LP Abortus Immniens

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS IMMINENS

OLEH
Yona Oktiana, S.Kep
2214901091

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Rischa Hamdanesti, M.Kep) (Ns. Era Khairani, S.Kep)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS (PPKM) PROGRAM


STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN ALIFAH PADANG
TA. 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS IMMINENS

A. Pengertian
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim,
jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat
ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus,
hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim ( Levono,2015).
Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus
dan tanpa adanya dilatasi servik uteri . Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan.Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. Abortus imminen adalah perdarahan
pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang
meningkat Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh
pertama kehamilan (Manuaba, 2015) .
B. Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih
hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut (Manuaba, 2015).
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.
Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil mudah. Faktor-
faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat
implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan
ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-
lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui
plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah
abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun
seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan
abortus walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.
Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma
submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke-2
ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks,
dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
5. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran)
6. Trauma
7. Gangguan nutrisi
8. Stress psikologis

C. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita

Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ
reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi
internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran
reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ
reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium
minora.
Gambar 1. Organ Interna Wanita
1. Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui
mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum
dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium
terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang
perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih
dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan
melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak menarche
(pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti menstruasi). Pada umumnya
hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi
(kurang lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian.
Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel
pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang
mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen yang disekresikan korpus
luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka
korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus
berikutnya.
2. Tuba falopii/oviduct (saluran telur)
Jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi
untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini
bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus.
3. Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil
disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya embrio, dindingnya
dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding
sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah.
Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.
4. Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang
disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat
aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat
kopulasi wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat
mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar
bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual.
5. Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada
bagian paling atas dari vulva.
6. Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi
rambut
Gambar 2. Organ Eksterna Wanita
7. Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas
membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana
terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.
8. Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang
karena banyak mengandung saraf (Marjati, 2015).
D. Manifestasi Klinis

Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang setelah
beberapa jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen. Nyeri pada abortus
dapat terletak di sebelah anterior dan berirama seperti nyeri pada persalinan biasa;
serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah yang persisten disertai perasan
tekanan pada pangggul; atau nyeri tersebut bisa berupa nyeri tumpul atau rasa pegal di
garis tengah pada daerah suprasimpisis yang disertai dengan nyeri tekan di daerah uterus.
Bagaimanapun bentuk nyeri yang terjadi, kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan
rasa nyeri memperlihatkan prognosis yang jelek. Meskipun demikian, pada sebagian
wanita yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus, perdarahan bisa berhenti,
rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi.
Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah banyak.
Kadang-kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau beberapa minggu
bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah segar, kecuali telah
bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan. Tanda-tanda kehamilan muda
tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau pinggang mulanya belum ada atau ringan
saja .
Tanda dan gejala pada abortus Imminen:
1. Terdapat keterlambatan datang bulan
2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot Rahim
4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis
masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim
5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif ( Hamiton, 2012)

E. Patofisiologi  

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu
villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatu (Manuaba,
2015).

F. Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu (Hadi,2014):
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus
spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks.Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila
terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan.Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut.Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis.Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual
perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-
kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil.Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan
dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis
servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding
menipis.Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
eksternum teraba jaringan.Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan
kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian
Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan
missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut
turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum
dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah
1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya
perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.

G. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tedak segera diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-amati dengan teliti.Jika
ada tanda bahaya,perlu segera dilakukan laparatomie,dan tergantung dari luas
dan bentuk perforasi,penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomie.Perforasi
uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awammenimbulkan persoalan gawat
karena perlukaan uterus biasanya luas;mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung
kencing atauusus.Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi,laparatomie harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk
selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi 
Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia.Diagnosis
ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital,
seperti panas,takikardia,perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar,
lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena
infeksi berat (syok Endoseptik) ( Lowdemik,2013)

H. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2. Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan
hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%)
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine (Huliana,2016)
I. Penatalaksanaan
Penanganan abortus imminens terdiri atas (Marjati,2015):
1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon
progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh
kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor,
maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.
4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg
5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
7. Bila perdarahan
a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi
perdarahan lagi.
b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
J. Pathway

Infeksi akut Gangguan Gangguan Trauma Gangguan faal


endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Abortus Spontan Retensi Janin Abortus Resiko


Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Perdarahan Nyeri abdomen Kurang


pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan

Sumber : Manuaba, 2015


K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah :
a. Data dasar yang meliputi :
- Aspek biologi
- Aspek psikologis
- Aspek sosial kultural
- Aspek spritual
b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang meliputi :
- Riwayat kehamilan
- Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat kehamilan
sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang meliputi siklus haid, lama
haid dan akhir hair
- Pengkajian fisik meliputi :
 Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan
 Perhatian pendarahan yang terjadi
 Adanya infeksi
 Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan
 Ada riwayat masalah pengobatan
 Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan
- Masalah psikologis
- Adanya dukungan dari keluarga
- Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.
- Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin
- Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan muda
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
c. Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab
d. Resiko Syok
e. Intoleransi aktifitas
3. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan diharapkan Observasi
tingkat nyeri menurun dengan 1) Identifikasi lokasi,
Kriteria hasil : karekteristik, durasi, frekuensi,
1) Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
2) Meringis menurun 2) Identifikasi skala nyeri
3) Sikap protektif Terapeutik
menurun 3) Berikan teknik non
4) Gelisah menurun farmakologis untuk
5) Kesulitan tidur mengurangi rasa nyeri (mis.
menurun TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
4) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
5) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia (I.03116)
keperawatan diharapkan status Observasi
cairan membaik (L.03028) 1) Periksa tanda dan gejala
Kriteria hasil : hipovolemia (mis. frekuensi nadi
1) Kekuatan nadi meningkat, nadi teraba lemah,
meningkat tekanan darah menurun, tekanan
2) Turgor kulit meningkat nadi menyempit, turgor kulit
3) Output urine menurun, membran mukosa
meningkat kering, volume urine menurun,
4) Pengisian vena hematocrit meningkat, haus,
meningkat lemah)
5) Ortopnea menurun 2) Monitor intake dan output cairan
6) Dispnea menurun Terapeutik
3) Hitung kebutuhan cairan
4) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
5) Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
6) Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
7) Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (mis. NaCl, RL)
8) Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
10 ) Kolaborasi pemberian produk
darah
3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
aktifitas keperawatan 3x 24 jam Observasi
diharapkan tidak terjadi 1. Identifikasi gangguan fungsi
intoleransi aktifitas dengan tubuh yang mengakibatkan
kriteria hasil : kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
2. Kemudahan untuk emosional
melakukan aktifitas sehari- 3. Monitor lokasi dan
hari ketidaknyamanan selama
3. Keluhan lelah menurun melakukan aktifitas
Teraupetik
1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
2. Berikan aktivitas distraksi yang
menenagkan
3. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4 Risiko syok Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok
keperawatan 3x 24 jam Observasi
diharapkan risiko syok teratasi 1. Monitor status kardiopulmonal
dengan kriteria hasil : 2. Monitor status oksigenasi
1. Kekuatan nadi meningkat 3. Monitor status cairan
2. Saturasi oksigen meningkat 4. Monitor tingkat kesadaran dan
3. Pucat menurun respon pupil
4. Tekanan nadi membaik
Teraupetik
5. Frekuensi napas membaik
1. Berikan oksigenasi untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
2. Persiapan intubasi dan ventilasi
mekanis
3. Pasang jalur IV
4. Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine
Edukasi

1. Jelaskan penyebab/faktor risiko


syok
2. Jelaskan tanda dan gelaja awal
syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan tanda dan gejala
awal syok
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen

5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi


keperawatan 3x 24 jam Observasi
diharapkan resiko infeksi 1. Identifikasi riwayat kesehatan
menurun dan riwayat alergi
2. Identifikasi kontraindikasi
Kriteria Hasil :
pemberian imunisasi
1. Demam menurun 3. Identifikasi status imunisasi
setiap kunjungan ke pelayanan
2. Kemerahan
kesehatan
menurun )
Terapeutik
3. Nyeri menurun
1. Berikan suntikan pada pada
4. Bengkak menurun
bayi dibagian paha anterolateral
5. 5. Kultur darah membaik 2. Dokumentasikan informasi
vaksinasi
3. Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko
yang terjadi, jadwal dan efek
samping
2. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang diharapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Aditama, 2017)).
5. Evaluasi keperawatan

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan


terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan
kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan (Aditama, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Handono, Budi et al. (2015). Abortus berulang. Bandung : PT Refika


Aditaman Hutahaean, Serri. (2017). Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas Dan
Ginekologi. Jakarta : TIM
Huliana, Mellyna. (2016). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta :
Puspa Swara.
Kusmiyati, Yuni et al .(2014). Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).
Yogyakarta : Penerbit Fitramaya.
Leveno, Kenneth J. (2015). Manual komplikasi kehamilan Williams. Jakarta :
EGC.
Lowdermilk et al .(2013). Buku Keperawatan Maternitas Edisi 8. Elservier
(Singapura) : Salemba Medika.
Hadi, RA. 2014. Kupas Tuntas Kehamilan dan Melahirkan. Ungaran : Vivo Publisher.

Hamilton, Persis Mary. 2012. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta : EGC.

Manuaba. 2015. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC.

Marjati, dkk. 2015. Ilmu Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai