Askep Vertigo
Askep Vertigo
Askep Vertigo
“ASKEP VERTIGO”
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
KELOMPOK V
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah Metodologi Keperawatan
makalah ini membahas Tentang Asuhan Keperawatan Vertigo
Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapatkan hambatan dan rintangan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan ini bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan yang maha esa Terlepas
dari semua itu kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi susunan maupun tata bahasa.
Akhir kata kami meminta semoga makalah Asuhan Keperawatan Vertigo ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi ........................................................................................................ 2
B. Etiologi ......................................................................................................... 2
D. Komplikasi..................................................................................................... 5
F. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................. 5
G. Penatalaksanaan ........................................................................................... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kita pun
pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang
artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan
sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti
berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan
presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia
yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar
mahasiswa mampu secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan
keperawatan pada klien vertigo. Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan
asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara komprehensif sehingga dapat membantu
proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Vertigo adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian
dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau
ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' atau pun melayang. Vertigo
menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat
hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf
vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular
atau aktivitas vestibulocerebellar. Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang
merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak
memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan.
(Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
B. Etiologi
b) Meniere Desease
d) Otitis Media
2
2. Neurologik 23-30% kasus
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
f) Multiple sklerosis
g) Vertigo servikal
b) Aritmia kordis
c) Penyakit koroner
d) Infeksi
e) < glikemia
a) Depresi
b) Fobia
c) Anxietas
d) Psikosomatis
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah,
rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket,
3
nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,
mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke
tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi
hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali
pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo.
Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa
ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya
berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada
kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu
sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
4
D. Komplikasi
1. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII(Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan
diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu
lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere,
parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga
tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena
penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik
lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh
terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan
sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan
merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya
fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitu pula
dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh
darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII
F. Pemeriksaan Penunjang
5
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
c) Pemeriksaan neurologic
d) Pemeriksaan otologik
2. Pemeriksaan khusus
a) ENG
c) Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
b) EEG, EMG
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-
obatan seperti :
a) Anti kolinergik
b) Simpatomimetika
Golongan antihistamin
6
ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi
bedah.
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi rehabilitatif
2. Penatalaksanaan Keperawatan
d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang
belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien
merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari
terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis
vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan
dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk
beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan
ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan
vestibular akut.
7
H. Asuhan Keperawatan sesuai teori
f) Nyeri/ kenyamanan Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri,
kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri
sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-
otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g) Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan
cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada
gangguan sinus).
8
i) Penyuluhan/ Pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada
keluarga,penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein,kontrasepsi oral/hormone,
menopause.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko
jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat energi yang dimiliki Energi yang besar dapat memberikan
klien keseimbangan pada tubuh saat
Berikan terapi ringan untuk istirahat
mempertahankan kesimbangan Salah satu terapi ringan adalah
Ajarkan penggunaan alat-alat menggerakan bola mata, jika sudah
alternatif dan atau alat-alat bantu terbiasa dilakukan, pusing akan
untuk aktivitas klien. berkurang.
Berikan pengobatan nyeri (pusing) Mengantisipasi dan meminimalkan
sebelum aktivitas resiko jatuh.
9
Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji respon emosi, sosial, dan Respon emosi, sosial, dan spiritual
spiritual terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien dalam
Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas
melakukan aktivitas Klien dapat bersemangat untuk
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas melakukan aktivitas
dan teknik manajemen waktu untuk Energi yang tidak stabil dapat
mencegah kelelahan. menghambat dalam melakukan
Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi aktivitas, sehingga perlu dilakukan
manajemen waktu
Terapi okupasi dapat menentukan
tindakan alternatif dalam melakukan
aktivitas.
Kriteria Hasil :
10
1) Klien tidak merasa mual muntah
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kebiasaan makan yang disukai Kebiasaan makan yang disukai klien
klien Kebiasaan makan yang disukai dapat
Kebiasaan makan yang disukai dapat meningkatkan nafsu makan
meningkatkan nafsu makan Pantau input dan output pada klien
Pantau input dan output pada klien Ajarkan untuk makan sedikit tapi
Ajarkan untuk makan sedikit tapi sering
sering Kolaborasi dengan ahli gizi
Kolaborasi dengan ahli gizi Untuk memantau status nutrisi pada
klien
Mempertahankan status nutisi pada
klien agar dapat meningkat atau stabil.
Ahli gizi dapat menentukan makanan
yang tepat untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi pada klien.
Kriteria Hasil :
3) Pendengaran adekuat
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat pendengaran pada klien Mengetahui tingkat kemaksimalan
Lakukan tes rinne, weber, atau pendengaran pada klien untuk
11
swabah untuk mengetahui menentukan terapi yang tepat.
keseimbangan pendengaran saat Mengetahui keabnormalan yang
terjadi tinnitus terjadi akibat tinnitus
Ajarkan untuk memfokuskan Mempertahankan keadekuatan
pendengaran saat terjadi tinnitus pendengaran
Kolaborasi penggunaan alat bantu Memaksimalkan pendengaran pada
pendengaran klien
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan klien dalam Mengetahui batas maksimal
mempertahankan keadekuatan kemampuan pendengaran klien
pendengaran Klien tidak mengalami depresi akibat
Berikan motivasi dalam menerima keadaan fisiknya
keadaan fisiknya Pusing yang terjadi dapat
Ajarkan cara mengatasi masalah memunculkan tinnitus
pendengaran akibat pusing yang Obat untuk mengatasi tinitus.
diderita
Kolaborasi pemberian antidepresan
sedatif, neurotonik, atau transquilizer
serta vitamin dan mineral.
.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok
kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC
13