Makalah Viabilitas Benih

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan sekalian alam kami ucapkan dan shalawat beriring

salam kami limpahkan kepada nabi junjungan alam yakni nabi besar Muhammad

SAW beserta keluarga serta penerus-penerusnya.

Selanjutnya kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi

kesempatan dan kemampuan untuk menyusun sebuah makalah sederhana ini .

Makalah ini diberi judul “Viabilitas Benih”.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada

dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

makalah ini. Makalah ini disusun dengan maksud untuk melengkapi tugas mata

kuliah Teknologi Benih dan memberikan pengetahuan tambahan kepada pembaca

mengenai viabilitas benih sehingga bisa mengetahui daya kecambah benih

tersebut.

Akhir kata , semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam

menambah pengetahuan . Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu , kami sebagai menulis mengharapkan saran dan kritik yang

konstukrif demi baiknya makalah ini

Makassar, 9 Januari 2018


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, dunia perbenihan memang gencar diperbincangkan. Mulai dari

menghasilkan benih untuk kebutuhan hingga bagaimana menghasilkan benih

yang tidak saja untuk kebutuhan tetapi lebih kepada benih yang berkualitas .

Benih berkualitas adalah benih yang memiliki mutu fisik dan daya kecambah yang

tinggi.

Viabilitas benih yang sesungguhnya tidak dapat dilihat kasat mata. Bahkan

berbagai metode pengujian tidak bisa mengetahui secara pasti viabilitas benih

sesungguhnya. Berbagai pengujuan benih hanya mampu menduga viabilitas benih

pada kondisi tertentu yaitu kondisi optimum atau suboptimum. Kondisi optimum

bagi benih ialah bila air, oksigen, cahaya tersedia dan suhu disekitar benih

optimum. Kondisi suboptimum sangat bervariasi seperti kekeringan, konsentrasi

oksigen rendah, intensitas cahaya rendah, adanya penyakit disekitar benih.

Kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi

optimum adalah viabilitas potensial. Sedangkan kemampuan benih untuk tumbuh

normal dan berproduksi normal pada kondisi suboptimum disebut vigor.

Viabilitas potensial dan vigor adalah parameter viabilitas benih.


Masing-masing para meter viabilitas benih mempunyai tolak ukur yang

spesifik. Tinggi atau rendahnya viabilitas potensial bisa diukur dengan tolak

ukurnya :

 Daya berkecambah benih atau daya tumbuh benih.

 Berat kering kecambah norma

Benih dan biji tidak berbeda secara struktural, karena sama-sama berasal dari

ovulum yang dibuahi. Struktur benih terdiri dari kulit benih (testa), jaringan

cadangan makanan (endospermium atau perispermium), embrio serta alat-alat

tambahan yang ada dipermukaan testa yang berfungsi sebagai alat penyebaran

(dispersal). Namun bila dilihat dari fungsinya, benih dan biji berbeda karena benih

ditunjukkan untuk pertanaman. Sedangkan biji berfungsi sebagai bahan pangan

atau pakan.

Melihat fungsinya yang penting sebagai bahan perbanyakan tanaman, suatu hal

yang paling diperhatikan dari benih ialah mutunya. Mutu benih yang tinggi sudah

diupayakan sejak benih akan diproduksi, seperti mengetahui sejarah lahan,

pengawasan lapang yang dilakukan beberapa kali : pendahuluan, dilanjutkan

dengan pada fase vegetatif dan generatif, serta fase menjelang panen. Selama

benih dalam pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran terus dilakukan

pengawasan untuk menjaga mutu benih tetap tinggi sampai saatnya ditanam.
Mutu benih ada tiga macam yaitu : mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu

genetik. Mutu fisik yaitu benih yang bermutu fisik tinggi terlihat dari kinerja

fisiknya yang bersih dari kotoran yang terbawa dari lapang (kotoran fisik) da

ukuran benih seragam. Mutu fisiologis benih adalah tinggi rendahnya daya hidup

atau viabilitas benih yang tercermin dari nilai daya berkecambah, kecepatan

tumbuh, keserempakan tumbuh. Mutu genetik menunjukkan benih mempunyai

keseragaman genetik yang tinggi, tidak tercampur varietas lain.

Mutu benih menjadi jaminan bagi pengguna benih. Informasi mengenai mutu

benih didapatkan dari pengujian. Terdapat pengujian benih tertentu untuk

mengetahui masing-masing mutu benih. Pengujian kemurnian benih digunakan

untuk mengetahui mutu genetik dan fisik. Pengujian kemurnian benih

memberikan informasi jumlah benih murni dan kotoran fisik. Makin besar jumlah

benih murni, makin tinggi mutu genetik suatu lot benih. Makin kecil jumlah

kotoran fisik, makin tinggi mutu fisik benih. Pengujian viabilitas benih

memberikan informasi mutu fisiologi benih.

Untuk mengetahui daya berkecambah atau yang lebih dikenal dengan

viabilitas maka diperlukan suatu pengujian. Pengujian tersebut dinamakan dengan

“Pengujian Viabilitas Benih ”. Viabilitas benih adalah daya hidup atau

kemampuan hidup benih pada kondisi lingkungan tumbuh optimum. Kemampuan

hidup benih dapat diduga dengan berbagai pendekatan. Diantaranya pendekatan

fisik, fisiologis , dan biokimia. Pendekatan fisik dapat menduga viabilitas benih
melalui pengukuran terhadap bobot 1000 butir , berat jenis benih , persentase

benih retak , tingkat kecerahan kulit benih. Pendekatan fisiologis dapat dilakukan

melalui pengamatan terhadap pertumbuhan dari embrio dan kotiledon benih

menjadi struktur penting kecambah. Daya kecambah benih merupakan pendekatan

fisiologis yang banyak digunakan dan merupakan pengukuran standar untuk

menduga viabilitas benih. Pendekatan biokimiawi dilakukan melalui pengukuran

terhadap senyawa – senyawa kimia benih yang sangat erat kaitannya dengan

kemampuan tumbuh benih , seperti kandungan karbohidrat ,lemak , protein , atau

seperti asam fitat.

Pengukuran daya kecambah benih dilakukan dengan mengecambahkan benih

pada subtrat pengujian yang dapat berupa kertas , pasir , tanah. Kondisi

dilapangan, tanah merupakan faktor utama tempat tumbuh kembangnya benih dan

merupakan media substat yang di bahas dalam makalah ini.

Benih yang telah berkecambah harus dievaluasi agar dapat dinilai dengan

benar apakah kecambah tersebut termasuk kecambah normal , kecambah

abnormal , benih mati , benih segar , atau benih keras. Penilaian terhadap

kecambah benih yang diamati memerlukan ketelitian dan keahlian. Struktur

kecambah yang dinilai adalah poros embrio dan kotiledonnya untuk tanaman

dikotil , sedangkan penilaian kecambah pada tanaman monokotil adalah poros

embrio dan pertumbuhan akar seminal.Kecambah juga dapat dibedakan antara

tipe epigeal dan hypogeal. Epigeal adalah tipe kecambah yang kotiledonnya akan
terangkat keatas permukaan tanah jika ditanam dilapang , dan hipogeal adalah tipe

kecambah yang kotiledonnya tidak terangkat kepermukaan tanah.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui viabilitas benih

2. Untuk mengetahui indikator viabilitas benih


BAB II

PEMBAHASAN

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui

gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga

merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pada

umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh

menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih

mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang

berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.

Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai

perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum

tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas

maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai

dengan keadaan lingkungan (Kamil, 1979).

Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah

presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat

dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju

perkecambahan. Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu

dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati

(Sutopo, 2002).
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai

akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:

1. Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal

berkecambah namuntetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk

tumbuh menjadi kecambah normal. Benihdapat menyerap air, sehingga dapat

terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak adapemunculan struktur

penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaiandiperpanjang

benih akan tumbuh normal.

2. Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih

tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak

mengembang, dan jika dibandingkandengan benih segar tidak tumbuh ukuran

benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karenakulit benih yang

impermeabel terhadap gas dan air.

3. Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak

segar, dantidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih

yang telah membusuk, warnabenih terlihat agak kecoklatan. Hal ini

disebabkan karena adanya penyakit primer yangmenyerang benih.

Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yangmenajdi

induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut

berpotensimembawa penyakit dari induknya.


Mutu benih menjadi jaminan bagi pengguna benih. Informasi mengenai

mutu benih didapatkan dari pengujian. Terdapat pengujian benih tertentu untuk

mengetahui masing-masing mutu benih. Pengujian kemurnian benih digunakan

untuk mengetahui mutu genetik dan fisik. Pengujian kemurnian benih

memberikan informasi jumlah benih murni dan kotoran fisik. Makin besar jumlah

benih murni, makin tinggi mutu genetik suatu lot benih. Makin kecil jumlah

kotoran fisik, makin tinggi mutu fisik benih. Pengujian viabilitas benih

memberikan informasi mutu fisiologi benih.

Pengujian benih dikelompokkan berdasarkan metode pengujian dan indikasi

yang dihasilkan. Metode pengujian ada dua macam yaitu pengujian secara

langsung dan tidak langsung. Indikasi dari pengujian juga ada dua macam yaitu :

indikasi langsung dan tidak langsung.

Pengujian langsung, artinya benih diamati satu persatu secara langsung.

Misalna diuji daya berkecambah 100 butir benih jagung, satu persatu benih jagung

ditanam pada media kertas merang dengan metode penanaman UKDdp, UDK,

dan UAK, kemudian benih dikecambahkan dalam alat pengecambahan benih atau

ditanam pada media pasir dalam rumah kawat.

Metode pengujian benih secara langsung, bila benih ditanam satu persatu pada

media. Metode pengujian tidak langsung biasaja digunakan untuk benih-benih

yang berukuran kecil seperti benih bayam, tembakau, anggrek. Ukurannya yang
kecil, menyebabkan benih-benih tersebut sulit dihitung dan ditanam satu persatu.

Untuk benih yang berukuran kecil, jumlah benih yang diuji berdasarkan bobotnya,

misalnya untuk melihat daya berkecambah benih bayam digunakan 1grma benih

bayam perulangan.

Uji Viabilitas Dapat melalui indikasi langsung ataupun indikasi tidak

langsung (Aryunis,dkk.2009)

Yang dimaksud dengan kemampuan tumbuh secara normal , yaitu dimana

perkecambahan benih tersebut menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan

berkembang menjadi bibit tanaman dan tanaman yang baik dan normal , pada

lingkungan yang telah disediakan yang sesuai bagi kepentingan pertumbuhan dan

perkembangannya.Yang dimaksud dengan lingkungan untuk perkecambahan

benih , yaitu kelembaban , temperatur , oksigen dan kadang – kadang bagi benih

tertentu diperlukan pula cahaya.(Kartasapoetra ,1992)

Benih bermutu mempunyai beberapa indikator yang diuji baik di

laboratorium maupun dilapangan. Pengujian mengacu pada International Seed

Testing Assosiation (ISTA) Rules (Peraturan Asosiasi Pengujian Benih

International) yang meliputi :

1. Uji Daya Berkecambah (DB), uji yang dilakukan untuk mengetahui

viabilitas benih ( kemampuan benih untuk tumbuh dilapangan). Standar

minimal DB suatu benih agar dapat dijual dipasaran berbeda untuk setiap
varitas, benih–benih hibrida minimal mempunyai DB 85%. Pertumbuhan

ini akan dicapai setelah 6 sampai 12 hari setelah semai.

2. Uji Hibriditas / Kemurnian Genetik, dilakukan untuk mengetahui

keseragaman tanaman dilapangan, apakah sesuai dengan deskripsi yang

bersangkutan

3. Uji Keseragaman Fisik, dilakukan untuk mengetahui keseragaman benih

secara fisik, yaitu keseragaman bentuk , warna, bersih dari kotoran dan

benih lainnya.

4. Uji Kadar Air, dilakukan untuk mengetahui kandungan air pada benih.

Kadar air benih ini mempengaruhi lama daya simpan benih. Kadar air

benih yang aman berkisar antara 7% - 8%. Pada kadar air tersebut benih

dapat tahan disimpan hingga 1,5 tahun pada kondisi benih terhindar dari

panas dan cahaya matahari langsung.

5. Uji Kesehatan Benih, uji untuk mengetahui dan memastikan benih yang

dijual terbebas dari penyakit tertentu.


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui

gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga

merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Mutu benih ada tiga

macam yaitu : mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu genetik. Mutu fisik yaitu

benih yang bermutu fisik tinggi terlihat dari kinerja fisiknya yang bersih dari

kotoran yang terbawa dari lapang (kotoran fisik) da ukuran benih seragam. Mutu

fisiologis benih adalah tinggi rendahnya daya hidup atau viabilitas benih yang

tercermin dari nilai daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh.

Mutu genetik menunjukkan benih mempunyai keseragaman genetik yang tinggi,

tidak tercampur varietas lain.

3.2. Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang konstruktif

demi perbaikan makalah ini sehingga dapat lebih disempurnakan dengan lebih

baik lagi. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Aryunis , ir , dkk 2009. Penuntun Pratikum Teknologi Benih . Fakultas Pertanian

Universitas Jambi: Jambi

Kamil , jurnalis . 1979 . Dasar Teknologi Benih . Angkasa Raya : Padang

Kartasapoetra ,Ir.Ance G.1992.Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan

Pratikum.Rineka Cipta:Jakarta

Mugnisjah, W. Q. Setiawan, A., Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Raja Grafindo

Persada: Jakarta.

Sadjad,Sjamsoe’oed.1993.Dari Benih Kepada Benih.PT Gramedia Widiasarana

Indonesia: Jakarta

Sutopo , lita. 1993. Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNIBRAW . Pt raja

grafindo Persada , Jakarta


MAKALAH ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
VIABILITAS BENIH

OLEH:

AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai