15E10188-Desy Sari-BAB I - A
15E10188-Desy Sari-BAB I - A
15E10188-Desy Sari-BAB I - A
PENDAHULUAN
Setiap individu yang telah dewasa tentu memiliki banyak keinginan dan
harapan, salah satunya adalah menikah. Menikah merupakan salah satu tahapan
yang sangat penting bagi sebagian individu karena dengan menikah seseorang
dapat memiliki teman hidup, memperoleh cinta dan menjadi orang tua serta
membentuk keluarga. Menurut Atwater (dalam Saputra, Hartati, & Aviani, 2014)
Bahasa Indonesia (2002) juga menyatakan hal yang sama kepuasan hanya
ditujukan kepada jasmani, yaitu puas adalah merasa senang (lega, gembira,
adalah perihal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagai berikut,
yang dikejar meskipun dengan segala pengorbanan, keinginan ini hanya ditujukan
kepada jasmani.
Begitu juga dengan Olson, Defrain dan Skogran (dalam Mukhlis, 2015)
juga menyatakan hal yang sama tentang kepusasan perkawinan namun kepuasan
perkawinan ini bersifat subjektif dari pasangan suami istri mengenai perasaan
Suatu perkawinan tidak hanya menyatukan dua insan manusia, akan tetapi
juga menyatukan dua keluarga yang tentunya akan menjadi satu keluarga baru.
Seiring berjalannya waktu akan terjadi dua kemungkinan dalam suatu perkawinan.
Dua kemungkinan tersebut adalah merasa puas akan perkawinannya dan terus
1
2
melanjutkannya hingga ajal memisahkan. Selain merasa puas, ada juga suami istri
perceraian pada tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015 yang ada diseluruh Indonesia
Tabel 1.1 Angka Perkawinan dan Perceraian menurut Badan Pusat Statistik
2012 2013 2014 2015
Perkawinan 2.289.648 2.210.046 2.110.776 1.958.394
Perceraian 346.480 324.347 344.237 347.256
penurunan pada saat tahun 2013 sedangkan tahun 2014 dan 2015 mengalami
kenaikan sementara jumlah perkawinannya berkurang. Hal ini dapat juga dimaknai
Menurut Duvall dan Miller (dalam Srisusanti & Zulkaida , 2013) ada dua
Faktor yang paling penting dari kedua faktor tersebut adalah faktor setelah
perkawinan karena faktor sebelum perkawinan tidak dapat diubah lagi (pasangan
harus saling menerima semua kondisi yang telah ada). Faktor setelah perkawinan
sering terjadi dalam suatu perkawinan. Mertua dan menantu pada awal
perkawinan masih merupakan dua pihak yang saling asing satu sama lain.
Hubungan mereka merupakan suatu ikatan yang intim karena dengan adanya
perkawinan, mereka memulai hubungan keluarga sebagai orang tua dan anak.
Tidak semua hubungan mertua dan menantu selalu baik, ada beberapa
kasus yang memperlihatkan bahwa hubungan mertua dan menantu kurang baik
Kasus konflik pada menantu dan mertua juga terjadi di Sumatra Selatan
seperti yang diberitakan oleh Aco (2018) bahwa telah terjadi pembunuhan mertua
yang dilakukan oleh menantu yang dikarenakan mertua memaksa anak dan
dengan desakan dari korban yang meminta istrinya untuk bercerai. Tersangka
kepada korban alasan kenapa mereka harus cerai. Tetapi korban tidak menjawab,
Berdasarkan hasil wawancara pada subjek berinisial NE, subjek tinggal terpisah
dari mertua. Walaupun tinggal terpisah, subjek mengaku sering terjadi adu mulut
dan beda pendapat dengan mertuanya. Konflik yang timbul tidak memberikan
4
dampak yang besar, subjek mengaku sebisa mungkin mengalah dan menuruti
ekonomi tercukupi, hubungan dengan suami, anak dan mertua serta ipar juga baik.
mengaku pernah mengalami konflik karena suatu hal sehingga subjek, suami dan
anak harus pindah kerumah orang tuanya. Subjek mengaku belum puas akan
menumpang di rumah orang tua dan untuk ekonomi juga masih dibantu orang tua,
terpisah dari keluarga besar (nuclear family) dan yang tinggal bersama keluarga
kasus yang terjadi antar mertua dan menantu menunjukkan banyaknya pasangan
suami istri yang tidak merasa puas akan perkawinannya. Selain itu juga, peneliti
mertua di kota peneliti, Ketapang, Kalimantan Barat. Kejadian yang tidak harmonis
tersebut berupa adanya adu mulut antar menantu dan mertua, tidak tegur sapa
ada perbedaan kepuasan perkawinan dari pasangan suami istri yang tinggal
5
dengan mertua dan pasangan suami istri yang tinggal sendiri. Berbeda dengan
penelitian Surya (2013) , Saputra, Hartati & Aviani, (2014) menunjukkan adanya
perbedaan kepuasan perkawinan dari pasangan suami istri yang tinggal dengan
mertua dan pasangan suami istri yang tinggal sendiri, yaitu kepuasan perkawinan
pasangan suami istri yang tinggal sendiri lebih tinggi dari pada pasangan suami
istri yang tinggal dengan mertua. Dari dua hasil penelitian ini maka dapat
mertua maupun tinggal mandiri belumlah jelas hasilnya, maka layak untuk
mertua dan ipar, serta hubungan dengan anak , kemampuan menghadapi konflik
Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada
kepuasan perkawinan pada pasangan suami istri antar bentuk keluarga (nuclear
pasangan suami istri yang tinggal bersama keluarga besar (extended family) dan
sudah menikah. Selain itu, peneliti berharap dapat memberikan suatu gambaran
dalam perkawinan.