LAPRAK DDIB m4
LAPRAK DDIB m4
LAPRAK DDIB m4
Oleh :
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk
dapat memperbaiki sifat- sifat genetic dan fisik dari benih yang mencakup
kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas,
produksi benih, pengolahan, penyimpanan, serta sertifikasi benih, Mutu benih
terbagi atas mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Mutu benih sangat
tergantung oleh beberapa hal, salah satunya adalah Viabilitas benih.
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman,
artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan
tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu
berproduksi maksimal (Utomo, B. 2006).
Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh
secara normal pada kondisi optimum. Secara umum pengujian viabilitas benih
mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor
benih. Perbedaan antara daya berkecambah dengan vigor benih adalahbila
informasi daya berkecambah ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada
lingkungan yang optimum, yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang.
Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih antara lain: air, suhu, oksigen, cahaya,
medium (Lesilolo, M. K., Riry, J., & Matatula, E. A. 2013).
Dengan mengetahui daya kecambah suatu benih maka kita akan bisa
memperkirakan jumlah benih yang akan tumbuh nantinya. Uji daya berkecambah
benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat
pengecambah benih) dengan media kertas dan berbagai metode, seperti UDK (Uji
Di atas Kertas), UAK (Uji Antar Kertas), dan UKD (Uji Kertas Digulung). Pada
praktikum kali ini menggunakan UKD (Uji Kertas Digulung).
Berdasarkan uraian di atas maka dari itu dilakukan praktikum uji viabilitas
benih. Khususnya dalam dunia pertanian dan benih untuk tujuan penanaman agar
dalam praktiknya kualitas benih viabilitas (Nurhafidah, N., 2021).
2
1.2 Tujuan Pratikum
Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mempelajari beberapa metode uji
viabilitas benih secara langsung menggunakan macam substrat.
II TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Viabilitas Benih
Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas
fisiologis sekumpulan benih yang biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah
contoh benih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok
benih. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di
lapangan. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji
perkecambahan benih. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung,
misalkan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung
dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu.
Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh
secara normal pada kondisi optimum. Berdasarkan pada kondisi lingkungan
pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam
kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi
lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi
lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan
dengan kondisi lingkungan sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong
untukmenduga parameter vigor daya simpan benih, sedangkan jika kondisi
lingkungan tidak sesuai diberikan selama pengecambahan benih maka tergolong
dalam pengujian untuk menduga parameter viabilitas tumbuh benih.
Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah
benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Viabilitas benih
merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala
metabolisme atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan
tolok ukur parameter viabilitas potensial benih.
Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh
benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang
lain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan
presentase perkecambahan. Persentase kecambah yang tinggi sangat diinginkan
oleh para petugas persemaian, dan segala sesuatu selain benih murni yang
berkecambah akan dianggap sebagai hal yang tidak berguna, oleh karena itu
pegujian kecambah atau viabilitas harus menggambarkan kecambah yang
4
potensial. Potensi perkecambahan merupakan hal yang secara langsung
didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas
digunakan, baik untuk pengujian benih standard maupun untuk pengujian
informal secara sederhana di persemaian.
Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan oleh persentase benih yang
akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir
yanga menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan suatu benih,
memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan pada
beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya pemecahan dormansinya. Kualitas
benih digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kualitas genetik, fisiologis, dan
kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk mengetahui kualitas fisiologis
yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk berkecambah. Index matematis
terhadap perkecambahan dapat mudah untuk menggambarkan kualitas benih yang
dapat diterima oleh seluruh konsumen.
Benih dengan viabilitas tinggi tentunya memiliki daya vigor benih yang
kuat, karena didukung oleh komponen cadangan makanan dalam biji yang cukup
untuk menopang pertumbuhan awal dari biji sebelum memperoleh makanan dari
dalam tanah.
Menurut Copeland dan McDonald, viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity). Perkecambahan benih
adalah muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta
kecambah tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi
tanaman normal pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Viabilitas benih
menunjukkan daya hidup benih, aktif secara metabolik dan memiliki enzim yang
dapat mengkatalis reaksi metabolik yang diperlukan untuk perkecambahan dan
pertumbuhan kecambah.
Copeland dan McDonald juga menjelaskan bahwa kemungkinan besar
viabilitas benih tertinggi terjadi pada saat masak fisiologi. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu kondisi lingkungan
pada saat memproduksi benih, saat panen, pengolahan, penyimpanan, dan
lingkungan tempat pengujian benih. Kondisi tersebut seperti kemasan benih, suhu,
5
komposisi gas, dan kelembaban ruang simpan. Faktor internal yang dapat
mempengaruhi viabilitas benih yaitu sifat genetik benih, kondisi kulit benih, dan
kadar air benih.
6
III METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat
Alat yang di gunakan dalam pratikum ini ialah alat – alat yang di gunakan
di laboratorium benih fakultas pertanian UTU.
3.2 Bahan
1. Siapkan benih
2. Ambil 3-4 lembar kertas substrat kertas merang yang telah dibasahi
secukupnya hingga kapasitas lapang
3. kecambahkan sebanyak 25 butir benih diatas substrat kertas merang
dengan metode UDK, UAK dan UKDdP
4. Beri label pada tiap perlakuan dan letakkan dalam germinator
5. Sebar benih pada substrat pasir
7
1V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari kegiatan pratikum yang telah dilakuakan
ialah:
8
4.2. Pembahasan
Berikut akan diuraikan pembahasan tentang tabel hasil percobaan yang di
terapkan pada pratikum Dasar –Dasar Ilmu Benih minggu ke- 5 yang berjudul
VIABILITAS SECARA LANGSUNG.
Dalam percobaan yang telah dilakukan, terdapat beberapa metode pada
Viabilitas yang di terapkan di pratikum tersebut. Terdapat 3 metode perlakuan
yaitu :
1. Metode UDK
Metode UDK (Uji Di Atas Kertas) metode ini merupakan salah satu
metode uji pada vibilitas benih secara langsung. Metode ini di lakukan pada
benih padi dan di amati selama 7 hari, dengan cara disusun melingkar secara
acak di atas kertas buram yang sudah di pola sesuai ukuran wadah dengan total
25 benih dan kertas buram sudah di celup basahkan dengan air aquadest dengan
berwadahkan cawan petri.
Dari pengamatan tersebut memperoleh hasil :
UDK Padi
Kofisien Vigor =0
Indeks Vigor =0
Dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa metode udk yang di di terapkan
pada benih padi tidak ada satu pun benih yang tumbuh, seagaimana sudah di
terterakan pada tabel hasil pengematan 4.1.1. hal ini diduga bahwasanya benih
padi yang di pakai mengalami permasalahan.
2. Metode UAK
Metode UAK (Uji Antar Kertas) metode ini juga merupakan salah satu
metode uji pada vibilitas benih secara langsung. Metode ini di lakukan pada
benih padi, kedelai dan kacang tanah dan di amati selama 7 hari, dengan cara
disusun secara zigzag di atas kertas buram yang sudah sudah di celup basahkan
dengan air aquadest dengan berwadahkan plastik transparan sebanyak 25 benih.
9
Indeks Vigor =0
Dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa metode udk yang di di terapkan
pada benih padi tidak ada satu pun benih yang tumbuh, hal ini diduga
bahwasanya benih padi yang di pakai mengalami permasalahan.
UAK Kedelai
Kofisien Vigor = 400%
Indeks Vigor =4
3. Metode UKDdk
Metode UKDdk (Uji Kertas Digulung, Didirikan Di Atas Plastik) metode
ini juga merupakan metode terkahir uji pada vibilitas benih secara langsung yang
di terapkan pada pratikum. Metode ini di lakukan pada benih padi, kedelai dan
kacang tanah dan di amati selama 7 hari, dengan cara disusun secara zigzag di
atas kertas buram yang sudah sudah di celup basahkan dengan air aquadest
dengan berwadahkan plastik transparan sebanyak 15 benih dan kertas buran di
lipat 2 terlebih dahulu seblum digulung..
Dari pengamatan tersebutdiperoleh hasil :
UAK Padi
Kofisien Vigor =0
Indeks Vigor =0
Dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa metode udk yang di di terapkan
pada benih padi tidak ada satu pun benih yang tumbuh, hal ini diduga
bahwasanya benih padi yang di pakai mengalami permasalahan.
UKDdk Kedelai
Kofisien Vigor = 166,6%
Indeks Vigor = 1,6
10
UKDdk Kacang Tanah
Kofisien Vigor = 160 %
Indeks Vigor = 1,6
V. KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Lesilolo, M. K., Riry, J., & Matatula, E. A. (2013). Pengujian viabilitas dan vigor
benih beberapa jenis tanaman yang beredar di pasaran kota
Ambon. Agrologia, 2(1), 288783.
Sari, W., & Faisal, M. F. (2017). Pengaruh media penyimpanan benih terhadap
viabilitas dan vigor benih padi pandanwangi. Agroscience, 7(2), 300-310.
Sudrajat, D. J., Nurhasybi, B. Y., & Bramasto, Y. (2015). Standar pengujian dan
mutu benih tanaman hutan. Forda Press.
Sumadi, S., Suryatmana, P., & Sobardini, D. (2016). Pengaruh aplikasi pelapisan
benih terhadap viabilitas benih terdeteriorasi serta pertumbuhan tanaman
kedelai. Kultivasi, 15(2).
12
LAMPIRAN
13