Askep CAD
Askep CAD
Askep CAD
Oleh:
Nama : Lutfiah Maulidia
NIM : P17221181010
PENGERTIAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyempitan atau
penyumbatan di dinding nadi koroner karena adanya endapan lemak dan kolesterol
sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu (Sari, 2021).
Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses aterosklerosis atau spasme atau
kombinasi keduanya (Patriyani, R, 2016). Dalam proses ini, lemak-lemak
terkumpul di dinding arteri dan penebalan ini menghasilkan permukaan yang kasar
(plak) pada dinding arteri dan juga penyempitan arteri koroner. Jika plak terus
terbentuk dan menggumpal, maka tidak ada lagi darah yang bisa mengalir karena
darah ini diblok oleh plak yang sudah menjadi keras, sehingga timbulnya gejala
nyeri pada dada. Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri koroner
tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang disebut Infark
Miokard rentang waktu yang lebih lama daripada Angina dan tidak akan membaik
dengan istirahat ataupun obat pereda nyeri sampai terjadi pingsan, syok, bahkan
meninggal seketika.
FAKTOR RISIKO
PJK ini terjadi secara tidak langsung, biasanya seseorang akan mengalami
proses penyempitan pembuluh koroner dalam kurun waktu yang cukup lama.
Faktor risiko penyakit jantung koroner terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak dapat dicegah
a. Usia
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Patriyani, dkk, faktor risiko
PJK yang berhubungan dengan usia dapat menjadi salah satu faktor
terjadinya PJK. Menurut hasil penilitiannya menunjukkan bahwa usia
lebih dari 40 tahun memiliki risiko lebih besar mengalami PJK. Ada
kesesuaian antara hasil penelitian dengan teori AHA (2007) bahwa
kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat dengan
bertambahnya usia kadar kolesterol baik laki-laki maupun perempuan
mulai meningkat (Djohan,2004 dalam (Karyatin, 2019)).
b. Riwayat keluarga
Faktor riwayat keluarga menunjukkan yang memiliki riwayat
keluarga penyakit jantung tidak berisiko menderita PJK. Menurut
(Price, 2006 dalam Patriyani 2016), riwayat keluarga dapat pula
mencerminkan gaya hidup yang menimbulkan stres atau obesitas.
Riwayat penyakit jantung koroner (PJK) pada keluarga (Infark Miokard
pada ayah atau saudara laki-laki sebelum berusia 55 tahun atau pada ibu
atau saudara perempuan sebelum usia 65 tahun merupakan faktor risiko
independent untuk terjadinya PJK.
c. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin menunjukkan laki-laki lebih berisiko menderita
PJK. Menurut AHA (2007), laki-laki memiliki risiko lebih besar terkena
serangan jantung dan kejadiannya lebih awal dari pada wanita. Wanita
relatif kebal terhadap penyakit ini sampai mengalami fase menopause,
setelah itu menjadi sama rentannya seperti pria. Hormon esterogen
dianggap sebagai pelindung imunitas wanita pada usia sebelum
menopause, karena pada wanita premenopause efek perlindungan
esterogen penyakit jantung aterosklerotik yang lebih rendah dan
memiliki konsentrasi HDL yang lebih tinggi.
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau dapat dicegah
a. Hipertensi
Orang yang memiliki riwayat hipertensi lebih berisiko terkena PJK.
Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan
kerusakan sistem pembuluh darah arteri dengan perlahan-lahan. Arteri
tersebut mengalami pengerasan yang disebabkan oleh endapan lemak
pada dinding, sehingga menyempitkan lumen yang terdapat di dalam
pembuluh darah yang akan membuat aliran darah menjadi terhalang.
Jika pembuluh arteri koroner terkena maka menyebabkan terjadinya
penyakit jantung koroner.
b. Merokok
Merokok dapat merangsang proses ateriosklerosis karena efek
langsung terhadap dinding arteri, karbon monoksida menyebabkan
hipoksia arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang
dapat menimbulkan reaksi trombosit, glikoprotein tembakau dapat
menimbulkan reaksi hipersensitifitas dinding arteri. Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang perokok lebih berisiko
terkena PJK.
c. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia merupakan peningkatan kolesterol, fosfolipid,
trigliserida, dan asam lemak. Profil lipid ditetapkan dengan mengukur
kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida.
Konsekuensi hiperlipidemia yang paling penting adalah peningkatan
kolesterol serum, terutama peningkatan LDL yang merupakan
predisposisi terjadinya aterosklerosis serta meningkatnya risiko
terjadinya PJK. Bila LDL diatas normal maka akan membawa kolesterol
ke jaringan tubuh dan menyebabkan aterosklerosis. Diantara seluruh
jenis lipoprotein yang ada, LDL memiliki porsi pengikatan kolesterol
terbanyak, yakni sekitar 70-75%, karena itu kolesterol LDL lebih tepat
sebagai petunjuk untuk mengetahui risiko PJK daripada kadar kolesterol
total.
d. Diabetes mellitus
Pasien DM berisiko lebih besar terjadinya PJK dari pada individu
yang tidak DM. DM dapat meyebabkan disfungsi endotel dan
selanjutnya menimbulkan aterosklerosis. Beberapa penyebab DM yang
dapat menimbulkan disfungsi endotel antara lain yaitu hiperglikemia,
peningkatan FFA, dan resistensi insulin.
e. Aktivitas fisik pasif
Faktor pola aktivitas fisik menunjukkan responden dengan
inaktivitas fisik berisiko menderita PJK. Pada latihan fisik akan terjadi
dua perubahan pada sistem kardiovaskuler, yaitu peningkatan curah
jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke
organ yang aktif. Disimpulkan juga bahwa olah raga secara teratur akan
menurunkan tekanan darah sistolik, menurunkan kadar katekolamin di
sirkulasi, menurunkan kadar kolesterol dan lemak darah, meningkatkan
kadar HDL lipoprotein, memperbaiki sirkulasi koroner.
f. Stres
Stress baik fisik maupun mental merupakan faktor risiko untuk PJK.
Stress merangsang sistem kardiovaskuler dengan dilepasnya
catecholamine yang meningkatkan kecepatan denyut jantung dan
menimbulkan vasokonstriksi. Stress menghasilkan suatu percepatan
dari proses atherosklerosis pada arteri koroner.
g. Obesitas
Obesitas secara tidak langsung meningkatkan risiko terkena
aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular lainnya. Orang yang obesitas
memiliki beberapa peningkatan risiko, antara lain terkena hipertensi,
cenderung memiliki kadar lipid tinggi (hiperlipidemia) dan berisiko
berkembang menjadi DM.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan untuk angina tidak stabil berfokus pada tiga tujuan
menstabilkan plak apapun yang mungkin pecah dalam rangka untuk mencegah
serangan jantung, menghilangkan gejala, dan mengobati pentakit arteri koroner
yang mendasarinya.
1. Menstabilkan plak
Dasar dari sebuah stabilisasi plak pecah adalah mengganggu
proses pembekuan darah yang dapat menyebabkan serangan jantung. Pasien
yang mengakami gejala-gejala angina tidak stabil dan yang tidak minum
obat harus segera mengunyah aspirin, yang akan memblok faktor
pembekuan dalam darah. Mengunyah aspirin daripada menelan utuh
mempercepat tubuh proses menyerap aspirin stabil. Ketika angina terjadi
pasien harus mencari bantuan medis segera di rumah sakit. Setelah di rumah
sakit, obat-obatan lainnya untuk blok pembekuan proses tubuh dapat
diberiakan termasuk heparin, clopidogrel dan platelet glikoprotein (GP)
IIb/IIIa obat reseptor blocker.
2. Menghilangkan gejala-gejala
Obat angina, baik dan prosedur untuk mengurangin penyumbatan
dalam arteri koroner bisa meringankan gejala angina tidak stabil.
Tergantung pada keadaan pasien individu, obat sendiri atau obat dalam
kombinasi dengan prosedur yang dapat digunakan untuk mengobati angina
3. Mengobati penyakit arteri koroner yang mendasarinya
Penatalaksanaan pada dasarnya bertujuan untuk memperpanjang
hidup dan memperbaiki kualitas hidup dengan mencegah serangan angina
baik secara medikal atau pembedahan.
4. Pengobatan medis
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina.
Ada 3 jenis obat yaitu :
a. Golongan nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina
akut. Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh
darah koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler.
Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi exercise padapenderita
angina sebelum terjadi hipoktesia miokard. Bila di berikan sebelum
exercise dapat mencegah serangan angina.
b. Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi
frekwensi serangan pada beberapa bentuk angina. Cara kerjanya :
Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus
vasometer pembuluh darah arteri koroner (terutama pada angina
Prinzmetal).
Dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai darah ke
miokard
Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan
menurunkan afterload.
Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut,
jantung dan kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O2
c. Beta Bloker
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap
miokard yang menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga
denyut jantung dan curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang
kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai pilihan pertama untuk
mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar penderita.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahapan awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan untuk
perawatan. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan gambaran
secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan pasien yang
memungkinkan perawat melakukan asuhan keperawatan (Nursalam,
2001).
1. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no.
Register, dan diagnosa medis. Sedangkan identitas bagi
penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan
angina tidak stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal
dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri,
serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa
terjadi lebih sering dan lebihberat, serta dapat terjadi dengan
atau tanpa aktivitas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan
oleh klien sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan
angina tidak stabilyaitu nyeri dada substernal atau retrosternal
dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri,
serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa
terjadi lebih sering dan lebihberat, serta dapat terjadi dengan
atau tanpa aktivitas. Biasanya disertai sesak nafas, perasaan
lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan dizzines.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mempunyai riwayat hipertensi, atherosklerosis, insufisiensi
aorta, spasmus arteri koroner dan anemia berat
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mempunyai penyakit hipertensi dan arteri koroner.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga
diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma
atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau
tampak tidak sakit.
b. Tanda-tanda vital
Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder
akibatgangguan hemodinamik atau terapi farmakologi
c. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun,
tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis atau merintih,
terdapatatau tidak nyeri pada rahang
2) Leher
Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri
pada leher.
3) Thorak
Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung
ekstra S3/S4 menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan gangguan katup atau
disfungsi otot papilardan perikarditis.
Paru-paru: suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi,
terdapat batuk dengan atau tanpa sputum, terdapat sputum
bersih,kental ataupun merah muda.
4) Abdomen
Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus
normal/menurun.
5) Ekstremitas
Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema
periferdan udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau
sianosis,kuku datar, pucat pada membran mukosa dan bibir.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan unruk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Nanda, 2017). Diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul diantaranya sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis: iskemi miokard
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (nyeri
saat bernapas)
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dankebutuhan oksigen
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan untuk
menghilangkan atau mencegah permasalah kesehatan yang dihadapi klien
dengan berdasarkan prioritas masalah, tujuan, (PPNI, 2018) dan kriteria
hasil dengan melihat acuan teori kebutuhan dasar manusia.
1. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis: iskemi
miokard
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan kondisi pasien menurun dengan kriteria hasil:
Keluhan nyeri menurun
Meringis menurun
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respons nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Berikan teknik non farmakologis
f. Kontrol lingkungan yang dapat memperberat nyeri
g. Fasilitasi istirahat dan tidur
h. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
i. Jelaskan strategi meredakan nyeri
j. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas (nyeri saat bernapas)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan kondisi pasien menurun dengan kriteria hasil:
Intervensi :
3. Diagnosa : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan kondisi pasien menurun dengan kriteria hasil:
Intervensi :
a. Identifikasi tanda/gejala primer dan sekunder penurunan curah jantung
b. Monitor tekanan darah
c. Monitor EKG
d. Berikan diit jantung yang sesuai
e. Berikan oksigen
f. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap dan sesuai kemampuan
g. Kolaborasi pemberian antiaritmia
4. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dankebutuhan oksigen
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan kondisi pasien menurun dengan kriteria hasil:
Intervensi :
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
c. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
d. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
e. Anjurkan tirah baring
f. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
g. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 48 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Berdagang
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Jl. Asabri Timur No.257 Probolinggo
No. Regester : 513460
Tanggal MRS : 20 September 2021
Tanggal Pengkajian : 20 September 2021
Diagnosa Medis : CAD
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB : Frekuensi 1-2x sehari dengan konsistensi lunak dengan warna
kekuningan tidak ada darah
2. BAK : Frekuensi 3-4x sehari, warna jernih terkadang kuning
3. Kesulitan BAB/BAK : Tidak ada masalah
4. Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut : Tidak terkaji
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komunikasi : Baik
B. Orang yang paling dekat dengan Klien : Suami
C. Rekreasi : Klien jarang rekreasi
Hobby : Memasak
Penggunaan waktu senggang : Digunakan untuk istirahat dan berkumpul dengan keluarga
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : Klien tidak dapat berjualan
E. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social : Baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Suami
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah : Klien cukup taat beribadah
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : Klien meyakini bahwa sehat dan sakit datangnya dari Allah,
klien hanya berusaha dengan berobat dan berdoa agar dapat diberi kesembuhan
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Klien meyakini bahwa ia bisa sembuh setelah berusaha
maksimal dan atas izin Allah
PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : Pasien tampak lemas dan meringis
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 36,6oC Nadi : 120x/mnt
Tekanan darah: 132/71mmHg Respirasi : 24x/mnt
Tinggi badan : 160 cm Berat Badan : 70kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : Bulat dan simetris
Ubun-ubun : Normal
Kulit kepala : Bersih
b. Rambut : Bersih
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata dan kusam
Bau : Tidak berbau
Warna : Hitam dan sedikit beruban
c. Wajah : Simetris
Warna kulit : Sawo matang
Struktur Wajah: Lengkap
2. Mata
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : Normal, tidak ada oedema
c. Konjunctiva dan sclera : Konjunctiva normal dan sklera putih
d. Pupil : Isokor
e. Kornea dan Iris : Kornea jernih dan iris bulat
f. Ketajaman Penglihatan / Virus : Menurun
g. Tekanan Bola Mata : Tidak terkaji
3. Hidung
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : Normal (tidak bengkak dan posisi septum nasi
lurus di tengah)
b. Lubang Hidung : Normal, bersih, tidak ada sekret
c. Cuping Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : Normal dan simetris
Ukuran Telinga : Normal
Ketegangan telinga : Normal
b. Lubang Telinga : Bersih, tidak ada masa atau pun lesi
c. Ketajaman pendengaran : Baik
5. Mulut dan Faring :
a. Keadaan Bibir : Tampak pucat dan kering
b. Keadaan Gusi dan Gigi : Gusi tampak merah, gigi terdapat karang dan berwarna putih
c. Keadaan Lidah : Bersih
6. Leher
a. Posisi Trakhea : Teraba di tengah
b. Tiroid : Tidak teraba
c. Suara : Normal
d. Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran
e. Vena Jugularis : Tidak ada pembesaran
f. Denyut Nadi Coratis : Teraba
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : Simetris
- Benjolan/massa : Tidak ada benjolan/massa
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 20x/mnt
- Bunyi Jantung Anak/BJA: Tidak ada bunyi jantung tambahan
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Tidak ada
- Benjolan /massa : Tidak ada
- Tanda-tanda Ascites : Tidak ada
- Hepar : Tidak teraba
- Lien : Tidak teraba
- Titik Mc. Burne : Tidak ada nyeeri tekan
d. Perkusi
- Suara Abdomen : Timpani
- Pemeriksaan Ascites : Tidak terkaji
J. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : Compos mentis dengan GCS E:4 V:5 M:6
2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) : Tidak terkaji
3. Fungsi Motorik : Lemah
4. Fungsi Sensorik : Normal
5. Refleks :
a. Refleks Fisiologis : Normal
b. Refleks Patologis : Normal
Ureum 18 mg/dL 10 – 50
Mahasiswa,
NIM :
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 48 th
No. Reg. : 513460
Do :
Klien tampak meringis
Frekuensi nadi meningkat
Gelisah
TD : 132/72 mmHg
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,6 °c
RR : 24 x/menit
SpO2 : 95%
Do :
Nadi takikardi
Hasil EKG : Iskemik inferor lateral
Warna kulit pucat
TD : 132/72 mmHg
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,6 °c
RR : 24 x/menit
SpO2 : 95%
DO :
Klien terlihat sesak setelah beraktivitas
Hasil EKG : Iskemik inferor lateral
Aktifitas klien tampak di bantu oleh
perawat
Klien terpasang infus RL 10 tpm
Klien terpasang monitor jantung
Klien terpasang kateter
TD : 132/72 mmHg
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,6 °c
RR : 24 x/menit
SpO2 : 95%
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 48 th
No. Reg. : 513460
MASALAH MASALAH
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
Tgl Paraf Tgl Paraf
1 Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis 20-9-2021 22-9-2021
(iskemik) d/d mengeluh nyeri, tampak
meringis, tampak gelisah, frekuensi nadi
meningkat
2. Penurunan curah jantung b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi
perubahan frekuensi jantung 3x24 jam, diharapkan keadekuatan jantung 1. Identifikasi tanda/gejala primer dan sekunder
d/d mengeluh lelah, dada meningkat dengan kriteria hasil: penurunan curah jantung
terasa sesak jika posisi tidur, Takikardia menurun 2. Monitor tekanan darah
detak jantung berdebar Keluhan lelah menurun 3. Monitor EKG
kencang, tampak pucat, hasil Ortopnea menurun Terapeutik
EKG menunjukkan iskemik 1. Berikan diit jantung yang sesuai
2. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap dan sesuai
kemampuan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia
1.
3. Intoleransi aktifitas b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi
ketidakseimbangan antara 3x24 jam, diharapkan aktivitas meningkat 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
suplai dan kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
d/d mengeluh lelah dan Kemudahan dalam melakukan aktivitas 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
lemah, merasa tidak nyaman sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
setelah beraktivitas, aktivitas Jarak berjalan meningkat Terapeutik
klien dibantu keluarga dan Keluhan lelah menurun 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
perawat Perasaan lemah menurun stimulus
2 Nyeri akut Selasa, 21/9/21 - Mengidentifikasi durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri : pasien 09.00
mengatakan nyeri dada berkurang, nyeri hilang timbul
- Mengidentifikasi skala nyeri : skala nyeri 3
- Memberikan teknik farmakologis : memberikan terapi musik dan pijat
- Mengurangi kunjungan, memberikan ruangan yang nyaman untuk
memfasilitasi istirahat yang cukup
- Berkolaborasi dalam pemberian obat oral aspilet 80 mg dan clopidogrel
75 mg
3 Nyeri akut Rabu, 22/9/21 - Mengidentifikasi durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri : pasien 09.00
mengatakan nyeri dada hilang
- Mengidentifikasi skala nyeri : skala nyeri 0
- Mengurangi kunjungan, memberikan ruangan yang nyaman untuk
memfasilitasi istirahat yang cukup
- Berkolaborasi dalam pemberian obat oral aspilet 80 mg dan clopidogrel
75 mg
2 Penurunan curah Selasa, 21/9/21 - Memonitor tekanan darah : 130/80 mmHg 10.00
jantung - Memberikan diit jantung : Energi: 1700 kkal/hari, Protein: 56 gram, Lemak:
33 gram, Karbohidrat: 292gram, Oral: 1.000 cc/24 jam (air putih)
- Memberikan oksigen nasal kanul 4 Lpm
- Menganjurkan aktivitas fisik secara bertahap sesuai dengan kemampuan
- Berkolaborasi pemberian antiaritmia propanolol 10 mg
3 Penurunan curah Rabu, 22/9/21 - Memonitor tekanan darah : 128/73 mmHg 10.00
jantung - Memberikan diit jantung : Energi: 1700 kkal/hari, Protein: 56 gram, Lemak:
33 gram, Karbohidrat: 292gram, Oral: 1.000 cc/24 jam (air putih)
- Menganjurkan aktivitas fisik secara bertahap sesuai dengan kemampuan
- Berkolaborasi pemberian antiaritmia propanolol 10 mg
NO DIAGNOSA HARI/ IMPLEMENTASI JAM PARAF
KEPERAWATAN TANGGAL/ JAM
1 Intoleransi aktifitas Senin, 20/9/21 - Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan : klien 11.00
mengeluh ngongsrong setelah beraktivitas dan detak jantung berdebar kencang
- Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas : dada
merasa tidak nyaman dan badan lemas
- Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus : mengurangi
kunjungan, memberikan ruangan yang nyaman untuk memfasilitasi istirahat
yang cukup
- Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Menganjurkan tirah baring
- Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kemapuan
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan sesuai diit
jantung yang diberikan
2 Intoleransi aktifitas Selasa, 21/9/21 - Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus : mengurangi 11.00
kunjungan, memberikan ruangan yang nyaman untuk memfasilitasi istirahat
yang cukup
- Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Menganjurkan tirah baring
- Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kemapuan
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan sesuai diit
jantung yang diberikan
3 Intoleransi aktifitas Rabu, 22/9/21 - Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus : mengurangi 11.00
kunjungan, memberikan ruangan yang nyaman untuk memfasilitasi istirahat
yang cukup
- Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kemapuan
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan sesuai diit
jantung yang diberikan
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 48 th
No. Reg. : 513460
1 S: S: S:
Klien berkata nyeri Klien berkata nyeri Klien berkata nyeri
dada kiri seperti dada berkurang, skala dada sudah hilang,
tertusuk- tusuk dan nyeri 3, dan nyeri skala nyeri 0
tertimpa benda berat, hilang timbul O:
nyeri menyebar ke O : Klien terlihat membaik,
leher hingga tembus ke Mimik wajah klien tampak lebih segar,
punggung dengan skala membaik, frekuensi frekuensi nadi normal,
5 dan nyeri terus nadi membaik, klien klien tampak rileks
menerus tampak lebih tenang TTV
O: TTV Td :128/73 mmHg
Klien tampak meringis, Td :130/80 mmHg N : 80x/mnt
frekuensi nadi N : 108x/mnt S : 36.5°C
meningkat, klien S : 36.0°C RR : 20x/mnt
tampak gelisah RR : 20x/mnt A:
TTV A: Masalah teratasi
Td :132/72mmHg Masalah teratasi P :
N : 120x/mnt sebagian Intervensi dihentikan
S : 36.6°C P:
RR : 24x/mnt Intervensi dilanjutkan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2 S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan Klien mengatakan
detak jantung berdetak detak jantung tidak detak jantung tidak
kencang, merasa berdetak kencang, berdetak kencang,
kelelahan, dada terasa perasaan kelelahan perasaan kelelahan
sesak jika dalam posisi sudah berkurang, jika menghilang, jika dalam
tidur dalam posisi tidur dada posisi tidur dada sudah
O: sudah tidak terasa sesak tidak terasa sesak
Nadi takikardi, hasil O : O:
EKG menunjukkan Frekuensi nadi Frekuensi nadi normal,
iskemik inferior lateral, menurun, klien tidak klien tidak terlihat
klien tampak pucat terlihat pucat pucat
TTV TTV TTV
Td :132/72 mmHg Td :130/80 mmHg Td :128/73 mmHg
N : 120x/mnt N : 108x/mnt N : 80x/mnt
S : 36.6°C S : 36.0°C S : 36.5°C
RR : 24x/mnt RR : 20x/mnt RR : 20x/mnt
O2 : 4 Lpm O2 : 3 Lpm O2 : 2 Lpm
A: A: A:
Masalah belum teratasi Masalah teratasi Masalah teratasi
P: sebagian P:
Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dihentikan
Intervensi dilanjutkan
3 S: S: S:
Klien mengeluh lelah Klien mengatakan Klien mengatakan
dan merasa badannya kondisinya membaik, kondisinya membaik,
lemah, klien tidak klien dapat tidur klien dapat tidur
nyaman saat dengan baik dengan nyenyak
melakukan aktivitas O : O:
seperti tidur atau pun Aktivitas klien dibantu Aktivitas klien dibantu
berjalan keluarga dan perawat, keluarga dan perawat,
O: klien terpasang infus klien terpasang infus
Klien terlihat sesak RL, monitor jantung, RL, monitor jantung,
setelah beraktivitas, dan kateter dan kateter
hasil EKG TTV TTV
menunjukkan iskemik Td :130/80 mmHg Td :128/73 mmHg
inferior lateral, N : 108x/mnt N : 80x/mnt
aktivitas klien dibantu S : 36.0°C S : 36.5°C
keluarga dan perawat, RR : 20x/mnt RR : 20x/mnt
klien terpasang infus O2 : 3 Lpm O2 : 2 Lpm
RL, monitor jantung, A : A:
dan kateter Masalah teratasi Masalah teratasi
TTV sebagian P:
Td :132/72 mmHg P: Intervensi dihentikan
N : 120x/mnt Intervensi dilanjutkan
S : 36.6°C
RR : 24x/mnt
O2 : 4 Lpm
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan