hidup. Bantu klien untuk
mengurangi ansietasnya:
a. Berikan kepastian dan kenyamanan
b. Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empati, jangan menghindari pertanyaan
c. Doronglah pasien untuk mau menjelaskan tiap ketakutan serta permasalahan yang berhubungan
dengan proses pengobatannya.
d. Mengidentifikasi dan mendukung mekanisme koping efektif klien yang mengalami kecemasan.
e. Ansietas cenderung bisa memperburuk masalah yang sudah ada. Oleh karenanya, bantu klien
yang mengalami peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
f. Melakukan pengkajian tingkat ansietas klien: membuat rencana pernyuluhan apabila tingkatnya
rendah atau sedang. Beberapa rasa pada takut biasanya didasari oleh informasi yang tidak
akurat, dan hal ini dapat dihilangkan dengan memberikan edukasi dan informasi akurat. Klien
dengan ansietas berat atau parah cenderung tidak mampu menyerap pelajaran.
g. Memberikan dorongan pada keluarga dan teman untuk dapat mengungkapkan apa yang mereka
takutkan. Pengungkapan ini memungkinkan keluarga dan teman untuk saling berbagi dan
memberiakan kesempatan bagi keduanya untuk memperbaiki konsep yang tidak benar.

Dokumen ini adalah milik dari 18 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
18 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

h. Memberikan klien dan keluarga kesempatan serta penguatan koping positif. Dengan menghargai
klien untuk koping efektif bisa memperkuat renson koping positif yang akan datang.
2. Klien yang berduka karena penyakit terminal, kematian, dan penurunan fungsi karena sakit terminal
akan:
a. Mengungkapkan rasa kehilangan dan perubahan yang dialaminya
b. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan perubahan dan kehilangan
c. Menyatakan kematian akan terjadi
Anggota keluarga akan cenderung berupaya mempertahankan hubungan erat yang efektif, dan hal ini
dibuktikan dengan beberapa cara seperti
berikut:
a. Menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama klien.
b. Memperlihatkan kasih sayang , melaksankaan komunikasi terbuka dengan klien
c. Berpartisipasi aktif dalam perawatan
Saat menghadapi keadaan seperti di atas, maka hal yang dapat dilakukan perawat adalah:
a. Memberikan kesempatan pada klien serta keluarga untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan,
mendiskusikan kehilangan secara terbuka, menggali makna pribadi dari kehilangan. Menjelaskan pada
pasien dan keluarga bahwa berduka merupakan reaksi yang lazim terjadi. Mengetahui informasi bahwa
tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menjelang bisa menyebabkan
perasaan tidak berdaya, marah, sedih yang medalam, dan respon berduka yang lainnya. Diskusi jujur
dan terbuka mungkin dapat membantu klien serta anggota keluarga dalam menerima dan mengatasi
keadaan yang terjadi.
b. Memberikan dorongan dengan menerapkan strategi koping positif. Stategi koping positif dapat
membantu penerimaan dan pemecahan masalah bagi pasien dan keluarga.
c. Memberikan dorongan kepada klien untuk berani mengekpresikan manajemen diri yang positif.
Memfokuskan pada atribut yang positif seperti ini bisa meningkatkan penerimaan diri dan kematian yang
sedang atau akan terjadi.
d. Membantu klien untuk bisa mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, berupaya menjawab
semua pertanyaan dengan sejujur mungkin.

Dokumen ini adalah milik dari 19 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
19 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

e. Tingkatkan harapan pasien dan keluarga dengan perawatan yang penuh perhatian, menghilangkan
ketidaknyamanan bagi pasien dan keluarga dan memberikan dukungan sesuai.
3. Perubahan proses keluarga yang berkaitan dengan gangguan kehidupan yaitu mereka akan cenderung
merasa takut dengan hasil (kematian). Anggota keluarga atau kerabat terdekat mungkin akan :
a. Mencurahkan kekhawatirannya terkait prognosis klien.
b. Menceritakan kekhawatirannnya tentang lingkungan tempat dirawat.
c. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontinu selama perawatan klien.
Untuk menghadapi hal tersebut, peran yang bisa dilakukan oleh perawat adalah:
a) Meluangkan sebagian waktu untuk keluarga atau orang terdekat klien dan menunjukkan empati
yang baik. Sering melakukan kontak dan mengkomunikasikan perhatian dan peduli pada pasien
akan membantuk mengurangi cemas bagi pasien dan keluarga dan meningkatkan pembelajaran.
b) Mengizinkan keluarga atau orang terdekat klien untuk mengekspresikan perasaan yang mereka
rasakan, berbagi ketakutan dan kekawatiran. Saling berbagi bisa memungkinkan perawat untuk
mengidentifikasi ketakutan dan kekhawatiran untuk kemudian membuat rencana intervensi
mengatasinya.
c) Jelaskan bagaimana tindakan keperawatan dilakukan dan seberapa kemajuan postoperasi yang
dipikirkan dan bila perlu berikan informasi yang mendetail tentang kemajuan klien.
d) Anjurkan keluarga untuk sesering mungkin berkunjung dan berpartisipasi dalam melakukan
tindakan keperawatan. Kunjungan dan partisipasi yang intensif bisa meningakatkan interaksi
keluarga secara berkelanjutan.
e) Konsultasikan ke sumber komunitas dan sumber lainnya untuk keluarga yang memiliki masalah
seperti kebutuhan finansial, koping yang tidak berhasil, atau konflik permasalahan yang tidak
selesai yang memerlukan sumbersumber tambahan untuk membantu mengupayakan
pertahanan fungsi keluarga yang terjalin.
Resiko adanya distres spiritual yang berkaitan dengan perpisahan dari sistem pendukung keagamaan,
kurang privasi, atau ketidakmampuan diri untuk menghadapi ancaman kematian. Dalam keadaan ini, klien akan
berusaha mempertahankan praktik spritualnuya, dan praktik inilah yang akan mempengaruhi penerimaannya
terhadap ancaman kematian.

Dokumen ini adalah milik dari 20 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
20 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

a) Gali informasi apakah klien ingin melaksanakan praktek atau ritual keagamaan tertentu, atau
spiritual lain yang diinginkan. Hal ini ini bisa memberikan arti dan tujuan bagi klien dan bisa
menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan baginya.
b) Ekspesikan pengertian Anda bahwa praktik religious adalah hal yang sangat penting pada diri
seorang manusia. Hal ini mungkin akan membantu klien untuk mempertegas aspek religious yang
dimilikinya.
c) Berikan privasi serta ketenangan untuk melakukan ritual spiritual sesuai dengan kebutuhan klien.
Privasi dan ketenangan bisa memberikan pasien lingkungan yang memudahkan perenungan.
d) Bila memungkinkan, tawarkan pada klien untuk berdoa bersama atau membaca buku
keagamaan. Namun bila perawat tidak menganut keyakinan yang sama, Anda tetap dapat
membantu klien untuk memenuhi kebutuhan spritualnya.
e) Tawarkan pada klien untuk mempertemukan dirinya dengan pemuka agama, pemimpin religius,
atau rohaniawan rumah sakit untuk mengatur kunjungan (Carson 1989 ).

Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah pendekatan dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien serta keluarga
yang tenah menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit yang dapat mengancam nyawa.. Prinsip
perawatan paliatif:
1. Menghargai setiap detail kehidupan.
2. Menganggap kematian adalah keniscayaan dan termask proses yang normal.
3. Tidak mempercepat dan tidak juga menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien untuk mengambil keputusan bagi dirinya dan kehidupannya.
5. Meminimalisir nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien bisa tetap aktif sesuai dengan kondisinya
sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam fase berduka.

Dokumen ini adalah milik dari 21 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
21 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien Terminal


Semua perawatan paliatif yang dilakukan bisa dievaluasi dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Klien merasakan kenyamanan dan bisa mengekpresikan perasaannya pada perawat
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan terkait keadaannya
3. Klien selalu ingat kepada Tuhannya
4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan akan kembali kepada Tuhan YME.

Rangkuman

Keadaan terminal adalah keadaan dimanabpasien sedang menjalani sakit, yang sudah tidak memiliki
harapan bisa sembuh dari kesakitan tersebut, hingga dirinya sangat dekat dengan ajal atau kematian. Reaksi
yang diberikan pasien dalam keadaan seperti itu bersifat sangat individual, bergantung pada berbagai aspek
dalam diri apsien itu sendiri. Seorang individu yang tengah menghadapi kematian atau kondisi terminal akan
menjalani hidup, memberikan respon terhadap kejadian-kejadian dan orang di sekitarnya, hingga kematian itu
tiba mendatanginya. Umumnya, perhatian utama pasien kerap kali tidak tertuju pada kematian yang dialaminya,
melainkan lebih pada kehilangan kendali fungsi tubuh, merasakan nyeri yang teramat sangat, adanya tekanan
dalam psikologis yang mendalam karena akan mengalami perpisahan, serta kehilangan orang yang mereka
cintai.
Perawat perlu memahami apa yang tengah dialami pasien saat menjalani kondisi terminal, tujuannya
untuk bisa mempersiapkan dukungan dan menyediakan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhirnya bisa lebih bermakna dan akhirnya bisa meninggal dengan damai dan tenang. Asuhan perawatan
terminal memang tidak mudah. Dalam hal ini, perawat akan berusaha memberikan bantuan pada klien untuk
kembali mendapatkan martabatnya. Perawat bisa menjadi dapat berbagi penderitaan bagi klien pada masa
terakhinrnya, saat dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, klien perlu
mendapatkan perawatan penghormatan dan perhatian secara holistic dan penuh.

Dokumen ini adalah milik dari 22 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
22 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

CHECK FOR UNDERSTANDING


Setelah membaca dan memahami materi tersebut, silakan jawab pertanyaan berikut ini:
1. Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi materi kuliah
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________

2. 15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2 pertanyaaan multiple


Choise ____________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________

LESSON WRAP-UP
You are done with this session! Let’s track your progress. Shade the session number you just
completed.
Teori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Praktikum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Tuliskan 3 ringkasan yang telah anda pelajari dan pahami:


1. __________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
2. __________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
3. __________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________

Dokumen ini adalah milik dari 23 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
23 of 26
Keperawatan paliatif
Program Studi Sarjana Keperawatan-Horizon University Indonesia

Name: _____________________________________________________ Class number: _____

Section: ____________ Schedule: ______________________________ Date: ____________

Tuliskan 2 hal (materi/ dll) yang ingin anda pelajari terkait materi saat ini:
1. __________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
2. __________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________

Tuliskan 1 pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami:


1. __________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________

MENGECEK PEMAHAMAN
PRAKTIKUM

Dalam mengecek pemahaman mahasiswa pada modul ini mahasiswa diminta membuat 5 kelompok untuk
melakukan diskusi, Role Play Pengkajian Bio, Psiko, Sosio, Spiritual Dan Kultural dan mempresentasikan hasil
diskusi dengan topik asuhan keperawatan terminal illness (palliative care)

Membuat kasus fiktif kemudian Role Play Pengkajian Bio, Psiko, Sosio, Spiritual, Kultural dan mencari artikel
ilmiah, literatur review berdasarkan evidence based practice kemudian membuat makalah sesuai dengan
asuhan keperawatan dengan kondisi terminal illness, membuat asuhan keperawatan pengkajian,masalah kep,
intervensi dengan prinsip komunikasi paliatif care, untuk askep boleh merujuk ke SDKi dan SIKI:

Pembagian kel :
Ke 1 askep terminal illness pada pasien dewasa
Kel 2 askep terminal illness pada pasien anak
Kel 3 askep terminal illness pasien pada lansia
Kel 4 askep terminal pasien pada kondisi ibu hamil
Kel 5 askep terminal illness Kelompok Khusus (Orang dengan keterbatasan khusus/cacat/gangguan Jiwa/sosial)

Dokumen ini adalah milik dari 24 of 26


Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Horizon Indonesia
24 of 26

Anda mungkin juga menyukai