Proposal Penelitian Sinta

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

MATCH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR SISWA


PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V DI MI BAITURRAHIM

PROPOSAL

Diajikan untuk Memenuhi Mata Kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.

Disusun oleh :
Sinta Solihatun Nisa (021.041.0067)

Fakultas Tarbiyyah Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah


Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAI ) SILIWANGI BANDUNG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah serta Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Dasar dan menengah. Landasan tersebut

menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya

prestasi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Dengan demikian tujuan pendidikan nasional tidak hanya

mencerdaskan kehidupan bangsa saja, tetapi juga bertanggung jawab atas

kemajuan bangsa

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran (UU RI no.14

2005: 8). Amanat penting dari UU guru dan dosen tersebut yaitu kompetensi

guru, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga

Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia

yang cinta damai.

Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah agar siswa

mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis

terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat

yang dinamis. Kurikulum 2006 di tingkat SD menyatakan bahwa pengetahuan

sosial bertujuan untuk: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki kemampuan dasar

untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,

dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. (3) memiliki komitmen dan kesadaran

terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4) memiliki kemampuan

berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang

majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. (KTSP 2006: 82)

Menurut Buchori (2001) dalam Trianto (2007:1), bahwa pendidikan

yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya

untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah

yang dihadapinya dalam kegiatan sehari-hari. Akan tetapi dalam kenyataan di

lapangan masih ada anggapan bahwa IPS sebagai mata pelajaran yang sudah

terbentuk pola fikir yang hafalan. Pola fikir tersebut membuat siswa menjadi

malas untuk mempelajari IPS. Selain itu ketidaktahuan siswa mengenai

kegunaan IPS dalam praktek sehari-sehari menjadi penyebab mereka cepat

bosan dan tidak tertarik pada pelajaran IPS, disamping pengajar IPS yang

mengajar secara pasif, monoton dan tidak menggunakan alat peraga.


Pelajaran IPS berisi fakta dan peristiwa yang sangat dekat dengan

kehidupan siswa. oleh karena itu, sudah semestinya pelajaran IPS menarik dan

menyenangkan. Siswa dapat mengungkapkan apa yang dilihat atau dialami dan

kemudian membandingkannya dengan konsep-konsep IPS (Nani Rosdijati dkk,

2010: 59).

Berdasarkan observasi menunjukkan bahwa masih banyak dijumpai

permasalahan pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain

guru kurang kreatif dalam pembelajaran, guru belum menggunakan model

pembelajaran inovatif dan belum memanfaatkan media pembelajaran

sehingga mengakibatkan siswa pasif dan kurang bersemangat mengikuti

pembelajaran. permasalahan tersebut berdampak pada hasil belajar yang tidak

mencapai ketuntasan belajar. Sejarah merupakan pengetahuan masa lampau

dan dibutuhkan pengajaran yang rutin dan lamanya jam pelajaran maka

banyak permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran IPS

Sejarah di dalam kelas. Konsep-konsep dan materi sejarah menuntut siswa

untuk banyak membaca berbagai buku referensi, karena sejarah bukan hanya

untuk sekedar dihafalkan namun juga harus dipahami. Melihat kondisi belajar

siswa kelas V yang tidak bisa belajar dengan hanya duduk dan mendengarkan

dalam jangka waktu lama sehingga membuyarkan konsentrasi siswa,

merupakan salah satu sebab menjadikan mata pelajaran IPS menjadi

membosankan. Selain itu keunikan dan kekhasan sejarah inilah yang

menjadikan pembelajaran sejarah membutuhkan pembelajaran yang khusus

bagi peserta didik. Hal ini didukung dengan adanya permasalahan lain

diantaranya guru kurang kreatif dalam pembelajaran, guru belum


menggunakan model pembelajaran inovatif dan belum memanfaatkan media

pembelajaran sehingga mengakibatkan siswa pasif dan kurang bersemangat

mengikuti pembelajaran IPS Sejarah serta berakibat pada hasil belajar IPS.

Berdasarkan permasalahan yang muncul, maka untuk memecahkan

masalah pembelajaran tersebut, peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran, agar dapat mendorong keterlibatan

siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kreativitas guru. Maka peneliti

menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan metode

Make A Match.

Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan

asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Siswa tidak

hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,

sebagai latihan di masyarakat.(Sugiyanto, 2010:40)

Sri Rahayu (dalam http// 2.bp.blogspot.com/ 03 Februari 2011: 16:45

WIB) keunggulan Make A Match antara lain (1) suasana kegembiraan akan

tumbuh dalam proses pembelajaran (let them move); (2) kerjasama antar

sesama siswa terwujud dengan dinamis; (3) munculnya dinamika gotong

royong yang merata di seluruh siswa.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terlebih

dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk


mengenal dan memahami karakteristik masing-masing individu dan

kelompok. Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa; (1) model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match bertujuan untuk menumbuhkan

sikap saling menghormati, menumbuhkan sikap tanggung jawab,

meningkatkan percaya diri dalam menyelesaikan suatu masalah, (2)

merupakan model pembelajaran yang menuntut anak didik aktif dalam

pembelajaran, keterampilan-keterampilan mulai dari tingkat awal maupun

tingkat mahir yang dimiliki anak didik akan terlihat dalam pembelajaran ini,

(3) lingkungan dalam pembelajaran Make A Match diusahakan demokratis,

anak didik diberi kebebasan untuk mengutarakan pendapat (Djumiati, 2010:

35).

Dari beberapa keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Make

A Match diharapkan pembelajaran IPS lebih bermakna bagi siswa karena

proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk diskusi sehingga diantara

siswa saling memberi informasi dengan siswa lain. Model pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match akan menciptakan suasana pembelajaran IPS

yang menyenangkan dan membangkitkan motivasi siswa untuk dapat

menjawab pertanyaan. Siswa akan mudah memahami konsep – konsep dasar

IPS dan ide – ide lebih banyak dengan adanya diskusi kelompok. Model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match membantu anak belajar untuk

mengikuti peraturan, mengamati dan menunggu giliran, menerima kekalahan

dan kemenangan, dan belajar untuk menyesuaikan diri dalam suatu

kelompok. Keterampilan sosial seperti ini akan membantu anak menjadi lebih

siap di sekolah dan lebih siap menerima pelajaran baku .


Beberapa hasil penelitian terdahulu tentang penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam kegiatan pembelajaran

antara lain adalah penelitian yang yang telah dilakukan oleh Riyanto (2009)

yang di muat dalam jurnal penelitian dengan judul Peningkatan Motivasi

Belajar dan Hasil Belajar PKN Melalui Model Pembelajaran “Make A

Match” Pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora

Tahun 2008/2009. Pada siklus 1 motivasi siswa dalam menerima pelajaran

diklasifikasikan sebagai berikut: 34% siswa menunjukkan motivasi tinggi

yang ditandai dengan ketepatan mencari pasangan, adanya kerjasama yang

baik dalam mengerjakan tugas, keberanian dalam mempresentasikan hasil,

berargumentasi maupun bertanya, sedangkan siswa yang mempunyai

motivasi sedang sebanyak 42,7%, dan 23,3% motivasi siswa rendah. Pada

siklus 2 siswa yang mempunyai motivasi tinggi sebanyak 40%, 44% motivasi

siswa sedang, dan 16% motivasi siswa rendah. Peningkatan hasil belajar

siswa pada pembelajaran PKN dari 55 menjadi 77. Dari data di atas

menunjukkan bahwa adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa

dalam menerima pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match.

Penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Make

A Match juga dilakukan oleh Sri Putri Ayu, Dedi Rohendi, dan Waslaludin

dengan judul Penerapan Cooperative Learning Tipe Make A Match untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung

Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi yang di muat

jurnal penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan uji Mann Whitney nilai gain
siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka didapat nilai Zhitung

sebesar 5,09. Untuk bisa mengambil keputusan, perlu dibandingkan dengan

Ztabel dengan taraf signifikansi _ = 0,05 dengan nilai 1,295. Setelah

dibandingkan antara Zhitung dan Ztabel diperoleh bahwa Zhitung _ Ztabel

atau 5,09 _1,295, sehingga menurut kriteria pengambilan keputusan maka H0

ditolak. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan yang

signifikan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran TIK dengan

menggunakan pembelajaran cooperative learning tipe make a match daripada

siswa yang mengikuti pembelajaran TIK dengan pembelajaran biasa.

(http://www.find-docs.com/jurnal-pembelajaran-model-make-amatch~3.html)

diakses pada hari selasa 17 Januari 2011 pukul 12.45 WIB.

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran IPS, dimana siswa lebih aktif, kreatif, dan terampil

dalam melaksanakan pembelajaran. Penelitian ini bermanfaat bagi guru yaitu

salah satunya memudahkan dalam memberikan pemahaman bagi siswa dan

pembelajaran lebih berhasil guna. Sehingga adanya penelitian ini diharapkan

akan menghasilkan output yang maksimal dalam pemecahan masalah dikelas

pada mata pelajaran IPS.

Dari ulasan latar belakang tersebut diatas maka peneliti akan

mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match untuk Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V MI BAITURRAHIM

PADALARANG.

Anda mungkin juga menyukai