Harmonis Spiritulaitas

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Jur. Ilm. Kel. & Kons., Mei 2021, p : 129-139 Vol. 14, No.

2
p-ISSN : 1907 – 6037 e-ISSN : 2502 – 3594 DOI: http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2021.14.2.129

MEMBANGUN KELUARGA HARMONIS MELALUI CINTA DAN SPIRITUALITAS


PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Rahmat Aziz1*), Retno Mangestuti1

1Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang 65144, Indonesia

*)E-mail: [email protected]

Abstrak

Keharmonisan keluarga merupakan tujuan dari setiap pernikahan yang dapat dicapai dengan adanya usaha dari
pasangan suami-istri untuk saling mencintai dan mengembangkan perilaku spiritual dalam kehidupan
berkeluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran spiritualitas sebagai variabel moderator yang
mampu memperkuat hubungan antara cinta dan keharmonisan keluarga. Data diperoleh dari 410 pasangan
suami-istri (205 suami dan 205 istri) di tujuh kota (Malang, Surabaya, Pasuruan, Jember, Blitar, Batu, dan
Jombang) yang ada di Provinsi Jawa Timur. Data diperoleh melalui alat ukur The Family Harmony Scale, The
Triangular of Love Scale, dan Daily Spiritual Experience Scale. Data dianalisis menggunakan teknik deskriptif dan
regresi. Hasil analisis menunjukkan bahwa cinta berpengaruh signifikan terhadap keharmonisan keluarga
(β=0,625 p<0,01), dan spiritualitas mampu menjadi variabel yang memperkuat hubungan antara cinta dengan
keharmonisan keluarga (β=0,688 p<0,01). Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa memupuk perasaan cinta pada
pasangan suami-istri dapat mewujudkan keharmonisan dan untuk memperkuat hubungan tersebut maka
pasangan perlu mengembangkan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci: cinta, kebersamaan, keharmonisan keluarga, keintiman, spiritualitas

Building a Harmonious Family Through Love and Spirituality on Married Couples


in East Java Province

Abstract

Family harmony is the goal of every marriage that can be achieved by the efforts of husband and wife to love each
other and develop spiritual behaviour in family life. This study aimed to analyze the role of spirituality as a
moderating variable that can strengthen the relationship between love and family harmony. Data were obtained
from 410 married couples (205 husbands and 205 wives) in seven cities (Malang, Surabaya, Pasuruan, Jember,
Blitar, Batu, and Jombang) in East Java Province. The data were obtained by measuring the Family Harmony
Scale, The Triangular of Love Scale, and the Daily Spiritual Experience Scale. The data were analyzed using
descriptive and regression techniques. The results of the analysis showed that love had a significant effect on
family harmony (β=0.625 p<0.01), and spirituality could be a variable that strengthened the relationship between
love and family harmony (β=0.688 p<0.01). This study implies that cultivating feelings of love in married couples
can create harmony and strengthen the relationship, the couple needs to develop spirituality in everyday life.

Keywords: family harmony, intimacy, love, spirituality, togetherness

PENDAHULUAN di Jawa Timur sebagai akibat dari seringnya


terjadi perselisihan di antara pasangan,
Setiap pasangan yang menikah mengharapkan kesulitan ekonomi, dan terjadinya kekerasan
adanya keharmonisan yang mana semua dalam rumah tangga.
anggota keluarga merasa nyaman dan damai
berada di dalamnya. Namun demikian, angka Tingginya angka perceraian tersebut
perceraian di Indonesia menunjukkan adanya menunjukkan bahwa keharmonisan keluarga
peningkatan. Data Badan Pusat Statistik (2018, sebagai tujuan yang diharapkan dapat terwujud
2019) menunjukkan bahwa pada tahun 2016 ternyata di lapangan masih menyisakan
perceraian di Jawa Timur berjumlah 86,491 berbagai permasalahan yang memerlukan
kasus, pada tahun 2018 meningkat menjadi perhatian. Kondisi ini mengisyaratkan tentang
88,955 kasus, dan tahun 2019 melonjak pentingnya mengkaji keharmonisan keluarga
menjadi 95,007 kasus. Penelitian yang sebagai satu kajian yang mendesak untuk di
dilakukan Maimun, Toha, dan Arifin (2019) lakukan (Hamidah, 2019) oleh berbagai pihak,
menemukan bahwa tingginya tingkat perceraian dengan berbagai pendekatan yang berbeda.
130 AZIZ & MANGESTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab agama. Ada banyak faktor yang diduga
terjadinya perceraian. Wijayanti (2021) berpengaruh terhadap tercapainya
menemukan bahwa usia, pendidikan, lama keharmonisan keluarga, diantaranya adalah
pernikahan, dan ekonomi sebagai faktor yang faktor cinta dan spiritual. Sternberg (1997)
berpengaruh terhadap perceraian. Selain itu, menyatakan bahwa cinta merupakan variabel
ditemukan juga bahwa perselisihan antara yang memiliki tiga komponen yang saling
suami-istri merupakan faktor yang paling tinggi berkaitan satu dengan lainnya. Ketiga
sebagai penyebab terjadinya perceraian. Hasil komponen tersebut adalah keintiman,
ini didukung dengan temuan Bainah (2013) kegairahan, serta komitmen.
yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan
yang rendah, jenis pekerjaan, tingkat ekonomi Keintiman mengacu pada kedekatan dan rasa
yang rendah, adanya masalah moralitas, dan nyaman antara suami-istri. Kegairahan
tingginya tingkat kekerasan dalam keluarga mengacu pada dorongan yang bersifat
adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab romantis, daya tarik fisik, dan hubungan
terjadinya perceraian dalam keluarga. seksual antara suami-istri. Komitmen yaitu
komponen yang mengacu pada suatu
Lebih lanjut, penelitian Nasir (2012) keputusan untuk mempertahankan hubungan
menemukan adanya tambahan selain dari dalam cinta. Pengaruh ketiga komponen
faktor tersebut, yaitu kawin paksa yang tersebut akan semakin kuat ketika pasangan
dilakukan oleh orang tua pada anaknya. suami-istri memiliki tingkat spiritualitas yang
Temuan di atas menarik untuk dicermati lebih tinggi (Hardy et al., 2014).
lanjut, mengingat dalam kasus kawin paksa,
proses pernikahan tidak didasari perasaan Suatu keluarga disebut sebagai keluarga yang
saling cinta antara keduanya. Padahal cinta harmonis apabila anggota keluarga tersebut
merupakan faktor penting yang memengaruhi merasa damai dan bahagia dalam menjalani
terhadap terwujudnya keharmonisan dalam kehidupannya. Kondisi ini dapat dicirikan
keluarga (Gana, Saada, & Untas, 2013). dengan berkurangnya rasa tegang, rasa
cemas, rasa kecewa, serta munculnya
Beberapa penelitian yang mengkaji tentang perasaan puas terhadap seluruh kondisi dan
faktor ekonomi, sosial budaya, dan psikologis keberadaan anggota keluarga (Lam et al.,
yang memengaruhi keharmonisan keluarga 2012). Keluarga dalam perpektif teori sistem
telah banyak dilakukan. Penelitian yang diartikan sebagai sebuah sistem yang mana
mengkaji faktor ekonomi telah dilakukan oleh setiap anggota memiliki peran, dan untuk
Chrisman, Chua, dan Pearson (2012) yang memainkan peran tersebut perlu tetap
menemukan bahwa ekonomi mempunyai peran menghormati aturan yang ada. Sebagai sebuah
yang penting dalam kehidupan berkeluarga. sistem, setiap anggota diharapkan mampu
Selain itu, penelitian Larasati (2012) merespon antara satu sama lain sesuai dengan
menemukan bahwa kepuasan perkawinan peran dirinya masing-masing (Johnson & Ray,
dipengaruhi oleh keterlibatan suami dalam 2016). Pada sebuah sistem keluarga,
memenuhi tuntutan ekonomi keluarga. diperlukan komunikasi yang efektif dan efisien
Penelitian terkait faktor sosial budaya yang sehingga terhindar dari kesalahpahaman dalam
memengaruhi keharmonisan juga telah berinteraksi.
dilakukan oleh Fitriyani, Suryadi, dan Syam
(2015) yang meneliti tentang peran keluarga Beberapa penelitian tentang keharmonisan
dalam mengembangkan nilai luhur budaya keluarga telah dilakukan baik yang
sunda, Lorenzo et al. (2012) terkait urgensi menempatkannya sebagai variabel bebas
nilai-nilai budaya dalam kehidupan berkeluarga, (Banker & Gaertner, 1998; Chrisman et al.,
serta Roksa dan Kinsley (2019) terkait peran 2012) maupun sebagai variabel terikat
fungsi keluarga sebagai fasilititator dalam (Chuang, 2005; Perry, Harris, & Minnes, 2005;
mengembangkan kesuksesan akademik. Slaughter, 2009). Penelitian tentang
keharmonisan keluarga yang menghubungkan
Lebih lanjut, penelitian terkait faktor psikologis dengan variabel cinta telah dilakukan dengan
telah dilakukan oleh Darokah dan Safaria berbagai pendekatan dan disiplin ilmu (Gana et
(2012) yang menemukan adanya hubungan al., 2013; Haack & Falcke, 2014; Neto, 2012).
antara keberagamaan kepribadian dengan Demikian juga, penelitian yang menguji
keharmonisan keluarga dan penelitian Herawati hubungan antara spiritualitas, termasuk kajian
et al. (2020) yang menunjukkan bahwa mengenai religiusitas dengan keharmonisan
keluarga mampu berfungsi untuk keluarga, telah dilakukan dengan berbagai
mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai bentuk dan pendekatan (David & Stafford,
Vol. 14, 2021 MEMBANGUN KELUARGA HARMONIS MELALUI CINTA DAN SPIRITUALITAS 131

2015; Hardy et al., 2014; Siroj, Sunarti, & Prosedur penelitian diawali dengan pengajuan
Krisnatuti, 2019). proposal untuk mendapatkan dana hibah tahun
2019 dari Dirjen Pendidikan Tinggi Agama
Beberapa penelitian tersebut lebih banyak Islam (Diktis), Kementrian Agama Republik
menempatkan keharmonisan keluarga sebagai Indonesia (Kemenag RI) melalui Lembaga
variabel bebas dan terikat. Penelitian yang Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
menguji hubungan antara cinta dan (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
keharmonisan keluarga lebih memfokuskan Malik Ibrahim Malang. Setelah proposal
pada pengujian pengaruh secara langsung. dinyatakan diterima, proses selanjutnya adalah
Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh mengurus surat perijinan pada berbagai pihak
cinta terhadap keharmonisan keluarga dengan untuk mengambil data penelitian. Pengambilan
menjadikan spiritualitas sebagai variabel data dibantu oleh beberapa mahasiswa S1
moderator yang mampu memperkuat hubungan Fakultas Psikologi dan mahasiswa
antara kedua variabel tersebut. Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1)
mengidentifikasi secara rinci gambaran empiris Proses pengambilan data dilakukan selama
tentang keharmonisan keluarga, cinta, dan lima bulan terhitung sejak bulan April sampai
spiritualitas pada subjek penelitian. Identifikasi Agustus 2019. Setelah data terkumpul,
yang dimaksud adalah pengklasifikasian tingkat kemudian diseleksi untuk diperiksa
keharmonisan keluarga, cinta, dan spiritualitas kelengkapan jawaban yang diberikan subjek
menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan dalam kuesioner. Selanjutnya, data ditabulasi
rendah. Klasifikasi tersebut dilakukan juga pada dan disajikan dalam bentuk file exel yang siap
setiap indikator dari variabel tersebut; 2) untuk dianalisis dengan menggunakan analisis
menganalisis pengaruh cinta yang dicirikan statistik parametrik.
dengan keintiman, kegairahan, dan komitmen
terhadap keharmonisan keluarga. Analisis Keharmonisan keluarga merupakan kondisi
dilakukan secara simultan bertujuan untuk keluarga yang serasi dan mampu menciptakan
menguji pengaruh cinta terhadap keharmonisan kebahagiaan bagi semua anggota keluarga.
keluarga dan secara parsial bertujuan untuk Data ini diperoleh melalui alat ukur The Family
menguji pengaruh keintiman, kegairahan, dan Harmmony Scale (FHS) yang telah dibuat oleh
komitmen terhadap keharmonisan keluarga; Kavikondala et al. (2016). Alat ukur ini mampu
dan 3) menganalisis peran spiritualitas sebagai mengungkap keharmonisan keluarga dari lima
variabel moderator yang mampu memperkuat indikator yaitu: 1) kebiasaan untuk
pengaruh variabel cinta terhadap keharmonisan menggunakan komunikasi secara efektif; 2)
keluarga pada pasangan suami-istri di Provinsi kemampuan untuk menyelesaikan konflik yang
Jawa Timur. terjadi dalam keluarga; 3) kesabaran dalam
menjalin hubungan antara anggota keluarga; 4)
METODE kebanggaan dengan identitas yang dimiliki oleh
keluarga; dan 5) kebiasaan menggunakan
Penelitian menggunakan desain cross-sectional waktu dengan keluarga secara berkualitas. Alat
study dengan pendekatan kuantitatif jenis ukur ini terdiri atas 24 butir pernyataan dan
eksplanatif. Subjek penelitian adalah pasangan menggunakan skala Likert dengan lima
suami-istri di tujuh kota di Provinsi Jawa Timur. alternatif jawaban, yaitu: 1) sangat tepat seperti
Ketujuh kota yang dijadikan tempat penelitian keadaan saya; 2) seringkali seperti keadaan
yaitu Malang, Surabaya, Pasuruan, Jember, saya; 3) hampir seperti keadaan saya; 4) sedikit
Blitar, Batu, dan Jombang. Teknik pengambilan seperti keadaan saya; dan 5) tidak seperti
sampel dilakukan secara purposif dengan keadaan saya. Hasil uji reliabilitas terhadap alat
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) ukur keharmonisan keluarga menunjukkan
subjek merupakan suami-istri yang menikah bahwa seluruh butir yang diuji adalah valid
secara sah; 2) subjek merupakan pasangan dengaan nilai Cronbach’s alpha sebesar
yang tinggal bersama dalam satu rumah; 3) α=0,961. Contoh butir pernyataan dari alat ukur
usia perkawinan lebih dari 1 (satu) tahun; dan ini adalah “Anggota keluarga merasa peduli
4) bersedia menjadi subjek penelitian. antara satu dengan yang lain”.
Pengujian validitas ketiga alat ukur dilakukan
pada 110 subjek pasangan suami-istri (55 Cinta adalah kondisi emosional yang berasal
orang suami dan 55 orang istri), adapun dari perasaan kasih sayang yang kuat dan
responden untuk menguji hipotesis berjumlah ketertarikan dari seorang laki-laki terhadap
410 subjek yang terdiri atas 205 orang suami perempuan, atau sebaliknya. Data ini diperoleh
dan 205 orang istri. melalui alat ukur The Sternberg Triangular Love
132 AZIZ & MANGESTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Scale yang dibuat oleh Sternberg (1997). Alat (descriptive analysis) dilakukan dengan cara
ukur ini mampu mengungkap cinta dari tiga membandingkan antara skor mean hipotesis
indikator, yaitu: 1) keintiman (Intimacy) yaitu dan skor mean populasi (µ). Hasil tersebut
elemen emosi yang didalamnya terdapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1)
kehangatan, kepercayaan, dan keinginan untuk kelompok tinggi diartikan ketika skor mean
membina hubungan; 2) kegairahan (passion) empiris subjek lebih tinggi dari mean populasi;
yaitu elemen motivasional yang didasari oleh 2) kelompok sedang diartikan ketika skor mean
dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual; subjek memiliki skor yang sama dengan skor
dan 3) komitmen (commitment) yaitu elemen skor mean populasi; dan 3) kelompok rendah
kognitif berupa keputusan untuk melanjutkan diartikan ketika skor mean empiris subjek lebih
dan tetap menjalankan suatu kehidupan rendah dari skor mean populasi (Ferguson,
bersama. Alat ukur ini terdiri atas 36 butir 1981). Teknik analisis regresi ganda
pernyataan dan menggunakan skala Likert (regression analysis) dilakukan untuk menguji
dengan lima alternatif jawaban, yaitu: 1) sangat pengaruh variabel cinta termasuk
tepat seperti keadaan saya; 2) seringkali seperti komponennya terhadap variabel keharmonisan
keadaan saya; 3) hampir seperti keadaan saya; keluarga. Teknik analisis regresi dengan
4) sedikit seperti keadaan saya; dan 5) tidak moderasi (moderated regression analysis)
seperti keadaan saya. Hasil uji reliabilitas dilakukan untuk menguji pengaruh variabel
terhadap alat ukur ini menunjukkan bahwa cinta terhadap variabel keharmonisan keluarga
seluruh butir yang diuji adalah valid dengan dengan menjadikan variabel spiritual sebagai
nilai Cronbach’s alpha sebesar α=0,950. moderator. Proses analisis selanjutnya adalah
Contoh butir pernyataan dari alat ukur ini analisis dengan program komputer Statistical
adalah “Saya merasa hangat dan nyaman Package for Social Sciences Versi 23.
ketika bersama suami/istri saya”.
HASIL
Spiritualitas adalah persepsi emosional dan
pengalaman keseharian yang berhubungan Karakteristik Subjek Penelitian
dengan transendensi dalam kehidupan
berkeluarga pada pasangan suami istri. Data ini Penelitian ini melibatkan 205 istri dan 205
diperoleh melalui alat ukur Daily Spiritual suami. Rata-rata usia subjek adalah 38,6 tahun.
Experience Scale yang dikembangkan oleh Rata-rata usia suami adalah 40,2 tahun
Underwood dan Teresi (2002). Alat ukur ini sedangkan usia istri adalah 36,9 tahun.
mampu mengungkap dua indikator spiritualitas Sebagian besar subjek bekerja sebagai
yaitu persepsi subjek tentang adanya sesuatu akademisi baik sebagai guru maupun dosen
yang transenden dan keterlibatan subjek dalam (28,8%). Subjek telah menikah dalam rentang
berbagai peristiwa transenden. Alat ukur ini waktu yang cukup lama, lebih dari 10 tahun
menggunakan skala Likert yang terdiri dari lima (52,7%) dan sebagian besar status
alternatif jawaban. Instrumen terdiri atas 16 pernikahannya dikategorikan sebagai
butir pernyataan, namun ada satu butir yang pernikahan pertama (96,6%). Sebagian besar
dinyatakan gugur sehingga butir yang subjek sudah memiliki anak (82,9%) dan hanya
digunakan dalam penelitian berjumlah 15 butir 17,1% yang belum memiliki anak. Dilihat dari
pernyataan. Hasil pengujian terhadap alat ukur jenjang pendidikan, ada sebanyak 55,1%
spiritualitas menunjukkan bahwa ada satu butir subjek merupakan lulusan dari perguruan
yang dinyatakan gugur yaitu butir nomor 13 tinggi, baik di tingkat S1, S2, maupun S3. Lebih
disebabkan karena bersifat unfavorable “Saya lanjut, hampir setengah (46,1%) subjek
merasa sebagai orang yang kurang peduli merupakan lulusan S1 (Tabel 1).
terhadap orang lain”. Hasil uji reliabilitas
terhadap alat ukur ini menunjukkan bahwa Keharmonisan, Cinta, dan Spiritualitas
seluruh butir yang diuji adalah valid dengan
nilai Cronbach’s alpha sebesar α=0,853. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa hampir
Contoh butir pernyataan dari alat ukur ini seluruh (97,8%) subjek memiliki tingkat
adalah “Ketika saya sedang merasa terhubung keharmonisan yang tinggi. Hal ini
dengan Allah, saya sampai melupakan mengindikasikan bahwa tujuan pernikahan
kehidupan dunia saya”. yang mereka harapkan telah tercapai. Hanya
ada 2 dari 100 orang subjek yang belum
Teknik analisis data yang dilakukan terdiri atas mencapai tujuan tersebut. Hasil analisis
tiga jenis analisis, yaitu analisis deskriptif, selanjutnya menunjukkan bahwa seluruh sub-
analisis regresi sederhana, dan analisis regresi variabel keharmonisan keluarga subjek berada
dengan moderasi. Teknik analisis deskriptif di atas 96 persen.
Vol. 14, 2021 MEMBANGUN KELUARGA HARMONIS MELALUI CINTA DAN SPIRITUALITAS 133

Tabel 1 Persentase sebaran responden Hal ini menunjukkan bahwa subjek terbiasa
berdasarkan karakteristik sosial melakukan komunikasi secara efektif, mampu
ekonomi menyelesaikan konflik yang terjadi, sabar
Variabel Kategori N % dalam membina hubungan di antara suami istri,
Jenis merasa bangga dengan identitas keluarga, dan
Laki-laki 205 50
kelamin mampu memanfaatkan waktu secara efektif.
Perempuan 205 50 Hasil analisis pada variabel cinta menunjukkan
Usia Di bawah 30 tahun 120 29,3 hasil yang relatif sama dengan variabel
keharmonisan keluarga yang mana subjek
31 – 40 tahun 111 27,1
penelitian memiliki tingkat perasaan cinta
41 – 50 tahun 120 29,3 sebesar 97,6 persen.
Di atas 50 tahun 59 14,4
Pekerjaan Guru/dosen 118 28,8 Hal ini mengindikasikan bahwa perasaan cinta
TNI/POLRI 5 1,2 yang dimiliki subjek terhadap pasangannya
Pedagang/Wiraswa terkategori tinggi. Lebih lanjut, hasil penelitian
84 20,5 memperlihatkan bahwa sub-variabel cinta yang
sta
Petani 25 6,1 paling tinggi skornya yaitu komitmen (98%)
Petugas kesehatan 8 2,0 sedangkan yang paling rendah adalah
kegairahan (91%). Hal ini menunjukkan bahwa
Lain-lain 170 41,5
subjek lebih memiliki tingkat komitmen yang
Lama Kurang dari 10 tinggi dibandingkan dengan kegairahan di
196 47,3
Pernikahan tahun
antara pasangan masing-masing.
Lebih dari 10 tahun 216 52,7
Status Pernikahan Pada variabel spiritual, secara umum gambaran
396 96,6
Pernikahan Pertama spiritual subjek berada pada kategori yang
Pernah menikah sama dengan kedua variabel sebelumnya yaitu
3,6
sebelumnya 14 terkategori tinggi. Hasil analisis menunjukkan
Jumlah anak bahwa sub-variabel spiritualitas tentang
Belum punya anak 17,1
yang dimiliki 70 persepsi terhadap transendensi (97,56%) lebih
Punya anak 1 -2
223 54,4
tinggi dibandingkan dengan keterlibatan dalam
anak transendensi (92,68%). Hal ini berarti bahwa
Lebih dari 2 anak 117 28,5 subjek lebih tinggi pada aspek kognisi
Tingkat dibandingkan dengan aspek pengamalan
SD 13 3,2 (Tabel 2).
pendidikan
SMP 32 7,8
SMA 139 33,9 Cinta dan Keharmonisan Keluarga
S1 189 46,1
Pada bagian ini diuraikan tiga hasil pengujian
S2 33 8,0
statistik. Pertama, pengujian normalitas data
S3 4 1,0 melalui teknik Skewness dan Kurtosis yang
Keterangan: N=jumlah responden; %=persentase bertujuan untuk memenuhi prasyarat analisis
statistik parametrik (Tabel 3).
Tabel 2 Deskripsi keharmonisan, cinta dan spiritualitas
Tinggi Sedang Rendah
Nama variabel
∑ % ∑ % ∑ %
Keharmonisan keluarga 401 97,80 1 0,24 8 1,95
Komunikasi efektif 394 96,10 4 0,98 12 2,93
Penyelesaian konflik 396 96,59 5 1,22 9 2,20
Kesabaran membina hubungan 358 93,41 19 4,63 18 4,39
Kebanggaan dengan identitas 383 96,34 12 2,93 9 2,20
Pemanfaatan waktu 395 96,34 5 1,22 10 2,44
Cinta 400 97,56 1 0,24 9 2,20
Keintiman 401 97,80 2 0,49 7 1,71
Gairah 374 91,22 10 2,44 26 6,34
Komitmen 403 98,29 0 0,00 7 1,71
Spiritualitas 409 99,76 0 0,00 1 0,24
Persepsi terhadap transendensi 400 97,56 5 1,22 5 1,22
Terlibat dalam transendensi 380 92,68 7 1,71 18 4,39
Keteranga: ∑= jumlah frekuensi, %=persentase
134 AZIZ & MANGESTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Tabel 3 Hasil analisis deskriptif dan pengujian Tabel 5 Hasil analisis dengan variabel
normalitas data moderator
Standar Model β t Sig. Keterangan
Variabel Mean Skewness Kurtosis
Deviasi Cinta Sangat
1,082 3,959 0,000
signifikan
Harmonis 30,05 4,04 0,167 0,636
Spiritualitas Sangat
Cinta 208,55 27,01 -0,198 -0,455 0,844 3,285 0,001
signifikan
Intim 60,71 9,64 -0,428 -0,149 Interaksi cinta
0,940 2,135 0,033 Signifikan
Gairah 63,45 9,05 -0,141 0,891 dan spiritualitas
Komitmen 84,38 13,55 -0,013 -0,358
Demikian juga dengan aspek komitmen yang
Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya lebih menekankan pada pentingnya kesetiaan
angka derajat kemiringan dan keruncingan dan tanggung jawab diantara pasangan suami
yang memadai pada seluruh variabel yang diuji. istri. Selanjutnya, di antara 12 pertanyaan
Hal ini berarti bahwa seluruh variable yang diuji mengenai keintiman ternyata hanya ada 4
berada pada kategori normal sehingga pertanyaan yang berpengaruh secara signifikan
penggunaan analisis statistik parametrik dapat terhadap keharmonisan keluarga. Keempat
digunakan dalam analisis berikutnya. Kedua, pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang
hasil analisis deskriptif berupa penghitungan berhubungan dengan aspek kebersamaan
nilai mean dan standar deviasi yang digunakan (β=0,181 p<0,05); dukungan emosional
untuk mengetahui deskripsi setiap variabel (β=0,145 p<0,05); pemanfaatan waktu bersama
yang diuji. Ketiga, hasil analisis regresi yang (β=0,145 p<0,05); dan saling memahami
bertujuan untuk menguji pengaruh variabel (β=0,119 p<0,05). Hasil analisis di atas
cinta terhadap keharmonisan keluarga. menunjukkan bahwa keintiman dalam
kehidupan keluarga merupakan aspek yang
Hasil analisis regresi menunjukkan, cinta sangat penting dalam membangun
berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga keharmonisan keluarga, dan untuk
(β=0,625 p<0,01). Lebih lanjut, di antara tiga menciptakan keintiman tersebut dapat
komponen cinta (keintiman, kegairahan, dan dilakukan dengan menciptakan suasana
komitmen) hanya keintiman yang berpengaruh kebersamaan di antara pasangan suami istri.
secara signifikan (β=0,538 p<0,01), sedang
komponen kegairahan pengaruhnya terhadap Peran Spiritualitas sebagai Moderator
keharmonisan keluarga tidak signifikan
(β=0,056 p>0,05), demikian juga dengan Hasil analisis moderated regresion analysis
komponen komitmen (β=0,094 p>0,05). Hal ini menunjukkan cinta berpengaruh terhadap
disebabkan karena indikator dari variabel keharmonisan keluarga (β=0,625 p<0,01),
keharmonisan keluarga (komunikasi yang dengan koefisien determinan R2=0,391. Hal ini
efektif, penyelesaian konflik, kesabaran dalam bermakna bahwa keharmonisan keluarga
membina hubungan, kebanggaan dengan dipengaruhi oleh cinta sebesar 39,1 persen.
identitas keluarga, dan pemanfaatan waktu) Selanjutnya, ketika variabel spiritual disertakan
yang diuji dalam penelitian ini tidak berkaitan dalam analisis sebagai variabel moderator,
secara langsung dengan aspek kegairahan hasil menunjukkan ada peningkatan skor
yang lebih menekankan pada pentingnya (β=0,688 p<0,01) dengan koefisien determinan
hubungan fisik antara suami dan istri dalam sebesar 47,8. Hal ini mengindikasikan bahwa
kehidupan keluarga (Tabel 4). spiritualitas mampu berperan sebagai variabel
moderator karena adanya peningkatan
Tabel 4 Hasil analisis interkorelasi antar sumbangan determinan sebesar 0,87 persen.
variabel Hasil ini diperkuat dengan hasil pengujian
Variabel Harm Cinta Intim Gaira Komit signifikansi yang menunjukkan interaksi antara
onis h men cinta dan spiritual (β=0,940 p<0,05). Hasil
Harmonis - 0,625 0,538 0,056 0,094 analisis ini memperlihatkan bahwa spiritualitas
** ** ns ns mampu menjadi penguat pada hubungan
Cinta - - - - - antara cinta dan keharmonisan keluarga pada
pasangan suami istri (Tabel 5).
Intm - - - - -
Gairah - - - - - PEMBAHASAN
Komitmen - - - - -
ns
Keterangan:*=,005, **=,001 tingkat signifikansi, =non- Hasil penelitian menunjukkan ada tiga temuan
signifikan penting yang memberi penjelasan mengenai
Vol. 14, 2021 MEMBANGUN KELUARGA HARMONIS MELALUI CINTA DAN SPIRITUALITAS 135

hubungan antara cinta, spiritualitas, dan Keharmonisan keluarga dapat dijelaskan


keharmonisan keluarga. Pertama, secara sebagai akibat dari adanya interaksi antara
umum cinta berpengaruh secara langsung anggota keluarga yang ada di dalamnya.
terhadap keharmonisan keluarga. Artinya, Sementara itu, hubungan antara anggota
semakin tinggi perasaan cinta pada setiap keluarga, khususnya hubungan antara suami
pasangan suami istri, maka semakin tinggi pula dan istri tidak dapat dipisahkan dari adanya
tingkat keharmonisan keluarga. Kedua, di perasaan cinta yang tumbuh sebelum atau
antara tiga indikator cinta, hanya keintiman selama proses membina hubungan keluarga.
yang berpengaruh secara signifikan terhadap Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian
keharmonisan keluarga, sedangkan indikator yang menunjukkan bahwa cinta berpengaruh
kegairahan dan komitmen berpengaruh secara terhadap keharmonisan keluarga (Dragojlovic,
tidak signifikan. Ketiga, kekuatan hubungan 2017; Neto, 2012). Salah satu upaya yang
antara cinta dan keharmonisan keluarga dapat dapat dilakukan untuk mengembangkan
diperkuat dengan adanya spiritualitas pada perasaan cinta antara suami dan istri adalah
pasangan suami istri. Hasil penelitian ini sejalan membangun komunikasi yang harmonis antara
dengan beberapa penelitian sebelumnya yang keduanya. Hal ini dapat dipahami bahwa
mengkaji hubungan antara cinta dan keluarga perselisihan yang terjadi menunjukkan adanya
(Acker & Davis, 1992; Roberts, 1992) dan perbedaan pendapat yang memicu konflik
spiritualitas dalam hubungannya dengan dalam rumah tangga. Perselisihan tersebut
keluarga (David & Stafford, 2015; Kaufman et diakibatkan bukan karena perbedaan antara
al., 2021). suami istri, melainkan karena suami istri tidak
mampu hidup di tengah-tengah perbedaan
Cinta dan spiritual adalah dua faktor yang yang ada di antara mereka dan perceraian
sangat penting dalam mewujudkan dapat dipahami sebagai kegagalan suami istri
keharmonisan keluarga. Hasil ini sejalan dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.
dengan beberapa penelitian yang telah Komunikasi yang didasari oleh perasaan cinta
dilakukan (Haack & Falcke, 2014; Kim, Kim- di antara pasangan suami istri akan efektif
Godwin, & Koenig, 2016; Sumption & Vargas, menjadi solusi ketika terjadi konflik di antara
2018; Tanyi, 2006). Cinta menjadi faktor yang mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Chuang
dijadikan bahan pertimbangan bagi pasangan (2005) membuktikan bahwa komunikasi
untuk bersatu dalam membentuk keluarga, menjadi faktor yang sangat penting dalam
sedangkan spiritual merupakan satu kekuatan menyelesaikan konflik yang terjadi antara
dari tiap-tiap pasangan untuk lebih memaknai suami istri.
proses kehidupan dalam menjalin hubungan
keluarga. Secara umum, cinta memang Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh
berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga Haack and Falcke (2014) menemukan bahwa
namun dari ketiga faktor cinta yang diuji, hanya cinta memengaruhi kepuasan pernikahan pada
faktor keintiman saja yang berpengaruh pasangan keluarga pengguna internet. Lebih
signifikan. Hasil ini sejalan dengan penelitian lanjut, internet mampu menjadi mediator pada
yang dilakukan oleh Williams dan Guendouzi hubungan antara cinta dengan kepuasan
(2005) yang menemukan bahwa keintiman pernikahan, tapi hubungan secara langsung
adalah faktor yang sangat penting dalam (face to face) lebih efektif dalam memperkuat
membangun keharmonisan keluarga. hubungan tersebut. Penelitian lainnya dilakukan
Selanjutnya, spiritualitas yang dicirikan dengan oleh Ahmetoglu, Swami, dan Chamorro (2010)
adanya kepercayaan terhadap sesuatu yang yang menemukan bahwa keintiman dan
transenden dan pengalaman spiritual sehari- komitmen pada Teori Triangular of Love telah
hari berperan sebagai variabel moderator pada berkorelasi positif dengan lamanya
hubungan kedua variabel yang diuji. Hal ini membangun suatu hubungan. Namun,
berarti bahwa cinta merupakan faktor yang ditemukan adanya hubungan yang negatif pada
sangat penting dalam mewujudkan indikator kegairahan. Selanjutnya, mereka
keharmonisan keluarga dan spiritual adalah memberikan rekomendasi bahwa hasil
faktor yang mampu memperkuat hubungan penelitian ini dapat dijadikan bahan
antara keduanya. Dengan kata lain, untuk pertimbangan dalam memberikan konseling
mewujudkan keluarga yang harmonis, suami dan pengembangan keharmonisan pada
dan istri harus menciptakan sekaligus keluarga. Penelitian Kershaw et al. (2013)
mempertahankan perasaan cinta, dan hal itu menemukan bahwa perasaan cinta suami
akan semakin kuat pengaruhnya ketika dapat membantu memulihkan kondisi mental
keduanya memiliki pengalaman spiritual yang dan kualitas fisik istri selama kehamilan. Selain
tinggi. itu, perasaan cinta, faktor kelekatan, hubungan
yang serasi, juga rendahnya tingkat kekerasan
136 AZIZ & MANGESTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

yang dilakukan suami dapat menyebabkan 1) menekan keinginan individual baik suami
tingginya tingkat kesehatan mental dan fisik maupun istri yang tidak sejalan dengan
seorang istri. keinginan pasangan hidupnya; 2) tidak terlalu
menganggap penting perselisihan yang terjadi
Perasaan cinta dapat dikembangkan dalam antara suami istri; dan 3) mengajarkan pada
kehidupan keluarga dengan cara memahami anak untuk mempunyai harapan yang sama
bahasa cinta dari pasangannya masing-masing. terhadap sebuah pernikahan sehingga suatu
Chapman (1992) menjelaskan adanya lima saat nanti ketika sudah menikah akan berperan
bahasa cinta yang harus diperhatikan oleh sesuai dengan harapan dari pasangannya.
pasangan suami istri yaitu memberi perhatian,
memberikan hadiah, sentuhan fisik, Hasil penelitian ini memberikan penjelasan
memberikan pujian, dan memberikan bahwa untuk membangun keluarga yang
pelayanan. Selanjutnya, dikembangkan harmonis diperlukan cinta dan spiritualitas.
instrumen pengukurannya dan ditemukan hasil Kedua modal penting tersebut dapat
yang memuaskan (Engbert & Polk, 2006). dikembangkan oleh pasangan suami istri dalam
Penjelasan lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk membangun rumah tangga. Pasangan suami
menumbuhkan rasa cinta, maka seorang suami istri yang menikah hanya berdasarkan cinta
atau istri harus memahami terlebih dahulu jenis memang memungkinkan untuk mendapatkan
bahasa cinta dari pasangannya dan pasangan keharmonisan, namun keharmonisan tersebut
tersebut harus berusaha untuk bicara dengan akan menjadi semakin erat dan abadi ketika
bahasa cinta yang dimiliki oleh pasangannya. kedua pasangan tersebut mampu
Cara seperti ini telah dilakukan dalam penelitian mengembangkan spiritualitas dalam
Polk dan Engbert (2013) yang menunjukkan kehidupannya. Hasil penelitian ini semakin
bahwa pemahaman terhadap bahasa cinta menguatkan bahwa peran kehidupan
pasangan mampu meningkatkan rasa cinta di spiritualitas dalam kehidupan suami istri adalah
antara keduanya. suatu yang krusial.

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa untuk SIMPULAN DAN SARAN


membina hubungan antara suami istri maka
spiritualitas diperlukan sebagai sarana untuk Cinta dan spiritual adalah dua faktor penting
pedoman dalam menyelesaikan masalah- yang berpengaruh terhadap keharmonisan
masalah yang terjadi dalam pernikahan. keluarga. Penelitian ini memberikan penjelasan
Penelitian yang dilakukan oleh David dan lebih mendalam bahwa spiritualitas bukan saja
Stafford (2015) menemukan bahwa komunikasi berperan sebagai faktor yang berpengaruh
yang dilandasi dengan spiritualitas mampu terhadap keharmonisan keluarga secara
meningkatkan kualitas dalam perkawinan. langsung tetapi juga merupakan faktor yang
Demikian juga dengan penelitian Fard (2019) mampu memengaruhi kekuatan hubungan
yang menemukan bahwa faktor religiusitas antara cinta dan spiritualitas. Hasil penelitian ini
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan dalam berimplikasi pada pengembangan
pernikahan. Pentingnya spiritualitas dalam keharmonisan keluarga yang dapat dilakukan
keluarga tidak hanya berpengaruh terhadap oleh pasangan suami istri dengan cara saling
keharmonisan tapi juga terhadap pola asuh memahami bahasa cinta dari masing-masing
orang tua dalam mendidik anaknya. Penelitian pasangan. Selain itu, pasangan dapat terlibat
yang dilakukan oleh Kaufman et al. (2021) aktif dalam kegiatan keagamaan yang
mengungkapkan orang tua yang mengasuh berdampak pada peningkatan kualitas
anaknya secara positif adalah mereka yang spiritualnya.
mempunyai tingkat spiritual tinggi. Uraian di
atas menunjukkan bahwa spiritualitas dan
keberagamaan harus dipertimbangkan dalam Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
upaya menyelesaikan masalah-masalah yang pertimbangan bagi para pejabat dan pembuat
terjadi dalam keluarga (Pandya, 2021). kebijakan di berbagai lembaga seperti Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Keluarga sebagai sebuah sistem dimaknai Nasional (BKKBN), Kantor Urusan Agama
sebagai hubungan antara satu anggota dengan (KUA), dan lembaga lain agar lebih
yang anggota lainnya. Oleh karena itu, perlu memperhatikan bahwa program yang sekarang
ada upaya untuk mengatasi permasalahan sudah dilaksanakan baik yang sifatnya preventif
serta mempertahankan keharmonisan dalam (seperti program sosialisasi tentang persiapan
keluarga. Goode (2009) mengemukakan ada berkeluarga pada remaja) maupun program
beberapa metode yang dapat dilakukan, yaitu: yang bersifat kuratif (seperti program bimbingan
Vol. 14, 2021 MEMBANGUN KELUARGA HARMONIS MELALUI CINTA DAN SPIRITUALITAS 137

dan konseling pada pasangan suami istri yang Bainah, N. (2013). Faktor-faktor penyebab
bermasalah) untuk lebih menekankan perceraian di Kelurahan Long Ikis
pentingnya variabel cinta dan spiritualitas Kabupaten Paser. E-Journal Sosiatri
sebagai bahan kajian yang harus dipahami oleh Sosiologi, 1(1), 74–83.
masyarakat.
Banker, B. S., & Gaertner, S. L. (1998).
Achieving stepfamily harmony: An
Keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini
intergroup-relations approach. Journal of
diantaranya adalah dari aspek desain penelitian
Family Psychology, 12(3), 310-325.
yang digunakan. Penelitian ini dilakukan
doi:10.1037/0893-3200.12.3.310.
dengan pendekatan kuantitatif yang datanya
mendasarkan pada angka yang diperoleh Badan Pusat Statistik (2018). Jumlah Nikah,
melalui skala pengukuran psikologis. Skala Talak, dan Cerai di Provinsi Jawa Timur
yang digunakan dalam penelitian ini telah Tahun 2016-2018. Retrieved from
memenuhi persyaratan reliabilitas sehingga https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/1
layak untuk digunakan dalam penelitian. 1/1848/jumlah-nikah-talak-dan-cerai-di-
Namun, pada satu sisi ada banyak hal yang provinsi-jawa-timur-2016-2018-.html.
tidak dapat terungkap melalui pendekatan
Badan Pusat Statistik (2019). Nikah dan Cerai
kuantitatif, misalnya cara dan upaya yang
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
dilakukan suami istri untuk mempertahankan
Timur Tahun 2019. Retrieved from
rasa cinta dan menjalani serta
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/vi
mengembangkan kehidupan spiritualnya. Data
ew_data_pub/3500/api_
tersebut tidak mampu terungkap hanya dengan
pub/VHpUK3MrOVd6dTJjcHdoQ1Z6TGlm
pendekatan kuantitatif. Berdasarkan hal
UT09/da_04/2.
tersebut, saran untuk penelitian selanjutnya
dapat mempertimbangkan pendekatan kualitatif Chapman, G. (1992). The Five Love
atau bahkan pendekatan campuran (mix- Languages:How to Express Heartfelt
method) kuantitatif-kualitatif dalam upaya untuk Commitment to Your Mate. Chicago,
memperoleh penjelasan yang lebih mendalam IL:Northfield Publishing.
tentang keharmonisan keluarga dan faktor yang
Chrisman, J. J., Chua, J. H., Pearson, A. W., &
memengaruhinya pada kehidupan pasangan
Barnett, T. (2012). Family involvement,
suami istri.
family influence, and family-centered non-
economic goals in small firms.
UCAPAN TERIMA KASIH
Entrepreneurship Theory and Practice,
36(2), 267–293. doi:10.1111/j.1540-
Penelitian ini didanai oleh oleh Direktur
6520.2010.00407.x.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Agama
Islam (Dirjend Diktis), Kementrian Agama Chuang, Y. C. (2005). Effects of interaction
(Kemenag) Republik Indonesia melalui hibah pattern on family harmony and well-being:
dana penelitian tahun anggaran 2019 yang Test of interpersonal theory, relational-
diberikan oleh Lembaga Penelitian dan models theory, and Confucian ethics.
Pengabdian Pada Masyarakat (LP2M) Asian Journal of Social Psychology, 8(3),
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik 272–291. doi:10.1111/j.1467-
Ibrahim Malang. 839X.2005.00174.x.
Darokah, M., & Safaria, T. (2012). Perbedaan
DAFTAR PUSTAKA
tingkat religiusitas, kecerdasan emosi, dan
keluarga harmonis pada kelompok
Acker, M., & Davis, M. H. (1992). Intimacy,
pengguna Napza dengan kelompok non-
passion and commitment in adult romantic
pengguna. Humanitas (Jurnal Psikologi
relationships: A test of the triangular theory
Indonesia), 2(2), 89–101.
of love. Journal of Social and Personal
doi:10.26555/humanitas.v2i2.318.
Relationships, 9(1), 21–50.
doi:10.1177/0265407592091002. David, P., & Stafford, L. (2015). A relational
approach to religion and spirituality in
Ahmetoglu, G., Swami, V., & Chamorro, P.T.
marriage: The role of couples’ religious
(2010). The relationship between
communication in marital satisfaction.
dimensions of love, personality, and
Journal of Family Issues, 36(2), 232–249.
relationship length. Archives of Sexual
doi:10.1177/0192513X13485922.
Behavior, 39(5), 1181–1190.
doi:10.1007/s10508-009-9515-5. Dragojlovic, A. (2017). Age dissimilar couples
and romantic relationships: Ageless love?
The Asia Pacific Journal of Anthropology,
138 AZIZ & MANGESTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

18(2), 189–191. Johnson, B. E., & Ray W. (2016). Family


doi:10.1080/14442213.2016.1233848. systems theory: The wiley blackwell
encyclopedia of family studies. New York,
Engbert, N. & Polk, D., (2006), Speaking the
NY: Wiley-Blackwell Publishing.
language of relational maintenance: A
validity test of Chapman’s (1992) five love Kaufman, C. C., Howell, K. H., Mandell, J. E.,
languages. Communication Research Hasselle, A. H., & Thurston, I. B. (2021).
Reports, 23(1), 19-26. Spirituality and parenting among women
doi:10.1080/17464090500535822. experiencing intimate partner violence.
Journal of Family Violence, 36(2), 183–
Fard, M. K. (2019). Religiosity and marital
193. doi:10.1007/s10896-020-00158-0.
satisfaction. Revista de Asistenţă Socială,
18I(3), 1–8. Kavikondala, S., Stewart, S. M., Ni, M. Y.,
doi:10.1016/j.sbspro.2013.06.266. Chan, B. H. Y., Lee, P. H., Li, K.-K.,
McDowell, I., Johnston, J. M., Chan, S. S.,
Ferguson, G.A. (1981). Statistical Analysis in
Lam, T. H., Lam, W. W. T., Fielding, R., &
Psychology and Education. Tokyo:
Leung, G. M. (2016). Structure and validity
McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.
of Family Harmony Scale: An instrument
Fitriyani, A., Suryadi, K., & Syam, S. (2015). for measuring harmony. Psychological
Peran keluarga dalam mengembangkan Assessment, 28(3), 307–318.
nilai Budaya Sunda. Sosietas, Jurnal doi:10.1037/pas0000131.
Pendidikan Sosiologi, 5(2), 5-13.
Kershaw, T., Murphy, A., Divney, A., Magriples,
doi:10.17509/sosietas.v5i2.1521.
U., Niccolai, L., & Gordon, D. (2013).
Goode, W. J. (2009) Sosiologi keluarga. What’s love got to do with it: Relationship
Bandung, ID: Bumi Aksara. functioning and mental and physical quality
of life among pregnant adolescent couples.
Gana, K., Saada, Y., & Untas, A. (2013).
American Journal of Community
Effects of love styles on marital satisfaction
Psychology, 52(3), 288–301.
in heterosexual couples: A dyadic
doi:10.1007/s10464-013-9594-2.
approach. Marriage & Family Review,
49(8), 754–772 Kim, S.-S., Kim-Godwin, Y. S., & Koenig, H. G.
doi:10.1080/01494929.2013.834025. (2016). Family spirituality and family health
among Korean-American elderly couples.
Haack, K. R., & Falcke, D. (2014). Love and
Journal of Religion and Health, 55(2), 729–
marital quality in romantic relationships
746. doi:10.1007/s10943-015-0107-5.
mediated and non-mediated by internet.
Paidéia (Ribeirão Preto), 24(57), 105–113. Lam, W. W. T., Fielding, R., McDowell, I.,
doi:10.1590/1982-43272457201413. Johnston, J., Chan, S., Leung, G. M., &
Lam, T. H. (2012). Perspectives on family
Hamidah, Z. (2019). Peran Badan Penasihat,
health, happiness and harmony (3H)
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
among Hong Kong Chinese people: A
(BP4) dalam mencegah perceraian: Studi
qualitative study. Health Education
kasus di KUA Kecamatan Klojen Kota
Research, 27(5), 767–779.
Malang. Hikmatina: Jurnal Ilmiah Hukum
doi:10.1093/her/cys087.
Keluarga Islam, 1(1), 12-23. Retrieved
from Larasati, A. (2012). Kepuasan perkawinan pada
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jh/article istri ditinjau dari keterlibatan suami dalam
/view/1885. menghadapi tuntutan ekonomi dan
pembagian peran dalam rumah tangga.
Hardy, S. A., Zhang, Z., Skalski, J. E., Melling,
Jurnal Psikologi Pendidikan dan
B. S., & Brinton, C. T. (2014). Daily Perkembangan, 1(3), 1-6. Retrieved from
religious involvement, spirituality, and http://journal.unair.ac.id/filerPDF/alpenia_ri
moral emotions. Psychology of Religion
ngkasancorel.pdf.
and Spirituality, 6(4), 338–348.
doi:10.1037/a0037293. Lorenzo, B. E. I., Unger, J. B., Baezconde, G.
L., Ritt-. O. A., & Soto, D. (2012).
Herawati, T., Krisnatuti, D., Pujihasvuty, R., & Acculturation, enculturation, and
Latifah, E. W. (2020). Faktor-faktor yang symptoms of depression in hispanic youth:
memengaruhi pelaksanaan fungsi
The roles of gender, hispanic cultural
keluarga di Indonesia. Jurnal Ilmu
values, and family functioning. Journal of
Keluarga & Konsumen, 13(3), 213–227.
Youth and Adolescence, 41(10), 1350–
doi:10.24156/jikk.2020.13.3.213.
1365. doi:10.1007/s10964-012-9774-7.
Vol. 14, 2021 MEMBANGUN KELUARGA HARMONIS MELALUI CINTA DAN SPIRITUALITAS 139

Maimun, M., Toha, M., & Arifin, M. (2019). Siroj, E. Y., Sunarti, E., & Krisnatuti, D. (2019).
Fenomena tingginya angka cerai-gugat Keberfungsian agama di keluarga,
dan faktor penyebabnya: Analisis reflektif ancaman, interaksi teman sebaya, dan
atas kasus-kasus perceraian di Madura. religiusitas remaja. Jurnal Ilmu Keluarga &
Islamuna: Jurnal Studi Islam, 5(2), 157- Konsumen, 12(1), 13–25.
167. doi:10.19105/islamuna.v5i2.2105. doi:10.24156/jikk.2019.12.1.13.
Nasir, B. (2012). Faktor-faktor yang Slaughter, W. S. (2009). An exploratory study of
mempengaruhi perceraian di Kecamatan the determinants of family harmony in
Sungai Kunjang Kota Samarinda. family businesses [Tesis]. North-West
Psikostudia: Jurnal Psikologi, 1(1), 31-48. University. http://dspace.nwu.ac.za/
doi:10.30872/psikostudia.v1i1.2172. handle/10394/4157.
Neto, F. (2012). Compassionate love for a Sternberg, R. J. (1997). Construct validation of
romantic partner, love styles and a triangular love scale. European Journal
subjective well-being. Interpersona: An of Social Psychology, 27(3), 313–335.
International Journal on Personal doi:10.1002/(SICI)1099-
Relationships, 6(1), 23–39. 0992(199705)27:3<313::AID-
doi:10.5964/ijpr.v6i1.88. EJSP824>3.0.CO;2-4.
Pandya, S. P. (2021). Online spiritual Sumption, M., & Vargas, S.C. (2018). Love is
counseling mitigates immigration stress not all you need: Income requirement for
and promotes better marital adjustment of visa sponsorship of foreign family
south asian young dual-earner couples members. Journal of Economics, Race,
who emigrate to western countries. and Policy, 2(2), 62-76.
Contemporary Family Therapy, 43(1), 35– doi:10.1007/s41996-018-0022-8.
53. doi:10.1007/s10591-020-09547-5.
Tanyi, R. A. (2006). Spirituality and family
Perry, A., Harris, K., & Minnes, P. (2005). nursing: Spiritual assessment and
Family environments and family harmony: interventions for families. Journal of
An exploration across severity, age, and Advanced Nursing, 53(3), 287–294.
type of DD. Journal on Developmental doi:10.1111/j.1365-2648.2006.03731.x.
Disabilities, 11(1), 17–30. Retrieved from
Underwood, L. G., & Teresi, J. A. (2002). The
https://oadd.org/wp-
daily spiritual experience scale:
content/uploads/2016/12/perryEtAl.pdf.
Development, theoretical description,
Polk, D. & Engbert, N., (2013). Speaking the reliability, exploratory factor analysis, and
language of love: On whether chapman’s preliminary construct validity using health-
(1992) claims stand up to empirical testing. related data. Annals of Behavioral
The Open Communication Journal, 7(1), Medicine, 24(1), 22–33.
1–11. doi:10.1207/s15324796abm2401_04.
doi:10.2174/1874916X20130423001.
Wijayanti, U. T. (2021). Analisis faktor
Roberts, T. W. (1992). Sexual attraction and penyebab perceraian pada masa pandemi
romantic love: Forgotten variables in Covid-19 di Kabupaten Banyumas. Jurnal
marital therapy. Journal of Marital and Ilmu Keluarga & Konsumen, 14(1), 14–26.
Family Therapy, 18(4) 357-364. doi:10.24156/jikk.2021.14.1.14.
doi:10.1111/j.1752-0606.1992.tb00949.x.
Williams, A., & Guendouzi, J. (2005).
Roksa, J., & Kinsley, P. (2018). The role of Constructing family relationships: Intimacy,
family support in facilitating academic harmony and social value in accounts of
success of low-income students. Research sheltered retirement community residents.
in Higher Education, 60(4), 415-436. The Journal of Aging Studies, 19(4), 453-
doi:10.1007/s11162-018-9517-z. 470. doi:10.1016/j.jaging.2004.10.002.

Anda mungkin juga menyukai