PNEUMONIA

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 30

UNIVERSITAS BINAWAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA


Dosen Pembimbing : Intan Parulian Rossleyn SKp, MN

Disusun Oleh :
Dini Safitri (12321038)
Meiritayanti (12321039)

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA 2023
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
1. Tujuan Umum ............................................................................. 3
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 3
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Pneumonia
1. Pengertian ................................................................................... 4
2. Klasifikasi ................................................................................... 4
3. Etiologi ........................................................................................ 5
4. Patofisiologi .............................................................................. 5
5. Manifestasi Klinis ....................................................................... 8
6. Respon Tubuh ............................................................................ 9
7. Komplikasi .................................................................................. 9
8. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 10
9. Penatalaksanaan ......................................................................... 10
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................ 12
2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 15
3. Perencanaan Keperawatan ......................................................... 15
4. Pelaksanaan Keperawatan .......................................................... 1
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 17
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Kasus ................................................................................................. 18
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian .................................................................................. 18
2. Analisa data dan Diagnosa Keperawatan ................................... 19
3. Perencana Keperawatan .............................................................. 21
BAB IV :PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 24
B. Saran .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan seseorang yang usianya belum mencapai 18 tahun dan sedang
berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan. Anak memiliki fisik, pola
kognitif, pola koping, konsep diri, serta perilaku sosial berbeda-beda yang akan
mempengaruhi cepat atau lambatnya proses pertumbuhan dan perkembangan
(Damanik & Sitorus, 2020). Lingkungan memiliki peran yang sangat penting terhadap
proses pertumbuhan dan perkembangan anak, Anak sangat rentan terkena penyakit
yang disebabkan oleh faktor lingkungan yakni infeksi yang disebabkan oleh adanya
bakteri, virus, jamur, dan mikroorganisme lainnya (Puspitasari, 2021). Penyumbang
terbesar kematian pada anak tahun 2021 karena infeksi adalah sebesar 10,3%
kematian akibat diare dan 9,4% kematian akibat pneumonia (Kemenkes, 2021).
Pneumonia menurut World Health Organization (WHO) tahun 2022 merupakan
penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Prevalensi pneumonia
sebanyak 740.180 (14%) dari keseluruhan kematian yang terjadi pada balita atau anak
di bawah usia lima tahun pada tahun 2019 di dunia. Kasus pneumonia banyak terjadi
di negara-negara berkembang, angka kematian tertinggi berada di Asia Selatan (2.500
kasus per 100.000 anak) serta di Afrika Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000
anak) (UNICEF, 2022).
Indonesia merupakan negara berkembang yang menunjukkan data pada tahun
2018, terdapat 71 anak setiap satu jam di Indonesia yang terjangkit pneumonia, sekitar
19.000 anak diperkirakan meninggal disebabkan oleh pneumonia (UNICEF , 2019).
Prevalensi pneumonia pada anak di Indonesia tahun 2021 sebesar 31,41% dengan
jumlah kasus sebanyak 278.261 kasus. Jumlahnya turun 10,19% dibandingkan
dengan tahun 2020 sebanyak 309.838 kasus. Tingkat kematian di Indonesia tercatat
sebesar 0,16%, artinya sebanyak 444 balita di Indonesia meninggal karena
pneumonia. Profil Kesehatan Indonesia (2021), menyebutkan provinsi dengan
cakupan penemuan pneumonia pada balita tertinggi berada di Jawa Timur (50,0%),
Banten (46,2%), dan Lampung (40,6%). Sedangkan prevalensi di Kalimantan Timur

1 PROGRAM ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


2

(13,5%) (Kemenkes RI, 2021).


Terdapat berbagai resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut adalah
pneumonia yang terjadi pada masa bayi, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), tidak
dapat imunisasi, tidak mendapat ASI (Air Susu Ibu) yang adekuat, malnutrisi,
defisiensi vitamin A, tingginya prevalensi kolonialisasi bakteri patogen di nasofaring
dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok)
(Kemenkes RI, 2021).
World Health Organization (WHO) tahun 2022, menyatakan bahwa 50% polusi
udara dari keseluruhan beban penyakit pneumonia merupakan penyebab utama
kematian anak secara global. Bukti yang berkembang menunjukkan bahwa polusi
udara berdampak buruk pada perkembangan kognitif anak dan dapat menyebabkan
perkembangan penyakit kronis di masa dewasa seperti kardiovaskuler dan kanker.
Salah satu pengendalian untuk menekan angka kenaikan pneumonia dengan
memberikan kesadaran terhadap ibu atau pengasuh anak untuk segera membawa anak
ke pelayanan kesehatan salah satunya adalah Rumah Sakit. Di pelayanan kesehatan
inilah salah satu tenaga medis yang berperan adalah perawat. Perawat berperan
sebagai pemberi asuhan keperawatan, asuhan keperawatan diterapkan melalui proses
keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan
tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil
asuhan yang telah diberikan (Safitri, dkk, 2022).
Melihat latar belakang penyakit, penyebab, serta angka kejadian anak penderita
pneumonia; dan adanya penyebutan pneumonia oleh World Health Organization
(WHO) sebagai “Pneumonia is The Leading of Children Worldwide” serta di sebut
juga sebagai pembunuh anak yang terlupakan atau “The Forgetten Killer of
Children". Maka penulis tertarik melakukan tinjauan studi terkait pneumonia pada
anak.

PROGRAM ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


3

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah memperoleh pengetahuan tentang pneumonia pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami teori dasar mengenai pneumonia terkait
pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisologis, manifestasi klinis, komplikasi,
penatalaksanaan serta asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada anak dengan pneumonia.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada anak dengan
pneumonia.
d. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
pneumonia.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan pada anak dengan pneumonia.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada anak
dengan pneumonia

PROGRAM ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Pneumonia


1. Pengertian
Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang menyerang jaringan
paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang disebut alveoli, yang
terisi udara ketika orang sehat bernafas. Ketika seseorang menderita pneumonia,
alveoli dipenuhi dengan nanah dan cairan, yang membuat sulit bernapas dan
membatasi asupan oksigen (WHO, 2019).
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur,
pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik paru. Pneumonia dapat menyerang siapa
aja, seperti anak-anak, remaja, dewasa muda dan lanjut usia, namun lebih banyak
pada balita dan lanjut usia (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020).
2. Klasifikasi
Menurut Amin dan Hardhi (2015) klasifikasi pneumonia dapat dibedakan
meliputi :
a) Letak Anatomi
1) Pneumonia Lobaris : Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu
bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka
dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda.
2) Pneumonia Lobularis (bronkopneumonia) : Bronkopneumonia terjadi
pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen
untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya.
3) Pneumonia Interstisial : Proses Inflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
b) Klinis dan Epidemiologi
1) Pneumonia Komunitas : Pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak

4 PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


5

menjalani rawat inap di rumah sakit, infeksi diperoleh di kehidupan


bermasyarakat.
2) Pneumonia Nosokomial : Pneumonia yang diperoleh selama perawatan di
rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
3) Pneumonia Aspirasi : Pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi oral atau
bahan dari lambung, baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil
inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi
karena bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau
penyebab lain dari pneumonia.
4) Pneumonia Imunnocompromised : Pneumonia yang terjadi pada penderita
yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
3. Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi (2015) Faktor yang memegang peranan penting
pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi,
gambaran klinis dan strategi pengobatan yaitu usia pasien. Pada anak balita
(dibawah 5 tahun), Pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Strepcoccus
pneumonia, Haemophillus influenza tipe B dan Staphylococcus aureus,
sedangkan pada anak yang lebih besar, remaja, dan pasien dewasa selain bakteri
tersebut juga ditemukan infeksi bakteri Mycoplasma.
Berdasarkan mikroorganisme penyebab penyakit, pneumonia dibedakan
menjadi :
a. Pneumonia Bacterial / Tipikal
Pneumonia Bacterial / Tipikal merupakan pneumonia akibat infeksi dari
bakteri, seperti Streptococcus Pneumonia, Haemofilus Influenza,
Mycobacterium Tuberculosa dan Pneumococcus.
b. Pneumonia Atipikal
Pneumonia jenis ini sebenarnya masih disebabkan oleh bakteri, tetapi
gejalanya lebih ringan daripada pneumonia bakterial. Karena gejalanya
ringan, penderita pneumonia biasanya tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
Kondisi ini disebut sebagai Walking Pneumonia (Pneumonia berjalan).
Pneumonia atipikal biasanya disebabkan oleh bakteri Mycoplasma

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


6

Pneumoniae atau Chlamydophila Pneumoniae.


c. Pneumonia Viral
Berbagai jenis virus dapat menginfeksi paru-paru dan menyebabkan
macam-macam pneumonia. Pneumonia viral biasanya berlangsung lebih
singkat daripada pneumonia bakterial dan gejalanya pun lebih ringan. Tetapi,
terkadang kasus pneumonia viral juga bisa berakibat fatal, terutama jika
penyebabnya adalah virus Influenza, SARS-CoV-2 (COVID-19), dan MERS.
Anak-anak, lansia, dan orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah lebih
berisiko untuk mengalami pneumonia viral.
d. Pneumonia Fungal
Pneumonia ini disebabkan oleh adanya infeksi jamur. Pneumonia fungal
jarang terjadi dan biasanya dialami oleh seseorang yang menderita penyakit
kronis atau memiliki daya tahan tubuh yang lemah seperti penderita AIDS,
Kanker yang sedang menjalani kemoterapi, Autoimun, atau penerima
transplantasi organ yang diharuskan mengkonsumsi obat-obatan penekan
sistem imun tubuh (Imunnosupresan).
4. Patofisiologis
Mikroorganisme penyebab pneumonia akan masuk kedalam jaringan paru-
paru melalui saluran pernafasan atas, masuk ke bronkiolus dan alveoli lalu
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya
protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Mikroorganisme dapat meluas
melalui porus kohn dari alveoli ke alveoli diseluruh segmen lobus. Timbulnya
hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari
kapiler paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi
eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit mengakibatkan kapiler alveoli
menjadi melebar sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran
oksigen dengan karbondioksida.
Peradangan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya hipersekresi sputum
yang dapat menghalangi saluran pernafasan, membatasi aliran udara, dengan
demikian akan memperparah fungsi paru yang sudah menurun. Jika pasien tidak
dapat batuk secara efektif untuk mengurangi hasil sekresi sputum yang berlebih,

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


7

maka dapat menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas sehingga menimbulkan


masalah utama bersihan jalan napas tidak efektif (Iqbal, dkk, 2015).

Bakteri, virus,
parasite, jamur.

Terhirup

Masuk ke alveoli

Proses
peradangan

Suhu tubuh Infeksi Cairan eksudat masuk kedalam alveoli

Produksi sputum Daya kembang paru


Hipertermi Berkeringat,
nafsu makan
Gangguan difusi
dan minum Konsolidasi Sputum
cairan tertelan Gangguan
Suplai O2
Risiko sputum di masuk ke pertukaran gas
Hipovolemia jalan nafas lambung

Ketidakefektifan
Ketidakefektifan Konsolidasi
pola nafas
bersihan jalan nafas cairan
sputum di
lambung Intoleransi
Aktivitas
Asam lambung

Risiko ketidakseimbangan nutrisi Mual dan Cairan Nyeri


kurang dari kebutuhan tubuh muntah menekan Akut
syaraf
frenikus

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017).

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


8

5. Manifestasi Klinis
Menurut Mandan (2019) tanda gejala yang timbul pada pneumonia antara lain:
a. Batuk berdahak kental dan produktif
Batuk merupakan gejala dari suatu penyakit yang menyerang saluran
pernapasan, hal ini disebabkan adanya mikroorganisme atau non
mikroorganisme yang masuk ke saluran pernapasan sehingga diteruskan ke
paru-paru dan bagian bronkus maupun alveoli. Dengan masuknya
mikroorganisme menyebabkan terganggunya kinerja makrofag sehingga
terjadilah proses infeksi, jika infeksi tidak
ditangani sejak dini akan menimbulkan peradangan atau inflamasi sehingga
timbulnya odema pada paru dan menghasilkan sekret yang berlebih.
b. Sesak nafas
Adanya gejala sesak nafas pada pasien pneumonia dapat terjadi karena
penumpukan sekret atau dahak pada saluran pernapasan sehingga udara yang
masuk dan keluar pada paru-paru mengalami hambatan
c. Demam menggigil
Terjadinya gejala seperti demam menggigil merupakan sebuah tanda
adanya peradangan atau inflamasi yang terjadi didalam tubuh sehingga
hipotalamus bekerja dengan memberi respon dengan menaikan suhu tubuh.
Demam pada penyakit pneumoni dapat mencapai 38,8℃ sampai 41,1℃.
d. Mual dan tidak nafsu makan
Gejala mual dan tidak nafsu makan disebabkan oleh peningkatan produksi
sekret dan timbulnya batuk, sehingga dengan adanya batuk berdahak
menimbulkan penekanan pada intra abdomen dan saraf pusat menyebabkan
timbulnya gejala tersebut.
e. Ronchi
Ronchi terjadi akibat lendir di dalam jalur udara, mendesis karena
inflamasi di dalam jalur udara yang lebih besar.
f. Lemas atau kelelahan
Gejala lemas atau kelelahan juga merupakan tanda dari Pneumonia, hal ini
disebabkan karena adanya sesak yang dialami seorang klien sehingga
kapasitas paru-paru untuk bekerja lebih dari batas normal dan kebutuhan

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


9

energi yang juga terkuras akibat usaha dalam bernapas.


g. Orthopnea
Gejala orthopnea juga dapat terjadi pada klien dengan Pneumonia.
Orthopnea sendiri merupakan suatu gejala kesulitan bernapas saat tidur
dengan posisi terlentang.
6. Respon Tubuh
Masuknya bakteri ke dalam saluran pernafasan maka tubuh (respon imun)
akan menghalau mikroorganisme tersebut. Primary Respiratory Defense
mechanisms merupakan respon imun dari saluran pernafasan atau paru untuk
melindungi dari infeksi atau inflamasi sehingga respon imun saluran nafas atau
paru tetap normal serta optimal dan kompeten dalam menghalau mikroorganisme
penyebab infeksi. Inflamasi merupakan respons pertahanan paru host akibat
rusaknya jaringan paru oleh karena infeksi mikroorganisme. Respons inflamasi
pada dasarnya merupakan mekanisme untuk bertahan terhadap mikroorganisme
patogen. Respons inflamasi ini sebenarnya dapat terjadi tidak hanya pada kasus
infeksi, tetapi juga pada kasus trauma dan hipersensitivitas. Dalam proses
inflamasi ini akan melibatkan berbagai jenis sel-sel inflamasi untuk diaktifkan dan
selanjutnya akan disekresi sitokin dan mediator untuk mengatur sel-sel inflamasi
tersebut. Kapan pneumonia bisa terjadi tergantung hasil akhir interaksi dari
virulensi dan densitas mikroorganisme dengan respon imun (Wahyudi, 2020).
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi apabila pasien pneumonia tidak tertangani
secara cepat dan tepat yaitu seperti empiema, empisema, atelektasis, otitis media
akut, dan jika kuman menyebar ke selaput otak dapat menyebabkan meningitis.
Infeksi aliran darah (bakteremia) dapat terjadi akibat adanya bakteri yang masuk
ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ-organ lain. Bakteremia
berpotensi menyebabkan beberapa organ gagal berfungsi yang bisa berakibat
fatal. Penumpukan nanah bisa menyebabkan terbentuknya abses paru atau
empiema. Pada beberapa keadaan kondisi dapat ditangani dengan pemberian
antibiotik, namun jika tidak kunjung membaik, diperlukan tindakan medis khusus
membuang nanah. Efusi pleura merupakan kondisi di mana cairan memenuhi
ruang di antara kedua lapisan pleura, yaitu selaput yang menyelimuti paru-paru

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


10

dan rongga dada. Acute respiratoty distress syndrome (ARDS) terjadi ketika
cairan memenuhi kantong-kantong udara (alveoli) di dalam paru-paru sehingga
menyebabkan penderita tidak bisa bernapas (gagal napas) (Wahyudi, 2020).
8. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi : Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis
pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta
gambaran kavitas.
b. Pemeriksaan laboratorium lengkap : Terjadi peningkatan leukosit dan
peningkalan LED. LED meningkat terjadi karena hipoksia, volume menurun,
tekanan jalan napas meningkat. Pewarnaan darah lengkap (Complete Blood
Count – CBC): Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan
darah putih (white blood count -WBC) rendah pada infeksi virus.
c. Pemeriksaan mikrobiologi yaitu pemeriksaan gram atau kultur sputum dan
darah yang diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, atau biopsi atau
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
d. Analisis gas darah : Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya
kerusakan paru-paru.
e. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat, complain menurun, dan
hipoksemia.
f. Tes serologi: Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara
spesifik.
9. Penatalaksanaan
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun akan
disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan pengobatan
pada pasien pneumonia tergantung dari tinggkat keparahan gejala yang timbul
dari infeksi pneumonia itu sendiri (Wahyudi, 2020).
a. Bagi Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri : Maka pemberian antibiotik
adalah yang paling tepat. Pengobatan haruslah benar-benar komplit sampai
benar-benar tidak lagi adanya gejala pada pasien. Selain itu, hasil pemeriksaan

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


11

X-Ray dan sputum harus tidak lagi menampakkan adanya bakteri pneumonia.
Jika pengobatan ini tidak dilakukan secara komplit maka suatu saat
pneumonia akan kembali mendera si pasien (Wahyudi, 2020).
1) Untuk bakteri Streptococus Pneumoniae : Bisa diatasi dengan pemberian
vaksin dan antibiotik. Ada dua vaksin tersedia, yaitu pneumococcal
conjugate vaccine dan pneumococcal polysacharide vaccine.
Pneumococcal conjugate vaccine adalah vaksin yang menjadi bagian dari
imunisasi bayi dan direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2
tahun dan anak-anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu
pneumococcal polysacharide vaccine direkomendasikan bagi orang
dewasa. Sedangkan antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan
tipe pneumonia ini termasuk penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid,
serta macrolide antibiotics, termasuk erythromycin (Wahyudi, 2020).
2) Untuk bakteri Hemophilus Influenzae : Antibiotik yang bermanfaat dalam
kasus ini adalah generasi cephalosporins kedua dan ketiga, amoxillin dan
clavulanic acid, fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral,
gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim (Wahyudi,
2020).
3) Untuk bakteri Mycoplasma : Dengan cara memberikan antibiotik
macrolides (erythromycin, clarithomycin, azithromicin dan
fluoroquinolones), antibiotik ini umum diresepkan untuk merawat
mycoplasma pneumonia (Wahyudi, 2020).
b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus : Pengobatannya hampir sama
dengan pengobatan pada pasien flu. Namun, yang lebih ditekankan dalam
menangani penyakit pneumonia ini adalah banyak beristirahat dan pemberian
nutrisi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. Sebab
bagaimana pun juga virus akan dikalahkan jika daya tahan tubuh sangat baik
(Wahyudi, 2020).
c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur : Cara pengobatannya akan sama
dengan cara mengobati panyakit jamur lainnya. Hal yang paling penting
adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi pneumonia (Wahyudi,
2020).
d. Penatalaksanaan umum
1) Berikan oksigenasi jika diperlukan : Terapi oksigen dianjurkan pada
pasien dewasa, anak-anak dan bayi ketika menilai saturasi oksigen kurang
dari/ sama dengan 90% saat pasien beristirahat dan bernapas dengan udara

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


12

ruangan. Pada kasus pneumonia yang mengalami hipoksia akut


dibutuhkan segera pemberian terapi O2 dengan fraksi oksigen (Fio2)
berkisaran 60 – 100% dalam jangka waktu yang pendek sampai kondisi
klinik membaik dan terapi spesifik diberikan. Terapi awal dapat
diberiakan dengan nasal canul 1-6L/ menit atau masker wajah sederhana
5-8L/ menit, kemudian ubah ke masker dengan reservoir jika target
saturasi 94 – 98% tidak tercapai dengan nasal canul dan masker wajah
sederhana. Masker dengan reservoir dapat diberikan langsung jika saturasi
oksigen <85%.
2) Berikan antipiretik jika demam seperti Parasetamol atau Ibuprofen.
3) Beri Bronkodilator untuk menjaga jalur udara tetap terbuka, memperkuat
aliran udara jika perlu seperti albuterol, metaproteranol, levabuterol via
nebulizer atau metered dose inhaler.
4) Tingkatkan asupan cairan untuk membantu menghilangkan sekresi dan
mencegah dehidrasi.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk
mendeteksi masalah ini. Melakukan pengkajian pada pernafasan lebih jauh
dengan mengidentifikasi manifestasi klinis pneumonia: nyeri, takipnea,
penggunaan otot pernafasan untuk bernafas, nadi cepat, bradikardi, batuk, dan
sputum purulen. Keparahan dan penyebab nyeri dada harus diidentifikasi juga.
Segala perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah sekresi, bau sekresi, dan warna
sekresi, frekuensi dan keparahan batuk, serta takipnea atau sesak nafas harus di
pantau. Konsolidasi pada paru-paru dapat di kaji dengan mengevaluasi bunyi
nafas (pernafasan bronkial, ronki, atau krekles) dan hasil perkusi (pekak pada
bagian dada yang sakit) (Smeltzer dan Bare, 2013).
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan. Sebenarnya, pengkajian
tersebut ialah proses berkesinambungan yang dilakukan pada semua fase proses
keperawatan. Misalnya, pada fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk
menentukan hasil strategi keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan.

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


13

Semua fase proses keperawatan bergantung pada pengumpulan data yang lengkap
dan akurat (Herawati, dkk, 2020). Pengkajian meliputi :
a. Identitas pasien : Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis (Herawati, dkk, 2020).
b. Pola kesehatan fungsional :
1) Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan : Penting untuk
mengenal tanda serta gejala umum sistem pernapasan.Termasuk dalam
keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi
sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri dada. Keluhan utama pada
bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, mengi,
wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Herawati et al., 2020).
2) Riwayat kesehatan dahulu : Perawat menanyakan tentang penyakit yang
pernah dialami klien sebelumnya, yang dapat mendukung dengan masalah
sistem pernapasan. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya,
dengan sakit apa, apakah pernah mengalamisakit yang berat, pengobatan
yang pernah dijalanidan riwayat alergi (Herawati, dkk, 2020).
3) Riwayat kesehatan sekarang : Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada
sistem pernapasan seperti menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya
keluhan hingga klien meminta pertolongan.Misalnya sejak kapan keluhan
bersihan jalan napas tidak efektif dirasakan, berapa lama dan berapa kali
keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada
klien dengan sedetail-detailnya dan semua diterangkan pada riwayat
kesehatan sekarang (Herawati , dkk, 2020).
4) Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan adalah hal
yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang
dapat memberikan presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak
napas, batuk dalam jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi
terdahulu (Herawati, dkk, 2020).
5) Pola nutrisi atau metabolisme : Sering muncul anoreksia (akibat respon
sistematik melalui control saraf pusat), mual muntah karena terjadi

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


14

peningkatan rangsangan gaster dari dampak peningkatan toksik


mikroorganisme.
6) Pola kognitif perseptur Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang
pernah disampaikan, biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan
oksigenasi pada otak.
7) Pola persepsi-diri atau konsep diri : Tampak gambaran keluarga terhadap
pasien, karena pasien diam.
8) Pola peran-hubungan : Pasien terlihat malas diajak bicara dengan
keluarga, pasien lebih banyak diam.
9) Pola seksualitas- reproduksi : Status pasien dan mempunyai anak atau
tidak.
10) Pola koping – toleransi : Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi
stress.
11) Pola nilai – kepercayaan : Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring
kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Tuhan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Tampak lemah dan hasil pemeriksaan TTV sesuai
kondisi pasien.
2) Kepala – leher : Warna rambut, kebersihan dan kondisi kepala apakah ada
edema atau tidak.
3) Mata : Konjungtiva pucat (karena anemia),Konjungtivita sianodis(karena
hipoksia), Konjungtivita terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis).
4) Hidung : Nafas cuping hidung, mukosa lembab, ada penumpukan secret.
5) Telinga : Apakah ada kelainan sebagaimana pneumonia dapat
menimbulkan OMA.
6) Mulut dan gigi : Mukosa kering bibir pecah-pecah, ada atau tidaknya lesi.
7) Pemeriksaan thorax : Inspeksi : gerakan pernafasan simetris dan biasanya
ditemukan peningkatan frekuensi pernafasan cepat dan dangkal, adanya
retraksi dinding dada, nafas cuping hidung. Palpasi: pada palpasi yang
dilakukan biasanya didapatkan gerakan dan saat bernafas biasanya normal

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


15

dan seimbang antara bagian kiri dan kanan. Tectil biasanya normal.
Perkusi: pasien pneumonia tanpa komplikasi biasanya didapatkan bunyi
ronsen atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup pada pasien
pneumonia biasanya didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi satu
tempat. Auskultasi : Pada pasien pneumonia didapatkan bunyi napas
melemah dan bunyi napas tambahan ronchi pada posisi yang sakit.
8) Jantung : Ada kelainan pada irama jantung.
9) Abdomen : Ada nyeri tekan, terdapat bunyi pekak pada abdomen.
10) Ekstremitas : Ada atau tidak ditemukannya gangguan pada kekuatan otot.
11) Integumen : Akral teraba hangat, keadaan turgor kulit, dan ada atau
tidaknya lesi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan pada klien
pneumonia adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan (D.0001 ) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan pada kasus pneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut :
a. Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama …
x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil :
Batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun, wheezing menurun,
dispnea menurun, sianosis menurun, frekuensi nafas membaik, pola nafas
membaik (SLKI.01001).
b. Intervensi :
1) Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk.

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


16

b) Monitor adaanya retensi sputum.


c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas.
d) Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik).
2) Terapeutik
a) Atur posisi semi-fowler atau fowler.
b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien.
c) Buang secret pada tempat sputum
d) Terapi fisiotrapi dada (claping).
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif.
b) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu
(dibulatkan) selama 8 detik.
c) Anjurkan Tarik nafas dalam hingga 3 kali
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam yang
ke – 3.
4) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien
(Mandan, 2019). Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan
klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap
biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian
bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien
terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia
perawatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi
dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
(Setiadi, 2012).

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


17

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan terbagi menjadi dua yaitu :
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi formatif harus dilaksanakan
segra setelah perencanaan keperawatan telah diimplementasikan untuk
membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi formatif harus
dilaksanakan terus menerus hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.
Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri atas analisis
rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi
klien, dan menggunakan from evaluasi. Ditulis dalam catatan perawatan.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan
perkembangan. Fokus evaluasi sumatif adalah perubahan prilaku atau setatus
kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan
pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam
asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien
menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, tujuan
tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: Jika klien menunjukan perubahan
sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan, dan tujuan tidak
tercapai/ masalah tidak teratasi : Jika klien tidak menunjukan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru. Penentuan masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Perumusan evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan.

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


18

1) Subjektif : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2) Objektif : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat
3) Analisis : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau
dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) Perencanaan : Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan pasien.

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus
By MI usia 3 bulan Jenis kelamin laki-laki masuk dengan keluhan sesak nafas,
riwayat masuk RS adalah rujukan dari puskesmas dengan sesak nafas sejak tadi
malam, sesak nafas terus menerus, tanda bibir biru (-), tanda kaki tangan biru (-),
menyusui ASI (+) terhenti henti, tidur (+) ketika batuk menjadi terbangun,
sebelumnya demam sudah sejak tiga hari, disertai batuk (+) berdahak bersamaan
dengan munculnya demam, pilek (-), muntah (-). BAK tidak ada keluhan, BAB tidak
ada keluhan. BB lahir 2800 gr dan BB sekarang 6300 gr. Pasien di diagnosa dengan
pneumonia berat.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien : By. M usia 3 bulan dengan jenis kelamin laki-laki.
b. Pola kesehatan fungsional :
1) Keluhan utama : Sesak nafas sejak tadi malam secara terus menerus
disertai dengan batuk berdahak.
2) Riwayat kesehatan dahulu : Tidak ada masalah kesehatan.
3) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat demam sejak 3 hari yang lalu
disertai dengan batuk berdahak, perubahan pada pola menyusu yang
terhenti-henti dan tidak lampias.
4) Pengkajian riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada masalah atau riwayat
penyakit keluarga.
5) Pola nutrisi atau metabolisme : Perubahan pada pola menyusu yang
terhenti-henti dan tidak lampias.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Kesadaran compos mentis dengan keadaan umum lemah,
akral hangat dengan berat badan 6300 gr dan tanda-tanda vital frekuensi

18 PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


19

nadi 166 x / menit, frekuensi pernaasan 68 x/menit, dan suhu 37,8 ℃.


2) Kepala – leher : Warna rambut hitam dan kulit kepala nampak bersih.
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
3) Mata : Sisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan mata normal,
konjungtiva berwarna merah muda, kornea normal, sklera anikterik, pupil
isokor, tidak ditemukan kelainan pada otot-otot mata, fungsi pengelihatan
baik, tidak nampak tanda-tanda radang, reaksi mata pasien terhadap
cahaya normal serta tidak ada kelainan.
4) Telinga : Daun telinga normal, serumen telinga berwarna kekuningan
dengan konsistensi lunak dan berbau normal, kondisi telinga tengah
normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga, tidak ada tinnitus, fungsi
pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan, dan pasien juga
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
5) Mulut dan gigi : Mukosa mulut nampak kering, tidak ada pembengkakan
pada gusi.
6) Thorax : Pasien mengalami sesak dengan frekuensi pernafasan sebanyak
68 x/ menit, nampak menggunakan otot bantu pernafasan, irama
pernafasan tidak teratur, kedalaman pernafasan dangkal, terdapat batuk
dengan sputum yang produktif, palpasi dada tidak teraba massa, aulkustasi
suara nafas pasien ronkhi,
7) Jantung : Ada kelainan pada jantung.
8) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, abdomen dalam keadaan normal.
9) Ekstremitas : Tidak ditemukannya gangguan pada kekuatan otot.
10) Integumen : Akral teraba hangat,kulit nampak kemerahan, mukosa
nampak kering, turgor kulit buruk lebih dari 2 detik.
2. Analisa data dan Diagnosa
No Data Masalah Etiologi
1 Data Subjektif : Ketidakefektifan Obstruksi jalan
1. Keluarga pasien bersihan jalan nafas
mengatakan pasien nafas
mengalami sesak nafas

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


20

sejak tadi malam.


2. Keluarga pasien
mengatakan pasien sudah
batuk berdahak sejak 3 hari
yang lalu.
Data Objektif :
1. Pasien nampak sesak
dengan frekuensi
pernafasan 68 x/ menit.
2. Pasien nampak
menggunakan otot bantu
pernafasan, irama
pernafasan tidak teratur, dan
kedalaman pernafasan
dangkal.
3. Pasien nampak batuk
dengan sputum yang
produktif.
4. Auskultasi suara nafas
pasien terdengar ronkhi.
2. Data Subjektif : Hipertermi Peningkatan laju
Keluarga pasien mengatakan metabolisme
pasien mengalami demam sejak
3 hari yang lalu.
Data Objektif :
1. Pasien demam dengan suhu
37,8 ℃ dan nadi 166 x/
menit.
2. Kulit pasien teraba hangat
dan nampak kemerahan.
3. Pasien nampak berkeringat.

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


21

4. Mukosa nampak kering dan


turgor kulit buruk dengan
CRT lebih dari 2 detik.
3. Data Subjektif : Risiko
Keluarga pasien mengatakan ketidakseimbangan
aktivitas menyusu pasien nutrisi kurang dari
terputus-putus karna batuk. kebutuhan tubuh
Data Objektif :
1. Pasien nampak menyusu
tetapi terputus-putus karna
batuk.
2. Pasien nampak enggan
menyusu ketika sudah
batuk.
3. Pasien cenderung lebih
banyak tidur dan
melewatkan waktu
menyusu.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Pasien terbebas dari batuk dan jalan nafas bersih dari sputum dengan
auskultasi suara nafas vesikuler.
b) Pasien terbebas dari sesak dengan irama dan frekuensi pernafasan
dalam rentan normal (30-60 x / menit).
c) Pasien tidak menggunakan otor bantu pernafasan dengan kedalaman
pernafasan yang adekuat.

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


22

2) Intervensi :
a) Kaji adanya batuk dan adanya sumbatan jalan nafas.
b) Observasi frekuensi pernafasan, irama pernafasan, kedalaman
pernafasan, dan adanya pengunaan otot bantu pernafasan.
c) Anjurkan keluarga pasien untuk meningkatan asupan cairan peroral
(ASI) untuk memfasilitasi pengeluaran sekret.
d) Beri posisi nyaman pada pasien.
e) Lakukan fisioterapi dada untuk memfasilitasi pengeluaran sekret pada
pasien.
f) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dan pemberian terapi nebulizer
sesuai kebutuhan.
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
hipertermia dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Pasien terbebas dari demam dengan suhu tubuh dalam rentang normal
(36,6 ℃ - 37,6 ℃) dan nadi dalam rentang normal (90-180 x/ menit).
b) Mukosa nampak lembab dan turgor kulit baik dengan CRT kurang dari
2 detik.
c) Kulit tidak berwarna kemerahan dan tidak berkeringat secara
berlebihan.
2) Intervensi :
a) Observasi suhu dan nadi pasien secara berkala.
b) Anjurkan keluarga untuk meningkatkan asupan cairan peroral (ASI)
c) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat.
d) Jaga suhu ruangan tetap sejuk.
e) Beri kompres hangat pada dahi, lipatan ketiak, leher atau area
selangkangan untuk memfasilitasi pengeluaran panas dari dalam
tubuh.
f) Kolaborasi pemberian terapi cairan parenteral dan obat antipiretik
sesuai kebutuhan.

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


23

c. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam Risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
a) Pasien dapat menyusu secara adekuat tanpa ada gangguan.
b) Pasien tidak melewatkan waktu menyusu.
2) Intervensi :
a) Kaji adanya gangguan pada proses menyusu.
b) Observasi berat badan secara berkala.
c) Anjurkan keluarga untuk meningkatkan asupan cairan peroral (ASI)
sedikit tapi sering.
d) Bangunkan pasien setiap waktu menyusu.
e) Kolaborasi pemberian terapi ASI melalui Nasogastric Tube bila
keengganan menyusui makin memburuk.

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan
oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan
kimia atau kerusakan fisik paru. Pneumonia dapat menyerang siapa aja, seperti anak-
anak, remaja, dewasa muda dan lanjut usia, namun lebih banyak pada balita dan lanjut
usia.
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh
dunia. Prevalensi pneumonia sebanyak 740.180 (14%) dari keseluruhan kematian
yang terjadi pada balita atau anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2019 di dunia.
Kasus pneumonia banyak terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
Prevalensi pneumonia pada anak di Indonesia tahun 2021 sebesar 31,41% dengan
jumlah kasus sebanyak 278.261 kasus. Jumlahnya turun 10,19% dibandingkan
dengan tahun 2020 sebanyak 309.838 kasus. Tingkat kematian di Indonesia tercatat
sebesar 0,16%, artinya sebanyak 444 balita di Indonesia meninggal karena
pneumonia.
Mikroorganisme penyebab pneumonia akan masuk kedalam jaringan paru-paru
melalui saluran pernafasan atas dan menyebabkan peradangan yang dapat
menimbulkan hipersekresi sputum yang menghalangi saluran pernafasan. Selain
batuk berdahak yang kental dan produktif serta sesak nafas, pneumonia dapat
menimbulkan gejala lain seperti demam, mual, tidak nafsu makan, lemas dan
kelelahan. Jika tidak tertangani dengan cepat dan tepat, pneumonia dapat menyebab
komplikasi seperti empiema, empisema, atelektasis, otitits media akut, efusi pleura,
gagal nafas, dan meningitis.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa pneumonia dapat dilakukan
melalui radiologi (foto), pemeriksaan lab darah, pemeriksaan mikrobiologi melalui
dahak, dan pemeriksaan fungsi paru. Sementara untuk penanganan pneumonia
Karena penyebab pneumonia bervariasi maka penanganannya pun akan disesuaikan
dengan penyebab tersebut.

24 PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


25

B. Saran
Mahasiswa sebaiknya memahami konsep dari penyakit Pneumonia sehingga
dapat menerapkannya dalam asuhan keperawatan. Dalam penulisan makalah ini
penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Penulis berharap kritik dan
saran yang membangun dari pembaca agar penulis dapat lebih baik dikemudian hari.

PRODI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


DAFTAR PUSTAKA

Amin., & Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc, Jilid 3. Yogyakarta : Medication Publishing.
Damanik, S. M. and Sitorus, E. (2020). Buku Materi Pembelajaran Keperawatan
Anak. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia.
Iqbal, W., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta : Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). (2021). Profil
Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta : KEMENKES RI. Diakses pada
https://www.kemkes.go.id/app_asset/file_content_download/Profil-
Kesehatan-Indonesia-2020.pdf 16 Oktober 2023 pukul 22.15 WIB
Mandan, A. N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita
Pneumonia Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di Ruang Asoka
RSUD Dr. Hardjono Ponorogo. Diakses pada
http://eprints.umpo.ac.id/5023/ 17 Oktober 2023 Pukul 08.30 WIB.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2020). Press Release : Outbreak
Pneumonia di Tiongkok. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Diakses pada 17 Oktober 2023 Pukul 01.00 WIB
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Press_Release_Outbreak_
pneumonia_Pneumonia_Wuhan-17_Jan_2020.pdf .
Puspitasari, F., Purwono, J., & Immawati. (2021). Implementation of Effective
Cough Techiques to Overcome Cleaning Problems In Effective Breach of
Patient with Lung Tuberculosis. Jurnal Cendikia Muda Vol 1 no 2. Diakses
https://www.jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/view/
205/116 pada 16 Oktober 2023 pukul 22.10 WIB.
Safitri, Reza Wardana. Roro Lintang Suryani. "Batuk Efektif Untuk Mengurangi
Sesak Nafas Dan Sekret Pada Anak Dengan Diagnosa Bronkopneumonia."
Jurnal Inovasi Penelitian Vol 3 No 4. Diakses pada https://stp-mataram.e-
journal.id/JIP/article/view/1951 16 Oktober 2023 pukul 23.50 WIB.
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
Tangerang : Graha Ilmu.

PROGRAM ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN


Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
United Nations Children's Fund (UNICEF). (2022). Pneumonia in Childern
Statistic. UNICEF. Diakses pada https://data.unicef.org/topic/child-
health/pneumonia/ 16 Oktober 2023 pukul 23.15 WIB.
United Nations Children's Fund (UNICEF). (2019). 2019 Child Pneumonia Data
Visualizer. UNICEF. Diakses pada https://data.unicef.org/wp-
content/uploads/2020/01/Child-Pneumonia-Data-Visualizer-Toolkit-2019-
final.xlsx 16 Oktober 2023 pukul 23.40 WIB.
Wahyudi, K. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien yang di Rawat di Rumah
Sakit. Diakses pada https://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/1066/1/KTI%20KRIS%20WAHYUDI.pdf 17 Oktober 2020
pukul 10.10 WIB.
World Health Organization (WHO). (2022). Pneumonia in Children 2021. WHO.
Diakses https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia 16
Oktober 2023 pukul 23.00 WIB.

PROGRAM ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN

Anda mungkin juga menyukai