PTK H. W. Ahab Jigsaw 20152016

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin canggih,

semakin meningkat baik ragam, lebih-lebih kualitasnya (Tilaar, 1997). Di sisi lain,

diketahui bahwa siswa belum mencapai kemampuan optimalnya dalam pembelajaran PKN

di SD. Siswa hanya tahu banyak fakta tetapi kurang mampu memanfaatkannya secara

efektif. Sementara itu, pemerintah dan masyarakat berharap agar lulusan dapat menjadi

pemimpin, manajer, inovator, operator yang efektif dan yang mampu beradaptasi dengan

perubahan. Oleh sebab itu, beban yang diemban oleh sekolah, dalam hal ini adalah guru

sangat berat, karena gurulah yang berada pada garis depan dalam membentuk pribadi anak

didik. Dengan demikian sistem pendidikan di masa depan perlu dikembangkan agar dapat

menjadi lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di

dunia kerja di masa mendatang.

Data menunjukkan masih rendahnya prestasi akademik mata pelajaran PKN di SDN

20 Kota Bima Harus disadari bahwa banyak parameter yang mempengaruhi hasil

pendidikan, seperti; intelegensi siswa, ketersediaan sarana dan prasarana belajar, latar

belakang pendidikan guru, kemampuan guru dalam mengorganisasikan pembelajaran, dan

lain sebagainya. Tetapi yang sangat penting dilakukan sekarang ini adalah

mengembangkan perangkat pembelajaran, sekaligus melatihkan kepada guru suatu model

pembelajaran yang diharapkan bias mewujudkan dualisme tujuan tersebut. Tugas guru

tidak hanya sekedar mengupayakan para siswanya untuk memperoleh berbagai

pengetahuan produk dan keterampilan. Lebih dari itu, guru harus dapat mendorong siswa

1
2

untuk dapat bekerja secara kelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara

berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, terbuka, dan ingin tahu. Oleh sebab itu dalam

kegiatan belajar mengajar perlu dikembangkan pengalaman-pengalaman belajar melalui

pendekatan dan inovasi model-model pembelajaran yang sesuai.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan

hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan, (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,

dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta

anti-korupsi, (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lainnya, dan (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan

dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek

sebagai berikut (1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam

perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,

Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara,

Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan

keadilan, (2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah,


3

Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan

nasional, Hukum dan peradilan internasional, (3) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan

kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan

internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM, (4) Kebutuhan

warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat,

Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan

bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara, (5) Konstitusi Negara

meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi

yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi, (6)

Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah

dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya

demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat

demokrasi, (7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila

dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka, (8) Globalisasi meliputi:

Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak

globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi

globalisasi.

Pada mata pelajaran PKN di kelas II SDN 20 Kota Bima terdapat pokok bahasan

Hubungan antara sifart zat dan kegunaannya, dalam KTSP 2006 pembelajaran yang

dianjurkan untuk materi tersebut adalah pembelajaran dengan metode eksperimen dengan

pendekatan kelompok yang berbasis pada keterampilan proses dan aktivitas siswa yang

berorientasi pemecahan masalah berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan

menggunakan metode ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran yang mungkin dilakukan


4

adalah pembelajaran yang berorientasi pemecahan masalah berdasarkan hasil pengamatan

dan diskusi kelompok yang identik dengan model pembelajaran kooperatif.

Pengajaran pokok bahasan hubungan antara sifat zat dan kegunaannya biasanya

dilakukan dengan metode diskusi. Untuk mengarahkan diskusi guru memberikan sejumlah

pertanyaan kepada kelompok yang memuat hampir seluruh isi materi yang ada dalam

konsep tersebut. Hasil evaluasi pengajaran konsep ini juga tetap menunjukkan adanya

perbedaan yang terlalu jauh antara hasil belajar siswa yang pandai dan hasil belajar siswa

yang kurang pandai. Di sisi lain, berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi

PKN juga menunjukkan bahwa, selama ini guru bidang studi jarang melakukan kegiatan

remedial terhadap siswa yang mempunyai daya serap kurang dan hasil belajar rendah.

Kegiatan yang biasa dilakukan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap materi

yang telah disampaikan atau membahas soal-soal PKN menjelang ulangan semester.

Sebagai bagian dari upaya menyikapi adanya dualisme tuntutan pendidikan dan kenyataan

yang terjadi pada SDN 20 Kota Bima tersebut, maka salah satu yang perlu dilakukan

antara lain berupa pengembangan perangkat pembelajaran. Dalam pengembangan

perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan

kreatif yaitu antara lain mengembangkan pembelajaran yang berorientasi model

pembelajaran kooperatif. Dewasa ini telah banyak digunakan model pembelajaran

kooperatif. Bahkan pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang

banyak dikembangkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga

membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan

mengembangkan sikap sosial siswa. Di samping itu, keterampilan kooperatif menjadi

semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan lapangan kerja yang
5

sekarang ini berorientasi pada kerja sama dalam tim. Karena pentingnya interaksi dalam

tim, maka penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi lebih

penting lagi. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, salah

satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Lie A. (1994) menyatakan bahwa, jigsaw merupakan salah satu tipe metode

pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Sejumlah riset telah banyak dilakukan berkaitan

dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar jigsaw. Riset tersebut secara konsisten

menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran semacam itu memperoleh

prestasi yang lebih baik, dan mempunyai sikap yang lebih baik pula terhadap

pembelajaran. Dari uraian di atas, perlu untuk melakukan penelitian dengan

mengembangkan perangkat pembelajaran yang bercirikan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi Permasalahan Pembelajaran PKN

pada SDN 20 Kota Bima Penelitian ini Berjudul Penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Jigsaw Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar PKN Materi Cinta

Lingkungan pada Siswa Kelas II SDN 20 Kota Bima tahun 2017/2018.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

apakah penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Sebagai dapat meningkatkan

Prestasi Belajar PKN Materi Cinta Lingkungan pada Siswa Kelas II SDN 20 Kota Bima

tahun 2017/2018?
6

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan Prestasi Belajar PKN Materi Cinta Lingkungan

pada Siswa Kelas II SDN 20 Kota Bima tahun 2017/2018.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai upaya meningkatkan Prestasi Belajar PKN Materi

Cinta Lingkungan pada Siswa Kelas II SDN 20 Kota Bima tahun 2017/2018.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Siswa

a. Membantu siswa dalam penguasaan materi Cinta Lingkungan .

b. Meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi pokok

Cinta Lingkungan.

c. Membantu siswa bekerja secara kooperatif dalam menyelesaikan

permasalahan secara kontekstual.

2. Bagi Guru

a. Membantu guru mengimplementasikan rencana pembelajaran secara aktif,

kreatif, efektif, efisien dan menyenangkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Meningkatkan kreatifitas guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

c. Sebagai umpan balik bagi guru terhadap keberhasilan pembelajaran.

d. Untuk meningkatkan dan memperbaiki profesionalisme guru.

e. Peningkatan inovasi bidang pendidikan dikalangan guru.

3. Bagi Sekolah
7

a. Untuk meningkatkan mutu hasil belajar.

b. Memberikan kontribusi yang baik dalam proses pembelajaran untuk

semua pembelajaran.

c. Peningkatan dan perbaikan penerapan KTSP dan kompetensi siswa di

sekolah.

d. Meningkatkan reputasi sekolah kepada masyarakat dan dunia

pendidikan.
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Masalah Pembelajaran PKN

1. Hakekat Pembelajaran PKn

a. Pengertian belajar

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui

penguatan ( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan

persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a

result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan

Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif,

megarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak

mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek

afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu

itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :

(1) Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa

menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya

memperoleh pengetahuan.

(2) Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan

Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan


9

melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada

kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi,

bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik

(3) Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan

orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.

(4) Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini

diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar

tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan

menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama,

bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan

memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia

yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki

kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan

konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).

b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan

kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and

character building” : Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang

ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi,

antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk

melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku

demokrasi warganegara. Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi

para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan


10

warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada

pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan

pengembangan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga : PKn sebagai suatu proses

pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif

dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk

menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang

interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam,

tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai

pengalaman langsung (hand of experience). Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium

demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan

semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model

pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing

democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi

juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat

berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa

dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.

Dalam kaitannya dengan pembentukan warga negara Indonesia yang demokratis

dan bertanggung jawab, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan

yang strategis dan penting, yaitu dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku

keseharian, sehingga diharapkan setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik.

Melalui mata pelajaran PKn ini, siswa sebagai warga negara dapat mengkaji

Pendidikan Kewarganegaraan dalam forum yang dinamis dan interaktif. Jika

memperhatikan tujuan pendidikan nasional di atas, Pembangunan dalam dunia pendidikan

perlu diusahakan peningkatannya. Pada penelitian ini peneliti meneliti pembelajaran pada
11

bidang studi PKn, karena PKn bukan sejarah maka hal yang sangat substansial yang harus

dipelajari adalah bagaimana penanaman moral pada siswa sejak dini.

Minat belajar siswa pada bidang PKn ini perlu mendapat perhatian khusus karena

minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Di samping itu

minat yang timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor penting bagi siswa dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan atau usahanya. Pada prakteknya, pembelajaran PKn

masih menghadapi banyak kendala-kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain:

Pertama, guru pengampu mata Pelajaran PKn masih mengalami kesulitan dalam

mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan

bahan pelajaran. Kedua, jumlah siswa setiap kelas cukup besar (40-45 siswa). Terkait

dengan jumlah siswa yang cukup besar di setiap kelas ini, proses belajar dihadapkan pada

kenyataan keberadaan sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai, sehingga

hal tersebut juga menyebabkan guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku individual

siswa atau murid secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa

terhadap materi pembelajaran.

Ketiga, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya siswa ketika

mengikuti pembelajaran PKn merasa cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep dan

teori-teori yang diceramahkan oleh guru, tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan

secara tidak serius dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas. Keempat, praktik

kehidupan di masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum,

agama seringkali berbeda dengan wacana yang dikembangkan dalam proses pembelajaran

di kelas. Akibatnya siswa seringkali merasa apa yang dipelajari dalam proses belajar di

kelas sebagai hal yang sia-sia. Kelima, letak sekolah yang ada di pinggir kota dan juga asal
12

siswa dari pinggir kota merupakan kendala dalam pembelajaran, karena wawasan siswa

menjadi sangat terbatas dan kurang, sehingga dalam proses pembelajaran siswa di kelas

menjadi tidak aktif dan tidak bergairah untuk bersama-sama proaktif.

B. Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata

pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) dan dalam Kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran

Kewarganegaraan (Citizenship). Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial

kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas,

terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya

adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter

yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam

kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945

(Balitbang, 2002: 7).

Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan

melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia yang

diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa

baik sebagai individu, masyarakat, warganegara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha

Esa. Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-

Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan

iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari

berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab,

perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam
13

kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang mendukung kerakyatan yang

mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran,

pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang

mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan juga dimaksudkan sebagai usaha

untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar

berkenaan dengan hubungan antara sesama warga negara maupun antar warga negara

dengan negara. Serta pendidikan bela negara agar menjadi warga nagara yang dapat

diandalkan oleh bangsa dan negara.

PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan terpaan moral

yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala sosial,

khususnya yang berkaitan dengan moral serta perilaku manusia. Pendidikan

Kewarganegaraan termasuk pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari

teori-teori serta perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita.

Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan pengarahan, mereka

harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta mencatat hal-hal yang berkaitan

dengan ilmu PKn, salah satu keberhasilan pembelajaran adalah jika siswa yang diajar

merasa senang dan memerlukan materi ajar. Selain itu juga dengan diterapkannya

pemberian tugas dengan bentuk portofolio akan dapat memberikan diskripsi baru

mengenai pembelajaran PKn, dan hal tersebut juga sebagai penunjang agar siswa tidak

merasa kebosanan dalam mengikuti pembelajaran portofolio.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan antara lain adalah sebagai berikut.


14

1.  Guru

Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai kemampuan-kemampuan

tertentu, Guru merupakan pribadi yang berkaitan erat dengan tindakannya di dalam kelas,

cara berkomunikasi, berinteraksi dengan warga sekolah dan masyarakat umumnya.

Membicarakan masalah guru yang baik, (S. Nasution dalam Amin Suyitno, 1997:25)

mengemukakan sepuluh kriteria yang baik adalah: 1) memahami dan menghormati siswa,

2) menguasai bahan pelajaran yang diberikan, 3) menyesuaikan metode pengajaran dengan

bahan pelajaran, 4) menyesuaikan bahan pengajaran dengan kesanggupan individu, 5)

mengaktifkan siswa dalam belajar, 6) memberikan pengetahuan sehingga terhindar dari

sikap verbalisme, 7) menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa, 8) mempunyai

tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya, 9) tidak terikat oleh teks book,

dan 10) tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada siswa

melainkan senantiasa membentuk pribadi anak.

2.  Siswa

Jika ditinjau dari siswa, maka banyak faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian,

lebih-lebih hubungannya dengan belajar PKn. PKn bagi siswa pada umumnya merupakan

pelajaran yang kurang disenangi karena kurangnya antusias siswa terhadap pelajaran ini.

Karena itu dalam interaksi belajar mengajar PKn seorang guru harus memperhatikan

faktor-faktor yang menyangkut siswa, yaitu: 1) Apakah siswa cukup cerdas, cukup

berbobot, dan siap belajar PKn? 2) Apakah siswa berminat, tertarik dan mau belajar

PKn? 3) Apakah siswa senang dengan cara belajar yang kita berikan? 4) Apakah siswa

dapat menerima pelajaran dengan baik dan benar? 5) Apakah suasana interaksi belajar

mengajar mendorong siswa belajar?  Dengan faktor-faktor tersebut guru dapat menentukan

strategi pembelajaran yang seperti apa agar siswa berhasil dalam belajar.
15

3. Sarana dan Prasarana

Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik jika sarana dan prasaranya

menunjang. Sarana yang cukup lengkap seperti perpustakaan dengan buku-buku PKn yang

relevan.

4. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang aktif, Pembelajaran

aktif ditandai oleh dua faktor yaitu 1) Adanya interaksi antara seluruh komponen dalam

proses pembelajaran terutama antara guru dan siswa, dan 2) Berfungsi secara optimal

seluruh sence siswa yang meliputi indera, emosi, karsa, dan nalar. Dalam pembelajaran

siswa aktif, metode-metode yang dianjurkan antara lain metode tanya jawab, drill, diskusi,

eksperimen, pemberian tugas, dan lain-lain. Pemilihan metode yang diterapkan tentu saja

disesuaikan dengan mata pelajaran, tujuan pembelajaran, maupun sarana yang tersedia.

D. Karakteristik Pembelajaran PKn

Pada materi konsep dasar pendidikan kewarganegaraan telah dikemukakan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran dengan keunikan tersendiri. PKn

dimaknai sebagai pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. Hal ini

mengamndung konsekwensi bahwa dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu

mempertahtikan karakteristik pembelajaran PKn itu sendiri.

Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran

PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan UUD 1945.


16

PKn dalam kurikulum perguruan tinggi juga tidak lepas dari nilai-nilai bangsa yang

dijadikan arah pengembangan PKn sebagai mata kuliah. Kompetensi dasar mata kulaih

PKn di PT adalah menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan

cinta tanah air, demokratis berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing;

berdisiplindan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan

sistem nilai Pancasila (S-K Dirjen Dikti No 43/Dikti/2006).

Dalam hal tujuan, PKN persekolahan memiliki tujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-

korupsi

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lainnya

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi

Menyimak hal-hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban misi sebagai

pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis dan nilai konstitusional UUD

1945. Di sisi lain adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk

warganegara yang kritis, partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara

bangsa.
17

Dalam naskah Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa Pembelajaran dalam mata

pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan

pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan,

keterampilan, dan karakter warga Negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat

diwujudkan antara lain dengan metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery),

(3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5) eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan

masalah (problem solving). Metode-metode ini merupakan kharakteristik dalam

pembelajaran PKn.

E. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk

mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut.

1. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

3. Berkembang secara positif, dinamis, dan demokratis untuk

membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia, agar hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lain

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan

atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

Mata pelajaran PKn terdiri dari dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (civics

knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Dimensi ketrampilan

Kewarganegaraan (civics skill) meliputi ketrampilan, partisipasi dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan (civics values) mencakup


18

antara lain percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur,

nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara,

kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas.

Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan bidang kajian Interdisipliner artinya materi

keilmuan Kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu politik,

ilmu negara, ilmu tata negara, hukum sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat (Depdiknas,

2003: 2).

Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai fungsi yang sempurna terhadap

perkembangan anak didik. Hal ini diungkapkan dalam Buku Panduan Pengajaran

Pendidikan Kewarganegaraan kuikulum 1994 adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan dan melestarikan nilai moral Pancasila secara dinamis dan terbuka,

yaitu nilai moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan yang

terjadi didalam masayarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai Bangsa Indonesia yang

merdeka bersatu dan berdaulat.

2. Mengembangkan dan membina siswa menuju terwujudnya manusia seutuhnya yang

sadar politik, hukum dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, berlandaskan

Pancasila.

3. Membina pemahaman dan kesadaran siswa terhadap hubungan antara sesame warga

negara dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui dan mampu

melaksanakan dengan baik hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,

yaitu membentuk warga negara yang baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan,

karakteristik mata pelajaran Kewarganegaraan ditandai dengan memberi penekanan pada

dimensi sikap dan keterampilan civics. Jadi, pertama-tama seorang warga negara perlu
19

memahami dan menguasai pengetahuan yang lengkap tentang konsep dan prinsip-prinsip

politik, hukum, dan moral civics. Setelah menguasai pengetahuan, selanjutnya seorang

warga negara diharapkan memiliki sikap dan karakter sebagai warga negara yang baik

serta memiliki keterampilan Kewarganegaraan dalam bentuk keterampilan berpartisipasi

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keterampilan menentukan posisi diri, serta

kecakapan hidup (life skills).

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek

antara lain adalah sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta

lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap

positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan

keadilan

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib

di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-

norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan

nasional, Hukum dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota

masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan

perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga

masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,

Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.


20

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,

Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara

dengan konstitusi.

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan

daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik,

Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam

masyarakat demokrasi.

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara,

Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila

dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era

globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional,

dan Mengevaluasi globalisasi.

F. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan

faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja

sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran

kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut (Lungdren, 1994). a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka

“tenggelam atau berenang bersama.” b. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap
21

siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri

sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa

mereka semua memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa membagi tugas dan berbagi

tanggungjawab di antara para anggota kelompok. e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau

penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. f. Para siswa

berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama

belajar. g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Thompson, et al. (1995),

pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran

sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri

dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok

heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini

bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang

berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-

keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti

menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau

tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok

adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (a) setiap anggota memiliki

peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap

anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan


22

interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

(Carin, 1993). Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif

sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok,

pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh

penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di

atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu

sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling

mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

b. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota

kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok

yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung-jawaban secara individu juga

menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara

mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai

perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.

Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,

sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan

yang terbaik bagi kelompoknya.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


23

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang

menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada

kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai stidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh

Ibrahim, et al. (2000), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli

berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep

sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan

kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan

norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang

berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan

baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari

orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,

dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari

berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-

tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling

menghargai satu sama lain.


24

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa

keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting

dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan

sosial.

4. Keterampilan Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa

atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan

khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan

membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan selama

kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut

(Lungdren, 1994).

a. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal

1) Menggunakan kesepakatan

Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat

yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.

2) Menghargai kontribusi

Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau

dikerjakan anggota lain. Hal ini berarti harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat saja

kritik yang diberikan itu ditujukan terhadap ide dan tidak individu.

3) Mengambil giliran dan berbagi tugas

Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia

menggantikan dan bersedia mengemban tugas/tanggungjawab tertentu dalam kelompok.


25

4) Berada dalam kelompok

Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan

berlangsung.

5) Berada dalam tugas

Yang dimaksud berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi

tanggungjawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.

6) Mendorong partisipasi

Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk

memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

7) Mengundang orang lain

Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi

terhadap tugas.

8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya

9) Menghormati perbedaan individu

Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati terhadap budaya,

suku, ras atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.

b Keterampilan Tingakat Menengah

Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati,

mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, men-dengarkan dengan arif,

bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.

c. Keterampilan Tingkat Mahir

Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat,

menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif


26

Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang

diuraiakan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.

Terdapat enam fase utama dalam pembelajaran kooperatif (Arends, 1997).

Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuantujuan dari

pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian

informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian dilanjutkan langkah-langkah

di mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi

penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari oleh siswa dan

pengenalan kelompok dan usaha-usaha individu.

6. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa

variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends,

2001). Di sini akan diuraikan secara ringkas masing-masing pendekatan tersebut.

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John

Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru

yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan

informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah

menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri

dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat

pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling
27

membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu

sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua

minggu siswa

diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor

perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada

seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu

lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi,

siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna

pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu

dicantumkan dalam lembar itu.

b. Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang

paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali

oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik

topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini

memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit darPKn da pendekatan yang lebih

terpusat pada guru. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam

beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban

persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik

untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu.

Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

c. Pendekatan Struktural
28

Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya.

Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan

ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini

dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana

guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah

mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini

menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan

oleh penghargaan kooperatif, darPKn da penghargaan individual. Ada struktur yang

dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang

dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua

macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together, yang

dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek

pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token,

merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan

sosial.

d. Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan

teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan

teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).

G. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas

penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada
29

anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok

kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan

yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus

dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain

(Arends,1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari

materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung

satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi

yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik

yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik

pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada

tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa

yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu

kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar

belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.

Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang

berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan

menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan

kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli

digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang
30

sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada

masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain

untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota

kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman

sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.

Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga

dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman

sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang

mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi

setiap siswa terhadap

anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat

mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar

ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin,1995): a.

Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk

mendapatkan informasi. b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang

sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut. c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke

kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya. d. Kuis: siswa memperoleh

kuis individu yang mencakup semua topik. e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor

kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan individu

dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor
31

kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor

terakhir.
32

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN

A. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas II SDN 20 Kota Bima dengan jumlah siswa 21 orang

terdiri dari laki-laki 15 orang perempuan 6 orang dengan tingkat kemampuan yang

berbeda.

B. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan April sampai Mei 2018.

C. Faktor-Faktor Yang Diselidiki

Agar mampu menjawab permasalahan penelitian ada beberapa faktor yang harus

diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor Siswa

Mengamati tingkat keaktifan siswa perhatian dan kemampuan

2. Faktor Guru

Menganalisis rancangan proses pembelajaran yang telah disusun guru dan

pelaksanaan pembelajaran PKN pada materi Cinta Lingkungan.

3. Metode

Mengamati prilaku siswa dan menganalisa hasil yang di capai oleh siswa dengan

model pembelajaran kooperatif jigsaw.

D.
33

E. Indikator Kinerja

1. Variabel Tindakan: keoptimalan

implementasi model pembelajaran koopertaif jigsaw ini ditnadai dengan unsure

ketercapaian indicator minimal 80%.

2. Variabel Harapan: Indikator

keberhasilan ditandai dengan peningkatan nilai hasil belajar siswa adalah 65 dan

presentase siswa yang mencapai nilai 70 minimal 65%.

F. DESAIN PENELITIAN

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini guru mempersiapkan sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

penelitian yang dibuat, adalah menyusun rencana pembelajaran bersama guru, menyiapkan

RPP, penyiapkan lembar pengamatan observasi pada saat mengamati pembelajaran,

menyiapkan instrumen tes untuk evaluasi pada akhir siklus, pelaksanaan tindakan

direncanakan pada awal bulan April 2016.

2. Tahap Implementasi Penelitian

Pada tahap implementasi ini guru melaksanakan proses pembelajaran materi Cinta

Lingkungan sesuai dengan RPP yang dibuat.

Pemberian tes akhir tindakan dilaksanakan setelah siswa melaksanakan proses

pembelajaran.

3. Tahap Pengamatan/Observasi

Melakukan observasi (pengamatan) oleh peneliti dan teman sejawat terhadap

pelaksanaan tindakan dengan berdasarkan format observasi yang telah dibuat.

4. Tahap Refleksi
34

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan, maka tahap-tahap dalam siklus diakhiri

dengan tahap refleksi. Peneliti melakukan diskusi dengan pengamat guna membahas hasil

pengamatan pada pelaksanaan tindakan. Dari hasil diskusi tersebut selanjutnya

memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah semua siswa kelas II SDN 20 Kota Bima dan

bersama tim peneliti observasi.

2. Jenis Data

Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di susun

peneliti.

b. Data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran.

c. Data tes hasil belajar siswa.

d. Data hasil pengamatan perilaku guru dan siswa pada waktu

pelaksanaan pembelajaran.

3. Cara Pengambilan Data

Lembar Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan

prsoses pembelajaran, sedangkan tes digunkan untuk memperoleh data tentang hasil

belajar atau prestasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang dilaksanakan dalam

penelitian tindakan ini.


35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Siklus I

a. Hasil Penilaian Proses Pembelajaran

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kualitatif yang meliputi

sejauh mana motivasi dan tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika konsep

hubungan antara sifat bahan dan kegunaannya menggunakan metode eksperimen dengan

pendekatan kooperati jigsaw. Faktor-faktor yang diselidiki dalam penelitian ini meliputi:

proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, prestasi belajar siswa.

Data-data yang diperoleh tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode

eksperimen dengan pendekatan kooperatif jigsaw ditampilkan dalam bentuk tabel 4.1.

Tabel 4.1: Proses Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kooperatif Jigsaw

No Skor
Elemen yang dinilai
.
1 2 3
1. Mengaitkan pelajaran terdahulu dengan pelajaran yang akan datang 3
2. Penggalian pengetahuan/memotivasi siswa tentang pengetahuan yang akan
dipelajari 4
3. Menanyakan tentang hal-hal yang belum jelas pada pelajaran minggu lalu 4
4. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan seluruh indera yang sesuai 3
5. Alat dan bahan yang digunakan sesuai untuk melakukan pengamatan dan
pengumpulan data 4
6. Terampil menggunakan peralatan dan bahan dalam mengumpulkan data 2
7. Peralatan dan bahan dikembalikan dengan baik dan tempat bekerja bersih 3
8. Menggunakan konsep saintifik secara tepat 2
9. Penjelasan pendukung cukup rinci untuk menjelaskan konsep 3
10. Kualitas suara seperti tingkat, volume, artikulasi dan antusiasme cukup baik 2
11. Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur dan gerak tubuh digunakan secara efektif 2
12. Pakaian bersih dan pantas 2
13. Memberi respon yang baik pada pertanyaan audien 2
14. Refleksi dan merangkum hasil pembelajaran 3
15. Memberi tugas 3
Jumlah 42
Persentase 56.00
36

Berdasarkan tabel di atas, maka proses pembelajaran pada siklus I baru mencapai

56,00%. Sedangkan indikator kinerja yang diharapkan sebesar 80%.

b. Hasil Penilaian Aspek Kognitif/Prestasi Belajar

Data-data yang diperoleh tentang hasil belajar siswa pada siklus dapat dilihat pada

tabel 4.2

Tabel 4.2: Daftar Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I

No Nama Siswa L/P Nilai Ketuntasan Ket.


1 Ardiansyah A.Kaidir L 75 Tuntas  
2 Ardiansyah Ishaka L 45 Belum Tuntas  
3 Afrizal A.Hamid L 75 Tuntas  
4 Darmansyah A. Azis L 47 Belum Tuntas  
5 Dini Aminarti P 70 Tuntas  
6 Eva Suliana P 60 Belum Tuntas  
7 Febi Ferbianasyah L 73 Tuntas  
8 Faisal Usman L 33 Belum Tuntas  
9 Ziah Ayu Lestari P 73 Tuntas  
10 Muhamad Fahru Rozil L 75 Tuntas  
11 Muhamad Faris Ramadhan L 73 Tuntas  
12 Muhammad Fauzan L 40 Belum Tuntas  
13 Muhammad Fadlin L 73 Tuntas  
14 Mardiana A. Munir P 50 Belum Tuntas  
15 Rifqi L 73 Tuntas  
16 Rusmawati P 63 Belum Tuntas  
17 Syaiful L 70 Tuntas  
18 Syahrul Akbar L 56 Belum Tuntas  
19 YULI Yanti A P 75 Tuntas  
20 Julkarnain L 40 Belum Tuntas  
21 Feri Yanto Tasrif L 75 Tuntas  
Jumlah 1314    
Rata-Rata 69    
Persentase Tuntas 57    
Persentase Belum tuntas 43    

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 di atas prestasi belajar siswa pada siklus I baru

mencapai rata-rata 68 sedangkan indikator harapan yang berkaitan dengan prestasi belajar

yang diharapkan sebesar 70.


37

c. Refleksi

Setelah siklus I selesai dilaksanakan, maka peneliti bersama teman sejawat

melakukan refleksi terhadap jalannya proses pembelajaran dan prestasi belajar yang telah

dicapai siswa. Hasil refleksi menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I baru

mencapai 57% dari indikator kinerja yang diharapkan sebesar 75%. Demikian juga dengan

indikator harapan atau prestasi belajar siswa pada siklus I baru mencapai rata-rata 69 dari

7,5 yang diharapkan. Berdasarkan kenyataan di atas, maka hasil refleksi bersama teman

sejawat disimpulkan untuk melanjutkan siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Hasil Penilaian Proses Pembelajaran

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kualitatif yang meliputi

sejauh mana motivasi dan tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran PPKn konsep

materi Cinta Lingkungan menggunakan pendekatan kooperati jigsaw. Faktor-faktor yang

diselidiki dalam penelitian ini meliputi: proses pembelajaran dengan menggunakan metode

eksperimen, prestasi belajar siswa.

Data-data yang diperoleh tentang proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kooperatif jigsaw ditampilkan dalam bentuk tabel 4.1.

Tabel 4.3: Proses Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kooperatif Jigsaw

No. Elemen yang dinilai Skor

1 2
1. Mengaitkan pelajaran terdahulu dengan pelajaran yang akan dating 5
2. Penggalian pengetahuan/memotivasi siswa tentang pengetahuan yang akan dipelajari 5
3. Menanyakan tentang hal-hal yang belum jelas pada pelajaran minggu lalu 5
4. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan seluruh indera yang sesuai 5
5. Alat dan bahan yang digunakan sesuai untuk melakukan pengamatan dan
pengumpulan data 5
6. Terampil menggunakan peralatan dan bahan dalam mengumpulkan data 5
7. Peralatan dan bahan dikembalikan dengan baik dan tempat bekerja bersih 4
8. Menggunakan konsep sains secara tepat 4
9. Penjelasan pendukung cukup rinci untuk menjelaskan konsep 4
10. Kualitas suara seperti tingkat, volume, artikulasi dan antusiasme cukup baik 4
11. Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur dan gerak tubuh digunakan secara efektif 4
38

12. Pakaian bersih dan pantas 4


13. Memberi respon yang baik pada pertanyaan audien 3
14. Refleksi dan merangkum hasil pembelajaran 4
15. Memberi tugas 5
Jumlah 66
Persentase 88,00

Berdasarkan tabel di atas, maka proses pembelajaran pada siklus I baru mencapai

56,00%. Sedangkan indikator kinerja yang diharapkan sebesar 80%.

b. Hasil Penilaian Aspek Kognitif/Prestasi Belajar

Data-data yang diperoleh tentang hasil belajar siswa pada siklus dapat dilihat pada

tabel 4.4 Tabel 4.4: Daftar Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I

No Nama Siswa L/P Nilai Ketuntasan Ket.


1 Ardiansyah A.Kaidir L 80 Tuntas  
2 Ardiansyah Ishaka L 67 Tuntas  
3 Afrizal A.Hamid L 87 Tuntas  
4 Darmansyah A. Azis L 47 Belum Tuntas  
5 Dini Aminarti P 87 Tuntas  
6 Eva Suliana P 87 Tuntas  
7 Febi Ferbianasyah L 90 Tuntas  
8 Faisal Usman L 33 Belum Tuntas  
9 Ziah Ayu Lestari P 85 Tuntas  
10 Muhamad Fahru Rozil L 93 Tuntas  
11 Muhamad Faris Ramadhan L 80 Tuntas  
12 Muhammad Fauzan L 67 Tuntas  
13 Muhammad Fadlin L 73 Tuntas  
14 Mardiana A. Munir P 60 Tuntas  
15 Rifqi L 73 Tuntas  
16 Rusmawati P 67 Tuntas  
17 Syaiful L 87 Tuntas  
18 Syahrul Akbar L 80 Tuntas  
19 YULI Yanti A P 80 Tuntas  
20 Julkarnain L 40 Belum Tuntas  
21 Feri Yanto Tasrif L 80 Tuntas  
Jumlah 1543    
Rata-Rata 81    
Persentase Tuntas 86    
Persentase Belum tuntas 14    
39

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 di atas prestasi belajar siswa pada siklus II mencapai

rata-rata 81 berdasarkan nilai yang diperoleh tersebut, maka capaian pada siklus II telah

sesuai dengan indikator harapan yang telah ditentukan sebelumnya sebesar 70.

c. Refleksi

Setelah selesai siklus II selesai dilaksanakan, maka peneliti bersama teman sejawat

melakukan refleksi terhadap jalannya proses pembelajaran dan prestasi belajar yang telah

dicapai siswa. Hasil refleksi menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus II

mencapai 88,00%, sedangkan prestasi belajar atau aspek kognitif mencapai rata-rata 81.

berdasarkan data yang diperoleh, hasil refleksi peneliti bersama teman sejawat

berkesimpulan untuk tidak melanjutkan pada siklus berikutnya. Karena indikator kinerja

yang berkaitan dengan jalannya proses pembelajaran telah mencapai target yang telah

ditetapkan sebesar 80%, sedangkan aspek kognitif atau prestasi belajar atau disebut

indikator harapan pada siklus dua telah mencapai rata-rata 81 dengan persentase

ketercapaian 86%, dengan demikian telah mencapai target yang ditetapkan.

B. Pembahasan

Berdasarkan data tabel di atas proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kooperatif tipe jigsaw terjadi peningkatan. Hal ini nampak dari adanya

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dapat dijelaskan siklus I ke

siklus II yakni dari 57% menjadi 86% berarti naik 29%.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa pendekatan kooperatif tipe jigsaw sangat

disukai siswa, hal ini nampak dari adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini

dapat diketahui pula dengan meningkatnya prestasi belajar siswa dari siklus I dengan rata-

rata 69 meningkat menjadi 81 pada siklus II, jadi terjadi kenaikan sebsar 12.
40

Peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan model jigsaw karena bila

dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw

memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,

karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya,

(2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat, dan (3)

Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan

berpendapat. Namun ketika diterapkan pada siswa pendekatan ini bukan tampa kelemahan.

Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy

Killen, 1996, adalah : (1)  Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’,

pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam

memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain, (2) Apabila siswa tidak

memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman, (3) Rekod

siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan

biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas

tersebut, (4) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model

pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik dan (5) Aplikasi metode ini pada kelas yang

lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.


41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan penelitian data yang telah

dipaparkan pada Bab IV diperoleh kesimpulan adalah dengan penggunaan pendekatan

kooperatif tipe jigsaw dalam membahas materi Cinta Lingkungan bidang studi PKN dapat

meningkatkan proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan

proses dan hasil pembelajaran yang dicapai dari siklus I ke siklus II menujukan

peningkatan yaitu:

1. Proses pembelajaran meningkat dari 56% menjadi 88%.

2. Prestasi belajar siswa meningkat dari 57% menjadi 86%

B. Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan penelitian ini sebagai

salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tentang rendahnya antusias belajar

siswa yaitu dengan:

1. Disarankan agar dalam pembelajaran PPKn untuk menggunakan

pendekatan kooperatif tipe jigsaw khususnya materi Cinta Lingkungan pada kelas II

semester 1 di SDN 20 Kota Bima

2. Agar dapat memberikan motivasi pada siswa untuk menyukai pembelajaran

PPKn dengan menggunakan pendekatan berfariasi seperti pendekatan kooperatif tipe

jigsaw.
42

3. Membelajarkan PPKn sesuai dengan apa yang dialami siswa dalam

kehidupan nyata.
43

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Jakarta:


Bumi Aksara.

As`ari. 2000. Problem Posing untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru PKN . Jurnal
Pelangi Pendidikan Matematika dan Sains. Yogyakarta. Tahun V. No.1. Hal. 5-25.

Budimansyah, Dasyim. 2003. Model Pembelajaran Portofolio Biologi. Bandung:


Grasindo.

Depdiknas. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press.

Ibrahim, S. 2003. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam Pembelajaran PKN . Jurnal


MPKN . UNESA. 27 (2): 153-169.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Muhibbin. S. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana, A. 2002. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif model Jigsaw terhadap Prestasi


Belajar Biologi Siswa di Kelas II MAN I Jember. Tesis Tidak diterbitkan. UNESA.

Nur, M.W. ddk. 1988. Pendidikan Konstruktivistik dalam Pembelajaran. Surabaya: IKIP
Surabaya.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL).


Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurhadi, Yasin, B., dan Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Rahayu, S. 1996. Pembelajaran Kooperatif dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal MPKN .
IKIP Surabaya. 27 (2): 153-69.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.


44

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Nama Sekolah : -
Mata Pelajaran : PKn
Kelas/ Semester : 2 (lima)/ 1 (satu)
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : Satu kali pertemuan (2x35’)

Standar 2.      Menampilkan
: sikap cinta lingkungan
Kompetensi
Kompetensi Dasar 2.1.
: Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti
dunia tumbuhan dan dunia hewan

A.  Indikator
1.      Kognitif
a.       Proses
1)      Menjelaskan bahwa manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
b.      Produk
1)      Mengidentifikasi tata cara hidup berdampingan dengan semua makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa
2)      Menuliskan sikap hidup sehari-hari bahwa harus meyayangi semua makhluk
(manusia, hewan, tumbuhan)
2.      Afektif
a.       Karakter
1)      Peduli terhadap lingkungan
b.      Keterampilan sosial
1)      Disiplin mematuhi aturan bersama
3.      Psikomotorik
a.       Terampil membaca dan menulis

B.  Tujuan Pembelajaran
1.      Kognitif
a.       Proses
1)      Melalui bernyanyi dan ceramah siswa mampu menjelaskan bahwa manusia ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa dengan benar
b.      Produk
45

1)      Melalui pengamatan dan diskusi siswa mampu mengidentifikiasi tata cara hidup
berdampingan dengan semua makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan benar
2)      Melalui tanya jawab dan penugasan siswa mampu menuliskan sikap hidup sehari-
hari bahwa harus menyayangi semua makhluk dengan benar
2.      Afektif
a.       Karakter
1)      Melalui pengamatan siswa mampu mencintai lingkungan dengan peduli
b.      Keterampilan sosial
1)      Melalui ceramah siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan mematuhi aturan
bersama
3.      Psikomotorik
a.       Melalui penugasan siswa mampu membaca dan menulis dengan terampil

C.  Materi Pembelajaran
1.      Materi pokok
a.       Mencintai lingkungan
2.      Kis-kisi materi dan materi ajar (terlampir)
3.      Lembar kerja siswa dan bahan ajar (terlampir)
D.  Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientifik
Model : Contekstual Teaching and Learning
Metode : Bernyanyi, ceramah, tanya jawab, diskusi, pengamatan dan
penugasan
E.   Langkah-langah Pembelajaran
LANGKAH SKENARIO ALOKASI PKB METODE
PEMBELAJA PEMBELAJARAN WAKTU
RAN
1.     Pra Kegiatana.       Peserta didik memberi 5 menit Religius Ceramah
salam.
b.      Salah satu peserta
didik diberikan Disiplin Tanya
kesempatan untuk jawab
memimpin doa
c.       Peserta didik
diabsensi oleh guru.
2.     Kegiatan Tahap I. 10 menit
awal Kontruktivisme
a.    Siswa dipusatkan Bernyanyi
perhatiannya oleh guru
46

dengan bernyanyi lagu Aktif


“lihat kebunku”
b.    Siswa bersama guru
bernyanyi bersama
c.    Guru menyampaikan Ceramah
tujuan pembelajaran
3.     Kegiatan inti Tahap II Inkuiri 10 menit Cermat Pengamatan
a.     Siswa mengamati
gambar lingkungan
b.     Siswa diberikan
kesempatan untuk Berani
menjelaskan apa yang Ceramah
mereka amati
c.     Siswa bersama guru Tanggungjawab
menyimpulkan apa
yang diamati
Tahap III Bertanya 5 menit
a.    Siswa diberikan
kesempatan untuk Tanya
bertanya jawab
b.    Guru berdiskusi Aktif
tentang materi
c.    Siswa dan guru
menyimpulkan materi Diskusi
yang telah dipelajari
Tahap IV 10 menit Penugasan
Masyarakat Belajar
a.    Siswa diberikan tugas
untuk merangkai
gambar
b.    Guru memberikan Cermat
petunjuk merangkai
gambar Berani
c.    Siswa merangkai
gambar
d.   Salah satu siswa
diberikan kesempatan
untuk menjelaskan
Tahap V 10 menit
Pemodelanan
a.    Siswa melakukan Aktif Penugasan
percakapan tentang
merawat tumbuhan
sesuai teks
47

b.    Guru membimbing
siswa memahami isi
teks Ceramah
c.    Siswa diberikan
kesempatan untuk
menjelaskan isi
percakapan
Tahap VI Refleksi 5 menit
a.    Siswa diberikan
kesempatan untuk Diskusi
bertanya Tanggungjawab
b.    Siswa dan guru
menyimpulkan materi Ceramah
yang telah dipelajari
Tahap VII Penilaian 10 menit
Autentik
a.    Siswa diberikan tugas
individu Tanggungjawab Penugasan
b.    Siswa mengerjakan
tugas
c.    Guru mengawasi Jujur
siswa
d.   Setelah selesai siswa
diberikan kesempatan
untuk menyampaikan
jawabannya
4.     Kegiatan a.    Siswa dengan 10 menit Ceramah
akhir bimbingan guru
menyimpulkan materi
yang telah di bahas. Aktif Penugasan
b.    Salah satu siswa
memimpin doa
c.    Siswa memberi salam
kepada guru

F.   Sumber Belajar
Sumber Pustaka Tim Bina Karya Guru. Bina PKn SD dan MI
Belajar rujukan Kelas II. Jakarta: Gajah Mada Bina Karya Guru.
Hlm, 41-46.
Media Puzzle sederhana
pembelajaran
Alat pelajaran Papan tulis dan LKS
G.  Penilaian
48

Indikator Teknik Bentuk Kriteria


penilaian
1.      Kognitif  Terlampir
a.       Proses
1)      Menjelaskan bahwa manusia ciptaan Tuhan Tes lisan Tanya
Yang Maha Esa jawab
b.      Produk
1)      Mengidentifikasi tata cara hidup Tes Isian
berdampingan dengan semua makhluk tertulis
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
2)      Menuliskan sikap hidup sehari-hari bahwa Tes
harus meyayangi semua makhluk (manusia, tertulis Isian
hewan, tumbuhan)
2.      Afektif
a.       Karakter
1)      Peduli terhadap lingkungan
b.      Keterampilan sosial Non tes
2)      Disiplin mematuhi aturan bersama Pengamata
3.      Psikomotorik Non tes n
a.       Terampil membaca dan menulis
Pengamata
n
Non tes

Praktek

............, ......................20 ...


Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel PKN.

.................................. ..................................
NIP : NIP :

Anda mungkin juga menyukai