Catetan Ilmu Resep
Catetan Ilmu Resep
Catetan Ilmu Resep
ILMU RESEP
BAB 1
1. Kelengkapan Resep
- Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, dokter hewan
Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda
- Cito : segera
- Urgent : penting
- Statim : penting
Tanda ini terletak pada bagian atas kanan resep, farmasi harus mendahulukan pelayanan
resep ini termasuk resep antidotum
Tanda iter ( iteratie )
Tanda ini ditulis bila dokter menghendaki agar resepnya diulang misalnya iter 3X : artinya
resep tersebut dapat dilayani 1 + 3 = 4X ulang
Untuk resep yang mengandung bahan obat golongan narkotik psiktropik tidak dapat ditulis
tanda iter jadi harus dengan resep baru.
s.t. dd. P1
B. Remidium Ajuvans = adalah obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama :
sulfadiazin tidak larut dengan adanya bic.natric maka sulfadiazin akan larut sehingga mudah
diserap dan tidak mengkristal diginjal.
C. Corrigens
Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama menyebabkan sembelit, sedangkan kalii sulfas
sebagai pencahar sehingga memperbaiki kerja opii pulvis.
2. Corrigens Odoris = digunakan untuk menghilangkan bau dari obat yang tidak enak.
Contoh oleum Cinnamommi dalam emulsi minyak ikan.
3. Corrigens Saporis = digunakan untuk memperbaiki rasa dari obat yang tidak
enak(pahit). Contohnya saccharosa atau sirupus simplex untuk obat - obatan yang pahit
rasanya.
4. Corrigens Coloris = digunakan untuk memperbaiki warna obat . Contohnya obat untuk
anak diberi warna merah agar menarik untuk diminum
merupakan zat tambahan bahan obat yang bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi
dan pemberi bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok. Contohnya laktosum pada serbuk,
amylum dan talcum pada bedak tabur.
Penyimpanan Resep
· Tanggal
- Resep yang sudah tersimpan lebih dari 3 tahun dapat dimusnahkan, penusnahan resep
dengan cara dibakarboleh Apoteker Pengelola Apotek bersama seorang petugas Apotek.
Pada pemusnahan resep dibuat berita acara yang dibuat rangkap 4, ditanda tangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek dan seorang petugas Apotek.
Resep yang bertanda N I ( Ne Iteratur = tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter ) dan
resep yang mengandung obat Narkotika dan Psikotropika hanya boleh dilayani dengan
menggunakan resep baru dari dokter.
1. Etiket
Pada etiket obat harus tercantum
- Nama apotek
- No. Rsesep
- Tanggal pembuatan
- Nama pasien
- Aturan pemakaian
2. Salinan Resep
- Exemplum
- Afschrif
- Apograph
Salinan resep adalah Salinan yang dibuat oleh apotek, selain memuat semua keterangan yang
terdapat dalam resep asli juga harus memuat :
Tanda det orig (detur original) ……..untuk resep dengan tanda iter…..X
Bila apoteker pengelola apotek berhalangan, maka tugasnya dapat digantikan oleh
apoteker pendamping/apoteker pengganti dengan mencantumkan nama jelas dan statusnya
c. Penderita’petugas kesehatan
APOTEK BUNGA
Jakarta Pusat
SIPA : …………………………………………..
s. qt dd. Caps I
det XVI
S. sns I
Nedet
CAP APOTEK
Pcc
Apoteker pengelola apotek
1. Pengertian dosis
A. Dosis maxsimum dewasa untuk injeksi dan rektal,berlaku untuk pemakaian sekali dan
sehari
Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maxsimum dapat dilakukan dengan :
Merupakan pentunjuk yang mengikat tetapi digunakan sebagai pedoman umum ( dosis yang
biasa/umum digunakan )
A. Dosis Terapi : adalah dosis atau takaran yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan si penderita
B. Dosis Maksimum : adalah dosis atau takaran terbesar yang dapat diberikan kepada
orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan
C. LD 50 : adalah dosis atau takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaaan
D. LD 100 : adalah dosis atau takaran yang meyebabkan kematian pada 100% hewan
percobaan
E. Dosis Inisiasi ( dosis awal ) : adalah dosis atau takaran yang diberikan pada awal
suatu terapi sampai tercapai kadar kerja yang diinginkan secara terapeutik
F. Dosis pemeliharaan : adalah dosis atau takaran yang harus diberikan selanjutnya
setelah tercapai kejenuhan untuk memelihara kerja serta konsentrasi jaringan yang sudah
berusia lanjut, maka pemberian dosis lebih kecil dari dosis dewasa.
Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak sama dengan orang dewasa.
Dalam menetapkan dosis harus diperhatikan beberapa faktor antara lain adalah :
1. Umur
2. Berat badan
3. Jenis kelamin
4. Sifat penyakit
6. Kondisi pasien
7. Ekresi obat
8. Kasus penyakit
1. Berdasarkan umur
- Rumus young
n+12
- Rumus dilling
- Rumus clark
68
- Rumus Thermich
70
obat yang mempunyai khasiat yang sama atau masih turunan dari obat tersebut harus
dilakukan pergabungan dosis misalnya :
turunan xanthin artinya : obat tersebut sama sama mempunyai inti xanthin.
- Codein Hcl, Doveri dan Dionin satu golongan narkotik,memiliki inti fenantren
- Acetosal dan salicylamid mempunyai khasiat yang sama sebagai analgetik dan
antipiretik
Contoh :
S.oth . p. 1 ( setiap tiga jam satu bungkus ). Untuk pemakaian sehari dihitung 24/3 = 8 kali
sehari satu bungkus.
1. Resep Pulveres
Dr.lovena caesar
Jl.mawar no.13,jakarta
R/ Aneurin 0,025
Riboflavin 0,005
Calc.Panthotenat 0,012
S.I dd. P 1
Cara kerja
1.ST,TBO
6. lalu bagian sediaan menjadi 2 bagian, tiap bagian di bagi menjadi 6 bagian
dr. Handoko
jl.megamendung no.15
R/ Acid Salicyl 3%
Menthol 1%
Talc ad 20
S. Bedak
Cara kerja
1. Sttbo
2. Masukan acid salicyl + menthol kedalam lumpang ghh + Masukan sebagian talk
kedalam lumpang ghh
6. Beri etiket
3. Resep Cream
R/ Trosyd cream 10
Chloramphenicol 2%
m.f Cream
S.u.e
- Timbang Bahan-bahan
- Timbang oleum sesami dalam cawan uap kemudian masukan elmugid kedalam cawan
uap. Yang berisi oleum sesimi,lebur diatas tangas uap ( water bad )
- Masukan hasil leburan kedalam mortir panas tambahkan air panas gerus sampai
terbentuk cream ( campuran 1 )
- Cara penyimpanan
- Khasiat obat
Penyerahan obat bebas dan bebas terbatas dari pabrik tanpa resep harus dalam wadah asli
pabrik dan penyerahan disertai dengan total penjualan yang yang mencampurkan
- Jenis obat
- Jumlah harga
- Tanggal penyerahan
- Cara penyimpanan
- Khasiat obat.
BAB II
A. Pengertian Preformulasi
1. Arti Preformulasi
Preformulasi terdiri dari kata ”pre” yang artinya sebelum dan ”formulasi” yang artinya
perancangan atau penyusunan.
Dibidang farmasi preformulasi dapat diartikan sebagai : langkah awal yang dilakukan
ketika akan merancang suatu obat meliputi pengumpulan data data tentang karekteristik atau
sifat sifat fisik kimia atau bahan obat dan bahan tambahan obat dann mengakajinya lebih
lanjut sampai diperoleh formula yang yang tepat.
2. Tujuan Preformulasi
Membuat formula yang tepat sehingga menghasilkan produk akhir berupa sediaan obat
yang berkhasiat,stabil selama penyimpanan,aman dan nyaman ketika digunakan.
Pada saat memformulasi atau merancang suatu zat obat menjadi bentuk sediaan yang
tepat,ahli farmasi memakai pengetahuan dari hasil penelitian yang sudah ada dan
menggabungkan dengan ilmu fisika,kimia dan biologi untuk menghasilkan produk obat yang
tepat.
- Pemilihan bentuk sediaan obat tersebut tergantung pada 1. Sifat sifat fisika kimia zat
aktif yang digunakan, yakni kelarutan,urutan partikel,sifat higroskopis,reaksi reaksi kimia
dan lain lain 2. Efek obat yang diinginkan
Jika diinginkan bekerja secara lokal ( bekerja setempat) maka dipilih sediaan
salep,krim,lotion,serbuk tabur. untuk kerja sistemik ( diedarkan keseluruh tubuh oleh darah )
dipilih sediaan tablet, kapsul,pulveres atau puyer dan cairan.
- Umur pemakai untuk bayi dan anak anak lebih disukai bentuk pulveres,obat tetes atau
sryup. Untuk dewasa umumnya dibuat dalam bentuk tablet atau kapsul.
Dalam formulasi bahan tambahan merupakan komponen pendukung yang penting karena
membantu untuk mendapatkan formula yang tepat.
- Untuk pemakaian oral bahan obat di usahakan bebas dari rasa dan aroma yang tidak.
enak rasa pahit dari obat obatan tertentu misal : amtisilin dan amoksisilin dapat di atasi
dengan penggunaan bentuk garamnya yang tidak pahit yaitu diatasi amtisilin trihidrat dan
amoksisilin trihidrat.
- Penambahan bahan tambahan tertentu misalnya pengawet dalam jumlah yang tepat
5. Khasiat Obat
Khasiat obat merupakan pertimbangan yang paling penting saat formulasi mengigat
fungsi utama obat adalah untuk menyembuhkan penyakit,oleh karena itu perlu diperhatikan
beberapa hal :
- Pemilihan bentuk sediaan sebagai contoh,jika zat aktif tidak stabil dalam media air,
maka tidak diformulasi dalam pelarut air.
- Pemilihan bahan bahan tambahan. Bahan tambahan yang digunakan tidak boleh
mengurangi khasiat zat aktifnya .
Sifat – sifat fisika kimia obat merupakan dasar untuk menjelaskan respon biologis yang
dialami oleh tubuh setelah pemakaian obat. Sifat sifat fisika kimia berpengaruh pada efek
efek yang timbul akibat ikatan antara molekul obat dengan sel sel reseptor dalam tubuh.
Dengan berlandaskan pada sifat sifat fisika kimia itulah ahli farmasi merancang formula
sehingga didapatkan produk obat yang stabil,aman dan berkhasiat.
Sifat fisika kimia yang harus diketahui sebelum membuat formula obat antara lain :
1. Deksripsi / pemerian
- Rasa,bau dan warna zat harus diketahui agar bisa menentukan bahan tambahan obat
seperti : coriggen saporis,coriggen odoris, dan coriggen coloris yang dibutuhkan.
2. Pengujian mikroskopik
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel dan struktur kristal
dari bahan obat.
3. Polimorfisme
- Polimorfisme ( poli : banyak, morfis : bentuk ) adalah keadaan suatu zat yang
mempunyai banyak bentuk kristal.
Contoh : polimorfisme yang ditunjukan oleum cacao. Oleum cacao menampakan bentuk
kristal berbeda beda tergantung suhu dan perlakukan pada oleum cacao tersebut. Bentuk
bentuk kristal oleum cacao dinamai : bentuk alfa,beta,betastabil dan gamma. Masing masing
bentuk kristal mempunyai sifat berbeda,dalam hal ini titik lelehnya berbeda.Perubahan
menjadi aneka bentuk kristal tersebut terjadi akibat perubahan suhu,tekanan,dll.
- Pada pembuatan sediaan tablet penting ditambahkan bahan pelincir yang berfungsi
untuk memperbaiki aliran serbuk saat cetak.
- Pada pembuatan supositoria dengan bahan dasar oleum cacao sebaiknya dipilih bentuk
kristal yang tidak mudah meleleh,yaitu kristal betastabil dengan titik leleh kurang lebih 34 0 C
4. Ukuran partikel
Umumnya makin kecil ukuran partikel makin mudah terdisolusi sehingga makin mudah
diabsorpsi oleh membrn biologis dalam tubuh.
- Keseragaman isi.
Pada sediaan suspensi bisa menyebabkan terjadinya caking penambahan bahan pensuspensi
akan menghambat laju pengendapan sehingga akan mencegah bentuknya caking
5. Kelarutan
- Kelarutan bahan obat penting untuk diketahui terutama kelarutan dalam air.suatu
bahan obat harus mempunyai kelarutan dalam air agar bisa larut dalam lambung kemudian
terdisolusi ( terlarutnya / terlepasnya bahan obat dari sediaan bahan obat ) lalu diabsorbsi dan
selanjutnya beredar kesistem sirkulasi darah dan timbul efek terapi.
- Bahan obat yang mudah larut dalam air umumnya akan lebih mudah di absorpsi
sehingga akan lebih cepat memberikan efek terapi. Sehingga untuk zat aktif yang mudah larut
dan stabil dalam air, lebih baik dibuat dalam bentuk cair.
- Bahan obat yang realtif tidak larut dalam air, absorpsinya kurang sempurna.oleh
karena itu dalam formulasi dapat dilakukan upaya untuk mempertinggi kelarutan obat dengan
cara :
- Membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air (misal dalam zat iodium yang
sukar larut dalam air direkasikan terlebih dulu dengan larutan pekat natrium lolida atau
kalium lolida agar terbentuk senyawa kompleks NhI3,KI3. Yang larut dalam air).
- Menggunakan bentuk garamnya (misal : phenobarbital sukar larut dalam air , diganti
bentuk garamnya yaitu phenobarbital Na yang mudah larut dalam air).
- Menggunakan pelarut campuran ( misal : air dan etanol seperti pada sediaan elixsir).
- Untuk bahan obat yang sukar larut air tetapi diinginkan sediaan bentuk cair,
hendaknya dibuat bentuk suspensi dengan penambahan bahan pensuspensi.
6. Koefesien partisi.
- Koefesien partisi menyatakan perbandingan kadar bahan obat dalam lemak dan air
setelah dicapai keseimbangan.nilai koefesien partisi tiap zat adalah tetap atau spesifik untuk
tiap zat
- Data koefesien partisi bahan obat merupakan hal yang penting dalam preformulasi
karena menyangkut kemampuan bahan obat untuk dapat larut dan melewati membran
biologis. Untuk menghasilkan efek farmakologi,molekul obat harus dapat melewati membran
biologis yang tersusun dari portein dan lemak dan air. (absorbsi adalah proses
melewati/menembus membran biologis).
- Kecepatan absorbsi obat sangat dipengaruhi oleh koefesien partisinya. Hal ini
disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipida. Dengan
demikian obat obat yang mudah larut dalam lipida akan dengam mudah melaluinya
sebaliknya obat oba yang sukar larut dalam lipida akan di absorbsi. Obat obat yang larut
dalam lipida tersebut dengan sendirinya memiliki nilai koefisien partisi yang besar,
sebaliknya obat obat yang sukar larut dalam lipida akan memiliki nilai koefisien partsi yang
sangat kecil.
Salah satu tahap penting dalam preformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika kimia dari
zat / bahan obat murni.secara kimia proses kerusakan yang paling sering terjadi adalah
hidrolisis oksidasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan kestabilan zat obat dalam
keadaan padat dan dalam keadaan larutan.uji kestabilan dalam larutan perlu dilakukan agar
bisa diketahui sejauh mana kestabilan bahan obat tersebut dalam air ( uji kestabilan dalam
larutan umunya digunakan pelarut air).
- Reaksi hidrolisa
2. contoh bahan obat yang mudah mengalami hidrolisa adalah aspirin / acetosal dan obat
obat golongan antibiotika ( misal : ampisilin,amoksisilin, tetrasiklin,dll). Terhidrolisa acetosal
ditandai dengan timbulnya bau asam asetal/cuka karena dalam air acetosal terurai menjadi
asam asilat dan asam asetat.
3. Bahan obat yang mudah terhidrolisa harus dibuat dalam bentuk padat
( tablet,kapsul,serbuk),karena dalam suasana lembab atau berair bahan obat tersebut akan
terurai sehingga tidak efektif lagi sebagai obat bahkan mungkin bisa membentuk senyawa
yang bersifat racun ( toxic)
4. Bila bahan obat yang mudah terhidrolisa tetap hendak dibuat bentuk cair sebaiknya
dipilihkan pelarut non air,misal : etanol,propilenglikol,gliserin atau dibuat sediaan sirup
kering/drysryup.
(keterangan : sirup kering yaitu sirup berisi serbuk obat dan bahan tambahan obat, yang
ketika akan digunakan harus ditambahkan pelarut air suling atau air matang dalam jumlah
tertentu. Sirup kering ini seteelah dilarutan tidak boleh digunakan lagi setelah 7 hari ,karena
bahan obat sudah mengalami hidrolisa).
- Reaksi oksidasi
1. Reaksi oksidasi dalam kimia anirganik adalah terlepasnya elektron dari suatu atom atau
molekul. Contoh : berubahnya ion ferro (+2 ) menjadi ion ferri (+3) dalam kimia organik
reaksi oksidasi didefinisikan dengan hilangnya hidrogen dari suatu molekul
2. Beberapa bahan obat dapat mengalami reaksi oksidasi bila terpapar cahaya terlalu lama,
terkena panas bila berreaksi oleh oksigen. Hal ini dapat di antisipasi dengan penggunaan
wadah yang tidak tembus cahaya, misalnya botol warna coklat.
5. Antioksidan sediaan farmasi yang membawanya berupa air dapat digunakan natrium
bisulfit dan asam askorbat ( vit c ). Sedang pada sediaan farmasi berupa minyak digunakan
antioksidan astrid α-toko ferrol ( vit e ).
. Sifat fisika kimia tersebut dapat dilihat pada beberapa sumber yang memuat monografi /
uraian tentang persyaratan kemurnian zat,sifat fisika - kimia zat cara identifikasi serta
ketentuan ketentuan lain yang berhubungan dengan obat,
- Farmakope indonesia.
- Martindale.
- Exstra farmakope.
(Pengisi,pengikat,penghancur,pelicin,pelumas, pemberi
warna,perasa,penyalut)
FORMULA SALEP
( dasar salep,pengawet,pewarna)
FORMULA KRIM
( dasar krim,pengawet,pewarna.)
FORMULA SUSPENSI
Pengawet )
FORMULA INJEKSI
(pembawa,pengisotoni,pengawet)
Dalam suatu formula obat umumnya terdiri beberapa bahan obat. Pada saat mencampurkan
bahan bahan tersebut di harapkan dapat tercampur dengan baik. Tetapi pada bahan mungkin
timbul reaksi yang tidak diinginkan bila di campur, misalnya serbuk menjadi lembab,
terbentuknya endapan, pada saat mencampur
harus mempertimbangkan sifat – sifat fisika kimia bahan obat tersebut. Berdasarkan jenis
interaksinya, obat tak tercampurkan dikelompokan sebagai berikut :
· terjadinya endapan
Natrii Borat
Aquadest
S. Collyrium
Campuran dalam resep diatas menghasilkan campuran yang keruh karena terbentuknya
endapan sengborat basah. Jika natrii borat diatas diganti dengan asam borat, hasilnya akan
jernih.
· Terjadinya ledakan
Contoh : Codein Hcl dan Norit, norit akan mengabsorbsi codein sehingga tidak efektif lagi
MENCAMPUR BAHAN
Bila bahan bahan dapat tercampur tanpa menimbulkan reaksi tertentu maka beberapa metode
pencampuran bahan yang bisa digunakan yaitu :
· Spatula
Bahan digerus diatas kertas dengan memakai spatula. Metode ini hasilnya kurang
maksimal, terlebih bila serbuk yang dicampur jumlahnya banyak.
· Triturasi
Bahan digerus didalam lumpang korselen atau lumpang kayu, bisa juga lumpang dari
kaca. lebih disukai lumpang korselen yang permukaan dalamnya kasar. Hasil yang diperoleh
cukup bagus saat ini metode inilah yang paling umum di gunakan diapotek dan laboratorium.
Triturasi adalah = proses penggerusan obat didalam lumpang untuk menghaluskan atau
memperkecil ukuran partikel.
· Ayakan
Bahan dicampur dengan cara diayak. Hasil campuran yang diperoleh biasanya agak
halus. Cara ini kurang diyakini homogenitasnya.
· Tumbling
Bahan di guling gulingkan supaya bahan tercampur rata. Metode ini digunakan untuk
mencampur serbuk dalam jumlah besar dengan menggunakan mesin penggiling serbuk yang
dirancang khusus.
- Bentuk sediaan larutan : bahan obat dilarutkan dengan pelarut secukupnya, kemudian
ditambah dengan sisa pelarut sampai volume atau berat yang diminta.
- Bentuk sediaan suspensi : bahan obat yang tidak larut dicampur dengan bahan
pensuspensi, kemudian ditambah pelarut dengan volume yang sudah ditentukan sampai
terbentuk suspensi, setelah itu dicampur dengan sisa pelarut sampai volume atau berat yang
diminta.
- Bentuk sediaan emulsi : dibuat dulu korpus emulsi, kemudian campur dengan bahan
obat dan diambahkan sisa pelarut sampai volume atau berat yang diminta.
- Dalam skala besar semua proses pencampuran dilakukan dengan alat alat khusus
seperti mixer, colloid mill / penggiling koloid
Untuk bahan bahan yang memiliki masalah selama proses pencampuran, berikut ini beberapa
pedoman syarat pencampuran bahan sesuai dengan sifat fisika – kimianya.
- Bila terjadi reaksi pengumpulan antara bahan bahan obat, maka sebelum dicampur
masing masing bahan obat dilapisi dulu dengan bahan tambahan.
Contoh : asam salysilat dan seng oksida bila dicampur langsung lama kelamaan akan
mengeras sehingga sebelum keduanya di campur, masing masing dilapisi dulu dengan bahan
tambahan.
- Bila terjadi perubahan warna, pengedapan atau terjadi reaksi ledakan, maka salah satu
bahan dipertimbangkan untuk dihilangkan atau diganti asal tidak merubah khasiat.
- Bila ada bahan obat bentuk kristal dalam sediaan maka larutan dulu dengan larut Yng
sesuai.
Contoh : asam salysilat maka harus dilarutan dulu dengan etanol 95%, kemudian segara
dicampur dengan bahan tambahan sampai kering.
- Bila ada bahan obat bersifat higroskropis ( mudah lembab ), maka digerus dengan
mortil atau lumpang panas untuk menguapkan air yang terkandung pada bahan obat tersebut.
- Bila ada bahan obat yang merupakan campuran eutetik yaitu campuran yang titik
leburnya menjadi lebih rendah dibandingkan bila bahan tersebut berdiri sendiri, misalnya
champora dan mentholum, maka biarkan campuran tersebut meleleh terlebih dahulu,
kemudian dikeringan dengan bahan tambahan.
- Bila ada bahan obat berupa minyak atsiri, maka ditambahkan terakhir supaya tidak
ikut digerus terlalu lama karena minyak atsiri mudah menguap
D. PENGARUH BENTUK SEDIAAN TERHADAP KHASIAT OBAT
Ahli farmasi merancang bentuk sediaan obat tergantung pada beberapa hal, antara
lain efek terapi yang ingin dicapai , apakah efek terapi lokal atau sistemik, efek terapi cepat
atau lambat. Sifat atau keadaan suatu penyakit menjadi salah satu petimbangan dalam
memutuskan bentuk sediaan mana yang akan dibuat. Suatu penyakit mungkin lebih cocok
diobati dengan bentuk sediaan oral, penyakit yang lain mungkin lebih cocok dengan bentuk
pengobatan topikal. Penyakit tertentu yang membutuhkan pengobatan cepat misal pasien
sakit jantung akan memerlukan reaksi obat yang sangat cepat mungkin harus dengan bentuk
sediaan injeksi. Kasus penyakit lain mungkin justru membutuhkan jenis pengobatan yang
perlahan lahan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, ahli farmasi merancang obat dalam berbagai
bentuk sediaan.
Bentuk bentuk sediaan tersebut berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi, on set of action
( mulai kerja obat / saat mulai timbulnya efek terapi ) dan lamanya efek terapi.
· Absorpsi obat :
- Agar suatu obat dapat menghasilkan efek terapi / khasiat, obat tersebut harus larut,
kemudian bahan obat terdisolusi / terlepas, selanjutnya diasbsorbsi oleh membran biologis
dan dibawah oleh darah keseluruh jaringan.
- Bahan obat ada yang bisa diabsorbsi dengan cepat, ada yang lambat tergantung sifat
masing masing obat, oleh karena itu harus dievaluasi bentuk sediaan apa yang akan dibuat
untuk masing masing bahan obat agar memberi efek terapi sesuai dengan kebutuhan.
- Cara pemberian obat akan berpengaruh pada kecepatan absorpsi zat/ bahan obat.
- Kecepatan absorbsi cara pemberian oral lebih lambat dibanding cara pemberian yang
lain karena harus melalui proses metaboisme diliver
Karena pemakaian secara oral memerlukan waktu untuk melewati lambung metabolisme
deliver, proses adsobrsi, baru kemudian di edarkan oleh darah .
- Cara inta muskular, subkutan,bucal,rektal lebih lambat dibandingkan intra vena karena
harus menembus sel jaringan, baru masuk peredaran darah.
- Cara injeksi intra vena lebih cepat karena langsung masuk peredaraan darah.
On Set Of Action
Lama kerja obat ( during of action ) adalah lamanya obat memberikan efek terapi
- bentuk sediaan obat selain mempengaruhi kecepatan absorbsi bahan obat dan on set
of action ( mulai kerja bahan obat )
- Bentuk sediaan tertentu sengaja dibuat untuk menghasilkan efek terapi lama tablet
lepas lambat dirancang dengan bahan bahan tambahan tertentu agar pelepasan obat dalam
cairan tubuh terjadi secara bertahap tujuannya agar kadar bahan obat dalam darah tetap stabil
dalam jangka waktu yang cukup lama. Keuntungan tablet lepas lambat ini frekuensi
pemakaian menjadi berkurang, misalnya cukup menelan satu sekali untuk menghasilkan efek
terapi yang lama hal ini disebabkan,agar bahan obat dalam darah terjaga stabil.
Selain hal hal diatas, pertimbangan lain yang digunakan untuk formulasi obat yaitu kelebihan
dan kekurangan masing masing bentuk sediaan.
Sediaan padat.
Kelebihan :
- Besar kecilnya dosis dapat ditentukan oleh dokter sesuai dengan keadaan penderita.
- Sangat sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil dalam bentuk cair, misalnya
golongan antibiotik ( contoh : ampisilin, amoxiilin, chloramphenicol, dll ). Obat golongan
antibotik selalu diproduksi dalam bentuk padat, yaitu tablet, kaplet, kapsul dan serbuk/ sirup
kering .
- Lebih praktis untuk dibawa terutama yang bentuk tablet dan kapsul.
Kekurangan :
- Tidak tertutupinya rasa tidak enak dari beberapa bahan obat, misal pahit, sepat
( meskipun bisa dikurangi dengan penambahan pemanis )
Kelebihan :
- Kontak antara bahan obat dengan kulit lebih lama dibandingan sediaan serbuk atau
sediaan cair.
- Dapat menyerap cairan yang terjadi pada luka atau kelainan dermatologik.
Kekurangan :
Kelebihan :
- Bila akan diencerkan atau dicampur dengan bahan obat lain keseragaman obat tetap
terjaga
- Lebih disukai oleh penderita yang tidak bisa menelan tablet atau kapsul.
- Dapat diberi perasa atau pewarna yang menarik sehingga bisa menimbulkan
kepatuhan minum obat pada penderita, terutama anak anak.
Kekurangan :
- Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil atau mudah rusak dalam air.
- Lebih mudah ditumbuhi jamur atau mikroba lain dibandingkan bentuk padat
BAB III
Zat pelarut disebut juga solven, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solven
yang biasa dipakai adalah :
1. Air untuk macam macam garam
2. Spiritus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.
3. Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax, fenol. Pengganti gliserin dalam
formula formula moderen dipakai propilen glikol.
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor, sublimat.
5. Minyak, misalnya untuk kamfer, dan menthol.
6. Parafin liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak – minyak, kamfer, menthol,
cholorabutanol.
7. Eter minyak tanah, untuk minyak – minyak lemak
b. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan larut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya
luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air gliserin
atau solutio petit.
c. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit larut, zat yang
sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik
yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
D . Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikan, zat tersebut dikatakan
bersifat Endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
E . Salting out
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia
Contoh :
1. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalaman air tersebut
ditambahkan larutan Nacl jenuh. Disini kelarutan NaCL dalam air lebih besar
dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
F. salting In
Salting in adalah zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent
menjadi lebih besar.
Contohnya : riboflavin ( vitamin B2 ) tidak terlarut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang
mengandung nicotinamidum ( terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4 ).
G. Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa, tak larut
dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya : iodium larut dalam larutan KL atau Nal jenuh
KL + I2à KL3
HgL3 + 2KL à K2HgL4
- Pengadukan;
-
3. Cara mengerjakan obat dalam larutan
Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya, diantaranya
adalah:
a. Natrium bicarbonas, harus dilakukan dengan cara gerus tuang
( aanslibben )
g. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin tetapi tanin
selalu mengadung hasil oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak
larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus
disaring dengan kapas yang dibasahkan jika ada air dan gliserin,
larutan tanin dalam air kocok baru tambahkan gliserin.
l. Codein :
1. Direbus dengan air 20x nya, setelah larut diencerkan sebelum dingin
2. Dengan alkohol 96% sampai larut. Lalu segera encerkan dengan air
3. Diganti dengan hcl codein sebanyak 1,17x – nya
o. Pepsin, tidak larut dalam air tanpa larut dalam hcl encer
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 x nya kemudian tambahkan hcl encer larutan
pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan
3. Sirup pembawa bukan obat. Tidak megandung obat tetapi mengandung zat pewangi,
pemberi rasa atau penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa
atau bau obat yang tidak enak.
a. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Misalnya
NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
b. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
c. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-
hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang
terjadi tertahan.
2. Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2nya lewat jenuh. Umumnya asam yang
digunakan misalnya asam sitrat, asam tartrat sedangkan basa yang digunakan
misalnya natrii karbonat dan natrii bikarbonat.
Pembuatan :
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio.
Langkah ke 3 Seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa dengan hati-hati, segera tutup
dengan sampagne knop.
Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-
kadang dimaksudkan untuk menyegar-kan rasa minuman ( corrigensia).
Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent adalah :
- Diberikan dalam botol yang kuat , berisi kira-kira 9/10 bagian dan
tertutup kedap dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian
diikat dengan sampagne knop.
- Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut, karena tidak
boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol
berisi gas dalam jumlah besar.
Untuk melihat berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat terlihat tabel penjenuhan
( saturasi dan netralisasi ) dalam Farmakope Belanda edisi V berikut ini :
Tabel saturasi dan netralisasi (Farmakope Belanda V)
Untuk 10 Asam Asam asetat Asam sitrat
bagian Amygdalat encer