Makalah Kelompok 10 - Kasus Vertigo - KMB III
Makalah Kelompok 10 - Kasus Vertigo - KMB III
Makalah Kelompok 10 - Kasus Vertigo - KMB III
PASIEN VERTIGO
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang di bimbing oleh Bapak Ns. Boby
Febri Krisdianto, S.Kep, M.Kep Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan penulis dan pembaca serta agar mahasiswa mampu menjelaskan
materi mengenai Analisi dan Eksplorasi kasus pada pasien dengan vertigo.
Terima kasih kami ucapkan kepada setiap anggota kelompok yang sudah
berkontribusi dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu dosen, selaku pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
yang telah memberikan tugas ini sehingga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang sedang kami tekuni. Kami juga mengucapk
an terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya se
hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami t
ulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang memban
gun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................................5
A. Defenisi...........................................................................................................................5
B. Etiologi............................................................................................................................5
C. Patofisiologi....................................................................................................................6
D. WOC...............................................................................................................................7
E. Klasifikasi.......................................................................................................................8
F. Penatalaksanaan..............................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................9
H. Pendidikan Kesehatan.....................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................11
ANALISIS KASUS.................................................................................................................11
A. Pengkajian.....................................................................................................................12
B. Diagnosa SDKI.............................................................................................................19
C. SLKI dan SIKI..............................................................................................................19
BAB IV....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
A. Kesimpulan...................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah yang berasal dari
Bahasa latin vertere yang berarti memutar. Vertigo seringkali dinyatakan sebagai rasa
pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya berputar- putar
(Pulungan, 2018). Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa sensasi
berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi kepala (Kusumastuti &
Sutarni, 2018).
Gejala vertigo seperti perubahan kulit yang menjadi pucat (pallor) terutama di
daerah muka dan peluh dingin (cold sweat). Gejala ini selalu mendahului munculnya
gejala mual/muntah dan diduga akibat sistem saraf simpatik (Kusumastuti & Sutarni,
2018). Vertigo bukan suatu gejala pusing saja, tetapi merupakan suatu kumpulan
gejala atau satu sindroma yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable),
otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah), dan pusing. Vertigo perlu dipahami
karena merupakan keluhan nomer 3 paling sering dikemukakan oleh penderita yang
datang ke praktek umum, bahkan pada orang tua sekitar 75 tahun, 50% datang ke
dokter dengan keluhan pusing (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu vertigo?
2. Apa etiologi dari vertigo?
3. Bagaimana patofisiologi dari vertigo?
4. Bagaimana WOC dari vertigo?
5. Apa saja klasifikasi dari vertigo?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada vertigo?
7. Apa pemeriksaan penunjang untuk vertigo?
8. Apa pendidikan kesehatan yang dapat diberikan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien vertigo?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu vertigo
2. Untuk mengetahui etiologi dari vertigo
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari vertigo
4. Untuk memahami WOC vertigo
5. Untuk mengethaui klasifikasi vertigo
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari vertigo
7. Untuk mengethaui pemeriksaan penunjang untuk vertigo
8. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan pada pasien
vertigo
9. Untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien vertigo
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Vertigo merupakan sensasi berputar dan bergeraknya penglihatan baik secara
subjektif maupun objektif, Vertigo dengan perasaan subjektif terjadi bila seseorang
mengalami bahwa dirinya merasa bergerak, sedangkan vertigo dengan perasaan
objektif bila orang tersebut merasa bahwa di sekitar orang tersebut bergerak.
Vertigo sering terjadi pada orang tua. Penyebab vertigo yaitu Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), Acute Vestibular Neuronitis (AVN), dan
penyakit Meniere.
B. Etiologi
Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019). Penyebab vertigo dapat dibagi
menjadi 5 yaitu:
1. Otologi
Otologi ini merupakan 24-61 kasus vertigo (paling sering), dapat disebabkan oleh
BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), penyakit Meniere, parase N. VIII
(vestibulokoklearis) maupun otitis media.
2. Neurologis
a. Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum
b. Ataksia karena neuropati
c. Gangguan visus
d. Gangguan serebelum
e. Seklerosis multiple yaitu suatu penyakit saat sistem kekebalan tubuh
menggerogoti lapisan pelindung saraf
f. Malformasi chiari, yaitu anomaly bawaan di mana serebelum dan medulla
oblongata menjorok ke medulla spinalis melalui foramen magnum.
g. Vertigo servikal.
3. Interna
Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena gangguan kardiovaskuler.
Penyebabnya biasanya berupa tekanan darah yang naik atau turun, aritma kordis,
5
penyakit jantung koroner, infeksi, hipoglikemia, serta intoksikasi obat,
misalnifedipin, benzodiazepine, Xanax
4. Psikiatrik
Terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya pemeriksaan klinis dan
laboratoris menunjukkan hasil dalam bebas normal. Penyebabnya biasanya berupa
depresi, fobia, ansietas, serta psikosomatis (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
5. Fisiologis
Misalnya, vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita berada di tempat
tinggi
C. Patofisiologi
Dalam kondisi alat keseimbangan baik sentral maupun perifer yang tidak
normal atau adanya gerakan yang aneh atau berlebihan, maka tidak terjadi proses
pengelolahan input yang wajar dan munculah vertigo. Selain itu, terjadi pula respons
penyesuaian otot-otot yang tidak adekuat, seingga muncul gerakan abnormal mata
( nistagmus), unsteadiness atau ataksia sewaktu berdiri atau berjalan dan gejala
lainnya. Sebab pasti mengapa terjadi gejala tersebut belum diketahui.
Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau Central dalam kondisi
tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi atau terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo
dan gejala otonom; di samping itu, respond penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat bendiri/ berjalan dan gejala lainnya.
6
D. WOC
Post Operasi (Riwayat Cedera kepala/infeksi telinga)
Sistem keseimbangan
tubuh terganggu
Kesadaran
Peristaltik meningkat
menurun
Anoreksia
7
E. Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinis:
a. vertigo paroksimal
Vertigo yang serangannya dtang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari,
kemudian menghilang sempurna, tetapi suatu Ketika serangan tersebut dapat
muncul Kembali
b. vertigo kronis
vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut.
c. vertigo yang serangannya mendadak atau akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang.
F. Penatalaksanaan
Vertigo biasanya di atasi dengan menangani sesuai penyebabnya. Misal,
vertigo disebabkan pada gangguan telinga, maka diobati di bagian telinganya. Jika
vertigo disebabkan pada gangguan penglihatan, maka diobati di bagian
penglihatannya. Keluhan vertigopun akan hilang dengan sendirinya seiring dengan
sembuhnya yang mendasari vertigo tersebut. Pemberian vitamin antihistamin,
diuretika, dan pembatasan konsumsi garam yang telah diketahui dapat mengurangi
keluhan vertigo (Widjajalaksmi, 2015).
Penanganan yang diberikan pada vertigo selama ini dapat dilakukan dengan
farmakologi, non-farmakologi. Padafarmakologi, penderita biasanya akan diberikan
golongan antihistamin dan benzodiazepine. Salah satu terapi non farmakologi yaitu
menggunakan tekhnik brandtdarof. Tujuan utama terapi vertigo adalah mengupayakan
tercapainya kualitas hidup yang optimal sesuai dengan perjalanan penyakitnya,
dengan mengurangi atau menghilangkan sensasi vertigo dengan efek samping obat
yang minimal.
8
mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil
dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.Bila mual dan muntah bemt,
inöavena haras diberikan untuk mencegah dehidrasi. Bila vertigo tidak hilang hilang.
Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer alnit yang belum dapat
memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit
berat dan saagat takut mendapat serangan berikut Sisi penting neuronitis vestibularis
dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh.
Dokter harms menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan meınbuat
vertigo menghilang setelah beberapa hari Latihan vestibular dapat dimulai beberapa
hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk memperkuat mekanisme
kompensasi sistem saraf pusat nutuk gangguan vestibular akut.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Yayan A. Israr (2010) Pemeriksaan penunjang pada pasien vertigo
adalah CT sean atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan kelainan tulang atau tumor
yang menekan saraf. Jika di duga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga
atau sinus atan dari tulang belakang. Jika di duga terdapat penurunan aliran darah ke
otak, maka dilakukan pemeriksaan aagiograın, nutuk melihat adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang menuju ke otak.
H. Pendidikan Kesehatan
Vertigo adalah salah satu bentuk nyeri kepala dimana penderita mengalami
persepsi gerakan yang tidak semestinya (rasa berputar melayang).
Gejala vertigo :
a. Nyeri kepala
b. Rasa berdenging /terasa penuh/pekak pada telinga
c. Rasa berputar/melayang
d. Keringat dingin
e. Mual
f. Muntah
Penyebab vertigo :
9
f. Tumor otak
g. Penyakit keturunan
Pemeriksaan vertigo :
– Pemeriksaan fungsi pendengaran
– Garpu tala
– Audiometri
– Pemeriksaan fungsi koordinasi tubuh
– Pemeriksaan fungsi keseimbangan
– Tes Romberg
– Tes Stepping (berjalan ditempat)
– Tes Tandem Gait
Diet sehat
1. Hindari makanan yang mengandung gula. Makanan yang membantu menurunkan
kadar kolesterol : beras merah, kacang kedele, kacang mede, ikan tuna dan ikan
salmon
2. Mengkonsumsi susu yang tinggi kalsium
3. Buah-buahan : apel, pisang dan jeruk
10
BAB III
ANALISIS KASUS
- Inj RL 20 tpm
- Betahistine 3x6mg (po)
- Dimenhidrinate 2x50 mg (po)
- Flunarizine 2x5 mg (po)
- Inj. Ondansetron 4mg (jika mual muntah)
- Inj. Ranitidine 2x1 amp (i.v)
11
A. Pengkajian
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. T (P)
Tanggal Lahir/usia:/35 Th
1. Riwayat Kesehatan
1) RKS
pusing mendadak.pusing bertambah saat melakukan perubahan posisi, saat serangan
timbul pasien tidak bisa melakukan aktifitas: dalam satu minggu, 2 kali serangan.
berlangsung singkat ± 1 menit.
2) RKD
3) RKK
12
Genogram
O
Ket: O : perempuan,
□ : laki-laki,
† : meninggal,
: pasien
X : meninggal
dengan ...........
2. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : klien memperhatikan penyakit dengan datang ke rumah sakit
untuk mendapatkan pengobatan
Kebiasaan: □ Merokok : √Tidak □ Ya, bungkus…..... / hr, lamanya ..........…
□ Minum Alkohol : √Tidak □ Ya, berapa botol …............./ hr, lama.........…
□ Obat- Obatan: √ Tidak □ Ya, nama obat ……………...............................
□ Lain- lain : …………………....................
Reaksi Alergi: ……………............................... Tindakan: ...
……………………………….........
13
Makan Siang: Makan Siang:
Lain-
lain........................................................................................................................................
d. Pola Aktivitas /Olah Raga: Keluhan : klien kesulitan beraktivitas karna pusing makin
kuat ketika klien bergerak
Kemampuan Perawatan Diri (0 = Mandiri, 1 = Dengan Alat Bantu, 2 = Bantuan dari orang lain , 3 =
Bantuan peralatan dan orang lain, 4 = tergantung/tdk mampu)
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Berpindah √
14
Berjalan √
Menaiki Tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
e. Pola Istirahat Tidur: Keluhan:pasien kesulitas tidur karna pusing ktika bergerak sedikit
15
Ketidak nyamanan/Nyeri: _____Tdak ada _____Akut _____ Kronik _____
DeskripsiNyeri kepala (-), __________________________________
Penatalaksanaan Nyeri:
_____________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
Pekerjaan: ______________________________________________________
Status Pekerjaan: ______ Bekerja ______ Ketidakmampuan jangka pendek
______ Ketidakmampuan jangka panjang ______ Tidak Bekerja
Sistem Pendukung: ______ Pasangan ______Tetangga/Teman _____Tidak ada______
Keluarga serumah √ Keluarga tinggal berjauhan______
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS: _______________________
Kegiatan sosial :_______________________
i. Pola persepsi dan konsep diri : klien meerasakan keluhannya dan datang kerumah sakit
untuk menjalani pengobatan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik:
Laboratorium:
PEMERIKSAAN FISIK
Gambaran
Kulit
Leher
Trakea
17
Karotid Bruit
Vena
Kelenjar
Tiroid
Lainnya
Dada
Jantung
Auskultasi
Ritme
PMI
Abdomen
Muskuloskeletal/Sendi
Nodus Limfe
Neurologi
Status Mental/GCS
Saraf Kranial
Motoris
Sensoris
DTR
Lainnya
18
Ekstremitas
Vaskuler Perifer
Payudara
Genitalia
Rectal
Lokasi Luka/nyeri/injuri*:
Keterangan:*Diarsir bagian
tubuh yang mengalami.
Apabila luka dilengkapi dengan
ukuran & jenis luka
Penatalaksanaan Medis:
Tanggal:
............. .............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
ANALISA DATA
19
1. DO : IMT tidak ideal vertigo Deficit nutrisi
sebelumnya, badan
deficit nutrisi
B. Diagnosa SDKI
1. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (muntah) d.d pasien
mengatakan sering mual dan muntah muntah setiap makan dan minum, dalam 1
hari kurang lebih 7 kali, muntah tidak menyemprot, berisi makanan dan minuman
yang dimakan sebelumnya
2. Resiko Jatuh b.d gangguan keseimbangan d.d Pasien mengeluh pusing berputar,
telinga kiri berdenging sejak 2 hari,badan terasa lemah,tidak mampu melakukan
aktivitas sehari hari,tidak kuat membuka mata
20
intoteransi makanan
1) Verbalisasi Identifikasi makanan disukai
keinginan untuk Identifikasi kebutuhan kalori
meningkatkan dan jenis nutrien
nutrisi meningkat Identifikasi perlunya
2) Sikap terhadap penggunaan selang
makanan/minuman nasogastrik
sesuai dengan tujuan Monitor asupan makanan
kesehatan meningkat Monitor berat badan
3) Berat badan Monitor hasil pemeriksaan
membaik laboratorium
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum
makan (mis. pereda nyeri,
antleretik), jika perlu
21
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Manajemen cairan
Observasi
Terapeutik
Catat intake-output dan
hitung balans calran 24 jam
Berikan asupan cairan,
sesual kebutuhan
Berikan cairan intravena,
jika pertu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika
perlu
Resiko Jatuh Tingkat jatuh Pencegahan jatuh
Definisi :derajat jatuh
berdasarkan observasi atau Observasi
sumber informasi Identifikasi faktor risiko
1) Jatuh saat berdiri jatuh (mis, usia >65 tahun,
menurun penurunan tingkat
22
2) Jatuh saat berjalan kesadaran, defisit kognitif,
menurun hipotensi ortostatik,
3) Jatuh saat naik gangguan keseimbangan,
tangga menurun gangguan penglihatan,
4) Jatuh saat neuropati)
membungkuk Identifikasi risiko jatuh
menurun setidaknya sekali setiap shift
Keseimbangan atau sesuai dengan kebijakan
Definisi : kemampuan Institusi
mempertahankan Identifikasi faktor
ekuilibrium tubuh lingkungan yang
1) Keseimbangan saat meningkatkan risiko jatuh
berdiri meningjat (mis lantai licin,
2) Keseimbangab saat penerangan .kurang)
berjalan meningkat Hitung risiko jatuh dengan
3) Pusing menurun menggunakan skala (mis.
Fall Morse Scale, Humpty
Scale) jika perlu
Monitor kemampuan
berpindah dari tempat tidur
ke kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik
Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga Pastikan
roda tempat tidur dan kursi
roda selalu dalam kondisi
terkunci
Pasang handrall tempat tidur
Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
Tempatkan pasien berisiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station
Gunakan alat bantu berjalan
(mis. kursi roda, walker)
Dekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
Edukasi
Anjurkan memanggil
23
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri
Ajarkan cara menggunakan
bel pemanggil untuk
memanggil perawat
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vertigo merupakan kondisi yang diakibatkan karena adanya gangguan pada
telinga atau pada saraf ocousticus yang mengakibatkan nyeri dan kelemahan ototleher
serta keseimbangan tubuh pasien.
Berbagai masalah yang timbul pada kondisi ini yaitu adanya nyeri,
keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), penurunan kekuatan otot, serta
keseimbangan pasien yang berkurang. Modalitas terapi yang diberikan untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu Micro Wave Diathermy (MWD) dan massage
terapi. Selain itu pasien juga diberikan edukasi untuk melakukan latihan dirumah
seperti yang telah diajarkan oleh terapis.
25
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
26