PTK H. W. Ahab Jigsaw 20152016
PTK H. W. Ahab Jigsaw 20152016
PTK H. W. Ahab Jigsaw 20152016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin canggih,
semakin meningkat baik ragam, lebih-lebih kualitasnya (Tilaar, 1997). Di sisi lain,
diketahui bahwa siswa belum mencapai kemampuan optimalnya dalam pembelajaran PKN
di SD. Siswa hanya tahu banyak fakta tetapi kurang mampu memanfaatkannya secara
efektif. Sementara itu, pemerintah dan masyarakat berharap agar lulusan dapat menjadi
pemimpin, manajer, inovator, operator yang efektif dan yang mampu beradaptasi dengan
perubahan. Oleh sebab itu, beban yang diemban oleh sekolah, dalam hal ini adalah guru
sangat berat, karena gurulah yang berada pada garis depan dalam membentuk pribadi anak
didik. Dengan demikian sistem pendidikan di masa depan perlu dikembangkan agar dapat
menjadi lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di
Data menunjukkan masih rendahnya prestasi akademik mata pelajaran PKN di SDN
20 Kota Bima Harus disadari bahwa banyak parameter yang mempengaruhi hasil
pendidikan, seperti; intelegensi siswa, ketersediaan sarana dan prasarana belajar, latar
lain sebagainya. Tetapi yang sangat penting dilakukan sekarang ini adalah
pembelajaran yang diharapkan bias mewujudkan dualisme tujuan tersebut. Tugas guru
pengetahuan produk dan keterampilan. Lebih dari itu, guru harus dapat mendorong siswa
1
2
untuk dapat bekerja secara kelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara
berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, terbuka, dan ingin tahu. Oleh sebab itu dalam
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,
kemampuan sebagai berikut (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan, (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,
dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
anti-korupsi, (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
bangsa-bangsa lainnya, dan (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
sebagai berikut (1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan, (2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan
nasional, Hukum dan peradilan internasional, (3) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan
kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan
warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat,
bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara, (5) Konstitusi Negara
yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi, (6)
Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah
dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya
demokrasi, (7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka, (8) Globalisasi meliputi:
globalisasi.
Pada mata pelajaran PKN di kelas II SDN 20 Kota Bima terdapat pokok bahasan
Hubungan antara sifart zat dan kegunaannya, dalam KTSP 2006 pembelajaran yang
dianjurkan untuk materi tersebut adalah pembelajaran dengan metode eksperimen dengan
pendekatan kelompok yang berbasis pada keterampilan proses dan aktivitas siswa yang
Pengajaran pokok bahasan hubungan antara sifat zat dan kegunaannya biasanya
dilakukan dengan metode diskusi. Untuk mengarahkan diskusi guru memberikan sejumlah
pertanyaan kepada kelompok yang memuat hampir seluruh isi materi yang ada dalam
konsep tersebut. Hasil evaluasi pengajaran konsep ini juga tetap menunjukkan adanya
perbedaan yang terlalu jauh antara hasil belajar siswa yang pandai dan hasil belajar siswa
yang kurang pandai. Di sisi lain, berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi
PKN juga menunjukkan bahwa, selama ini guru bidang studi jarang melakukan kegiatan
remedial terhadap siswa yang mempunyai daya serap kurang dan hasil belajar rendah.
Kegiatan yang biasa dilakukan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap materi
yang telah disampaikan atau membahas soal-soal PKN menjelang ulangan semester.
Sebagai bagian dari upaya menyikapi adanya dualisme tuntutan pendidikan dan kenyataan
yang terjadi pada SDN 20 Kota Bima tersebut, maka salah satu yang perlu dilakukan
perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan
kooperatif. Bahkan pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang
tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga
semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan lapangan kerja yang
5
sekarang ini berorientasi pada kerja sama dalam tim. Karena pentingnya interaksi dalam
tim, maka penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi lebih
Lie A. (1994) menyatakan bahwa, jigsaw merupakan salah satu tipe metode
pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Sejumlah riset telah banyak dilakukan berkaitan
dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar jigsaw. Riset tersebut secara konsisten
menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran semacam itu memperoleh
prestasi yang lebih baik, dan mempunyai sikap yang lebih baik pula terhadap
tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi Permasalahan Pembelajaran PKN
pada SDN 20 Kota Bima Penelitian ini Berjudul Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar PKN Materi Cinta
B. Perumusan Masalah
Prestasi Belajar PKN Materi Cinta Lingkungan pada Siswa Kelas II SDN 20 Kota Bima
tahun 2017/2018?
6
C. Hipotesis Tindakan
Kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan Prestasi Belajar PKN Materi Cinta Lingkungan
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai upaya meningkatkan Prestasi Belajar PKN Materi
Cinta Lingkungan pada Siswa Kelas II SDN 20 Kota Bima tahun 2017/2018.
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Siswa
Cinta Lingkungan.
2. Bagi Guru
3. Bagi Sekolah
7
semua pembelajaran.
sekolah.
pendidikan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui
result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif,
megarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu
(1) Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan.
melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada
(3) Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan
orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
(4) Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini
diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar
tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan
bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan
memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia
kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and
ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi,
antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk
demokrasi warganegara. Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi
warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada
pengembangan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga : PKn sebagai suatu proses
pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif
dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk
interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam,
tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai
demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan
pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing
democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi
juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat
berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa
yang strategis dan penting, yaitu dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku
keseharian, sehingga diharapkan setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik.
Melalui mata pelajaran PKn ini, siswa sebagai warga negara dapat mengkaji
perlu diusahakan peningkatannya. Pada penelitian ini peneliti meneliti pembelajaran pada
11
bidang studi PKn, karena PKn bukan sejarah maka hal yang sangat substansial yang harus
Minat belajar siswa pada bidang PKn ini perlu mendapat perhatian khusus karena
minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Di samping itu
minat yang timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor penting bagi siswa dalam
mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan
bahan pelajaran. Kedua, jumlah siswa setiap kelas cukup besar (40-45 siswa). Terkait
dengan jumlah siswa yang cukup besar di setiap kelas ini, proses belajar dihadapkan pada
kenyataan keberadaan sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai, sehingga
hal tersebut juga menyebabkan guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku individual
siswa atau murid secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa
sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya siswa ketika
mengikuti pembelajaran PKn merasa cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep dan
teori-teori yang diceramahkan oleh guru, tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan
secara tidak serius dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas. Keempat, praktik
kehidupan di masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum,
agama seringkali berbeda dengan wacana yang dikembangkan dalam proses pembelajaran
di kelas. Akibatnya siswa seringkali merasa apa yang dipelajari dalam proses belajar di
kelas sebagai hal yang sia-sia. Kelima, letak sekolah yang ada di pinggir kota dan juga asal
12
siswa dari pinggir kota merupakan kendala dalam pembelajaran, karena wawasan siswa
menjadi sangat terbatas dan kurang, sehingga dalam proses pembelajaran siswa di kelas
Kewarganegaraan (PKn) dan dalam Kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial
kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya
adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter
yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa
baik sebagai individu, masyarakat, warganegara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa. Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-
Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan
iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari
berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab,
perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam
13
kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang mendukung kerakyatan yang
pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang
mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar
berkenaan dengan hubungan antara sesama warga negara maupun antar warga negara
dengan negara. Serta pendidikan bela negara agar menjadi warga nagara yang dapat
PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan terpaan moral
yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala sosial,
teori-teori serta perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita.
Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan pengarahan, mereka
harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta mencatat hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu PKn, salah satu keberhasilan pembelajaran adalah jika siswa yang diajar
merasa senang dan memerlukan materi ajar. Selain itu juga dengan diterapkannya
pemberian tugas dengan bentuk portofolio akan dapat memberikan diskripsi baru
mengenai pembelajaran PKn, dan hal tersebut juga sebagai penunjang agar siswa tidak
1. Guru
tertentu, Guru merupakan pribadi yang berkaitan erat dengan tindakannya di dalam kelas,
Membicarakan masalah guru yang baik, (S. Nasution dalam Amin Suyitno, 1997:25)
mengemukakan sepuluh kriteria yang baik adalah: 1) memahami dan menghormati siswa,
tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya, 9) tidak terikat oleh teks book,
dan 10) tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada siswa
2. Siswa
Jika ditinjau dari siswa, maka banyak faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian,
lebih-lebih hubungannya dengan belajar PKn. PKn bagi siswa pada umumnya merupakan
pelajaran yang kurang disenangi karena kurangnya antusias siswa terhadap pelajaran ini.
Karena itu dalam interaksi belajar mengajar PKn seorang guru harus memperhatikan
faktor-faktor yang menyangkut siswa, yaitu: 1) Apakah siswa cukup cerdas, cukup
berbobot, dan siap belajar PKn? 2) Apakah siswa berminat, tertarik dan mau belajar
PKn? 3) Apakah siswa senang dengan cara belajar yang kita berikan? 4) Apakah siswa
dapat menerima pelajaran dengan baik dan benar? 5) Apakah suasana interaksi belajar
mengajar mendorong siswa belajar? Dengan faktor-faktor tersebut guru dapat menentukan
strategi pembelajaran yang seperti apa agar siswa berhasil dalam belajar.
15
Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik jika sarana dan prasaranya
menunjang. Sarana yang cukup lengkap seperti perpustakaan dengan buku-buku PKn yang
relevan.
4. Strategi Pembelajaran
aktif ditandai oleh dua faktor yaitu 1) Adanya interaksi antara seluruh komponen dalam
proses pembelajaran terutama antara guru dan siswa, dan 2) Berfungsi secara optimal
siswa aktif, metode-metode yang dianjurkan antara lain metode tanya jawab, drill, diskusi,
eksperimen, pemberian tugas, dan lain-lain. Pemilihan metode yang diterapkan tentu saja
disesuaikan dengan mata pelajaran, tujuan pembelajaran, maupun sarana yang tersedia.
dimaknai sebagai pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. Hal ini
Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran
PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang
PKn dalam kurikulum perguruan tinggi juga tidak lepas dari nilai-nilai bangsa yang
dijadikan arah pengembangan PKn sebagai mata kuliah. Kompetensi dasar mata kulaih
PKn di PT adalah menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air, demokratis berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing;
Dalam hal tujuan, PKN persekolahan memiliki tujuan agar peserta didik memiliki
kewarganegaraan
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-
korupsi
bangsa-bangsa lainnya
komunikasi
Menyimak hal-hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban misi sebagai
pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis dan nilai konstitusional UUD
1945. Di sisi lain adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk
warganegara yang kritis, partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara
bangsa.
17
keterampilan, dan karakter warga Negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat
diwujudkan antara lain dengan metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery),
(3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5) eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan
pembelajaran PKn.
kewarganegaraan
knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Dimensi ketrampilan
antara lain percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur,
kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas.
keilmuan Kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu politik,
ilmu negara, ilmu tata negara, hukum sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat (Depdiknas,
2003: 2).
perkembangan anak didik. Hal ini diungkapkan dalam Buku Panduan Pengajaran
1. Mengembangkan dan melestarikan nilai moral Pancasila secara dinamis dan terbuka,
yaitu nilai moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan yang
terjadi didalam masayarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai Bangsa Indonesia yang
sadar politik, hukum dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, berlandaskan
Pancasila.
3. Membina pemahaman dan kesadaran siswa terhadap hubungan antara sesame warga
negara dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui dan mampu
yaitu membentuk warga negara yang baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan,
dimensi sikap dan keterampilan civics. Jadi, pertama-tama seorang warga negara perlu
19
memahami dan menguasai pengetahuan yang lengkap tentang konsep dan prinsip-prinsip
warga negara diharapkan memiliki sikap dan karakter sebagai warga negara yang baik
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keterampilan menentukan posisi diri, serta
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
keadilan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga
dengan konstitusi.
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik,
masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara,
F. Pembelajaran Kooperatif
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
sebagai berikut (Lungdren, 1994). a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama.” b. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap
21
siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa
mereka semua memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa membagi tugas dan berbagi
tanggungjawab di antara para anggota kelompok. e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau
penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. f. Para siswa
kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri
dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok
heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang
keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti
menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau
tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok
Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (a) setiap anggota memiliki
peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap
interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
(Carin, 1993). Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
a. Penghargaan kelompok
atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu
sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling
b. Pertanggungjawaban individu
yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung-jawaban secara individu juga
menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.
Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,
sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan
untuk mencapai stidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang
baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-
tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan
sosial.
4. Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa
khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk
melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan
(Lungdren, 1994).
1) Menggunakan kesepakatan
2) Menghargai kontribusi
Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau
dikerjakan anggota lain. Hal ini berarti harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat saja
kritik yang diberikan itu ditujukan terhadap ide dan tidak individu.
Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan
berlangsung.
Yang dimaksud berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi
6) Mendorong partisipasi
terhadap tugas.
suku, ras atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.
diuraiakan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian
informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian dilanjutkan langkah-langkah
tugas-tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi
penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari oleh siswa dan
variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends,
Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru
yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah
menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri
dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling
27
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu
sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua
minggu siswa
diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor
perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada
seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu
lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi,
siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna
pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu
b. Investigasi Kelompok
paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali
oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik
topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini
memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit darPKn da pendekatan yang lebih
terpusat pada guru. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas
persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik
untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu.
c. Pendekatan Struktural
28
ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini
dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana
guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan
dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang
dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek
pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token,
sosial.
d. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada
29
anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan
yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
(Arends,1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung
satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi
yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik
yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada
tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa
yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu
kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar
belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang
berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan
kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang
30
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.
Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga
dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman
sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang
mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar
ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin,1995): a.
Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk
mendapatkan informasi. b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang
sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut. c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke
kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya. d. Kuis: siswa memperoleh
kuis individu yang mencakup semua topik. e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor
dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor
31
kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor
terakhir.
32
BAB III
A. Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas II SDN 20 Kota Bima dengan jumlah siswa 21 orang
terdiri dari laki-laki 15 orang perempuan 6 orang dengan tingkat kemampuan yang
berbeda.
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan April sampai Mei 2018.
Agar mampu menjawab permasalahan penelitian ada beberapa faktor yang harus
1. Faktor Siswa
2. Faktor Guru
3. Metode
Mengamati prilaku siswa dan menganalisa hasil yang di capai oleh siswa dengan
D.
33
E. Indikator Kinerja
keberhasilan ditandai dengan peningkatan nilai hasil belajar siswa adalah 65 dan
F. DESAIN PENELITIAN
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini guru mempersiapkan sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
penelitian yang dibuat, adalah menyusun rencana pembelajaran bersama guru, menyiapkan
menyiapkan instrumen tes untuk evaluasi pada akhir siklus, pelaksanaan tindakan
Pada tahap implementasi ini guru melaksanakan proses pembelajaran materi Cinta
pembelajaran.
3. Tahap Pengamatan/Observasi
4. Tahap Refleksi
34
Setelah melakukan tindakan dan pengamatan, maka tahap-tahap dalam siklus diakhiri
dengan tahap refleksi. Peneliti melakukan diskusi dengan pengamat guna membahas hasil
1. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah semua siswa kelas II SDN 20 Kota Bima dan
2. Jenis Data
Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
peneliti.
pelaksanaan pembelajaran.
prsoses pembelajaran, sedangkan tes digunkan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar atau prestasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang dilaksanakan dalam
BAB IV
A. Deskripsi Data
1. Siklus I
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kualitatif yang meliputi
sejauh mana motivasi dan tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika konsep
hubungan antara sifat bahan dan kegunaannya menggunakan metode eksperimen dengan
pendekatan kooperati jigsaw. Faktor-faktor yang diselidiki dalam penelitian ini meliputi:
eksperimen dengan pendekatan kooperatif jigsaw ditampilkan dalam bentuk tabel 4.1.
No Skor
Elemen yang dinilai
.
1 2 3
1. Mengaitkan pelajaran terdahulu dengan pelajaran yang akan datang 3
2. Penggalian pengetahuan/memotivasi siswa tentang pengetahuan yang akan
dipelajari 4
3. Menanyakan tentang hal-hal yang belum jelas pada pelajaran minggu lalu 4
4. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan seluruh indera yang sesuai 3
5. Alat dan bahan yang digunakan sesuai untuk melakukan pengamatan dan
pengumpulan data 4
6. Terampil menggunakan peralatan dan bahan dalam mengumpulkan data 2
7. Peralatan dan bahan dikembalikan dengan baik dan tempat bekerja bersih 3
8. Menggunakan konsep saintifik secara tepat 2
9. Penjelasan pendukung cukup rinci untuk menjelaskan konsep 3
10. Kualitas suara seperti tingkat, volume, artikulasi dan antusiasme cukup baik 2
11. Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur dan gerak tubuh digunakan secara efektif 2
12. Pakaian bersih dan pantas 2
13. Memberi respon yang baik pada pertanyaan audien 2
14. Refleksi dan merangkum hasil pembelajaran 3
15. Memberi tugas 3
Jumlah 42
Persentase 56.00
36
Berdasarkan tabel di atas, maka proses pembelajaran pada siklus I baru mencapai
Data-data yang diperoleh tentang hasil belajar siswa pada siklus dapat dilihat pada
tabel 4.2
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 di atas prestasi belajar siswa pada siklus I baru
mencapai rata-rata 68 sedangkan indikator harapan yang berkaitan dengan prestasi belajar
c. Refleksi
melakukan refleksi terhadap jalannya proses pembelajaran dan prestasi belajar yang telah
dicapai siswa. Hasil refleksi menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I baru
mencapai 57% dari indikator kinerja yang diharapkan sebesar 75%. Demikian juga dengan
indikator harapan atau prestasi belajar siswa pada siklus I baru mencapai rata-rata 69 dari
7,5 yang diharapkan. Berdasarkan kenyataan di atas, maka hasil refleksi bersama teman
2. Siklus II
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kualitatif yang meliputi
sejauh mana motivasi dan tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran PPKn konsep
diselidiki dalam penelitian ini meliputi: proses pembelajaran dengan menggunakan metode
1 2
1. Mengaitkan pelajaran terdahulu dengan pelajaran yang akan dating 5
2. Penggalian pengetahuan/memotivasi siswa tentang pengetahuan yang akan dipelajari 5
3. Menanyakan tentang hal-hal yang belum jelas pada pelajaran minggu lalu 5
4. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan seluruh indera yang sesuai 5
5. Alat dan bahan yang digunakan sesuai untuk melakukan pengamatan dan
pengumpulan data 5
6. Terampil menggunakan peralatan dan bahan dalam mengumpulkan data 5
7. Peralatan dan bahan dikembalikan dengan baik dan tempat bekerja bersih 4
8. Menggunakan konsep sains secara tepat 4
9. Penjelasan pendukung cukup rinci untuk menjelaskan konsep 4
10. Kualitas suara seperti tingkat, volume, artikulasi dan antusiasme cukup baik 4
11. Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur dan gerak tubuh digunakan secara efektif 4
38
Berdasarkan tabel di atas, maka proses pembelajaran pada siklus I baru mencapai
Data-data yang diperoleh tentang hasil belajar siswa pada siklus dapat dilihat pada
tabel 4.4 Tabel 4.4: Daftar Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 di atas prestasi belajar siswa pada siklus II mencapai
rata-rata 81 berdasarkan nilai yang diperoleh tersebut, maka capaian pada siklus II telah
sesuai dengan indikator harapan yang telah ditentukan sebelumnya sebesar 70.
c. Refleksi
Setelah selesai siklus II selesai dilaksanakan, maka peneliti bersama teman sejawat
melakukan refleksi terhadap jalannya proses pembelajaran dan prestasi belajar yang telah
dicapai siswa. Hasil refleksi menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus II
mencapai 88,00%, sedangkan prestasi belajar atau aspek kognitif mencapai rata-rata 81.
berdasarkan data yang diperoleh, hasil refleksi peneliti bersama teman sejawat
berkesimpulan untuk tidak melanjutkan pada siklus berikutnya. Karena indikator kinerja
yang berkaitan dengan jalannya proses pembelajaran telah mencapai target yang telah
ditetapkan sebesar 80%, sedangkan aspek kognitif atau prestasi belajar atau disebut
indikator harapan pada siklus dua telah mencapai rata-rata 81 dengan persentase
B. Pembahasan
pendekatan kooperatif tipe jigsaw terjadi peningkatan. Hal ini nampak dari adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dapat dijelaskan siklus I ke
Hasil penelitian ini diketahui bahwa pendekatan kooperatif tipe jigsaw sangat
disukai siswa, hal ini nampak dari adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini
dapat diketahui pula dengan meningkatnya prestasi belajar siswa dari siklus I dengan rata-
rata 69 meningkat menjadi 81 pada siklus II, jadi terjadi kenaikan sebsar 12.
40
Peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan model jigsaw karena bila
memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,
karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya,
(2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat, dan (3)
Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat. Namun ketika diterapkan pada siswa pendekatan ini bukan tampa kelemahan.
Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy
Killen, 1996, adalah : (1) Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’,
pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam
memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain, (2) Apabila siswa tidak
memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman, (3) Rekod
siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan
biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas
tersebut, (4) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik dan (5) Aplikasi metode ini pada kelas yang
BAB V
A. Kesimpulan
kooperatif tipe jigsaw dalam membahas materi Cinta Lingkungan bidang studi PKN dapat
meningkatkan proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
proses dan hasil pembelajaran yang dicapai dari siklus I ke siklus II menujukan
peningkatan yaitu:
B. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan penelitian ini sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tentang rendahnya antusias belajar
pendekatan kooperatif tipe jigsaw khususnya materi Cinta Lingkungan pada kelas II
jigsaw.
42
kehidupan nyata.
43
DAFTAR KEPUSTAKAAN
As`ari. 2000. Problem Posing untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru PKN . Jurnal
Pelangi Pendidikan Matematika dan Sains. Yogyakarta. Tahun V. No.1. Hal. 5-25.
Nur, M.W. ddk. 1988. Pendidikan Konstruktivistik dalam Pembelajaran. Surabaya: IKIP
Surabaya.
Nurhadi, Yasin, B., dan Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rahayu, S. 1996. Pembelajaran Kooperatif dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal MPKN .
IKIP Surabaya. 27 (2): 153-69.
Lampiran 1
Nama Sekolah : -
Mata Pelajaran : PKn
Kelas/ Semester : 2 (lima)/ 1 (satu)
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : Satu kali pertemuan (2x35’)
Standar 2. Menampilkan
: sikap cinta lingkungan
Kompetensi
Kompetensi Dasar 2.1.
: Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti
dunia tumbuhan dan dunia hewan
A. Indikator
1. Kognitif
a. Proses
1) Menjelaskan bahwa manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
b. Produk
1) Mengidentifikasi tata cara hidup berdampingan dengan semua makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa
2) Menuliskan sikap hidup sehari-hari bahwa harus meyayangi semua makhluk
(manusia, hewan, tumbuhan)
2. Afektif
a. Karakter
1) Peduli terhadap lingkungan
b. Keterampilan sosial
1) Disiplin mematuhi aturan bersama
3. Psikomotorik
a. Terampil membaca dan menulis
B. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Proses
1) Melalui bernyanyi dan ceramah siswa mampu menjelaskan bahwa manusia ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa dengan benar
b. Produk
45
1) Melalui pengamatan dan diskusi siswa mampu mengidentifikiasi tata cara hidup
berdampingan dengan semua makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan benar
2) Melalui tanya jawab dan penugasan siswa mampu menuliskan sikap hidup sehari-
hari bahwa harus menyayangi semua makhluk dengan benar
2. Afektif
a. Karakter
1) Melalui pengamatan siswa mampu mencintai lingkungan dengan peduli
b. Keterampilan sosial
1) Melalui ceramah siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan mematuhi aturan
bersama
3. Psikomotorik
a. Melalui penugasan siswa mampu membaca dan menulis dengan terampil
C. Materi Pembelajaran
1. Materi pokok
a. Mencintai lingkungan
2. Kis-kisi materi dan materi ajar (terlampir)
3. Lembar kerja siswa dan bahan ajar (terlampir)
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientifik
Model : Contekstual Teaching and Learning
Metode : Bernyanyi, ceramah, tanya jawab, diskusi, pengamatan dan
penugasan
E. Langkah-langah Pembelajaran
LANGKAH SKENARIO ALOKASI PKB METODE
PEMBELAJA PEMBELAJARAN WAKTU
RAN
1. Pra Kegiatana. Peserta didik memberi 5 menit Religius Ceramah
salam.
b. Salah satu peserta
didik diberikan Disiplin Tanya
kesempatan untuk jawab
memimpin doa
c. Peserta didik
diabsensi oleh guru.
2. Kegiatan Tahap I. 10 menit
awal Kontruktivisme
a. Siswa dipusatkan Bernyanyi
perhatiannya oleh guru
46
b. Guru membimbing
siswa memahami isi
teks Ceramah
c. Siswa diberikan
kesempatan untuk
menjelaskan isi
percakapan
Tahap VI Refleksi 5 menit
a. Siswa diberikan
kesempatan untuk Diskusi
bertanya Tanggungjawab
b. Siswa dan guru
menyimpulkan materi Ceramah
yang telah dipelajari
Tahap VII Penilaian 10 menit
Autentik
a. Siswa diberikan tugas
individu Tanggungjawab Penugasan
b. Siswa mengerjakan
tugas
c. Guru mengawasi Jujur
siswa
d. Setelah selesai siswa
diberikan kesempatan
untuk menyampaikan
jawabannya
4. Kegiatan a. Siswa dengan 10 menit Ceramah
akhir bimbingan guru
menyimpulkan materi
yang telah di bahas. Aktif Penugasan
b. Salah satu siswa
memimpin doa
c. Siswa memberi salam
kepada guru
F. Sumber Belajar
Sumber Pustaka Tim Bina Karya Guru. Bina PKn SD dan MI
Belajar rujukan Kelas II. Jakarta: Gajah Mada Bina Karya Guru.
Hlm, 41-46.
Media Puzzle sederhana
pembelajaran
Alat pelajaran Papan tulis dan LKS
G. Penilaian
48
Praktek
.................................. ..................................
NIP : NIP :