Berantakan 2
Berantakan 2
Berantakan 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan,
Keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Hasbullah, 2005:4). Mulyati (1999:50)
menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam mengiterprestasikan dan beradaptasi
dengan lingkungannya (teori Perkembangan kognitif). Menurutnya, Setiap anak memiliki struktur
yang disebut schemata, yaitu system konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap
Sekolah Dasar dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki dasar-dasar karakter,
kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal sehingga memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan atau dalam
kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Secara lebih rinci, kompetensi
lulusan SD adalah: (1) mengenali dan berperilaku sesuai dengan ajaran yang diyakini, (2) mengenali
dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan perduli terhadap lingkungan, (3) berpikir
secara logis, kritis dan kreatif serta berkomunikasi melalui berbagai media, (4) menyenangi keindahan,
(5) membiasakan hidup bersih, bugar, dan sehat, dan (6) memiliki rasa cinta dan bangga terhadap
1
Mengacu pada uraian di atas, jelaslah bahwa pendidikan di SD, sebagaimana pendidikan pada semua
jalur dan semua jenjang, bertujuan mengembangkan potensi setiap peserta didik agar menjadi manusia
yang utuh, yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga cerdas secara emosional dan
spiritual.
Pendidikan yang bertujuan mengembangkan semua potensi siswa agar memiliki kecakapan untuk
hidup, yaitu kecakapan untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara
wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
Namun, tujuan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, belum dapat tercapai seperti yang
diharapkan. Selama ini, hasil pendidikan di SDN Min Bontosunggu Kec. Bajeng Kab. Gowa hanya
tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan
tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah
perlunya peningkatan kualitas pembelajaran, yang secara mikro di SDN Min Bontosunggu Kec.
Bajeng Kab. Gowa, harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas,
yang lebih memberdayakan potensi siswa. Salah satu pendekatan tersebut adalah pembelajaran,
yakni pendekatan pembelajaran yang melibatkan berbagai bidang studi untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa, karena siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah dipahami.
Menurut Piaget (dalam Karli, 2007:96), kemampuan anak untuk bergaul dengan hal-hal yang bersifat
abstrak yang diperlukan untuk mencernakan gagasan-gagasan dalam berbagai mata pelajaran akademik
umumnya baru terbentuk pada usia ketika mereka duduk di jenjang pendidikan sekolah dasar, dan
Oleh sebab itu, cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang untuk para siswa akan sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman tersebut bagi mereka. Pengalaman belajar yang
lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptualnya, baik intra maupun antar bidang studi, akan
meningkatkan peluang bagi terjadinya pembelajaran yang lebih efektif. Artinya, kaitan konseptual
dari apa yang tengah dipelajari dengan semakin banyak sisi dalam bidang yang sama, dan bahkan
dengan bidang yang lain, semakin terhayati oleh para pebelajar. Di sinilah pentingnya penerapan
Pada dasarnya model pembelajaran merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa
baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran akan terjadi apabila peristiwa-
peristiwa otentik atau eksplorasi tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema tersebut, para siswa belajar sekaligus melakukan
proses dan siswa belajar berbagai mata pelajaran secara serentak.
Dalam penelitian ini, pembelajaran yang digunakan adalah model terjala (webbed model) yang
umumnya disebut pembelajaran tematik. Model pembelajaran tersebut memiliki kelebihan karena
cara pendekatannya yang sistematik. Model pembelajaran dengan pendekatan tematik tersebut
cukup memberi peluang pelibatan berbagai pengalaman siswa, karena tema-tema yang diangkat
dipilih dari hal-hal yang dikemukakan siswa, yang mungkin bertolak dari pengalaman sebelumnya,
Menurut Sumiyatun, (1999:56), tema yang dipilih menyediakan struktur jalan pijakan ke konsep-
konsep yang penting yang membantu siswa melihat pola dan membuat hubungan-hubungan di
Pembelajaran tematik diajarkan pada siswa SD kelas rendah (kelas 1 dan 2), karena pada umumnya
mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak
pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Di jenjang SD
terutama di kelas-kelas awal, para siswa yang masih lebih menghayati pengalamannya sebagai
(Arikunto, 1993:26). Dengan kata lain, para siswa yang masih muda itu melihat dirinya sebagai
pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan yang belum jelas unsur-unsurnya, dengan
Kegiatan belajar lebih banyak dilakukan melalui pengalaman langsung atau hands on experiences.
Adapun karakteristik pembelajaran tematik antar lain; (1) tema memberikan pengalaman langsung
dengan obyek-obyek yang nyata bagi anak untuk memanipulasi, (2) tema menciptakan kegiatan yang
memungkinkan anak untuk menggunakan pemikirannya, (3) membangun kegiatan sekitar minat-minat
umum anak, (4) menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang menghubungkan semua aspek
perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik, (5) mengakomodasi kebutuhan anak-anak untuk
bergerak dan melakukan kegiatan fisik, interaksi sosial, kemandirian, dan harga diri yang positif, (6)
menghargai individu, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman di keluarga yang dibawa anak-anak
ke kelasnya, dan (7) menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak. (Anwar 2010:10).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pengajaran dengan tematik merupakan model
pembelajaran yang lebih komprehensif dan. Menggunakan tematik dapat mengembangkan konsep
anak. Konsep adalah gagasan pokok tentang objek dan peristiwa yang dibentuk oleh anak-anak di
lingkungannya. Konsep adalah kategori kognitif yang membuat orang mengelompokkan informasi
yang berbeda secara perseptual, peristiwa dan persoalan (Barnadib,1976:91). Dengan demikian
Oleh sebab itu, model tersebut dapat menjadi suatu alternatif untuk dikembangkan dan
diimplementasikan dalam pendidikan di SDN Min Bontosunggu Kec. Bajeng Kab. Gowa,
khususnya di kelas 1. Hal ini mengakibatkan siswa tidak dapat menyadari adanya keterkaitan antara
mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain, sehingga membuat kesulitan bagi siswa
dalam memahami mata pelajaran karena mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara
terpisah-pisah. Oleh karena itu, salah satu upaya dalam membantu terwujudnya tujuan pendidikan
di SDN Min Bontosunggu Kec. Bajeng Kab. Gowa adalah dengan penerapan kebijakan
pembelajaran. Salah satunya dengan diberlakukannya pendekatan tematik bagi siswa kelas awal
sekolah dasar.
Belajar dengan pendekatan tematik ini lebih banyak menekankan pada keterlibatan peserta didik
dalam belajar dan membuat anak menjadi aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan
keputusan. Akan tetapi kadang-kadang guru di SDN Min Bontosunggu Kec. Bajeng Kab. Gowa
masih mengalami kesulitan dalam penerapan pendekatan pembelajaran tematik ini. Hal ini
disebabkan oleh kurang kreatifnya guru dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dan
kurangnya benda-benda konkrit yang dihadirkan pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan
"Penerapan Perangkat Model Pembelajaran Tematik dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Rumusan Masalah.
Bagaimanakah penerapan perangkat model pembelajaran tematik pada siswa kelas I SDN Min
Apakah perangkat model pembelajaran tematik memberikan kemudahan bagi guru kelas I SDN Min
Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan penerapan perangkat model pembelajaran tematik pada siswa kelas I SDN Min
Mendeskripsikan perangkat model pembelajaran tematik dalam memberikan kemudahan bagi guru
kelas I SDN Min Bontosunggu Kec. Bajeng Kab. Gowa dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Mendeskripsikan perangkat model pembelajaran tematik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat, khususnya untuk pihak yang
Bagi sekolah
Dapat digunakan sebagai referensi di SDN 106 Wecudai serta dapat diterapkan pada
Bagi Guru
Untuk membantu meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik.
Bagi Peneliti
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka
Tinjauan Pustaka yang diuraikan pada penelitian ini merupakan landasan teori dan penelitian ini
yang dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian, baik dalam pengumpulan data,
Penelitian tentang penerapan perangkat pembelajaran model tematik pada siswa kelas I SDN
Min Bontosunggu Kec. Bajeng Kab. Gowa. Penelitian ini mengacu kepada penelitian
sebelumnya, yaitu:
Penelitian yang dilakukan Irfan Tirta Raharja pada tahun 2009. “Pengembangan Perangkat
9
64 Tanatoa, Kec. Bangkala, Kab. Jeneponto”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh penerapan bahan ajar (perangkat pembelajaran) tematik terhadap hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran tematik lebih
tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan perangkat tematik. Ada
pengaruh jenis sekolah terhadap terhadap hasil belajar siswa, jika pembelajaran dilakukan
dengan pendekatan tematik, tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada
sekolah baik dan sedang, namun ada perbedaan untuk sekolah rendah. Ada pengaruh interaksi
antara jenis sekolah dan penerapan bahan ajar tematik terhadap prestasi belajar siswa, yang
menunjukkan hasil belajar siswa yang menerapkan bahan ajar tematik juga dipengaruhi oleh
jenis sekolah. Walaupun demikian, secara keseluruhan hasil belajar siswa yang menggunakan
bahan ajar tematik lebih baik daripada tanpa menggunakan pembelajaran tematik.
Penelitian yang dilakukan oleh Andi Mawar, pada tahun 2010 dengan judul “Efektivitas
pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa di bandingkan dengan siswa yang
Penelitian yang dilakukan Suhardi, pada tahun 2012 dengan judul “Penerapan Pengembangan
pada Siswa Kelas IV SD 263 Awang Tangka Kabupaten Bone” berkesimpulan bahwa;
Perangkat pembelajaran menulis karangan dengan pendekatan CTL efektif untuk diterapkan,
karena telah memenuhi 2 indikator keefektifan yaitu: (1) ketuntasan klasikal sudah tercapai, (2)
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berada pada kategori tinggi.
Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada seseorang. Dari yang semula tidak tahu
menjadi tahu selain dari yang buruk menjadi lebih baik. Belajar merupakan upaya untuk
Belajar adalah suatu proses ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, sikap,
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kebiasaan serta perubahan aspek lain yang ada pada
Beberapa ahli mendefinisikan belajar berbeda-beda, sekalipun tujuannya sama. Defenisi belajar
“Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian
menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan
oleh lainnya.
Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak
bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan,
sakit, mabuk, dan sebagainya.”
“Definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.”
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dengan sadar untuk memperoleh tingkah
laku atau untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dalam hal ini adalah berupa perubahan dalam
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Suparno (2007:3) mendefinisikan
hasil belajar murid pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Arikunto S (2006:
3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
murid, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui
kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan
tingkat kemampuan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam
penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dati kata "motif" yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat pada diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat
(Mudjiono, 2002:3). Motif atau biasa disebut dorongan atau kebutuhan merupakan sesuatu
tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat
bersumber dari kebutuhan clan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut
motivasi murni atau sebenarnya, yang timbul dari peserta didik, Misalnya: Keinginan
Motivasi Ekstrintik, yaitu motivasi yang disebabkan oleh factor-faktor dari luar
situasi belajar. Misalnya : angka, Ijazah, hadiah, ejekan, hukuman. Jadi motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk
Masa usia SD sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai
11 atau 12 tahun. Pada masa ini, murid usia SD memiliki karakteristik utama yaitu
menampilkan perbedaan-perbedaan individual dan personal dalam banyak segi dan bidang
Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa SD. Nurhasnah,
(2007:116), menyebutkan masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu:
Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun 9/10
Masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13
Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau
menguntungkan dirinya.
Mardjono, (1984: 116), juga menyebutkan ciri-ciri khas murid masa kelas tinggi
Piaget mengemukakan bahwa murid SD berada pada tahap operasional konkret (7 hingga 11
tahun), dimana konsep yang ada pada awal usia ini adalah konsep yang samar-samar dan sekarang
lebih konkret. Murid usia SD menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah
aktual, murid mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang
Mustakim (2004: 271) juga mengemukakan bahwa selama tahapan operasional konkret murid dapat
tentang relasi antara kelas-kelas benda. Kemampuan berpikir pada tahap ini ditandai dengan aktivitas
mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah. Pengalaman hidup murid
memberikan andil dalam mempertajam konsep. Pada tahapan ini murid usia SD mampu berpikir,
belajar, mengingat, dan berkomunikasi karena proses kognitifnya tidak lagi egosentris dan lebih
Siswa SD kelas awal berlangsung antara usia enam sampai sembilan tahun. Bagi para ahli psikologis
periode ini disebut sebagai usia berkelompok yaitu suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada
keinginan untuk diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok. Pada umumnya tingkat
perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Serta mampu
memahami hubungan suatu konsep secara sederhana. Aspek perkembangan yang satu masih terkait erat
dengan aspek perkembangan lainnya clan saling mempengaruhi. Anak usia sekolah dasar berada pada
tahap operasi konkrit. Anak mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu :
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah siswa memahami konsep-konsep
berdasarkan pengalaman sendiri. Siswa mudah memahami suatu konsep jika konsep itu
diperoleh melalui kegiatan pengamatan atau melakukan suatu kegiatan yang berkaitan
Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik
sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan
dengan mata pelajaran yang terkait. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan
pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Menurut Mulyo
(2004:91) model ini disebut model webbed yang merupakan model yang paling popular dalam
pembelajaran .
Pembelajaran tematik banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada di dalam kurikulum sehingga
siswa dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin dalam waktu
bersamaan. pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik ini, siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah
mereka pahami.
Fokus perhatian pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami
isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk kompetensi yang harus dikembangkan. Berdasarkan hal
Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of
interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal
dari mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya.
perkembangan anak.
Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak
(simultan).
Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang
berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan
dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan siswa. Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk menguasai
konsep-konsep mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan
menjelajahi topik atau tema tersebut. Jika dibadingkan dengan pendekatan konvensional, maka
pembelajaran tematik tampaknya lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau
mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan
pembelajaran tematik ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu
(learning by doing).
Penerapam pendekatan pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya
untuk meperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan
isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-
anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas dan
melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian, anak kehilangan sesuatu yang
seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran, anak hanya merespon
segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah
kemampuan pembelajaran abstrak siswa menjadi tidak tersentu, padahal hal tersebut
merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar. Disinilah mengapa
pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di
sekolah dasar.
Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran tematik ini, yaitu:
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-
experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-
konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam
Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini
dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Dengan
pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat
yaitu:
Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata
pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi
bahkan dihilangkan;
Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/ materi pembelajaran
Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses
Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut:
2) Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan
3) Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami. Dapat
ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku
kehidupan. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut:
1) Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar;
3) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat,
kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan
Berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk memperoleh
pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola perilaku yang lain yang memerlukan
keterlibatan aktif pemikir. Piaget (dalam Jailani, 1989:33) berpendapat bahwa pada kognisinya,
setiap orang memiliki pengaturan dari dalam (self-regulation) yang berkembang sepanjang
mengungkapkan bahwa proses perolehan pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif
yang hanya dapat diatasi melalui self regulation sehingga pengetahuan akan dibangun sendiri
Penerapan pembelajaran dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa, dimana siswa
dihadapkan pada konsep-konsep yang dapat ditinjau dari berbagai bidang studi, dari berbagai sudut
pandang. Disini siswa belajar untuk menganalisis konsep tersebut dan kemudian menemukan pola
hubungan diantara konsep tersebut. Pembelajaran sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional
yang menjejali siswa dengan ingatan dan hapalan semata dan miskin dengan aktifitas dalam perolehan
pengetahuan tersebut. Menurut Wadsworth (dalam Suparno, 2007:141) mengingat dan menghafal tidak
dianggap sebagai belajar yang sesungguhnya karena kegiatan tersebut tidak memasukkan proses
lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, kegiatan murid dalam membentuk
pengetahuannya sendiri menjadi hal yang sangat penting dalam system piaget. Proses balajar harus
membantu dan memungkinkan murid aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam hal ini, penekanan
pembelajaran aktif terletak pada kebutuhan dan kemampuan siswa atau student centre bukan teacher
centre.
Menurut Syafi’e (1988:78), seorang anak mempunyai cara berfikir yang berbeda secara kualitatif
dengan ornag dewasa dalam melihat dan mempelajari realitas. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran, guru seyogyanyalah memahami cara berpikir siswa dalam memandang suatu objek yang
dipelajarinya. Guru hendaknya menyediakan bahan belajar yang sesuai dengan taraf perkembangan
kognitif anak agar dapat memudahkan mereka menuntaskan materi pelajaran yang diberikan dan lebih
Anak dapat mengkonstruksi pengetahuannya dengan baik, jika ia diberi peluang untuk dapat
aktif berinteraksi dalam pembelajaran, baik dengan guru, media pengajaran, lingkungan
sosial, dan sebagainya. Dengan belajar secara aktif, anak dapat mengolah bahan belajar,
bertanya secara aktif, dan mencerna bahan dengan kritis, sehingga mampu memecahkan
kata-kata sendiri. Peran guru sebagai fasilitator, dan motivator sangat penting bagi
Pembelajaran tematik membuka peluang yang sangat besar untuk penciptaan situasi belajar tersebut,
dimana guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator sementara siswa aktif membangun
pengetahuannya berdasarkan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran tematik
memberi kesempatan pada siswa dalam rangka menemukan dan membangun pengetahuannya, dengan
memberikan keleluasaan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya, pemikirannya, dan rasa
keingintahuannya akan objek belajar yang dipelajarinya, baik secara lisan dan tulisan. Disini peranan
guru sebagai jembatan antara anak dengan pengetahuan untuk meminimalkan terjadinya miskonsepsi
Piaget mengemukakan bahwa ada dua hal yang dapat menjadi motivasi intrinsik dalam diri
seseorang, yaitu: adanya proses asimilasi dan adanya situasi konflik yang merangsang
yang sudah dimiliki seseorang dengan hal baru yang sedang dipelajari atau ditemukannya.
Agar proses adaptasi dan asimilasi ini berjalan baik, diperlukan kegiatan pengulangan dalam
suatu latihan atau praktik. Pengetahuan baru yang telah dikonstruksikan perlu dilatih dengan
memberikan peluang bagi siswa untuk dapat melakukan proses pengulangan dalam praktek
atau latihan, mengingat pembahasan mengenai suatu tema tertentu memakan waktu yang
cukup lama, berkisar 1-3 minggu tergantung pada jumlah kompetensi dan materi yang
pembelajaran tematik, guru dalam hal ini memerlukan penguasaan terhadap tanda-tanda
konflik dan tahu bagaimana menciptakan konflik agar murid tertantang secara kognitif untuk
Piaget juga mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak juga tergantung pada interaksi unsur-
unsur lain, seperti kematangan diri dan transmisi sosial. Oleh karena itu dalam lingkungan sekolah,
perlu diperhatikan tingkat kematangan siswa untuk menangkap pelajaran dan bagaimana mereka
berinteraksi dalam lingkungan sosial mereka, seperti pertemanan. Hal ini dapat dilakukan dalam
pembelajaran tematik, dimana kegiatan pembelajaran bagi siswa melibatkan aktifitas siswa secara
bervariasi tergantung tujuan dan kebutuhan. Pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak hanya bersifat
DDHC (duduk, dengar, hafal dan catat) saja, melainkan dilakukan secara berkelompok baik di dalam
kelas maupun di luar kelas. Guru dapat pula mendatangkan nara sumber lain yang merupakan ahli di
bidangnya untuk memperkuat konsep yang dimiliki oleh siswa yang sesuai dengan tema yang dibahas
pada saat itu. Hal ini tentu dapat mengembangkan aktivitas minds-on siswa.
Minds-on atau keterampilan berpikir termasuk ke dalam ranah kognitif. Istilah kognitif itu sendiri
berasal dari bahasa latin “cognoscre” yang berarti mengetahui (to know). Istilah kognitif ini erat
kaitannya dengan konsep intelektual atau intelegensia. Claparede dan Stern mendefinisikan
intelegensia sebagai suatu adaptasi mental pada lingkungan baru (Depdikbud. 1994:7). Intelegensia
adalah potensi biopsikologis yang ditentukan oleh faktor genetik dan sifat-sifat psikologinya, mulai
minds-on maka seorang guru hendaklah memahami klasifikasi keterampilan berpikir apa
yang hendak dikembangkan pada diri siswa seperti yang diungkapkan oleh Presseisen, dan
Kemampuan berpikir seseorang dapat berupa keterampilan yang dapat diamati maupun yang tidak
dapat diamati, antara lain pemahaman informasi, pengelolaan gagasan, penilaian terhadap informasi
atau perilaku. Kemampuan berpikir menurut Taksonomi Bloom diatur ke dalam enam tingkatan, yaitu
dari yang terendah (knowledge) hingga yang tertinggi (evaluation). Tujuan ranah kognitif berhubungan
dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan
intelektual.
Evaluasi (Evaluation)
Sintesis (Synthesis)
Analisis (Analysis)
Aplikasi (Application)
Pemahaman (Comprehension)
Pengetahuan (Knowledge)
Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik
tematik di sekolah dasar, terutama pada saat penggalian tema-tema, pelaksanaan pembelajaran
dan pelaksanaan penilaian. Dalam proses penggalian tema-tema perlu diperhatikan prinsip-
2) Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal
4) Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukkan sebagian besar minat siswa;
6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan
masyarakat;
Implemementasi model pembelajaran ini (MPT) akan menuntut kemampuan guru untuk dapat
pembelajaran ini harus terlebih dahulu memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana
mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas saat bersama siswa. Dengan demikian
diharapkan Model ini akan bersifat ramah otak (mudah memberikan pemahaman kepada siswa),
di mana untuk itu guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan yang mungkin
relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses
pembelajaran.
Elemen yang harus dilakukan guru dalam implementasi model Pembelajaran Tematik pada Kurikulum
ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru agar pembelajaran
yang dilakukannya di kelas dapat sukses dan maksimal memanfaatkan potensi-potensi yang ada, yaitu:
Guru harus mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.
Penyajian isi atau substansi pembelajaran oleh guru haruslah dalam bentuk yang
Guru senantiasa bergerak untuk memacu terjadi proses pembelajaran yang efektif
Guru harus membuka pilihan-pilihan pembelajaran yang mungkin bagi seluruh siswa di
kelasnya.
Karena sumberdaya waktu adalah hal yang sangat terbatas di dalam kelas, maka optimasi
Guru harus melakukan kolaborasi dengan semua pihak yang mungkin untuk menjadikan
Adalah hal yang harus dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung, di mana setiap
Landasan Filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran
filsafat yaitu :
Aliran Konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik sebagai kunci dalam
manusia;
Aliran Humanis melihat peserta didik dari segi keunikan /kekhasannya, potensinya, dan
kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya.
6) Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
tersebut adalah UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan
bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya
(pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional menyatakan
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. (Bab V Pasal 1-b). Selain
ditekankan bahwa pembelajaran pada kelas I s/d III dilaksanakan melalui pedekatan
tematik.
Kerangka Pikir
diarahkan untuk penerapan perangkat Model Pembelajaran Tematik yang berkualitas yaitu
valid, praktis, dan efektif. Pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang khas
dibandingkan dengan pembelajaran yang lain. Kegiatan belajar lebih banyak dilakukan
memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran
akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi tema menjadi pengendali di
dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema tersebut, para
siswa belajar sekaligus melakukan proses dan siswa belajar berbagai mata pelajaran secara
serentak.
Dalam penelitian ini, pembelajaran yang digunakan adalah model terjala (webbed
model) yang umumnya disebut pembelajaran tematik. Model pembelajaran tersebut memiliki
kelebihan karena cara pendekatannya yang sistematik. Model pembelajaran dengan pendekatan
tematik tersebut cukup memberi peluang pelibatan berbagai pengalaman siswa, karena tema-
tema yang diangkat dipilih dari hal-hal yang dikemukakan siswa, yang mungkin bertolak dari
MODEL TEMATIK
pengalaman sebelumnya, serta berdasarkan kebutuhan yang dirasakan siswa (felt need).
Menggunakan tematik dapat mengembangkan konsep anak. Konsep adalah gagasan pokok
tentang objek dan peristiwa yang dibentuk oleh anak-anak di lingkungannya. Konsep adalah
kategori kognitif yang membuat orang mengelompokkan informasi yang berbeda secara
merupakan model pembelajaran yang lebih komprehensif dan .Secara sistematis, kerangka pikir
KURIKULUM 2013
PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PELAKSANAA
N
SIKLUS I
SIKLUS II
PENILAIAN
ANALISIS
TEMUAN
7) Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang dan kajian pustaka hipotesis penelitian
ini yaitu “Jika Perangkat Model Pembelajaran Tematik di terapkan, maka dapat meningkatkan hasil
Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan (action research) karena memiliki karakteristik sesuai
dengan yang dikemukakan Tiro (2001: 38) yaitu: Problem yang dipecahkan merupakan persoalan
praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan sehari-hari kemudian peneliti memberikan perlakuan
atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan. Langkah-
langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus. Penelitian tentang penerapan
pembelajaran model tematik dalam rangka peningkatan kualitas hasil belajar siswa kelas I SDN 106
Wecudai adalah proses investigasi untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas,
proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu (Suryabrata, 1984:26).
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 106 Wacudai Kec. Pammana Kab. Wajo Sekolah ini memiliki 6
ruangan kelas dan juga terdapat ruangan guru, Ruang Kepala Sekolah, Perpustakaan, UKS dan WC.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap TA. 2013-2014 tepatnya bulan Maret-Mei 2014.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Wacudai Kec. Pammana Kab. Wajo, semester II
tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 18 siswa, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan. Kelas I dipilih sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki hasil belajar yang
kurang baik dan daya serap yang masih rendah. Disanping itu peneliti juga berasumsi bahwa Model
Pembelajaran Tematik sangat sesuai diterapkan di kelas awal. Dimana tujuan dalam penelitian ini
ialah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan perangkata pembelajaran model
tematik sebagai sarana strategi pendidikan yang dipandang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Titik fokus dalam melaksanakan penelitian ini ialah untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami
siswa khususnya dalam mata pelajaran yang akan di padukan dalam penerapan model pembelajaran
tematik. Untuk itu peneliti menitik beratkan penelitiannya untuk meningkatkan kemampuan atau hasil
belajar siswa guna untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama dalam pelaksanaannya terkait dengan beberapa indikasi
Faktor Siswa
perangkat pembelajaran model tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang berada
Faktor guru
Memperhatikan sumber belajar yang digunakan dan latihan-latihan yang diberikan apakah
sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, demikian pula apakah sudah berjenjang sesuai
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian dengan menggunakan 2 siklus
penelitian. Dimana secara garis besar/ pengembangan tindakan dapat dilakukan melalui 4 tahap
kegiatan yakni: tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Sugiono, 2012:6). Keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberapa jauh pembelajaran tersebut dirancang sesuai
dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan).
tahapan tersebut:
1. Perencanaan Tindakan
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan kompetensi dasar secara
menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud
supaya terjadi pemerataan kean dan pencapaiannya. Pada saat menetapkan beberapa mata
pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan yang berkaitan
dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar. Maka, peneliti
memilih empat mata pelajaran yang akan dipadukan kedalam pembelajaran tematik yakni:
Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Kerajinan Tangan dan
Kesenian.
Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas yang
sama dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan dengan
menggunakan paying sebuah tema pemersatu. Sebelumnya perlu ditetapkan terlebih dahulu
Tahap berikutnya yaitu memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompetensi dasar dan indikator di setiap mata pelajaran yang akan dipadukan
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar
dalam penyusunan silabus pembelajaran tematik. Secara umum, silabus ini diartikan sebagai
garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi yang perlu dipelajari
siswa.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran.
bagan berikut:
Membuat matriks atau
bagan hubungan
Menetapkan mata
kompetensi dasar dan
pelajaran yang akan
tema/ topik pemersatu
dipadukan
Mempelajari
kompetensi dasar dan
Menyusun silabus
indikator dari mata
pembelajaran tematik
pelajaran yang akan
dipadukan
Menyusun rencana
pembelajaran tematik
Memilih dan
menetapkan tema/
topik pemersatu
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan tindakan yakni melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan skenario tindakan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Kegiatan pembelajaran ini bermaksud untuk membantu siswa dalam meningkatkan hasil
belajarnya. Dimana guru dan calon peneliti berkolaborasi menyusun tahap perencanaan dan
berdasarkan tema yang sudah ditentukan sebelumnya. Tema tersebut dapat mewakili semua
mata pelajaran yang dipadukan ke dalam model tematik, (2) guru menyampaikan tema serta
materi yang akan diajarkan kepada siswa, (3) siswa mengerjakan tugas yang diberikan
berdasarkan pembagian tugas yang sudah dipilah-pilah yang sesuai dengan mata pelajaran yang
dipadukan tetapi tetap dengan tema yang sama. (4) guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.
3. Observasi
Tahap observasi adalah mengamati seluruh proses tindakan pada saat selesai tindakan.
Fokus observasi adalah aktivitas siswa, aktivitas dapat diamati mulai pada tahap pembelajaran,
saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Pada aktivitas siswa diperoleh dengan
4. Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna
terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan (a) pada saat
memikirkan tindakan yang akan dilakukan, (b) ketika tindakan sedang dilakukan, (c) setelah
tindakan dilakukan, adapun kegiatan yang dilakukan pada saat merefleksi, melakukan analisis,
dan mengevaluasi atau mendiskusikan data yang diperoleh, penyusunan rencana tindakan dari
interprestasikan (diberi makna) sehingga dapat segera diberi tindakan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan, jika di interprestasikan data tersebut belum mencapai tujuan yang diharapkan
maka peneliti dan observer melakukan langkah-langkah perbaikan untuk diterapkan pada siklus
selanjutnya. Akan tetapi jika pada pelaksanaan refleksi terhadap hal-hal dianggap baik, maka
Dalam pengumpulan data peneliti akan menemukan data berupa data kuantitatif dan kualitatif.
Data kualitatif
Data Kualitatif menggunakan alat pengumpul data, yaitu tes, pengamatan, reduksi data, penyajian
data, penarikan simpulan dan catatan lapangan yang digunakan selama penelitian masalah ini dan
a. Tes
pemahaman siswa berdasarkan tema yang sudah ditentukan dari perpaduan empat mata
b. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan oleh orang yang terlibat aktif dalam pelaksanaan tindakan
yaitu guru yang mengajar dikelas I. Pada pengamatan ini digunakan pedoman pengamatan
c. Reduksi data
Reduksi data merupakan bagian dari analisis data menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sehingga dapat ditarik kesimpulan
akhirnya.
d. Penyajian Data
Penyajian data dengan mengorganisasikan data hasil reduksi dalam bentuk naratif yang
e. Penarikan Kesimpulan
f. Catatan lapangan
Catatan lapangan dilakukan untuk melengkapi data yang memuat deskripsi tentang
kegiatan pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa serta kasus-kasus yang terjadi selama
Data Kuantitatif
Skor Kategori
75-84 Tinggi
65-74 Sedang
55-64 Rendah
0-54 Sangat Rendah
Jumlah
Skor Kategori
75-100 Tuntas
Jumlah
Variabel yang diukur sebagai indikator dari keberhasilan penelitian ini adalah berupa peningkatan
aktivitas dan motivasi belajar siswa kelas I semester 2 tahun ajaran 2013/2014 di SDN 106 Wecudai
Kec. Pammana kab. Wajo. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan perangkat
pembelajaran model tematik sebagai salah satu alternatif/ solusi yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan atau hasil belajar siswa kelas I SDN 106 Wecudai Kec. Pammana Kab. Wajo. Adapun
kriteria yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis adalah sesuai dengan kriteria
standar yang diungkapkan Nurisal (2009:39), Tingkat penguasaan 85%-100% dikategorikan sangat
secara klasikal memperoleh nilai 75 ke atas maka tindakan telah dianggap berhasil dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, M. Idrus. et al. 2006. Pedoman Praktis Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah. Makassar :
Badan Penerbit UNM.
Anwar, Faisal. 2010. Pengaruh Siswa Bertanya dalam Meningkatkan Hasil Belajar di Kelas V SDN
101 Cisarua Bogor. Tesis. Malang: UB.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Caryn.
Barnadib, Imam. 1976, Arti dan Peranan Metode Sejarah Penyelidikan. Bandung : CV Ilmu.
Depdikbud, 1994. Kurikulum Matematika SD. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar Depdikbud RI.
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta :PT Raja Grafida Kartono. 1996. Pengantar
Metodologi Riset Sosial, Bandung : CV Mandar Maju.
Joni, T. Raka. 1996. Pembelajaran terpadu. Naskah Program Pelatihan Guru Pamong, BP3GSD PPTG
Ditjen Dikti, 1996.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Massofa. 2008. Pemerolehan Bahasa Pertama dan Kedua. (online) www. Massofa wordpress.com.
Karli, Hilda. 2007.Implementasi KTSP dalam Model-model pembelajaran. Jakarta : Generasi
Info Media. diakses tanggal 24 Maret 2009.
Mawar, Andi. 2010. Efektivitas Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas I SDN 34 Gantarang, Kab. Bulukumba. Skripsi. Makassar.
Universitas Sawerigading. Makassar.
Mudjiono, 2002. Kiat-Kiat Meningkatkan Prestasi Belajar IPS di SD. Jakarta : Bumi Aksara.Mulyo,
Bambang Nianto. 2004. Kompetensi Dasar Geografi. Solo : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Nurdin, 2007. Model Pembelajaran Matematika yang menumbuhkan kemampuan metakognitif untuk
Menguasai Bahan Ajar. Surabaya: UNESA.
Nurhasnah. 2007, Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia. Jakarta, CV Bina Taruna Pustaka.
Raharja, Irfan Tirta. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran di Kelas Rendah SD Negeri 64 Tanatoa, Kec. Bangkala, Kab.
Jeneponto. Skripsi. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Sanjaya, 2006. Penerapan Strategi dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, kualitatif dan R dan D Alfabeta, Bandung
Sukayati. 2009. Pembelajaran Tematik di SD. Jakarta: Depdiknas, Dir jen P eningka t a n M u t
u P endidik da n Tena ga Kependidikan.
Sumiyatun, 1999. Hubungan Penguasaan Konsep dan Ketrampilan Hitung dengan Kemampuan
menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas I SLTP Negeri se- Kecamatan Wedi
kabupaten Klaten Tahun Ajaran 1998/1999, Skripsi Tidak diterbitkan. Yogyakarta ; JPMIPA
FKIP UST Yogyakarta.
Syafi’ie, Imam. 1988. Pengajaran Membaca di Kelas Awal sekolah Dasar. Malang: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Tiro, Muhammad Arif. 2001. Analisis Korelasi dan Regresi. Makassar: Raja Grafindo Persada.
---------, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, Jakarta : Rineka Cipta