Study Case Saraf (Vertigo Perifer) 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KHUSUS CASE STUDY

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


DI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PEKANBARU

“VERTIGO PERIFER”

Disusun Oleh:
Eva Okpriani, S.Farm (2302068)
Isnaini Annur, S.Farm (2302022)
Nabela, S.Farm (2302029)

ANGKATAN X
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
DESEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus
PraktikIk Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Pekanbaru. Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Lenny, Sp. N selaku preseptoryang telah meluangkan waktu
memberikan bimbingan, petunjuk, arahan sehingga laporan studi
kasus ini dapat diselesaikan
2. Ibu apt. Erda Wati, M. Farm selaku preseptor yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, arahan
sehingga laporan studi kasus ini dapat diselesaikan.
3. Ibu Dr. apt. Meiriza Djohari, M. Kes selaku dosen pembimbing
PKPA Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru.
4. Staf farmasi dan perawat yang bertugas di Instalasi Farmasi Rawat
Inap, di Instalasi Gawat Darurat, dan di bangsal anak Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Pekanbaru yang telah memberikan bantuan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini.
Terima kasih atas semua bimbingan, bantuan dan dukungan, yang telah
diberikan kepada penulis, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa mendatang khususnya tentang
“Vertigo Perifer”.
Penulis menyadari laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak.
Pekanbaru, Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Vertigo......................................................................................................3
2.1.1Definisi.................................................................................................3
2.1.2Klasifikasi Vertigo...............................................................................3
2.1.3Etiologi dan Patofisiologi....................................................................4
2.1.4Gejala Klinis........................................................................................6
2.1.5Penatalaksanaan...................................................................................7
BAB III ANALISIS FARMAKOTERAPI...........................................................8
3.1 Identitas pasien..........................................................................................8
3.2 Riwayat Penyakit......................................................................................8
3.3 Data Pemeriksaan Fisik (IGD)...................................................................8
3.4 Pemeriksaan Organ Vital...........................................................................9
3.5 Pemeriksaan Laboratorium........................................................................9
3.6 Diagnosa.................................................................................................10
3.7 Terapi Yang Diberikan (IGD).................................................................10
3.8 Follow Up...............................................................................................10
3.9 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)................................................12
3.10 Lembar pengobatan................................................................................12
3.11 Drug Related Problems (DRPs).............................................................13
3.12 Penjelasan Terapi Obat..........................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................19
BAB V PENUTUP................................................................................................23
5.1 Kesimpulan.............................................................................................23
5.2 Saran.......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Guidline Vertigo Perifer7
Tabel 2. Identitas Pasien8
Tabel 3. Data Pemeriksaan Organ Vital9
Table 4. Data Pemeriksaan Laboratorium…9
Tabel 5. Pemantauan Terapi Obat (PTO)…………...10
Tabel 6. Catatan Penggunaan Obat (CPO)12
Tabel 7. Drug Releted Problems (DRPs)……….....13
Tabel 8. Penjelasan Terapi Obat15

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Vertigo (gangguan keseimbangan) adalah suatu istilah yang berasal


dari Bahasa Yunani, vertere yang berarti memutar. Vertigo sering kali
dinyatakan sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, biasanya
berupa sensasi berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi
kepala (Kusumastuti & Sutarni, 2018).

Berdasarkan penyebabnya vertigo dibagi menjadi 2 yaitu vertigo


perifer dan vertigo sentral. Vertigo perifer disebabkan oleh gangguan di
indera pendengaran untuk mengatur keadaan tubuh. Dengan prosedur,
ketika pasien menggerakkan kepalanya, indera pendengaran akan
memberikan data posisi kepala ke otak dengan mengirimkan frekuensi.
bertujuan untuk melindungi keseimbangan. Akan tetapi, ketika telinga
bagian dalam bermasalah, seseorang akan langsung merasakan sakit dan
pusing saat menggerakkan kepalanya. Ini dapat disebabkan oleh
peradangan atau infeksi virus di telinga bagian dalam. Penyebab lain dari
jenis vertigo ini dapat mencakup obat eksklusif (antibiotik aminoglikosida,
cisplatin, diuretik, atau salisilat), cedera (seperti cedera kepala), radang
saraf vestibular (neuronitis), iritasi dan pembengkakan telinga bagian
dalam (labirinitis), penyakit Meniere, dan penekanan pada saraf (Iskandar
& Hanina, 2020). Vertigo sentral adalah Suatu keadaan seorang terjadinya
sensasi berputar yang mengakibatkan tidak berfungsinya struktur
vestibular pada sistem saraf pusat (SSP). Vertigo sentral juga dapat terjadi
karena kondisi migrain, neuroma akustik, serangan iskemik transien atau
stroke, tumor otak, atau pun cedera kepala. Gerakan mata yang tidak dapat
dikendalikan, mata yang kurang fokus, sakit kepala, kelemahan, kesulitan
menelan adalah gejala spesifik lain dari vertigo sentral (Iskandar &
Hanina, 2020).

1
Menurut data World Health Organization (WHO) 2019 Vertigo
sering terjadi pada umur 18-79 tahun, dengan prevalensi global sebesar
7,4% serta kejadian pertahunnya mencapai 1,4%. Prevalensi vertigo di
Indonesia pada tahun 2017 adalah 50% dari orang tua berumur 75 tahun,
pada tahun 2018 50% dari usia 40-50 tahun dan merupakan keluhan
nomor tiga paling sering dikeluhkan oleh penderita yang datang ke praktek
umum setelah nyeri kepala dan stroke (Nur anggraini, et al, 2021).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vertigo
2.1.1 Definisi
Vertigo merupakan suatu gejala dengan sensasi diri sendiri
atau sekeliling serasa bergoyang dan berputar yang ditandai dengan
pusing disertai gejala lainnya seperti kehilangan keseimbangan
tubuh, keringat dingin, mual dan muntah (Zhu, Zhao, Ju, Wang, &
Chen, 2019). Ilusi atau sensasi berputar yang dirasakan diri sendiri
disebut vertigo subjektiv dan jika sebaliknya maka disebut dengan
vertigo objektiv (Chen, Zhao, Yue, & Zhang, 2020). Serangan ini
dapat berupa pusing ringan yang datang secara berkala atau
berlangsung lama sehingga penderita tidak bisa beraktivitas secara
normal (Priyono & Nusadewiarti, 2020).
2.1.2 Klasifikasi Vertigo

Berdasarkan klasifikasinya vertigo sendiri dibagi menjadi


dua yaitu vertigo vestibular dan vertigo nonvestibular. Vertigo
vestibular biasanya menimbulkan sensasi berputar, timbulnya
episodik, diprovokasikan oleh gerakan kepala, dan disertai dengan
mual dan muntah. Berdasarkan letak lesinya vertigo dibagi lagi
menjadi dua yaitu vertigo sentral dan vertigo perifer. Vertigo
sentral timbul pada lesi di nukleus vestibular dibatang otak dan
biasanya vertigo disebabkan oleh penyakit yang berasal pada
sistem saraf pusat, vertigo sentral sendiri disebabkan oleh lesi di
sepanjang nukleus vestibular di medulla oblongata hingga occular
motor nuclei dan intergasi di mesensefalon hingga
vestibulocerebellum, thalamus dan korteks vestibular
ditemporoparietal. Persepsi dan gejala postural yang mana gejala
ini akan menjadi petunjuk letak lesi di batang otak. Penyebab dari

3
vertigo sentral ini sendiri diantaranya: migrain vestibular, stroke
iskemik vertebrobasilar, TIA (Transient Ischemic Attack), mutiple
sclerosis, atau tumor yang terletak di sudut cerebell opontine dan
kelainan kongenital seperti dandy walker syndrome. (Amin M,
Lestari YA, 2020).
Selanjutnya, vertigo perifer vertigo jenis ini terjadi pada lesi
di labirin dan nervus vestibularis. Biasanya jenis vertigo vestibular
perifer timbul lebih mendadak setelah terjadinya perubahan posisi
kepala dengan rasa berputar yang berat, disetai mual dan muntah
dan keringat dingin. dan biasanya vertigo perifer terjadi jika
terdapat gangguan disaluran yang disebut kanalis semisirkularis
yang merupakan telinga bagian tengah yang berfungsi untuk
mengontrol keseimbangan. Biasanya vertigo perifer terjadi
karena adanya gangguan penyakit yang berhubungan antara lain:
benign paroxymal positional vertigo (BPPV) (gangguan yang
terjadi akibat gagalnya dalam pengiriman pesan) menurut surtani
(2015) terjadi 93% kasus,4 penyakit meniere (gangguan
keseimbangan yang sering kali yang menyebakan hilangnya
pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel – sel saraf
keseimbangan). (Amin M, Lestari YA, 2020).
2.1.3 Etiologi dan Patofisiologi
Vertigo kondisi dimana alat keseimbangan baik sentral
maupun perifer terjadi karena keabnormalan atau terjadinya sebuah
gerakan yang aneh dan berlebihan. Oleh karena itu, tidak terjadinya
proses pengolahan input yang wajar dan terjadilah vertigo.
Selanjutnya, terjadi pula sebuah respon penyesuaian oleh otot-otot
yang tidak adekuat. Sehingga muncul gerakan abnormal mata
nistagmus, unsteadiness atau ataksia sewaktu berdiri atau berjalan.
(Museum MF. konsep dasar vertigo. 2019). Adanya beberapa
faktor penyebab kesehatan berhubungan dengan vertigo perifer
yaitu:

4
1) BPPV (Benign Paroxymal Postional Vertigo)
Benign paroxymal positional vertigo (BPPV) adalah
penyebab paling umum terjadinya vertigo. BPPV sendiri juga
diketahui penyebab paling umum terjadinya dari sistem
vestibular ditelinga bagian dalam yang befungsi untuk menjaga
keseimbangan. Biasanya pasien BPPV mengeluh rasa pusing
yang berputar disertai dengan keluhan mual, muntah dan
keringat dingin sewaktu-waktu saat merubah posisi kepala
terhadap gaya gravitasi, biasanya periode nya sekitar satu
menit atau kurang. Sekitar 50% pasien BPPV di temukan
idiopatik, 17% trauma kepala, migrain dan operasi kepala dan
faktor tidur yang terlalu lama pasca operasi atau bed rest.
(Koenen L, Andaloro C. Meniere Disease, 2022).
2) Meniere
Meniere merupakan gangguan pada telinga bagian dalam
yang ditandai dengan gejala trias yaitu, gangguan pendengaran,
tinitus, dan vertigo. pada pasien meniere memiliki gejala klinis
berupa:
a. Onset vertigo bisa dua atau lebih yang terjadi spontan
dengan masing – masing berlangsung 20 menit sampai 12
jam
b. Gangguan pendengaran sensori neural frekuensi rendah
hingga menengah terjadi pada satu telinga, menentukan
lokasi telinga yang terkena setidaknya dalam satu kejadian
sebelum, selama, atau setelah salah satu episode terjadinya
vertigo.
c. Gejala aural yang berfkluktasi (penuh, pendengaran, titinus)
yang terletak dibagian telinga yang terkena. (Koenen L,
Andaloro C. Meniere Disease, 2022)

5
3) Neuritis vestibular
Neuritis vestibular dianggap sebagai hasil dari peradangan
bagian vestibular dari saraf kranial ke-8 biasanya dugaan
disebakan karena virus (misalnya, reaktivasi infeksi HSV
laten) tetapi penyebab lainnya dari etiologi vaskular dan
imunologis masih diusulkan dan muncul dengan gejala vertigo,
mual dan ketidak seimbangan gaya berjalan. Dianggap sebagai
kondisi jinak biasanya berlangsung beberapa hari, bisa juga
berminggu-minggu hingga bulanan. Angka kejadian neuritis
vestibular sendiri diketahui penyebab paling umum ketiga dari
vertigo perifer setelah BPPV dan meniere. Gejala pada neuritis
vestibular biasanya konstan, berbeda dengan gejala episodik
penyebab perifer lain seperti sudah dijelaskan diatas. Gejala
dapat diperburuk dengan gerakan kepala tetapi tidak dipicu.
gejala ini umumnya berkembang selama beberapa jam,
puncaknya dalam 24 jam hingga 48 jam pertama,dan
biasanya berlangsung beberapa hari sebelum sembuh biasanya
intervensi. (Smith T, Rider J, Cen S, Borger J, 2022)
4) Labyrinthitis
Merupakan peradangan pada labirin membranosa telinga
bagian dalam dan biasanya muncul dengan gejala vertigo,
mual, muntah, tinitus, dan gangguan pendengaran untuk kasus
nya sendiri masih cukup sedikit berdasarkan laporan
epidemiologinya namun, kejadiannya akan meningkat seiring
bertambah usia dan juga biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus atau penyakit sistemik. (Basuki SW, Firdaus M,
Ariffah H, 2021).

6
2.1.4 Gejala Klinis
Vertigo Perifer biasanya diikuti gejala-gejala sebagai
berikut (Sutarni, Rusdi & Abdul, 2019):
- Pandangan mata gelap
- Rasa lelah dan stamina menurun
- Jantung berdebar
- Hilang keseimbangan
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Perasaan seperti mabuk
- Otot terasa sakit
- Muan dan muntah
- Daya pikir menurun
- Berkeringat
Sedangkan vertigo sentral biasanya diikuti gejala-gejala
sebagai berikut (Sutarni, Rusdi & Abdul, 2019):
- Penglihatan ganda
- Sukar menelan
- Kelumpuhan otot-otot wajah
- Sakit kepala yang berat
- Kesadaran terganggu
- Tidak mampu berkata-kata, tubuh terasa lemah
- Mual dan muntah

7
2.1.5 Penatalaksanaan
Tabel 1. Perifer Obat vestibular supresan yang sering digunakan (Perdossi,
2017)
Golongan Dosis p.o Anti- sedasi Mukosa Gejala
emetik kering ekstrapira
midal
Antihistamin
Cinnarizin 3 x 25 mg + + - +
Dimenhydrin 3 x 50 mg + + + -
ate
Histaminik
Betahistine 48mg/hari + + - +
Ca Entry Blocker
Flunarizin 5 – 10mg/hari + + - +
Benzodiazepine
Diazepam 2 – 5 mg/hari + +++ - -

8
BAB III

ANALISIS FARMAKOTERAPI
3.1 Identitas pasien
Tabel 2. Identitas Pasien
No. MR : 57-97-83
Nama Pasien : Ny. N
Tanggal lahir : 08/10/1991
Jenis Kelamin : perempuan
Berat Badan : 93 kg
Tinggi Badan : cm
Umur : 34 tahun
Ruangan : Rawat Inap Mina
Diagnosa Awal : Vertigo
Diagnosa Akhir : Vertigo & Cervical Syndrome
Tgl. MRS : 13 November 2023
DPJP : Dr. L Sp.N

3.2 Riwayat Penyakit


 Keluhan Utama
- Pusing berputar dan nyeri kepala
 Keluhan Sekarang
- Mual
- Muntah
 Riwayat Penyakit Terdahulu : Vertigo
 Riwayat Penyakit keluarga : -
 Riwayat Pengobatan :-

3.3 Data Pemeriksaan Fisik (IGD)


 Kesadaran : Compos Mentis
 GDS : 85 mg/dl
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Nafas : 20 kali per menit
 Nadi : 84 kali per menit
 Suhu : 36°c

8
3.4 Pemeriksaan Organ Vital
Tabel 3. Pemeriksaan Organ Vital
Data Klinik Normal IGD (20/11/2023)
Suhu (T) 36.5-37.5℃ 36℃
Nadi (HR) 60-100 x/menit 84x/menit
Nafas (RR) 20 x/menit 20x/menit
SO2 95%-100% -
Tekanan Darah (TD) 120/90mmHg 130/80 mmHg

3.5 Pemeriksaan Laboratorium


Tabel 4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil Nilai rujukan
(08/11/2023-08:57)
Hematologi umum
Hemoglobin (g/dl) 13.2 12.0-16.0
Leukosit (/uL) 7.990 4.000-11.000
Trombosit (ul) 339.000 150.000-450.000
Hematokrit (%) 38.5 37.9-47.0
Hitung jenis
Basofil (%) 0.0 0.0-1.0
Eosinophil (%) 0.5 1.0-3.0
Neutrophil (%) 66.4 50-79
Limposit (%) 26.8 20.0-40.0
Monosit (%) 6.3 2.0-8.0
Neutrophil Limfosit Ratio 2.48 <3.13
LED (mm/jam) 8 0-15
Eritrosit(106/ml) 4.53 4.20-5.4
MCV (fl) 85.0 80.0-100.00
MCH (pg) 29.1 27.0-31.0
MCHC (gr/dl) 34.2 32.0-36.0
Elektrolit
Natrium (mmol/L) 138 136-145
Kalium (mmol/L) 4.0 3.5-5.1
Klorida (mmol/L) 104 97-111
Keterangan :

Tinggi Rendah Normal

3.6 Diagnosa

9
 Vertigo Perifer
3.7 Terapi Yang Diberikan (IGD)
 Betahistin 12
 Flunarizin 5mg
 Injeksi Ranitidine 1 ampul
 IVFD RL 20 TPM
3.8 Follow Up
Tabel 5. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Tanggal/jam SOAP Problem/Kejadian/Tindakan Klinis

- Nyeri tengkuk dan pundak


Subjektif - Pusing berkurang

14/11/23 TD : 140/80 mmHg


14.10 - N : 83x/menit
Objektif - RR : 20x/menit,
o
: 36,3 C
SPO2 : 98%
Terapi Injeksi
obat yang - Injeksi ondansetron
- Injeksi omeprazole
digunakan - Injeksi ketorolac

- Betahistin 12
- Mecobalamin 500 mg
- Racikan LA4
- Tizanidine
- Diclofenac gel
Assesment - Terapi yang diberikan sudah sesuai indikasi
dan tidak terdapat interaksi obat.

Plan - Lanjutkan terapi penggunaan obat


- Disarankan untuk melakukan peregangan
sesekali dan istirahat yang cukup
15/11/2023 Subjektif - Muntah (-)
14:15 - Nyeri tengkuk dan pundak
- Mual(+)
10
- TD : 130/90 mmHg
- N : 80x/menit
Objektif - RR : 20x/menit
- T : 36,50C
- SO2 : 98%
Injeksi
- Injeksi ondansetron
- Injeksi omeprazole
Terapi - Injeksi ketorolac
Oral
obat yang - Betahistin 12
digunakan - Mecobalamin 500 mg
- Racikan LA4
- Tizanidine
- Diclofenac gel
- Terapi yang diberikan sudah sesuai
Assesment
indikasi dan tidak terdapat interaksi obat

Plan - Lanjutkan terapi penggunaan obat


- Disarankan untuk melakukan streaching
sesekali dan istirahat yang cukup
- Nyeri tengkuk
Subjektif - Pusing
- Mual(+)
16/11/2023 - TD : 130/90 mmHg
09:00 - N : 80x/menit
Objektif - RR : 20x/menit
- T : 36,50C
- SO2 : 98%
Injeksi
- Injeksi ondansetron
- Injeksi omeprazole
- Injeksi ketorolac
Terapi obat
yangOral
digunakan - Betahistin 12
- Mecobalamin 500 mg
- Racikan LA4
- Tizanidine
- Diclofenac gel
- Terapi yang diberikan sudah sesuai
Assesment indikasi dan tidak terdapat interaksi obat

11
Plan - Lanjutkan terapi penggunaan obat
- Disarankan untuk melakukan streaching
sesekali dan istirahat yang cukup

3.9 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

IGD RAWAT INAP


Frekuensi 13/02/23 14/02/23 15/02/23 16/02/23
Nama obat
Jam
Inj. Ondancetron 2 x 1 gr 14.40√,18.00√06.00√/KP √,18.00√ -
Inj. Omeprazole 2 x 40 mg 14.40√,18.00√ 06.00√,18.00√ 06.00√,18.00√ -

Inj. ketorolac 2 x 1 mg 18.00√ 08.00√,18.00√ 06.00√,18.00√ -

Betahistin 12 mg 2x1 14.40√,18.00√ 06.00√,18.00√ 06.00√,18.00√ √

Mecobalamin 500mg 2 x 500 mg 14.40√,18.00√ 06.00√,18.00√ 06.00√,18.00√ √

Racikan LA4 2x1 18.00√ 06.00√,18.00√ 06.00√,18.00√ √

Tizanidin 2x2 20.00√ 06.00√,18.00√ 06.00√,18.00√ √


Diclofenac gel

3.10 Lembar pengobatan


Tabel 6. Catatan Penggunaan Obat (CPO)

12
3.11 Drug Related Problems (DRPs)
Tabel 7. Drug Related Problems (DRPs)
1. Terapi Obat Yang Check List
Tidak Diperlukan Penjelasan
(Ya/Tidak)

a. Terdapat terapi Tidak Tidak terdapat terapi yang


tanpa indikasi diberikan tanpa adanya indikasi
medis medis

b. Pasien Tidak Pasien tidak mendapatkan terapi


mendapatkan terapi tambahan yang tidak diperlukan
tambahan yang
tidak diperlukan
c. Pasien masih Ya Karena pasien harus menjalani
memungkinkan terapi non farmakologi untuk
menjalani terapi membantu penyembuhan
non farmakologi
d. Terdapat duplikasi Tidak Pasien tidak mendapat terapi
terapi duplikasi
e. Pasien mendapat Tidak Pasien tidak mendapatkan terapi
penanganan untuk mengatasi efek samping
terhadap efek dari obat
samping yang
seharusnya dapat
dicegah
2. Kesalahan Obat Check List
Penjelasan
(Ya/Tidak)
a. Bentuk sediaan Bentuk sediaan yang diberikan
tidak tepat tepat dalam bentuk tablet dan
Tidak inhaler karna
mempertimbangkan kondisi
pasien
b. Terdapat kontra Tidak terdapat kontraindikasi
indikasi Tidak

c. Obat tidak Tidak


.obat sudah sesuai indikasi
diindikasikan
untuk kondisi

13
pasien

d. Kondisi pasien Terapi yang dipilihkan sudah efektif


tidak dapat
disembuhkan oleh
obat (menerima Tidak
obat yang tidak
efektif)

Check List
3. Dosis Tidak Tepat Penjelasan
(Ya/Tidak)
a. Dosis terlalu Dosis yang diberikan sudah
Tidak
rendah tepat
b. Dosis berlebih Dosis yang diberikan sudah
Tidak
tepat
c. Frekuensi frekuensi yang diberikan sudah
penggunaan tidak Tidak tepat
tepat
d. Durasi penggunaan Durasi penggunaan sudah tepat
Tidak
tidak tepat
4. Reaksi yang Tidak Check List
Penjelasan
Diinginkan (Ya/Tidak)
a. Obat tidak aman Obat aman untuk pasien
Tidak
untuk pasien
b. Terjadi reaksi Pasien tidak menunjukkan
alergi Tidak adanya reaksi alergi dari
penggunaan obat
c. Terjadi interaksi Tidak terdapat interaksi obat
Tidak
obat
d. Dosis obat Dosis sudah sesuai
dinaikkan atau Tidak
diturunkan
e. Muncul efek yang Tidak ada muncul efek samping
Tidak
tidak diinginkan dari obat
5. Ke tidak Patuhan Check List
Pasien Penjelasan
(Ya/Tidak)

a. Pasien tidak Tidak Pasien mengerti instruksi


14
mengerti instruksi penggunaan obat
penggunaan obat

a. Pasien tidak patuh Pasien patuh dalam


atau memilih untuk menggunakan obat
tidak menggunakan Tidak
obat

3.12 Penjelasan Terapi Obat


Tabel 8. Penjelasan Terapi Obat: (Medscape, 2023)
Indikasi
Mual dan muntah
Dosis
Dewasa: 0,15 mg/kg selama 15 menit diberikan 30 menit
sebelum kemoterapi, kemudian 4 dan 8 jam setelah dosis
pertama, tidak melebihi 16 mg(32 mg tidak
direkomendasikankarena peningkatan risiko
Inj Ondansetron
perpanjangan interval QT)
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Efek samping
Sakit kepala, konstipasi, rasa tidak enak/kelelahan.
Interaksi obat
Apomorfin, dronedaron, lefamulin, posaconazole
Inj ketorolac Indikasi
30 mg sebagai dosis tunggal atau 30 mg setiap 6 jam,
15
tidak melebihi 120 mg/hari
Dosis : Hipersensitivitas
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Efek samping
Sakit kepala, mengantuk, dispepsia, GI nyeri, mual.
Interaksi Obat
Aspirin, celecoxib, diffunisal, ibu profen
Indikasi
Vertigo perifer, pusing yang berhubungan dengan gangguan
keseimbangan pada sirkulasi darah atau sindrom meniere
Dosis
6-12mg, 3xsehari
Kontraindikasi
Hipersensitivitas , feokromositoma
Betahistine Efek samping
Gangguan gastrointestinal, sakit kepala, ruam kuliat, gatal.
Interaksi Obat
Konsentrasi serum betahistine dapat meningkat jika digunakan
bersama MAOI, misalnya selegiline. Penggunaan dengan
antihistamine, seperti diphenhydramine, dapat
menurunkan efek terapeutik. Betahistine juga dapat
menurunkan efek bronkodilator dari beta-2 agonis, seperti
salbutamol.
Indikasi
Neuropati perifer, anemia megaloblastik akibat defesiensi
vitamin B12
Mecobalamin Dosis
500 mcg 3x1
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, wanita hamil, menyusui,
Efek samping
Sakit kepala, pusing, gangguan saluran cerna
Interaksi Obat
Menurunnya penyerapan methylcobalamin jika digunakan
dengan neomycin, colchicine, metformin, obat proton
pump inhibitor seperti omeprazole, atau obat penghambat
H2 seperti ranitidin
Indikasi
Parasetamol 500mg
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan
demam

16
500mg
Kontraindikasi
Penderita gangguan hati yang berat, hipersensitivitas
Efek samping
Kerusakan hati dan reaksi hipersensitivitas
Interaksi Obat
hipersensitivitas
Indikasi
Ansietas, spasme otot, premedikasi anestesi

2-10mg/hari
Kontraindikasi
Bayi dibawah umur 6 bulan, wanita hamil dan menyusui, depresi
Valisanbe 2mg pernafasan, gangguan pulmoner, fobia, glaukoma sudut
(Diazepam) akut
Efek samping
Mengantuk, ataksia, kelelahan, edema, mual dan konstipasi,
ekstrapiramidal, perubahan libido, sakit kepala, amnesia,
retensi urine
Interaksi Obat
Obat-obatan depresan SSP, alkohol, cimetidine, omeprazole, dan
rifampicin
Indikasi
Mencegah migrain, pengobatan dan pencegahan gangguan
vastibularakibat gangguan peredaran darah serebral dan
perifer, pusing, tinnitus, vertigo, sulit berkonsetrasi dan
bingung, gangguan memori

5-10mg/hari
Flunarizin 5mg
Kontraindikasi
Riwayat penderita depresi, ekstrapiramidal, penggunaan beta
bloker
Efek samping
Depresi, bradikinesia, rigditas, akatisia, gastrointestinal, nyeri ulu
hati
Interaksi Obat
Alkohol, golongan hipnotik, trankuilaiser, galaktore

Tizanidine
2 mg/ml
Kontraindikasi
Hipersensitif

17
samping
sakit kepala, sakit perut, diare, muntah, perut kembung
Interaksi obat
Erlotinib, mavacamten, nelfinavir, rilpivirin.

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien Nn. N datang ke IGD RSI Ibnu Sina pada tanggal 13
November 2023, pasien berusia 34 tahun dan memiliki berat badan 93 kg. pasien
merasakan pusing berputar dan nyeri kepala sejak kemarin, memberat hari ini.
Mual (+), muntah 2X kemarin, 1X hari ini, pusing memberat dari merubah posisi
dan melihat cahaya. Pasien sebelumnya sudah berobat tetapi belum meradakan
perubahan.

Dari pemeriksaan fisik pasien didapatkan: kesadaran: cm (compus mentis),


Tekanan Darah (TD): 130/80mmHg, Nadi (HR): 84 X/menit, pernafasan (RR):
20X/menit, suhu (T): 36oC. Hasil gula darah sewaktu pasien 85 mg/dl. Hasil dari
tes laboratorium yang menunjukkan angka abnormal eusinofil 0,5%, Pasien
didiagnosis vertigo perifer. Pasien menerima terapi betahistin 12 mg,
mecobalamin 500 mg, racikan LA (4) dan tizanidine . pasien juga mendapat
infusse RL 20 tpm.

Pasien menerima terapi di IGD ialah infus ringer lactat 20 TPM, untuk
mengembalikan osmolaritas dan elektrolit secara cepat melalui intravena
(Siswidiasari A, Astuti KW, Yowani SC, 2014). Pasien juga mendapatkan terapi
betahistin 6mg dan racikan LA 4 yang berisi paracetamol, valisanbe dan flunarizin
untuk kontrol vertigo, mecobalamin untuk memperbaiki gangguan saraf, lalu
tizanidin untuk mengatasi ketegangan otot.

Penyebab vertigo terbanyak adalah gangguan pada leher. Gangguan leher


ini ditimbulkan adanya pengapuran pada tulang leher yang menyebabkan vertigo.
Tulang leher sebagai penyangga kepala ketika mengalami gangguan
menyebabkan rasa terhuyung atau sempoyongan. Gangguan leher terjadi
umumnya akibat pola hidup atau pola kerja tidak seimbang. Stress atau tekanan
akibat pola kerja tak seimbang ini memungkinkan tidak adanya kesempatan
berolahraga maupun relaksasi (Fransiska, 2011). Rasa pusing atau vertigo

19
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi
oleh susunan saraf pusat (Akbar (2013).

Pada hari pasien dipindahkan ke rawat inap dan hari kedua pasien masih
mengalami gejala nyeri tengkuk, pundak dan pusing berulang, dan masih terasa
mual. Maka pasien menerima terapi diclofenac gel, ondansentron dan fisioterapi.

Pada pasien ini diberikan Injeksi ondansentron 8 mg selama 3 hari


diberikan untuk mengatasi gejala mual muntah yang belum membaik, hal ini
sejalan dengan mekanisme kerja ondansetron merupakan antagonis reseptor
serotonin 5-HT3 baik di sentral maupun perifer sehingga dapat menekan efek
mual dan muntah yang timbul. Ondansetron dimetabolisme secara luas di tubuh
dan dieliminasi melalui urin dan feses. Obat ini merupakan suatu antagonis 5-HT3
yang sangat selektif dapat menekan mual dan muntah. Mekanisme kerjanya
mengantagonis reseptor 5-HT3 yang terdapat pada chemoreseptor trigger zone
(CTZ) di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna
(BPOM RI)

Pasien diberikan Injeksi omeprazole untuk mengatasi dan menghambat


sekresi asam lambung dengan cara menghambat sistem enzim adenosin
trifosfatase hidrogen-kalium (pompa proton) dari sel parietal lambung.
Penghambat pompa proton efektif untuk pengobatan jangka pendek tukak
lambung dan duodenum. Selain itu, juga digunakan secara kombinasi dengan
antibiotika untuk eradikasi H. pylori (PIONAS).

Pasien menerima injeksi ketorolac untuk nyeri pundak dan tengkuk,


Menurut FDA injeksi ketorolac adalah obat yang disetujui untuk digunakan dalam
pengobatan nyeri akut, sedang, hingga berat, dimana pasien datang ke rumah sakit
dengan keluhan nyeri dalam kategori nyeri berat jadi ketorolac tepat untuk
keluhan pasien. Penggunaan OAINS (obat Anti inflamasi non steroid) merupakan

20
salah satu faktor agresif eksogen karakteristik yang dapat menyebabkan kerusakan
mukosa lambung, bahkan komplikasi berupa perdarahan. Kerusakan mukosa
secara topikal terjadi karena OAINS bersifat asam dan lipofilik, sehingga
mempermudah trapping ion hidrogen masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan
(Olivia, 2022).

Betahistin diberikan untuk mengatasi vertigo pada pasien. Hal ini sejalan
karena betahistine adalah analog histamin yang diklaim dapat meningkatkan
mikrosirkulasi labirin sehingga mengakibatkan penurunan tekanan endolimfatik.
Betahistin diketahui bertindak sebagai agonis reseptor histamin H1 parsial dan
antagonis reseptor histamin H3 dalam jaringan saraf, dengan aktivitas reseptor
histamin H2 yang dapat diabaikan. Obat ini menghambat reseptor histamin H3
presinaptik dan menginduksi downregulasi reseptor H3 , sehingga meningkatkan
pergantian dan pelepasan histamin.

Vitamin mecobalamin memiliki peran penting untuk meningkatkan axonal


transport dan perbaikan klinis pasien dengan neuropati perifer. mecobalamin
sering digunakan dalam terapi penyakit neurologis seperti neuropati, kelainan
pada medulla spinalis, dan gangguan kognitif. Beberapa penelitian menunjukan
pengaruh vitamin mecobalamin dalam memperbaiki neuropati perifer seperti
mengurangi rasa nyeri, meningkatkan konduksi saraf dan menjadi proteksi
neuronal dengan mendorong regenerasi dan pemeliharaan fungsi sel saraf.
Pemberian mecobalamin pada kasus neuropati diabetik dapat menimbulkan efek
berupa perbaikan gejala klinis seperti berkurangnya rasa parestesia, nyeri terbakar,
dan nyeri spontan. (Didangelos T, Karlafti E, 2021).

Tizanidine diberikan 2x1, tizanidine adalah obat yang disetujui FDA


untuk mengatasi kelenturan otot. Tizanidine adalah agonis reseptor alfa-2 yang
bekerja secara terpusat. Tizanidine efektif mengatasi spastisitas yang disebabkan
oleh multiple sclerosis, cedera otak didapat, atau cedera tulang belakang. Hal ini
juga telah terbukti efektif secara klinis dalam menangani pasien yang menderita
21
neuralgia leher kronis dan lumbosakral dengan komponen myofascial pada nyeri
dan sindrom nyeri muskuloskeletal regional. Ini juga diresepkan di luar label
untuk sakit kepala migrain, insomnia, dan sebagai antikonvulsan. Tizanidine juga
dapat digunakan sebagai bagian dari rejimen terapi detoksifikasi pada pasien yang
menunjukkan sakit kepala akibat analgesik untuk membantu penghentian
analgesik. Diclofenac gel digunakan pada pundak dan tengkuk untuk mengurangi
nyeri dan peradangan. Na diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan
aktivitas antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Na diklofenak mempunyai
aktivitas dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga pembentukan
prostaglandin terhambat. Na diklofenak cepat diabsorbsi setelah pemberian oral
dan mempunyai waktu paruh yang pendek. Obat ini dianjurkan untuk kondisi
peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk
pengobatan nyeri otot rangka akut (Katzung, 2002).

Pada hari ketiga dokter menghentikan pemakaian injeksi ondansentron dan


injeksi omeprazole lalu pasien melakukan fisioloterapi. Pada hari ketiga ini pasien
masih mengeluhkan nyeri dan pusing berulang namun tidak mengalami muntah.

Pada hari keempat pasien mengeluhkan masih terasa nyeri tengkuk dan
pusing, Hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan tekanan darahnya masih
tinggi, keluhan pusing pasien masih belum teratasi dan tidak ditemukan adanya
drug related problem. Kemudian selanjutnya pasien dibolehkan pulang dengan
saran terapi lanjutan, sesekali melakukan peregangan agar otot tidak kaku.

22
23
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pasien didiagnosa vertigo perifer berdasarkan gejalan yang
dialami pasien beserta pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan
laboratorium yang telah dilakukan. Pasien telah mendapatkan terapi
yang sesuai berdasarkan tatalaksana terapi diagnosa pasien, Pemberian
cairan elektrolit dan pengobatan simptomatik telah diberikan, sehingga
kondisi pasien membaik dan diperbolehkan pulang.
5.2 Saran
Perlu diberikan edukasi kepada keluarga pasien terhadap asupan
untuk penderita vertigo yang kaya akan multivitamin, buah-buahan,
sayuran hijau dan makanan yang mengandung vit B12 seperti, ikan,
daging, telur dan susu. Disarankan melakukan peregangan sesekali saat
melakukan kegiatan didepan komputer atau laptop.

23
DAFTAR PUSTAKA
Amin M, Lestari YA. Pengalaman Pasien Vertigo di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkar Timur. J Kesmas Asclepius. 2020;2(1):22–33.
Basuki SW, Firdaus M, Ariffah H. Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Desember 2021.
Prociding Call Pap Thalamus Fak Kedoktera. 2021;2–3.
Didangelos T, Karlafti E, Kotzakioulafi E, Margariti E, Giannoulaki P, Batanis G,
et al. Vitamin mecobalamin supplementation in diabetic neuropathy: A 1-
year, randomized, double-blind, placebo- controlled trial. Nutrients. 2021
Iskandar, M. M., & Hanina, H. (2020). Peningkatan Pengetahuan Orangtua Murid
Tentang Klasifikasi Nyeri Kepala Dan Vertigo Pada Anak Di Tk Annisa Kota
Jambi Dengan Metode Penyuluhan. Jurnal MEDIC (Medical Dedication),
3(1), 27–32.
Koenen L, Andaloro C. Meniere Disease. 2021 Sep 4. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 30725640.
Kusumastuti, Ratih, & Sutarni, Sri. (2018). Sindroma Vertigo Sentral Sebagai
Manifestasi Klinis Stroke Vertebrobasilar Pada Pasien Pemfigus Vulgaris.
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3(1), 61.
Smith T, Rider J, Cen S, Borger J. Vestibular Neuronitis. 2022 Feb 5. In: 44
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–.
PMID: 31751056.
Surtani s malueka R et all. Bungan Rampai Vertigo. kedua. yogyakarta; 2016. 27–
43 p. Museum MF. konsep dasar vertigo. 2019;45(45):95–8.
WHO. World Health Statistics 2019. Vol 8. World Health Organization; 2019.
Nur anggraini, D., Wurllete, W. E., & Permana, W. E. (2021). Menganalisis
Dampak Penggunaan Betahistine Mesilate Terhadap Pasien Gejala V ertigo
Perifer Di Klinik Al Ma’soem Cibulareng. Jurnal Sosial Sains, 1(10), 1315–
1325.

24
25

Anda mungkin juga menyukai