LP Abortus Imminens Prido

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGAWATDAURATAN MATERNAL (ABORTUS IMMINENS)

Di Ruang VK RSU Darmayu Ponorogo

Disusun oleh :

PRIDO WAHYU ARDIKA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2024
BAB I

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup
di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28
minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama
kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin
dalam rahim. Manuaba, 2007:683).
Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil
konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 1996, hal.
261). Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M,
1999). Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada
paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990).

B. Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian
mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan
dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi
sebagai berikut.
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil
mudah. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah
sebagai berikut:
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar
tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan
pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam
uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena
hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus
walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri
gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.
Sebab lain abortus dalam trimester ke-2 ialah servik inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan,
konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
5. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran)
6. Trauma
7. Gangguan nutrisi
8. Stress psikologis

C. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita

Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan


organ reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan.
Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang
ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii),
rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris,
sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.

Gambar 1. Organ Interna Wanita


1. Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut
melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi
menghasilkan ovum dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu
estrogen dan progesteron. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang
kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih
memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam
kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan
melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak
menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti
menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan
melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah
satu ovarium secara bergantian.
Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen.
Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi
korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen
yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel.
Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel
baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya.
2. Tuba falopii/oviduct (saluran telur)
Jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum
berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium
bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk
bergerak menuju uterus.
3. Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah
mengecil disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan
berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan
kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut
endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium
akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.
4. Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh
darah yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini
dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan.
Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai saluran
kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi.
Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang
mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual.
5. Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak
pada bagian paling atas dari vulva.
6. Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan
ditumbuhi rambut

Gambar 2. Organ Eksterna Wanita


7. Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium
mayora, banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora
menyatu di bagian atas membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi
vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan
lubang vagina di bagian bawah.

8. Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap
rangsang karena banyak mengandung saraf (Bobak, 2000).

D. Manifestasi Klinis

Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang


setelah beberapa jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen.
Nyeri pada abortus dapat terletak di sebelah anterior dan berirama seperti nyeri
pada persalinan biasa; serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah
yang persisten disertai perasan tekanan pada pangggul; atau nyeri tersebut bisa
berupa nyeri tumpul atau rasa pegal di garis tengah pada daerah suprasimpisis
yang disertai dengan nyeri tekan di daerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri
yang terjadi, kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan rasa nyeri
memperlihatkan prognosis yang jelek. Meskipun demikian, pada sebagian wanita
yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus, perdarahan bisa berhenti,
rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi.
Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah
banyak. Kadang-kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau
beberapa minggu bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah
segar, kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan.
Tanda-tanda kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau
pinggang mulanya belum ada atau ringan saja.
Tanda dan gejala pada abortus Imminen:
1. Terdapat keterlambatan datang bulan
2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot Rahim
4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim
5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.
E. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

F. Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis
abortus spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan
apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang
pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin
terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau
rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi
lebih sering dan kual perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya
atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan
yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih
lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil
konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah
keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh
ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul
dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih
bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks
membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri
atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan
hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens
mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini
terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.

G. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tedak segera diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-amati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomie, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomie. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas;mungkin
pula terjadi perlukaan pada kandung kencing atau usus. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomie harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia.
Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda
infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena
infeksi berat (syok Endoseptik).

H. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2. Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan
hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%)
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine
I. Penatalaksanaan
Penanganan abortus imminens terdiri atas:
1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan
hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus
didahului oleh kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan
oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak
banyak manfaatnya.
3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg
5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
7. Bila perdarahan
a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
J. Pathway

Gangguan Gangguan Gangguan faal


Infeksi akut Trauma
endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Retensi Janin Abortus Resiko


Abortus Spontan
Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Kurang
Perdarahan Nyeri abdomen
pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnosa medis, jenis kelamin.
2) Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi
kesehatan saat ini.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
c. Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan
sesudah sakit
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi
3) Pola eliminasi
4) Pola istirahat dan tidur
5) Pola personal hygiene
6) Pola aktivitas
7) Pola kognitif dan persepsi
8) Pola konsep diri
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola penanganan masalah stress
12) Pola keyakinan dan nilai-nilai
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan kesadaran umum
2) Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
3) Pemeriksaan head to toe
e. Pemeriksaan penunjang
1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.
2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup
3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2. Diagnosa Keperawatan
(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)
a. Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi
meningkat
b. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah
c. Risiko syok d.d kekurangan volume cairan
d. Risiko ketidakseimabangan cairan d.d perdarahan
e. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
No. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Akut (D.0077) Luaran Utama : Tingkat Nyeri (L.08066) 1. Manajemen Nyeri (I. 08238)
Ekspetasi : Menurun
Definisi : Pengalaman sensorik Observasi :
atau emosional yang berkaitan Kriteria Hasil :
dengan kerusakan jaringan 1.Keluhan nyeri menurun 1. Lokasi, karakteristik, durasi,
aktual atau fungsional, dengan 2.Meringis menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
onset mendadak atau lamat dan 3.Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri
berintensitas ringan hingga 4.Tekanan Darah membaik 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
berat yang berlangsung kurang 5.Frekuensi nadi membaik 4. Identifikasi faktor yang
3 bulan. 6.Nafsu makan membaik memperberat dan memperingan
7.Diaforesis menurun nyeri
Penyebab : 8.Perasaan takut menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
1. Agen pencedera fisiologis 6. Identifikasi pengaruh budaya
(mis. infarmasi, lakemia, terhadap respon nyeri
neoplasma) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
2. Agen pencedera kimiawi kualitas hidup
(mis. terbakar, bahan kimia 8. Monitor keberhasilan terapi
iritan) komplementer yang sudah diberikan
3. Agen pencedera fisik 9. Monitor efek samping penggunaan
(mis.abses, amputasi, analgetik
terbakar, terpotong,
mengangkat berat, Terapeutik
prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan) 1. Berikan teknik nonfarmakologis
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia) untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Objektif : TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
4. Tampak meringis aroma terapi, teknik imajinasi
5. Bersikap protektif (mis. terbimbing, kompres hangat/dingin,
waspada, posisi terapi bermain)
menghindari nyeri) 2. Kontrol lingkungan yang
6. Gelisah memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
7. Frekuensi nadi meningkat ruangan, pencahayaan, kebisingan)
8. Sulit tidur 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
Gejala dan tanda Minor nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Subjektif : (tidak tersedia)
Edukasi
Objektif:
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
 Tekanan darah pemicu nyeri
meningkat,pola napas 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
berubah 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
 Nafsu makan berubah mandiri
 Proses berpikir 4. Anjurkan menggunakan analgetik
terganggu secara tepat
 Menarik diri 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
 Berfokus pada diri untuk mengurangi rasa nyeri
sendiri
Kolaborasi, : pemberian analgetik,
 Diaforesis
jikaperlu
Kondisi Klinis Terkait :
2. Pemberian Analgetik (I.08243)
 Kondisi pembedahan
 Cedera traumatis Observasi
 Infeksi
 Sindrom koroner akut 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
 Glaukoma Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik

Terapeutik

1. Diskusikan jenis analgesik yang


disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam
serum
3. Tetapkan target efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan respon
pasien
4. Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan

Edukasi

Jelaskan efek terapi dan efek samping


obat

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian dosis dan jenis


analgesik, sesuai indikas
2 Ansietas.D.0080 Tingkat ansietas menurun L.09093 Intervensi Utama :

Definisi : Kriteria hasil : Reduksi Ansietas


1. Verbalisasi kebingungan menurun
Kondisi emosi dan pengalaman 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang Terapi Relaksasi
subyektif terhadap objek yang dihadapi menurun
tidak jelas dan spesifik akibat 3. Perilaku gelisah menurun Intervensi Pendukung :
antisipasi bahaya yang 4. Perilaku tegang menurun
memungkinkan individu 5. Konsentrasi membaik 1. Bantuan Kontrol Marah
melakukan tindakan untuk 6. Pola tidur membaik 2. Biblioterapi
menghadapi ancaman. 3. Dukungan Emosi
4. Dukungan Hipnosis Diri
5. Dukungan Kelompok
Penyebab. 6. Dukungan Keyakinan
7. Dukungan Memaafkan
1. Krisis situasional. 8. Dukungan Pelaksanaan Ibadah
2. Kebutuhan tidak terpenuhi. 9. Dukungan Pengungkapan
3. Krisis maturasional. Kebutuhan
4. Ancaman terhadap konsep 10. Dukungan Proses Berduka
diri. 11. Intervensi Krisis
5. Ancaman terhadap 12. Persiapan Pembedahan
kematian. 13. Teknik Distraksi
6. Kekhawatiran mengalami 14. Terapi Hipnosis
kegagalan. 15. Teknik Imajinasi Terbimbing
7. Disfungsi sistem keluarga. 16. Teknik Menenangkan
8. Hubungan orang tua-anak 17. Terapi Biofeedback
tidak memuaskan. 18. Terapi Diversional
9. Faktor keturunan 19. Terapi Musik
(temperamen mudah 20. Terapi Penyalahgunaan Zat
teragitasi sejak lahir) 21. Terapi Relaksasi Otot Progresif
10. Penyalahgunaan zat. 22. Terapi Reminisens
11. Terpapar bahaya 23. Terapi Seni
lingkungan (mis. toksin, 24. Terapi Validasi
polutan, dan lain-lain). 25. Konseling
12. Kurang terpapar informasi. 26. Manajemen Demensia

Gejala dan Tanda Mayor.

Subjektif.
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan
akibat.
3. Sulit berkonsenstrasi.

Objektif.

1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor.

Subjektif.

1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya.

Objektif.

1. Frekuensi napas
meningkat.
2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa
lalu.

Kondisi Klinis Terkait.

1. PenyakitKronis.
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana opersai
5. Kondisi diagnosis penyakit
belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
DAFTAR PUSTAKA

Diakses dari https://www.slideshare.net/mobile/tyaseptya/definisi-kenyamanan


pada 24 januari 2021 pukul 20.30
http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/P17211181031/15
_BAB_2.pdf , pada 7 Maret 2024 jam 21.30

Diakses dari https://www.repronote.com/2020/07/nyeri-teori-konsepfisiologi.html,


pada 8 Maret 2024 jam 05.00

Kemenkes.2015. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan


Prodi Keperawatan: Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman Dan
Nyaman. Surabaya:PJJ-Kemenkes

PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator


Diagnostic, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Rahayu Sunarsih, Mardi Addi H.2016.Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan:


Kebutuhan Dasar ManusiaII. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan

Chen JS, Kandle PF, Murray I, et al. 2021. Physiology Pain. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539789/

Gil Wayne RN. 2022. Acute Pain Nursing Care Plan. Nurses Labs.
https://nurseslabs.com/acute-pain/

Loeser JD, Melzack R. 1999. Pain: an overview. Lancet. May 8;353(9164):1607-


9. doi: 10.1016/S0140-6736(99)01311-2. PMID: 10334273.

PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta

PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
Wisconsin Technical College System. n.d. Nursing Fundamentals: Pain
Assessment Methods.

Anda mungkin juga menyukai