Askep Vertigo Kelompok 9

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO

MAKALAH

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu

Mujahidin,S.kep.Ners,M.kes

Disusun oleh :

Ella Agustin 18.14201.30.42


Indah Batari Toja 18.14201.30.29
Febri Fernando 18.14201.30.37

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA


PALEMBANG 2021

1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul “ASKEP VERTIGO” ini disusun untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan di Jurusan PSIK-Ners Semester 6 Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bina Husada.

Terimakasih pula kepada semua pihak khususnya kepada dosen Pengampu bpk
Mujahidin S.kep, Ners, M.Kes, yang telah membimbing dan ikut membantu kami hingga
dapat disusunnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
masyarakat luas. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para pembaca.

Palembang, Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian vertigo .........................................................................................................................6
2.2 Etiologi …………………………………………………………………………………………….…………………...................... 8
2.3 Manifestasi Klinis ……………………………………………………………………………………….…….………………….....8
2.4 Patofisiologi …………………………………………………………………………………………….…..
……………….................9
2.5 Pemeriksaan diagnostik ………………………………………………………………………..………………….……………. 10
2.6 Penatalaksanaan ……………………………………………………………………………………………..………………….....11
2.7 Asuhan Keperawatan…………………………………………………………………………………………….………. 13

BAB III
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………….…………………................. 15

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………….………………….................15

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1    Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah
mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya
memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai
pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.
Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih
banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas
50 tahun.

Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari
kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari
kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya
harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang
ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat.
Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti
terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.

Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya


dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian
asuhan keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan
masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar
mahasiswa mampu secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan
keperawatan pada klien vertigo. Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan asuhan
keperawaan yang sudah dibuat secara komprehensif sehingga dapat membantu proses
penyembuhan klien secara tepat dan cepat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan oarientsi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
(propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
(Lumban Tobing. S.M, 2003) 

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian
dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di
sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan
ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan
perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat
disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita
merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun
karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

2.3     Etiologi
1. Otologi 24-61% kasus
a)Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b)Meniere Desease
c)Parese N VIII Uni/bilateral
d) Otitis Media

5
2.Neurologik 23-30% kasus
a)Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c)Gangguan visus
d)Gangguan serebelum
e)Gangguan sirkulasi LCS
f)Multiple sklerosis
g)Vertigo servikal

3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler


a)Tekanan darah naik turun
b)Aritmia kordis
c)Penyakit koroner
d)Infeksi
e)<glikemia
f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,

4.Psikiatrik > 50% kasus


a) Depresi
b)Fobia
c) Anxietas
d)Psikosomatis

5. Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.

2.4    Manifestasi Klinik


Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala
berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

6
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu.
Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur,
berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai
sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya
berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan
tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika
kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar
pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari
atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan
posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi
kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu.
Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori
tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi
oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini
akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau
lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5.Tiba - tiba muncul keringat dingin
6.Telinga sering terasa berdenging
7.Mengalami kesulitan bicara
8.Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

2.5   Komplikasi
1.Cidera fisik

7
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf
VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri
dan berjalan.
2.Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering
untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas
dapat menyebabkan kelemahan otot.

2.6   Patofisiologi dan Pathway


Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N
VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut
menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran
bakteri maupun virus (otitis media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan
visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf
ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI
yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan
menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan
keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan
yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan
keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang
rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat
menyebabkan parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi


tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat
menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga
dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

8
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara
lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
b)Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c)Pemeriksaan neurologik
d)Pemeriksaan otologik
e)Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus
a)ENG
b)Audiometri dan BAEP
c)  Psikiatrik

3. Pemeriksaan tambahan
a)Radiologik dan Imaging
b)EEG, EMG

2.8    Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a)      Anti kolinergik
  Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
  Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b)      Simpatomimetika
  Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c)      Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
  Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
  i.Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
ii.Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

9
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi
bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
a)Terapi kausal
b)Terapi simtomatik
c)Terapi rehabilitatif

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a)      Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam
dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b)      Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif
vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis.
Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang
dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak
daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c)      Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya ver-
tigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual
yang kuat.
d)     Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e)      Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang
belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien
merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi
pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis
dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh.
Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat
vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f)       Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini
untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular
akut.

2.9  Asuhan Keperawatan sesuai teori


1.      Pengkajian data keperawatan
a)      Aktivitas / Istirahat

10
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca,
insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat
saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b)       Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak
kemerahan
c)      Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama
sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d)     Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain),
mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e)      Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis
satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka
terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f)       Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah,
fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti
menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g)        Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h)      Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
i)        Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat
lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

11
2.10  Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan
b.Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e.Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

2.11 Intervensi Keperawatan
a)  Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko jatuh
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2)  Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh

Intervensi Rasional
1.      Kaji tingkat energi yang dimiliki klien 1.      Energi yang besar dapat memberikan
2.      Berikan terapi ringan untuk keseimbangan pada tubuh saat istirahat
mempertahankan kesimbangan 2.      Salah satu terapi ringan adalah
3.      Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif menggerakan bola mata, jika sudah
dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas terbiasa dilakukan, pusing akan
klien. berkurang.
4.      Berikan pengobatan nyeri (pusing) 3.      Mengantisipasi dan meminimalkan
sebelum aktivitas resiko jatuh.
4.      Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.

b)  Intoleransi aktivitas b.d tirah baring


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi
aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)  Meyadari keterbatasan energi
2)  Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas

12
3)  Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
4)  Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi Rasional
1.      Kaji respon emosi, sosial, dan 1.      Respon emosi, sosial, dan spiritual
spiritual terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien dalam
2.      Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas
melakukan aktivitas 2.      Klien dapat bersemangat untuk melakukan
3.      Ajarkan tentang pengaturan aktivitas aktivitas
dan teknik manajemen waktu untuk 3.      Energi yang tidak stabil dapat menghambat
mencegah kelelahan. dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu
4.      Kolaborasi dengan ahli terapi dilakukan manajemen waktu
okupasi 4.      Terapi okupasi dapat menentukan tindakan
alternatif dalam melakukan aktivitas.

c)  Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang nutrisi
dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil :
1)Klien tidak merasa mual muntah
2)Nafsu makan meningkat
3)BB stabil atau bertahan
Intervensi Rasional
1.      Kaji kebiasaan makan yang disukai 1.      Kebiasaan makan yang disukai dapat
klien meningkatkan nafsu makan
2.      Pantau input dan output pada klien 2.      Untuk memantau status nutrisi pada klien
3.      Ajarkan untuk makan sedikit tapi 3.      Mempertahankan status nutisi pada klien
sering agar dapat meningkat atau stabil.
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi 4.      Ahli gizi dapat menentukan makanan yang
tepat untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi
pada klien.

d) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah gangguan
perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :

13
1)Klien dapat memfokuskan pendengaran
2)Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3)Pendengaran adekuat
Intervensi Rasional
1.      Kaji tingkat pendengaran pada klien1.      Mengetahui tingkat kemaksimalan
2.      Lakukan tes rinne, weber, atau pendengaran pada klien untuk menentukan
swabah untuk mengetahui terapi yang tepat.
keseimbangan pendengaran saat 2.      Mengetahui keabnormalan yang terjadi
terjadi tinitus akibat tinitus
3.      Ajarkan untuk memfokuskan 3.      Mempertahankan keadekuatan pendengaran
pendengaran saat terjadi tinitus 4.      Memaksimalkan pendengaran pada klien
4.      Kolaborasi penggunaan alat bantu
pendengaran

e)Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah koping
individu tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran
2)Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
Intervensi Rasional
1.      Kaji kemampuan klien dalam 1.      Mengetahui batas maksimal kemampuan
mempertahankan keadekuatan pendengaran klien
pendengaran 2.      Klien tidak mengalami depresi akibat
2.      Berikan motivasi dalam menerima keadaan fisiknya
keadaan fisiknya 3.      Pusing yang terjadi dapat memunculkan
3.      Ajarkan cara mengatasi masalah tinitus
pendengaran akibat pusing yang 4.      Obat untuk mengatasi tinitus.
diderita
4.      Kolaborasi pemberian antidepresan
sedatif, neurotonik, atau transquilizer
serta vitamin dan mineral.

2.12 Evaluasi

14
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)
Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah :
1.Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
2.Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.
3.Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Saran
Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya
pada penyakit vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda karena
setiap diagnosa yang ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan praktek adalah
hal yang berhubungan, jika pada berbagai literatur telah disampaikan mengenai penyakit
vertigo yang memberikan tanda dan gejala sesuai penyakit. Ternyata sebagian besar tanda
dan gejala itu sama dengan realitas yang ada.

3.2. Kesimpulan
Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan
penyakit tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk disembuhkan
hendaknya setiap tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun kolaborasi harus
dilakukan secara bertahap dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo ini telah merasakan
nyeri atau pusingnya sedikit turun setelah diberikan injeksi. Dari informasi pasien tersebut
kita dapat memberikan terapi obat injeksi sesuai yang telah diberikan pada pasien agar nyeri
yang dirasakan tidak kembali ke episode nyeri awal yang dirasakan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, namun  dalam proses
pembuatan makalah penulis menemukan beberapa macam kendala dan kesulitan dalam
pencarian sumber-sumber dikarenakan belum mampu menemukan suatu hal yang mendeksti
sempurna dan tepat dalam teori.
Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
untuk mendekati kesempurnaan dalam proses pembuatan makalah yang penulis susun.
Semoga makalah yang penulis susun dapat menjadi bermanfaat dikemudian harinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok
kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. diakses pada 22 oktober 2012.Pukul 23.50 WIB
Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta
: Prima Medika
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai