LP LK - DM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.

S DENGAN
DIABETES MELITUS PADA Tn.S DI DESA BULIAN
KABUPATEN BULELENG PADA
TANGGAL 13 MARET 2024

Kordinator Mata Kuliah


“Ns. Ni Ketut Putri Marthasari, S.Kep.,M.Kep”

Oleh:
KADEK YONA ARISAKA
23089142016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2024
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.S DENGAN
DIABETES MELITUS PADA Tn.S DI DESA BULIAN
KABUPATEN BULELENG PADA
TANGGAL 13 MARET 2024

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Nilai Dalam


Stase Keperawatan Keluarga Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng

Oleh:
KADEK YONA ARISKA
23089142016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Stase
Keperawatan Keluarga berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.S
Dengan Diabetes Melitus Pada Tn.S Di Desa Bulian Kabupaten Buleleng Pada
Tanggal 11 Maret 2024”, tepat pada waktunya dengan hasil yang maksimal.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas Stase Keperawatan Keluarga mahasiswa Pendidikan Profesi
Ners di STIKes Buleleng. Dalam penulisan ini penulis mendapat banyak bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. I Made Sudirsa selaku Perbekel Desa Bulian yang telah memberi ijin
Praktek Kerja Lapangan Keperawatan Keluarga.
2. Ns. Gede Budi Widiarta, S.Kep.,M.Kep selaku Waka I STIKes Buleleng
yang telah mendampingi kegiatan Stase Keperawatan Keluarga
3. Kepala Dusun Banjar Bantes, Banjar Banyu ah, Banjar Dangin Margi,
Banjar Dauh Margi dan Banjar Lodguwuh selaku pendamping mahasiswa.
4. Bidan Desa yang telah memberikan bimbingan dan support dalam kegiatan
Stase Keperawatan Keluarga.
5. Ns. Ni Ketut Putri Marthasari, S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing Stase
Keperawatan Keluarga yang telah mengarahkan, memberi masukan dan
membantu penulis dalam menyusun tugas Keluarga ini sehingga dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
6. Rekan – rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners angkatan
tahun 2023 serta sahabat – sahabat yang selalu mendukung dan memberikan
saran serta masukannya dan;
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan
Keperawatan Keluarga ini yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Keperawatan Keluarga
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

iii
segala saran dan kritik yang membangun, sehingga mampu memaksimalkan
Laporan Keperawatan Keluarga ini dengan baik.

Singaraja, 13 Maret 2024

(Kadek Yona Ariska, S.Kep)

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB TINJAUAN TEORI 1

A. Definisi 1

B. Etiologi 1

C. Tanda dan Gejala 2

D. Klasifikasi 3

E. Patofisiologi 3

F. WOC 6

G. Faktor Diabetes Melitus 8

H. Diagnosis 10

I. Penatalaksanaan 10

J. Komplikasi 11

K. Pencegahan Diabets Melitus 12

BAB II TINJAUAN KASUS 13

A. Pengakajian 13

B. Diagnosa 26

C. Intervensi 28

D. Implementasi 30

E. Evaluasi 38

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus, juga dikenal sebagai penyakit gula darah, meliputi
kumpulan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah.
Kondisi ini muncul akibat adanya gangguan pada sistem metabolisme tubuh,
khususnya yang melibatkan organ pankreas yang bertanggung jawab mengatur
kadar gula darah. Akibatnya, kadar insulin menjadi tidak teratur. Insulin
berperan penting dalam mengubah karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
energi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Hormon Insulin berfungsi
sebagai penurunan kadar gula darah (Faswita, 2019).
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat ketidakteraturan produksi
insulin. Diabetes mellitus (DM) diakui sebagai salah satu dari lima kondisi
kronis terkemuka yang berdampak signifikan pada populasi lanjut usia, dan
ditandai dengan ketidakmampuan untuk sembuh total. Manajemen kadar
glukosa darah yang tidak memadai dalam waktu lama dapat menyebabkan
perkembangan komplikasi seperti retinopati dan gangrene (Damayanti et al.,
2020).

B. Etiologi Diabetes Mellitus


a. Diabetes Mellitus tipe 1 (IDDM/ Insulin Depenent Diabetes Melitus)
1) Faktor genetik/herediter : Salah satu faktor potensial yang
berkontribusi terhadap kerentanan sel beta dan perkembangan antibodi
autoimun terhadap penghancuran sel beta adalah faktor genetik atau
keturunan.
2) Faktor imunologi : Respon autoimun anomali - produksi antibodi yang
menargetkan dan menyerang jaringan sehat, yang dianggap asing.
b. Diabetes Mellitus tipe 2 (NIDDM)
Diabetes mellitus tipe 2 adalah kondisi medis kronis yang ditandai
dengan gangguan metabolisme gula darah, dimana tubuh gagal

1
2

memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau menunjukkan


resistensi terhadap insulin. Dm tipe 2 ini di sebabkan oleh:
1) Obesitas : Obesitas dikaitkan dengan penurunan jumlah reseptor
insulin yang ada pada sel target di seluruh tubuh, mengakibatkan
berkurangnya efektivitas insulin yang tersedia dalam meningkatkan
efek metaboliknya.
2) Usia : Usia dominan naikdi atas usia 65 tahun
3) Riwayat keluarga
4) DM Malnutrisi : Kekurangan protein kronik menjadikan hipofungsi
pankreas.
5) DM tipe Lain : Diabetes mellitus tipe lainnya dikarenakan oleh
penyakit pankreas, penyakit hormonal, dan obat- obatan.

C. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus


Mengacu kepada (Lestari et al., 2021) Tanda dan Gejala dari penyakit
Diabetes Mellitus diantaranya, mencakup:
a. Poliuria (sering buang air kecil)
Karena kadar gula yang tinggi, mengakibatkan pendrita Diabetes
Mellitus akan mengalami banyak buang air kecil pada malam dan hal itu
sangat menggangu kenyamanan pada penderita Diabetes Mellitus.
b. Polifagia (cepat merasa lapar)
Ketidakseimbangan penyerapan kalori dalam tubuh mengakibatkan
penderita Diabetes Mellitus selalu merasakan lapar yang berlebihan, hal
tersebut mengakibatkan penderita banyak makan.
c. Polidipsia (banyak minum)
Banyaknya pengeluaran cairan pada tubuh penderita diabetes
mellitus melalui buang airkecilmengakibatkan penderita selalu merasakan
haus yang berlebihan.
d. Berat badan menurun
Kekurangan glukosa darah yang masuk ke sel didalam tubuh, dan
mengakibatkan tubuh kekurangan energi yang digunakan sebagai sumber
tenaga oleh penderita mengakibatkan penderita merasa lemah. Karena
glukosa darah yang masuk tidak terlalu banyak maka untuk mencari
tenaga diambil dari lemak dan otot di dalam tubuh yangmengakibatkan
berat badan pendrita menjadi turun dan penderita menjadi kurus.

D. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Mengacu kepada (Hardianto, 2020) umumnya DM diklasifikasikan atas
4 kelompok, mencakup:
a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1) : Kondisi medis yang ditandai dengan
defisiensi terus-menerus atau tidak adanya produksi insulin oleh pankreas.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) : Diabetes Mellitus tipe 2 ini
diakibatkan oleh beberapa penyebab yaitu, jumlah insulin yang berlebihan
tetapi tidak dapat berfungsi dengan baik, dan bisa juga di sebabkan oleh
kekurangan insulin atau terdapat gangguan pada sekresi insulin.
c. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) : Diabetes Mellitusgestational ini
biasanya terjadi pada ibu hamil karena adanya peningkatan insulin yang
bersifat sementara.
d. Diabetes spesifik lain : Bentuk lain dari diabetes adalah diabetes sekunder,
yang terjadi sebagai akibat dari penyakit lain yang mendasarinya. Diabetes
sekunder adalah suatu bentuk diabetes yang muncul setelah proses
penyakit yang mengganggu produksi insulin atau mengganggu
efektivitasnya dalam mengatur kadar glukosa darah.

E. Patofisiologi Diabetes Mellitus


Manifestasi awal diabetes tipe 1 adalah identifikasi resistensi insulin
pada otot rangka. Penyebab resistensi insulin meliputi berbagai faktor,namun
tidak terbatas pada, obesitas atau kelebihan berat badan, kadar glukortikoid
berlebihan akibat kondisi seperti sindrom Cushing atau terapi steroid, produksi
hormon pertumbuhan berlebihan seperti yang terlihat pada akromegali,
kehamilan, diabetes gestasional, penyakit ovarium polikistik.Lipodistrofi
ditandai dengan akumulasi lipid yang abnormal di hati, autoantibodi yang
menargetkan reseptor insulin, mutasi pada reseptor insulin, mutasi pada
reseptor aktivator proliferator peroksisom (PPAR γ), mutasi yang
4

menyebabkan obesitas genetik seperti mutasi reseptor melanokortin, dan


hemokromatosis, yang diwariskan gangguan yang terkait dengan akumulasi
besi dalam jaringan (Lestari et al., 2021).
Diabetes tipe I ditandai dengan penghancuran sel beta pankreas melalui
mekanisme autoimun, mengakibatkan ketidakmampuan memproduksi insulin.
Hiperglikemia puasa terjadikarena produksi glukosa yang tidak dapat diukur
oleh hati. Terlepas dari kenyataan bahwa glukosa yang berasal dari makanan
bertahan dalam aliran darah dan menyebabkan hiperglikemia postprandial, ia
tidak dapat disimpan di dalam hati. Dalam kasus di mana konsentrasi glukosa
dalam aliran darah melebihi ambang batas tertentu, sistem ginjal mungkin
mengalami kesulitan dalam menyerap kembali keseluruhan glukosa yang telah
mengalami filtrasi secara efektif. Akibatnya, sistem ginjal tidak dapat
sepenuhnya menyerap kembali keseluruhan glukosa yang telah disaring.
Diabetes dapat dideteksi melalui pengamatan glukosa dalam urin. Ketika
sejumlah besar glukosa dikeluarkan melalui sistem kemih, limbah ini disertai
dengan kelebihan ekskresi dan elektrolit. Istilah medis untuk kondisi ini
adalah diuresis osmotik. Penipisan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan frekuensi kencing (poliuria) dan sensasi haus yang meningkat
(polidipsia) (Lestari et al., 2021).
Tingkat insulin yang tidak mencukupi juga dapat mengganggu
metabolisme protein dan lemak, yang mengakibatkan penurunan berat badan.
Jika kadar insulin tidak mencukupi, kelebihan protein yang ada dalam aliran
darah tidak akan disimpan di dalam jaringan tubuh. Dengan tidak adanya
insulin, terjadi pembesaran yang signifikan di semua aspek metabolisme
lemak, yang ditandai dengan sekresi insulin yang minimal. Namun, saat
sekresi insulin semakin dekat, terjadi peningkatan metabolisme lemak yang
substansial pada individu dengan diabetes melitus. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mengurangi produksi glukosa dalam aliran darah, menjadi penting
untuk menambah sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Toleransi glukosa
yang terganggu pada pasien ditandai dengan terjadinya kondisi ini akibat
sekresi insulin yang berlebihan, yang mengarah pada pemeliharaan kadar
glukosa dalam kisaran normal atau sedikit peningkatan. Meskipun demikian,
jika sel beta tidak mampu merespon kebutuhan insulin yang meningkat secara
memadai, akan terjadi peningkatan kadar glukosa, yang pada akhirnya
mengarah pada timbulnya diabetes tipe II (Lestari et al., 2021).
6

F. Pathway/WOC Diabetes Mellitus

DM Tipe I DM Tipe II
1. Faktor Imunologi 1. Genetik
2. Faktor Lingkungan 2. Usia
3. Obesitas
4. Pola Hidup & Makan

Kerusakan Sel Beta Kerusakan Pankreas

Ketidakseimbangan Produksi Insulin

Gula Dalam Darag Tidak Bisa Masuk ke Dalam Sel

Defisiensi Insulin

Diabetes Mellitus

Anabolisme Protein (+)

Hiperglikemia MK : Ketidakstabilan Glukosa Dalam Darah


B1 B2 B3 B4 B5 B6

Lipofisis Diuresis Asam Viskositas Darah Hiperosmolaritas Glukogenesis (+) Viskositas Darah
Glumogenesis (+) Menurun Meningkat
Ketoasidosis Glukosuria Pemakaian Lemak dan
Asam Lemak Diabetikum Aliran Darah Asam Amino (+) Aliran Darah
Meningkat Lambat Lambat
Diuresi Osmotik
Keton (+) Kehilangan Kalori
Asam Lemak Iskemik Jaringan Poliuria Iskemik Jaringan
Teroksidasi
Edema Seluler Rangsangan
MK : Perfusi MK : Gangguan Hipotalamus Gangguan
Ketoasidosis Jaringan Perifer Sirkulasi Perifer
Penurunan Eliminasi Urin
Ekstabilitas Tidak Efektif
MK : Defisit
Asidosis Nutrisi Neuropati Perifer
Metabolik
Penurunan
Kesadaran Gg. Motorik Sensorik
MK : Pola Nafas
Tidak Efektif MK : Risiko Jatuh Sensasi Nyeri Menurun

Tekanan Tidak Terasa

Ulkus Diabetik

MK : Gangguan Integritas Kulit


8

G. Faktor Diabetes Mellitus


Menurut (Pangestika et al., 2022) Faktor risiko yang terkait dengan
diabetes melitus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok: faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
1) Usia Setelah mencapai usia 40 tahun, individu mengalami kemunduran
fisiologis. Diabetes Mellitus sering memanifestasikan dirinya
mengikuti timbulnya tahap rentan dalam kehidupan manusia.
Kemungkinan berkembangnya Diabetes Mellitus meningkat seiring
bertambahnya usia, terutama pada individu berusia 45 tahun ke atas,
yang dianggap berisiko lebih tinggi.
2) Topik pembahasannya adalah jenis kelamin. Ada variasi yang
signifikan dalam distribusi individu yang terkena Diabetes Mellitus
berdasarkan jenis kelamin. Di Amerika Serikat, prevalensi diabetes
melitus pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Namun demikian,
mekanisme yang tepat yang menghubungkan jenis kelamin dan
Diabetes Mellitus masih belum pasti.
3) Penularan Diabetes Mellitus umumnya dikaitkan dengan warisan
genetik. Individu dengan latar belakang keluarga Diabetes Mellitus,
terutama mereka yang memiliki orang tua dan saudara kandung yang
terkena, menunjukkan kerentanan yang tinggi terhadap perkembangan
kondisi ini bila dibandingkan dengan kerabat yang tidak bermanifestasi
Diabetes Mellitus. Menurut para ahli, Diabetes Mellitus 11 adalah
kondisi medis yang menunjukkan hubungan dengan jenis kelamin atau
kromosom gender. Secara umum, secara umum diamati bahwa pria
cenderung mengalami tingkat kesengsaraan yang lebih besar,
sedangkan wanita biasanya berfungsi sebagai pembawa gen yang dapat
diturunkan ke keturunannya.
4) Tinjauan Sejarah Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes gestasional
memiliki tingkat prevalensi sekitar 2-5% di antara wanita hamil.
Biasanya, Diabetes Mellitus cenderung sembuh setelah melahirkan.
Namun, Diabetes Mellitus mungkin muncul di masa depan. Ibu hamil
yang terdiagnosis Diabetes Mellitus lebih mungkin melahirkan bayi
dengan berat lahir melebihi 4000 gram. Apabila hal tersebut terjadi,
besar kemungkinan sosok ibu tersebut akan mengalami serangan
Diabetes Mellitus tipe II di tahun-tahun berikutnya.
b. Faktor risiko yang dapat diubah :
1) Obesitas, menurut berbagai kerangka teoritis, obesitas telah
diidentifikasi sebagai faktor predisposisi potensial untuk
pengembangan resistensi insulin. Peningkatan jaringan adiposa dalam
tubuh manusia sesuai dengan peningkatan resistensi terhadap aksi
insulin, terutama ketika adipositas atau kelebihan berat badan
terkonsentrasi di daerah pusat atau perut. Adanya jaringan adiposa
dapat menghambat efektivitas insulin sehingga menghambat
pengangkutan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glukosa menumpuk di
dalam pembuluh darah, yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa
darah. Obesitas dianggap sebagai faktor risiko yang signifikan untuk
perkembangan Diabetes Mellitus tipe II, dengan sekitar 80-90%
individu yang didiagnosis dengan kondisi ini diklasifikasikan sebagai
obesitas.
2) Kurangnya keterlibatan dalam latihan fisik Menurut penelitian yang
ada, melakukan aktivitas fisik secara teratur telah ditemukan memiliki
dampak positif pada sensitivitas insulin. Insiden Diabetes Mellitus
ditemukan 2-4 kali lebih tinggi pada individu dengan tingkat aktivitas
fisik yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang melakukan
aktivitas fisik secara teratur. Ada korelasi positif antara penurunan
tingkat aktivitas fisik dan peningkatan kerentanan untuk
mengembangkan Diabetes Mellitus. Terlibat dalam olahraga atau
aktivitas fisik memiliki potensi untuk mengatur berat badan secara
efektif. Proses metabolisme glukosa dalam aliran darah menghasilkan
konversi glukosa menjadi energi, sehingga meningkatkan daya tanggap
seluler terhadap insulin di dalam tubuh. Selanjutnya, keterlibatan yang
konsisten dalam aktivitas fisik memiliki potensi untuk meningkatkan
10

sirkulasi darah dan mengurangi faktor risiko yang terkait dengan


diabetes melitus.
3) Regimen diet yang tidak tepat dapat menyebabkan perkembangan
malnutrisi atau obesitas. Kedua faktor ini dapat berkontribusi pada
peningkatan kerentanan terhadap perkembangan Diabetes Mellitus.
Kondisi malnutrisi berpotensi mengganggu fungsi normal pankreas
sehingga menyebabkan penurunan produksi dan pelepasan insulin.
Kondisi kelebihan berat badan berpotensi menyebabkan aksi insulin
terganggu.

H. Diagnosa Diabetes Mellitus


Menurut (Hardianto, 2020) Identifikasi diabetes mellitus dapat dicapai
melalui analisis kadar glukosa darah. Metode yang disukai untuk menilai
kadar glukosa darah adalah dengan menggunakan uji glukosa enzimatik pada
plasma darah vena. Penilaian hasil pengobatan dapat dilakukan melalui
penggunaan glukometer untuk mengukur kadar glukosa darah kapiler.
Mengacu kepada (Hardianto, 2020) Diabetes mellitus dapat didiagnosis
dengan 4 jenis pemeriksaan, seperti :
a. Pemeriksaan glukosa plasma saat puasa > 7,0 mmol/L (126 mg/dL)
b. Pemeriksaan glukosa plasma setelah 2 jam pemberian glukosa oral 75 g
atau pemeriksaan toleransi > 11,1 mmol/L (200 mg/dL)
c. Pemeriksaan HbA1C > 6,5% (48 mmol/mol)
d. Pemeriksaan glukosa darah acak ≥ 11,1 mmol/L (200 mg/dL)

I. Penatalaksanaan Keperawatan/Medis Diabetes Mellitus


Pilar penatalaksanaan pengendalian diabetes mellitus Menurut (Suciana
& Arifianto, 2019) yaitu sebagai berikut :
a. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pengetahuan tentang diabetes
mellitus, seperti pengertian, promosi perilaku hidup sehat dan pengaturan
gula darah yang dilakukan secara mandiri dan tanda gejala terjadinya
hipoglikemi/hiperglikemiserta cara pencegahannya.
b. Perencanaan Makan
Pengaturan pola makan merupakan hal paling penting yang harus di
lakukan oleh penderita DM .pengaturan pola makan yang harusdilakukan
adalah memberikan menu makanan yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan yang di perlukan, yang melibatkan alhli gizi dalam pemberian
pola makan tersebut.
c. Pengobatan Farmakologi
Selain memberikan edukasi, pengaturan pola makan dan aktivitas
fisik penderita juga harus melakukan pengobatan dan terapi yang rutin
sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan , terapi yang bisa
dilakukan oleh penderita DM adalah memberikan insulin dan obat
antibiotik oral.
d. Latihan fisik
Penderita di anjurkan melakukan aktivitas pisik selama
150menit/minggu atau 3 kali dalam seminggu, pada penderita DM
aktivitas yang dilakukan mulai dari aktivitas yang ringan dengan durasi
yang singkat seperti jalan kaki dan selanjutnya tahap aktivitas di
tingkatkan.
e. Monitor kadar gula darah
Pemantauan kadar glukosa darah secara teratur dan otonom
dilakukan untuk mengidentifikasi diri dan mengurangi fluktuasi kadar gula
darah, pemantauan gula darah juga dapat mengurangi terjadinya
komplikasi dari penyakit Diabetes Mellitus tersebut dalam jangka waktu
yang lama.

J. Komplikasi Diabetes Mellitus


Menurut (Hardianto, 2020) umumnya komplikasi yang dibagi atasdua
kelompok, diantaranya :
a. Komplikasi metabolik akut bermanifestasi sebagai gangguan metabolisme
sementara, yang ditandai dengan:
1) Hipoglikemia
2) Ketoasidosis
12

3) Hiperosmolar
b. Komplikasi lanjut, komplikasi jangka panjang yang menjadikan :
1) Komplikasi makrovaskular, termasuk penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah perifer, dan stroke.
2) Mikrovaskular (nefropati, retinopati dan neuropati)
3) Kondisi diabetes dapat menyebabkan terjadinya komplikasi baik
makrovaskuler maupun mikrovaskuler, khususnya dalam konteks
kesehatan kaki. Tingkat kematian di antara orang lanjut usia dengan
diabetes terutama disebabkan oleh kerusakan makrovaskular, melebihi
komplikasi mikrovaskular.

K. Pencegahan Diabetes Mellitus


Mengarah kepada (Agustiningrum & Kusbaryanto, 2019) upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan tahapan :
a. Pencehagan primer
Berbagai inisiatif dilakukan untuk mengurangi prevalensi
hiperglikemia dalam populasi yang lebih luas. Upaya ini mencakup upaya
seperti mempromosikan praktik diet bergizi melalui kampanye makanan
sehat, serta memberikan sesi konseling untuk meningkatkan kesadaran
tentang bahaya yang terkait dengan diabetes.
b. Pencegahan sekunder
Upaya yang ditujukan untuk mengurangi atau menghambat
komplikasi pada individu yang didiagnosis dengan diabetes melitus
melibatkan penerapan strategi pengobatan dan identifikasi potensi
komplikasi secara tepat waktu.
c. Pencegahan tersier
Semua upaya untuk mengurangi komplikasi atau kecacatan melalui
pemberian konseling dan pendidikan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian

Nama Puskesmas - No.Register -


Nama Perawat Kadek Yona Ariska, S.Kep Tanggal Pengkajian 13 Maret 2024

A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Tn.S Bahasa sehari-hari Bali
Alamat Rumah & Telp Desa Bulian, Banjar Yankes terdekat, Jarak Puskesmas, jarak ± 3 km.
Bantes.
Pekerjaan Petani Alat transportasi Sepeda motor.
Agama & Suku Hindu & Bali Status Kelas Sosial Kelas Bawah.
DATA ANGGOTA KELUARGA
No Nama Hub Umur JK Suku Pendidikan Pekerjaan Status Gizi TTV Status
Dgn Terakhir Saat Ini (TB,BB,BM (TD,N,S,RR) Imunisasi
KK I) Dasar
1. Tn.S KK 66 L Bali SD Petani TB : 170 cm TD : 130/90 Lengkap
BB : 65 kg mmHg
BMI : N : 70 x/menit
S : 36,2 ℃
RR : 20
x/menit
2. Ny.M Istri 65 P Bali SD Petani TB : 159 cm TD : 110/90 Lengkap
BB : 70 kg mmHg
BMI : N : 65 x/menit
S : 36℃
RR : 20
x/menit
3. An.P Anak 19 L Bali SMA Pelajar TB : 170 cm TD : 120/90 Lengkap
BB : 50 kg mmHg
BMI : N : 60 x/menit

13
14

S : 36,1℃
RR : 20
x/menit
LANJUTAN
No Nama Alat Bantu/Protesa Status Kesehatan Saat ini Riwayat Penyakit/Alergi
1. Tn.S - Diabetes Melitus Tipe II Diabetes Melitus Tipe II

Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU : -

B. GENOGRAM (TIGA GENERASI)

C. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap Perkembangan Klg Saat Ini : Tahap perkembangan usia lanjut
Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan Tidak Dijalankan
Bila Tdk dijalankan , sebutkan :
D. STRUKTURKELUARGA
Pola Komunikasi : Baik Disfungsional
Peran Dalam Keluarga : Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Nilai/Norma KLg : Tdk ada konflik nilai Ada Konflik
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Pengambilan keputusan dilakukan melalui diskusi
E. FUNGSIKELUARGA
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik
F. POLA KOPING KELUARGA
Mekanisme koping : Efektif Tidak Efektif
Stressor yg dihadapi keluarga : Keluarga mengatakan khawatir dengan kondisi
perekonomiannya apakah bisa menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi atau tidak.

DATAPENUNJANGKELUARGA

Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga


Kondisi Rumah Jika ada Bunifas, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Ya/Tidak.......................................................................................
............................
Type Rumah : permanen /semi permanen
jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
Lantai : tanah/plester/keramis,
lainnya......
Kepemilikan rumah : sendiri / sewa*
Ventilasi : Ya/ Tidak* ..............................................................................
Baik (10-15% dari luas lantai): ya/tidak* Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Jendela setiap hari dibuka: ya/tidak* Ya/ Tidak*
…………………………………………… ...........................................................................................
……
Rumah : Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Ya/Tidak
Baik/ Tidak* ...........................................................................................
…………………………………………… Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
……
Saluran Buang Limbah :
Tertutup/terbuka* Ya/ Tidak*
...........................................................................................
Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
Bersih : Ya/ Tidak*
16

Sumber air bersih: ..........................................................................................


sumur/PAM/sungai/lain- Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
lain*, sebutkan air ya/tidak
Kualitas air: Bersih rumah dan halaman tampak cukup bersih (observasi

dan validasi)
Memenuhi Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :Ya/ Tidak*
Syarat :
Kepemilikan
jamban :
ya/tidak*
Jenis jamban : leher angsa/cemplung*
Jarak septic tank dengan Menggunakan jamban sehat :
sumber air : > 10 m

Ya/ Tidak*
Tempat Sampah: ...........................................................................................
Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak* Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
Jenis : Tertutup/Terbuka * Ya/ Tidak* (menguras, mengubur, menutup)
...........................................................................................
Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/ Tidak*
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Makan sayur
Jumlah
Anggota Keluarga (8m2/orang) Ya/Tidak * Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/ Tidak*
………………………… .....................................................
……………
merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak*
............................................................
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/tidak
...................................................................................
KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN
KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada Tidak karena, karena,
Klien mengatakan ia tidak rutin melakukan pengobatan karena tidak ada yang mengantarnya ke
pelayanan kesehatan.
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:

3) Ya Tidak, Klien dan keluarga mengatakan mengetahui tentang masalah kesehatan yang dialami
oleh Tn.S namun klien dan keluarga mengatakan tidak terlalu memikirkan tentang penyakit yang
diderita klien (Tn.S) dibuktikan dengan klien tidak memiliki pola makan yang sehat dan pasien selalu
makan makanan yang membuat gula darah meningkat.

4) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:

Ya Tidak, Klien mengatakan tidak mengetahui dengan pasti apa yang menyebabkan klien memiliki
sakit seperti sekarang ini, namun klien menyebutkan bahwa bisa jadi disebabkan oleh faktor usia dan
gaya hidup yang kurang sehat.

5) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya:

Ya Tidak, Klien dan keluarga mengatakan tanda dan gejala yang paling sering dirasakan oleh klien
adalah badan terasa lemas, sering harus, dan sering kencing dimalam hari.

6) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila
tidak diobati/dirawat:

Ya Tidak, Klien dan keluarga mengata kan tidak mengeta hui apa akibat apabila sakit yang diderita oleh Tn.S tidak diobati
dan klien juga mengataka n tidak khawatir akan hal tersebut.

7) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya:

Keluarga Tetangga,…………………………………………………………………………...

Kader Tenaga kesehatan, yaitu Bidan. Klien mengatakan menggali informasi tentang masalah
kesehatannya pada dokter dikarenakan klien sempat dapat berobat ke bidan sebelum mengalami putus
obat.
18

8) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:

Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya

Perlu berobat kefasilitas yankes

Tidak terpikir
9) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya
secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan),
Ya Tidak, jelaskan Tidak menlakukan upaya apapun dikarenakan keterbatasan biaya.

9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami
anggota keluarganya:

Ya Tidak, Jelaskan Klien dan keluarga mengatakan tidak mengetahui kebutuhan pengobatan masalah
kesehatan yang dialami oleh Tn.S sehingga klien dan keluarga merasa sakit yang dialami oleh Ny.A tidak
perlu ditangani dan akan sembuh dengan sendirinya.

10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang
dialaminya:

Ya Tidak, jelaskan Klien dan keluarga mengatakan Tn.S tidak rutin melakukan pengobatan selain
itu Tn.S juga tidak menjaga gaya hidup dan pola makan yang sehat dimana Tn.S tidak menghindari
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak seperti daging.

11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:

Tidak,jelaskan Klien dan keluarga mengatakan tidak melakukan pencegahan tentang masalah
kesehatan yang dialami contohnya Tn.S masih memiliki gaya hidup dan pola makan yang kurang sehat.

12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan:
Tidak,jelaskan Klien dan keluarga mengatakan tidak pernah mengikuti pengobatan seperti
pengobatan gratis yang diselenggarakan dibanjar (Tn.S tidak pernah datang).

13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber dimasyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya:

Ya Tidak, jelaskan Klien dan keluarga mengatakan tidak.


KEMANDIRIAN
KELUARGA
Kriteria:
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar Kemandirian III : jika memenuhi kriteria1s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran Kemandirian IV: Jika memenuhi kriteria1s.d 7
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori:
Kemandirian I Kemandirian II

Kemandirian III Kemandirian IV


20

PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU:


No Nama Organ Tn.S Ny.M An.P
Tanda-Tanda Vital TD : 130/90 mmHg TD : 110/90 mmHg TD : 120/90
N : 70 x/menit N : 65 x/menit mmHg
S : 36,2 ℃ S : 36℃ N : 60 x/menit
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit S : 36,1℃
RR : 20 x/menit
1. Kepala:
a. Rambut Rambut tampak berwarna Rambut tampak Rambut tampak
hitam namun ada sedikit berwarna hitam namun berwarna hitam,
uban, rambut tampak ada sedikit uban, rambut tampak
sedikit kotor dan sedikit rambut tampak sedikit bersih.
berketombe. kotor dan sedikit
berketombe.
b. Mata Kedua mata simetris, Kedua mata simetris, Kedua mata
konjungtiva anemis, konjungtiva anemis, simetris,
pupil isokor, tidak ada pupil isokor, tidak ada konjungtiva
lesi, tidak ada nyeri lesi, tidak ada nyeri anemis, pupil
tekan, namun penglihatan tekan, namun isokor, tidak ada
sedikit kabur/berkurang. penglihatan sedikit lesi, tidak ada
kabur/berkurang. nyeri tekan,
penglihatan masih
bagus/normal.
c. Hidung Kedua lubang hidung Kedua lubang hidung Kedua lubang
simetris, hidung bersih simetris, hidung bersih hidung simetris,
tidak ada sekret, tidak tidak ada sekret, tidak hidung bersih tidak
ada lesi, tidak ada nyeri ada lesi, tidak ada ada sekret, tidak
tekan, dan fungsi nyeri tekan, dan fungsi ada lesi, tidak ada
penciuman masih penciuman masih nyeri tekan, dan
bagus/normal. bagus/normal. fungsi penciuman
masih
bagus/normal.
d. Mulut dan Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir
gigi tidak ada lesi, gigi tidak ada lesi, gigi lembab, tidak ada
tampak lengkap dan tampak lengkap dan lesi, gigi tampak
bersih bersih lengkap dan
bersih.
e. Leher Leher simetris, tidak ada Leher simetris, tidak Leher simetris,
pembengkakan vena ada pembengkakan tidak ada
jugularis, tidak ada vena jugularis, tidak pembengkakan
pembesaran kelenjar ada pembesaran vena jugularis,
tyroid, dan tidak ada lesi kelenjar tyroid, dan tidak ada
pada area leher. tidak ada lesi pada area pembesaran
leher. kelenjar tyroid,
dan tidak ada lesi
pada area leher.
2 Thorax
a. Paru Pergerakan dada simetris, Pergerakan dada Pergerakan dada
tidak terdapat adanya simetris, tidak terdapat simetris, tidak
jejas pada dada, tidak ada adanya jejas pada dada, terdapat adanya
nyeri tekan pada kedua tidak ada nyeri tekan jejas pada dada,
sisi dada, daar diperkusi pada kedua sisi dada, tidak ada nyeri
terdengar suara sonor. daar diperkusi tekan pada kedua
terdengar suara sonor. sisi dada, daar
diperkusi
terdengar suara
sonor.
b. Jantung Tidak terdapat jejas atau Tidak terdapat jejas Tidak terdapat
luka, ictus cordis terlihat, atau luka, ictus cordis jejas atau luka,
tidak ada nyeri tekan, terlihat, tidak ada nyeri ictus cordis
terdengar suara S1 dan tekan, terdengar suara terlihat, tidak ada
S2 pekak, dan tidak S1 dan S2 pekak, dan nyeri tekan,
terdengar suara murmur tidak terdengar suara terdengar suara S1
serta bunyi jantung S1 murmur serta bunyi dan S2 pekak, dan
22

dan S2 reguler. jantung S1 dan S2 tidak terdengar


reguler. suara murmur serta
bunyi jantung S1
dan S2 reguler.
3 Abdomen Tidak ada acites pada Tidak ada acites pada Tidak ada acites
abdomen, dinding perut abdomen, dinding pada abdomen,
lebih rendah dari dinding perut lebih rendah dari dinding perut lebih
dada, bising usus normal dinding dada, bising rendah dari
(18x/mnt), dan tidak ada usus normal (16x/mnt), dinding dada,
nyeri tekan pada area dan tidak ada nyeri bising usus normal
sekitar abdomen. tekan pada area sekitar (18x/mnt), dan
abdomen. tidak ada nyeri
tekan pada area
sekitar abdomen.
4 Ekstremitas Anggota gerak lengkap, Anggota gerak Anggota gerak
tidak ada luka pada lengkap, tidak ada luka lengkap, tidak ada
ekstremitas atas dan pada ekstremitas atas luka pada
bawah, tidak ada edema, dan bawah, tidak ada ekstremitas atas
pergerakan antara edema, pergerakan dan bawah, tidak
ekstremitas atas dan antara ekstremitas atas ada edema,
bawah masih normal. dan bawah masih pergerakan antara
Kekuatan otot : normal. ekstremitas atas
Kekuatan otot : dan bawah masih
555 555
normal.
555 555
555 555 Kekuatan otot :
555 555
555 555

555 555
5 Integument Warna kulit sawo Warna kulit sawo Warna kulit sawo
matang, kulit tampak matang, kulit tampak matang, turgor
sudah keriput, kulit sudah keriput, kulit kulit baik.
teraba hangat, tampak teraba hangat, tampak
bersin namun sedikit bersin namun sedikit
kering. kering.
24

Anggota Keluarga 1 2 3 4 5 Gangg.Keseimb - - - - -


Nye ri spesifik: - - - - - Sistem pencernaan: 1 2 3 4 5
Lokasi - - - - - Intake cairan kurang - - - - -
T ipe - - - - - Mual/muntah - - - - -
Durasi - - - - - Nyeri perut - - - - -
Intensitas - - - - - Muntah darah - - - - -
Status mental: 1 2 3 4 5 Flatus - - - - -
Bingung - - - - - Distensi abdomen - - - - -
Cemas - - - - - Colostomy - - - - -
Disorientasi - - - - - Diare - - - - -
Depresi - - - - - Konstipasi - - - - -
Menarikdiri - - - - - Bisingusus - - - - -
Sistem integumen: 1 2 3 4 5 T erpasang Sonde - - - - -
Cianosis - - - - -
Sistem persyarafan: 1 2 3 4 5
Akral Dingin - - - - - Nyeri kepala - - - - -
Diaporesis - - - - - Pusing - - - - -
Jaundice - - - - -
T remor - - - - -
Luka Luka
pada jari Reflek pupi lanisokor - - - - -
tangan
karna - - - - Paralisis: Lengan
terkena kiri/ Lengan
pisau. - - - - -
Mukosa mulut kering - - - - - kanan/Kaki kiri/

Kapiler refill Kaki kanan


- - - - -
time lebih 2 detik Anestesi daerah
Sistem Pernafasan 1 2 3 4 5 - - - - -
Perifer
Stridor - - - - -
Riwayat
Wheezing pengobatan 1 2 3 4 5
- - - - -
Ronchi Alergi Obat - - - - -
- - - - -
Akumulasis putum Jenis obat yang
- - - - -
- - - - -
Sistem perkemihan: 1 2 3 4 5 Dikonsumsi

Disuria - - - - -
Hematuria - - - - - PEMERIKSAAN PENUNJANG
Frekuensi - - - - -
Retensi - - - - - Pemeriksaan 1 2 3 4 5
Inkontinensia Laboratorium
- - - - -
GDP/2JPP/acak - - - - -
Sistemmuskulos 1 2 3 4 5
ke letal Asam Urat - - - - -
T onus otot kurang - - - - - Cholesterol - - - - -
Paralisis - - - - - Hb - - - - -
Hemiparesis - - - - -
ROM kurang - - - - -
ANALISA DATA
No Data Masalah
1. DS : Defisit pengetahuan
- Pasien dan keluarga
mengatakan tidak paham
tentang penyakit Diabetes
Melitus.
- Pasien dan keluarga
mengatakan tidak mengetahui
apa yang menyebabkan
penyakit Diabetes Melitus.
- Pasien dan keluarga
Mengatakan tidak mengetahui
makanan diet Diabetes
Melitus.
- Tn.S Mengatakan sering
terbangun malam hari karena
kencing.
DO :
- Kesadaran Compos Mentis
- TD : 130/90 mmHg
- N : 70 x/menit
- S : 36,2 ℃
- RR : 20 x/menit
2. DS: Manajemen Kesehatan Keluarga
- Keluarga mengatakan kurang
Tidak Efektif
memahami cara merawat Tn.S
- Keluarga mengatakan makanan
Tn.S sama dengan keluarga
yang lain
- Tn.S mengatakan khawatir jika
terluka karena akan susah
26

untuk sembuh.
- Keluarga kurang memahami
cara mengenal masalah Tn.S
yang khawatir jika terluka
karena akan susah untuk
sembuh.
- Klien mengatakan tidak minum
obat dan tidak pernah kontrol
ke sarana kesehatan.
DO :
- Keluarga tampak bingung
dengan penyakit yang diderita
Tn.S
- Keluarga tampak gagal
melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor resiko.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit pengetahuan pada keluarga Tn.S khususnya pada Tn.S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan keluarga dengan Diabetes Melitus.
b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pengetahuan pada keluarga
Tn.S khususnya pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus.
SKORING
a. Diagnosa Keperawatan : Defisit pengetahuan pada keluarga Tn.S
khususnya pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan keluarga dengan Diabetes Melitus.
No Kriteria Score Pembenaran
1 Sifat masalah
3/3x1 1
Skala: actual
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah: 2/2x2 2
Dengan mudah
3 Potensial masalah untuk
dicegah: 3/3x1 1
Tinggi
4 Menonjolnya masalah:
2/2x1 1
Segera
Total skor 5

b. Diagnosa Keperawatan : Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


pengetahuan pada keluarga Tn.S khususnya pada Tn.S berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan Diabetes Melitus.
No Kriteria Score Pembenaran
1 Sifat masalah
3/3x1 1
Skala: actual
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah: 2/2x2 2
Dengan mudah
3 Potensial masalah untuk
dicegah: 2/3x1 2/3
Tinggi
4 Menonjolnya masalah:
2/2x1 1
Segera
28

Total skor 4 2/3

 Prioritas masalah
a. Defisit pengetahuan pada keluarga Tn.S khususnya pada Tn.S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan keluarga dengan Diabetes Melitus.
b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pengetahuan pada
keluarga Tn.S khususnya pada Tn.S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
Diabetes Melitus.

a. Perencanaan
Diagnosa Luaran Dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil (SIKI)
(SLKI)
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I12383)
pada keluarga Tn.S kunjungan selama 3 x 60 Observasi
khususnya pada Tn.S menit ke rumah keluarga - Identifikasi kesiapan dan
berhubungan dengan diharapkan terjadi kemampuan menerima
ketidakmampuan peningkatan pengetahuan informasi
keluarga mengenal tentang Diabetes Melitus - Identifikasi faktor-faktor
masalah kesehatan dengan kriteria hasil : yang dapat meningkatkan dan
keluarga dengan - Kemampuan menurunkan motivasi
Diabetes Melitus. menjelaskan tentang perilaku hidup bersih dan
Diabetes Melitus sehat
meningkat Terapeutik
- Pertanyaan tentang - Sediakan materi dan media
masalah yang pendidikan kesehatan
dihadapi menurun - Jadwalkan pendidikan
- Perilaku membaik kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Manajemen Setelah dilakukan Dukugan Keluarga
kesehatan keluarga kunjungan selama 3 x 60 Merencanakan Perawatan
tidak efektif menit ke rumah keluarga (I.13477)
pengetahuan pada diharapkan kemampuan Observsi :
keluarga Tn.S keluarga menangani - Identifikasi kebutuhan dan
khususnya pada Tn.S masalah kesehatan harapan keluarga tentang
berhubungan dengan keluarga yang Diabetes kesehatan
ketidakmampuan Melitus dapat optimal - Identifikasi konsekuensi tidak
keluarga dalam dengan kriteria hasil : melakukan tindakan bersama
merawat anggota - Kemampuan keluarga
keluarga dengan menjelaskan masalah - Identifikasi sumber-sumber
Diabetes Melitus. kesehatan yang yang dimiliki keluarga
dialami meningkat - Identifikasi tindakan yang
- Aktivitas keluarga dapat dilakukan keluarga
mengatasi masalah Terapeutik
kesehatan secara tepat
- Motivasi pengembangan sikap
meningkat
dan emosi yang mendukung
- Tindakan untuk
upaya kesehatan
mengurangi faktor
- Gunakan sarana dan fasilitas
resiko meningkat.
yang ada dalam keluarga
Edukasi :
30

- Informasikan fasilitas
kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga
- Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
- Ajarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga.

b. Implementasi
Diagnosa Evaluasi
Hari/Tgl Implementasi TTD
Keperawatan Formatif
Senin / Defisit 1. Mengidentifikasi S:
14 Maret pengetahuan kesiapan dan - Pasien dan
2024 pada keluarga kemampuan keluarga
Tn.S khususnya menerima mengatakan
pada Tn.S informasi tidak paham
berhubungan 2. Mengidentifikasi tentang
dengan faktor-faktor yang penyakit
ketidakmampuan dapat Diabetes
keluarga meningkatkan dan Melitus
mengenal menurunkan - Pasien dan
masalah motivasi perilaku keluarga
kesehatan hidup bersih dan mengatakan
keluarga dengan sehat tidak
Diabetes 3. Menyediakan mengetahui
Melitus. materi dan media apa yang
pemberian terapi menyebabkan
untuk mengurangi penyakit
nyeri Diabetes
4. Menjadwalkan Melitus
pendidikan - Pasien dan
kesehatan sesuai keluarga
kesepakatan mengatakan
5. Memberikan tidak
kesempatan untuk mengetahui
bertanya makanan diet
6. Menjelaskan Diabetes
faktor resiko yang Melitus
dapat - Tn.S
mempengaruhi mengatakan
kesehatan sering kencing
7. Mengajarkan setiap malam.
perilaku hidup - Tn.S
bersih dan sehat mengatakan
8. Mengajarkan mudah merasa
strategi yang dapat lelah.
digunakan untuk O :
meningkatkan - Kesadaran
perilaku hidup Compos
bersih dan sehat. Mentis
- TD : 130/90
mmHg
- N : 70 x/menit
- S : 36,2 ℃
- RR : 20
x/menit
- BB : 70 kg
- TB : 169 cm
Manajemen 1. Mengidentifikasi S:
kesehatan kebutuhan dan - Keluarga
keluarga tidak harapan keluarga mengatakan
efektif tentang kesehatan kurang
pengetahuan 2. Mengidentifikasi memahami
pada keluarga konsekuensi tidak cara merawat
32

Tn.S khususnya melakukan Tn.S


pada Tn.S tindakan bersama - Keluarga
berhubungan keluarga mengatakan
dengan 3. Mengidentifikasi makanan Tn.S
ketidakmampuan sumber-sumber sama dengan
keluarga dalam yang dimiliki keluarga yang
merawat anggota keluarga lain
keluarga dengan 4. Mengidentifikasi - Tn.S
Diabetes tindakan yang mengatakan
Melitus. dapat dilakukan khawatir jika
keluarga terluka karena
5. Memotivasi akan sulit
pengembangan sembuh atau
sikap dan emosi luka akan sulit
yang mendukung kering.
upaya kesehatan - Keluarga
6. Menggunakan kurang
sarana dan fasilitas memahami cara
yang ada dalam mengenal
keluarga masalah Tn.S
7. Meginformasikan yang khawatir
fasilitas kesehatan jika terluka
yang ada di karena akan
lingkungan sulit sembuh
keluarga atau luka akan
8. Menganjurkan sulit kering.
menggunakan O:
fasilitas kesehatan - Keluarga
yang ada tampak bingung
9. Mengajarkan cara dengan penyakit
mengontrol kadar yang diderita
gula dengan bahan Tn.S
tradisional seperti - Keluarga
rebusan daun kayu tampak gagal
manis. melakukan
tindakan untuk
mengurangi
faktor resiko.
Defisit 1. Menanyakan S:
pengetahuan kembali pemberian - Keluarga
Kamis / pada keluarga terapi untuk sedikit mampu
15 Maret Tn.S khususnya mengontrol kadar menjelaskan
2024 pada Tn.S gula darah. kembali
berhubungan 2. Menjadwalkan tentang
dengan pendidikan penyebab,
ketidakmampuan kesehatan sesuai tanda dan
keluarga kesepakatan gejala yang
mengenal 3. Memberikan ditimbulkan
masalah kesempatan untuk dari penyakit
kesehatan bertanya Diabetes
keluarga dengan 4. Menjelaskan Melitus.
Diabetes penyebab dan - Keluarga
Melitus. tanda gejala mengatakan
Diabetes Melitus sudah
5. Menjelaskan tanda memahami
dan gejala yang sedikit tentang
ditimbulkan oleh penyakit
penyakit Diabetes
6. Mengajarkan Melitus..
strategi yang dapat O:
digunakan untuk - Keluarga
meningkatkan tampak
perilaku hidup mampu
bersih dan sehat menyebutkan
34

kembali sedikit
penyebab dan
tanda gejala
yang
ditimbulkan
oleh penyakit
Diabetes
Melitus.
- Pasien dan
keluarga
tampak
kooperatif dan
menyimak
dengan baik
apa yang
dijelaskan
mengenai
penyakitnya.
Manajemen 1. Mengidentifikasi S:
kesehatan kebutuhan dan - Pasien dan
keluarga tidak harapan keluarga keluarga dapat
efektif tentang kesehatan menyebutkan
pengetahuan 2. Mengidentifikasi sedikit perilaku
pada keluarga konsekuensi tidak apa saja yang
Tn.S khususnya melakukan dapat
pada Tn.S tindakan bersama meningkatkan
berhubungan keluarga kesehatan
dengan 3. Memberikan - Pasien
ketidakmampuan intervensi rebusan mengatakan
keluarga dalam daun kayu manis sedikit paham
merawat anggota untuk mengontrol bagaimana
keluarga dengan kadar gula darah. anjuran
Diabetes 4. Menanyakan pemeliharaan
Melitus. kembali dan kesehatan
mengevaluasi sehari-hari bagi
peningkatan penderita
perilaku hidup Diabetes
sehat. Melitus.
O:
- Pasien dan
keluarga
tampak dapat
menjelaskan
kembali sedikit
upaya
peningkatan
hidup sehat
dengan riwayat
Diabetes
Melitus dengan
sedikit bantuan
dari
mahasiswa.
- Pasien tampak
kooperatif dan
mengikuti
arahan dalam
pemberian
rebusan daun
kayu manis
untuk
mengontrol
kadar gula
darah.
36

Defisit 1. Menyediakan S:
pengetahuan materi dan media - Keluarga sudah
pada keluarga pemberian terapi mampu
Tn.S khususnya untuk mengontrol menjelaskan
pada Tn.S kadar gula darah. kembali
berhubungan 2. Menjadwalkan tentang
dengan pendidikan penyebab,
ketidakmampuan kesehatan sesuai tanda dan
keluarga kesepakatan gejala yang
mengenal 3. Memberikan ditimbulkan
masalah kesempatan untuk dari penyakit
kesehatan bertanya Diabetes
keluarga dengan 4. Menjelaskan Melitus.
Diabetes penyebab dan - Keluarga
Melitus. tanda gejala mengatakan
Jumat /
Diabetes Melitus. sudah
16 Maret
5. Menjelaskan tanda memahami
2024
dan gejala yang tentang
ditimbulkan oleh penyakit
penyakit Diabetes
6. Mengajarkan Melitus.
strategi yang dapat O:
digunakan untuk - Keluarga
meningkatkan mampu
perilaku hidup menyebutkan
bersih dan sehat kembali
penyebab dan
tanda gejala
yang
ditimbulkan
oleh penyakit
Diabetes
Melitus.
- Pasien dan
keluarga
tampak
kooperatif dan
menyimak
dengan baik
apa yang
dijelaskan
mengenai
penyakitnya.
Manajemen 1. Mengidentifikasi S:
kesehatan kebutuhan dan - Pasien dan
keluarga tidak harapan keluarga keluarga sudah
efektif tentang kesehatan dapat
pengetahuan 2. Mengidentifikasi menyebutkan
pada keluarga konsekuensi tidak perilaku apa
Tn.S khususnya melakukan saja yang dapat
pada Tn.S tindakan bersama meningkatkan
berhubungan keluarga kesehatan
dengan 3. Memberikan - Pasien
ketidakmampuan intervensi mengatakan
keluarga dalam pemberian rebusan lebih paham
merawat anggota batang serai untuk bagaimana
keluarga dengan mengontrol kadar anjuran
Diabetes gula darah. pemeliharaan
Melitus. 4. Menanyakan kesehatan
kembali dan sehari-hari bagi
mengevaluasi penderita
peningkatan Diabetes
perilaku hidup Melitus.
sehat.
38

O:
- Pasien dan
keluarga
tampak dapat
menjelaskan
kembali upaya
peningkatan
hidup sehat
dengan riwayat
Diabetes
Melitus dengan
sedikit bantuan
dari
mahasiswa.
- Pasien tampak
kooperatif dan
mengikuti
arahan dalam
pemberian
terapi rebusan
daun kayu
manis untuk
mengontrol
kadar gula
darah.

c. Evaluasi
Diagnosa
No Hari/Tgl Evaluasi (Sumatif) TTD
Keperawatan
1. Sabtu / 17 Defisit pengetahuan S :
Maret pada keluarga Tn.S
- Keluarga mampu
2024 khususnya pada Tn.S
menjelaskan kembali
berhubungan dengan tentang penyebab, tanda
ketidakmampuan dan gejala yang
keluarga mengenal ditimbulkan dari penyakit
masalah kesehatan Diabetes Melitus.
keluarga dengan - Keluarga mengatakan
Diabetes Melitus. sudah memahami tentang
penyakit Diabetes Melitus.
O:
- Keluarga mampu
menyebutkan kembali
penyebab dan tanda gejala
yang ditimbulkan oleh
penyakit Diabetes Melitus.
- Pasien dan keluarga tampak

kooperatif dan menyimak

dengan baik apa yang

dijelaskan mengenai

penyakitnya.

A : Masalah defisit
pengetahuan teratasi
P:
- Pertahankan kondisi
- Anjurkan pasien dan
keluarga selalu menjaga
kesehatan
- Anjukan keluarga untuk
mengingat pentingnya
materi yang sudah
diberikan.
40

2. Sabtu / 17 Manajemen kesehatan S :


Maret keluarga tidak efektif - Pasien dan keluarga dapat
2024 pengetahuan pada menyebutkan perilaku apa
keluarga Tn.S saja yang dapat
khususnya pada Tn.S meningkatkan kesehatan
berhubungan dengan - Pasien mengatakan lebih
ketidakmampuan paham bagaimana anjuran
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
merawat anggota sehari-hari bagi penderita
keluarga dengan Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus. O:
- Pasien dan keluarga
tampak kooperatif dan
dapat menjelaskan kembali
upaya peningkatan hidup
sehat dengan riwayat
Diabetes Melitus dengan
sedikit bantuan dari
mahasiswa.
A : Masalah manajemen
kesehatan keluarga tidak
efektif teratasi
P:
- Pertahankan kondisi
- Anjurkan pasien untuk rutin
melakukan kompres hangat
rebusan daun kayu manis.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. Infodatin 2020 Diabetes Melitus Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2020.
Rumiris Simatupang, SKm. MK. Pedoman Diet Penderita Diabetes Melitus. Dr.
Abdul Rahman H.,M.T. C., editor. Banten: Yayasan Pendidikan dan Sosial
Indonesia Maju (YPSIM), Banten; 2020.
Prasetyani, D. & Sodikin. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Diabetes Melitus (DM) Tipe 2. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad 2; 2017. Hal 19.
International Diabetes Federation (IDF). International Diabetic Federation
Diabetic Atlas 10th edition. IDF; 2021.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI Tahun 2018; 2018.
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2019. Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun
2018.
Dinas Kesehatan Kota Jambi, 2022. Laporan Tahunan Kejadian Diabetes Melitus
di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2017-2021. Jambi.
Puskesmas Putri Ayu, 2022. Laporan Tahunan Kejadian Diabetes Melitus di
Puskesmas Putri Ayu Tahun 2018-2021. Jambi.
Sudoyo, A. S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2019.
Christyanni Y, Aheng NM, Nyamin Y. Edukasi Senam Kaki terhadap
Kemampuan Melakukan Senam Kaki pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2 di Puskesmas Kereng Bangkirai Palangka Raya. Jurnal Surya Medika
(JSM); 2019 Aug 31;5(1):100-14.
Ratnasari NY. Upaya pemberian penyuluhan kesehatan tentang diabetes mellitus
dan senam kaki diabetik terhadap pengetahuan dan keterampilan
masyarakat desaKedungringin, Wonogiri. Indonesian Journal of
Community Services; 2019 Apr 30;1(1):105-15
Lampiran Dokumentasi Kartu Keluarga
Lampiran Dokumentasi Intervensi
Lampiran SOP Seduhan Daun Kayu Manis
SOP Seduhan Daun Kayu Manis
Pengertian Tindakan pemberian rebusan daun kayun manis bagi penderita
Diabetes Mellitus untuk menurunkan kadar glukosa darah
menjadi normal.
Tujuan 1. Sebagai alterbanatif pengobatan dan pencegahan dari bahan
alami atau pengobatan yang dilakukan secara non
farmakologis.
2. Sebagai atau untuk mengontrol kadar glukosa darah menjadi
normal pada pasien Diabetes Mellitus.
Alat dan Bahan 1. Daun kayu manis secukupnya.
2. Air putih secukupnya ( ml).
3. Gelas saji
4. Kompor
5. Panci
Pre Interaksi 1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan/diperlukan
selama melakukan pemberian terapi non farmakologis
(seduhan daun kayu manis).
2. Mencuci tangan (jika perlu).
Tahap Terminasi 1. Beri salam, tanyakan nama klien serta perkenalkan diri (untuk
mengingatkan kembali klien pada pertemuan sebelumnya).
2. Menanyakan keluhan atau kondisi yang dirasakan klien.
3. Jelaskan tujuan, prosedur, dan hal lain yang perlu dilakukan
oleh klien selama pemberian terapi seduhan daun kayu manis.
4. Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk bertanya
sebelum tindakan pemberian terapi seduhan daun kayu manis
dilakukan.
5. Lakukan pengkajian untuk mengetahui kondisi pasien
(misalnya pengukuran tekanan darah dan kadar glukosa darah
pasien).
Tahap Kerja 1. Lakukan pemeriksaan kadar glukosa darah (jika perlu).
2. Siapkan daun kayu manis secukupnya.
3. Masukkan air kedalam panci sebanyak ml dan
masukkan daun kayu manis yang sudah disiapkan
sebelumnya.
4. Selanjutnya masak air dan daun kayu manis sampai mendidih.
5. Setelah itu pisahkan daun dan air seduhan lalu letakkan di
gelas yang sudah disiapkan.
6. Tunggu air rebusan daun kayu manis sampai cukup dalam
keadaan hangat dan setelahnya seduhan daun kayu manis bisa
untuk diminum.
Tahap Terminasi 1. Beri tahu klien bahwa tindakan pemberian terapi sudah selesai
dilakukan.
2. Evaluasi perasaan klien.
3. Berikan reinforcement positif kepada klien dan keluarga.
4. Rapikan alat dan cuci tangan kembali menggunakan 6 langkah
cuci tangan yang benar.
Hasil 1. Evaluasi hasil kerja dan respon klien setelah diberikan terapi
seduhan daun kayu manis.
2. Lakukan kontrak waktu untuk melakukan terapi selanjutnya,
3. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik.
Dokumentasi 1. Catat tidakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan tindakan diberikan.
2. Catat hasil tindakan baik respon subjektif dan respon objektif.
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOP.

Anda mungkin juga menyukai