PNEUMONIA
PNEUMONIA
PNEUMONIA
Disusun Oleh :
Dini Safitri (12321038)
Meiritayanti (12321039)
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
1. Tujuan Umum ............................................................................. 3
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 3
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Pneumonia
1. Pengertian ................................................................................... 4
2. Klasifikasi ................................................................................... 4
3. Etiologi ........................................................................................ 5
4. Patofisiologi .............................................................................. 5
5. Manifestasi Klinis ....................................................................... 8
6. Respon Tubuh ............................................................................ 9
7. Komplikasi .................................................................................. 9
8. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 10
9. Penatalaksanaan ......................................................................... 10
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................ 12
2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 15
3. Perencanaan Keperawatan ......................................................... 15
4. Pelaksanaan Keperawatan .......................................................... 1
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 17
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Kasus ................................................................................................. 18
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian .................................................................................. 18
2. Analisa data dan Diagnosa Keperawatan ................................... 19
3. Perencana Keperawatan .............................................................. 21
BAB IV :PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 24
B. Saran .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan seseorang yang usianya belum mencapai 18 tahun dan sedang
berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan. Anak memiliki fisik, pola
kognitif, pola koping, konsep diri, serta perilaku sosial berbeda-beda yang akan
mempengaruhi cepat atau lambatnya proses pertumbuhan dan perkembangan
(Damanik & Sitorus, 2020). Lingkungan memiliki peran yang sangat penting terhadap
proses pertumbuhan dan perkembangan anak, Anak sangat rentan terkena penyakit
yang disebabkan oleh faktor lingkungan yakni infeksi yang disebabkan oleh adanya
bakteri, virus, jamur, dan mikroorganisme lainnya (Puspitasari, 2021). Penyumbang
terbesar kematian pada anak tahun 2021 karena infeksi adalah sebesar 10,3%
kematian akibat diare dan 9,4% kematian akibat pneumonia (Kemenkes, 2021).
Pneumonia menurut World Health Organization (WHO) tahun 2022 merupakan
penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Prevalensi pneumonia
sebanyak 740.180 (14%) dari keseluruhan kematian yang terjadi pada balita atau anak
di bawah usia lima tahun pada tahun 2019 di dunia. Kasus pneumonia banyak terjadi
di negara-negara berkembang, angka kematian tertinggi berada di Asia Selatan (2.500
kasus per 100.000 anak) serta di Afrika Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000
anak) (UNICEF, 2022).
Indonesia merupakan negara berkembang yang menunjukkan data pada tahun
2018, terdapat 71 anak setiap satu jam di Indonesia yang terjangkit pneumonia, sekitar
19.000 anak diperkirakan meninggal disebabkan oleh pneumonia (UNICEF , 2019).
Prevalensi pneumonia pada anak di Indonesia tahun 2021 sebesar 31,41% dengan
jumlah kasus sebanyak 278.261 kasus. Jumlahnya turun 10,19% dibandingkan
dengan tahun 2020 sebanyak 309.838 kasus. Tingkat kematian di Indonesia tercatat
sebesar 0,16%, artinya sebanyak 444 balita di Indonesia meninggal karena
pneumonia. Profil Kesehatan Indonesia (2021), menyebutkan provinsi dengan
cakupan penemuan pneumonia pada balita tertinggi berada di Jawa Timur (50,0%),
Banten (46,2%), dan Lampung (40,6%). Sedangkan prevalensi di Kalimantan Timur
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah memperoleh pengetahuan tentang pneumonia pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami teori dasar mengenai pneumonia terkait
pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisologis, manifestasi klinis, komplikasi,
penatalaksanaan serta asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada anak dengan pneumonia.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada anak dengan
pneumonia.
d. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
pneumonia.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan pada anak dengan pneumonia.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada anak
dengan pneumonia
Bakteri, virus,
parasite, jamur.
Terhirup
Masuk ke alveoli
Proses
peradangan
Ketidakefektifan
Ketidakefektifan Konsolidasi
pola nafas
bersihan jalan nafas cairan
sputum di
lambung Intoleransi
Aktivitas
Asam lambung
5. Manifestasi Klinis
Menurut Mandan (2019) tanda gejala yang timbul pada pneumonia antara lain:
a. Batuk berdahak kental dan produktif
Batuk merupakan gejala dari suatu penyakit yang menyerang saluran
pernapasan, hal ini disebabkan adanya mikroorganisme atau non
mikroorganisme yang masuk ke saluran pernapasan sehingga diteruskan ke
paru-paru dan bagian bronkus maupun alveoli. Dengan masuknya
mikroorganisme menyebabkan terganggunya kinerja makrofag sehingga
terjadilah proses infeksi, jika infeksi tidak
ditangani sejak dini akan menimbulkan peradangan atau inflamasi sehingga
timbulnya odema pada paru dan menghasilkan sekret yang berlebih.
b. Sesak nafas
Adanya gejala sesak nafas pada pasien pneumonia dapat terjadi karena
penumpukan sekret atau dahak pada saluran pernapasan sehingga udara yang
masuk dan keluar pada paru-paru mengalami hambatan
c. Demam menggigil
Terjadinya gejala seperti demam menggigil merupakan sebuah tanda
adanya peradangan atau inflamasi yang terjadi didalam tubuh sehingga
hipotalamus bekerja dengan memberi respon dengan menaikan suhu tubuh.
Demam pada penyakit pneumoni dapat mencapai 38,8℃ sampai 41,1℃.
d. Mual dan tidak nafsu makan
Gejala mual dan tidak nafsu makan disebabkan oleh peningkatan produksi
sekret dan timbulnya batuk, sehingga dengan adanya batuk berdahak
menimbulkan penekanan pada intra abdomen dan saraf pusat menyebabkan
timbulnya gejala tersebut.
e. Ronchi
Ronchi terjadi akibat lendir di dalam jalur udara, mendesis karena
inflamasi di dalam jalur udara yang lebih besar.
f. Lemas atau kelelahan
Gejala lemas atau kelelahan juga merupakan tanda dari Pneumonia, hal ini
disebabkan karena adanya sesak yang dialami seorang klien sehingga
kapasitas paru-paru untuk bekerja lebih dari batas normal dan kebutuhan
dan rongga dada. Acute respiratoty distress syndrome (ARDS) terjadi ketika
cairan memenuhi kantong-kantong udara (alveoli) di dalam paru-paru sehingga
menyebabkan penderita tidak bisa bernapas (gagal napas) (Wahyudi, 2020).
8. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi : Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis
pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta
gambaran kavitas.
b. Pemeriksaan laboratorium lengkap : Terjadi peningkatan leukosit dan
peningkalan LED. LED meningkat terjadi karena hipoksia, volume menurun,
tekanan jalan napas meningkat. Pewarnaan darah lengkap (Complete Blood
Count – CBC): Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan
darah putih (white blood count -WBC) rendah pada infeksi virus.
c. Pemeriksaan mikrobiologi yaitu pemeriksaan gram atau kultur sputum dan
darah yang diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, atau biopsi atau
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
d. Analisis gas darah : Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya
kerusakan paru-paru.
e. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat, complain menurun, dan
hipoksemia.
f. Tes serologi: Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara
spesifik.
9. Penatalaksanaan
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun akan
disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan pengobatan
pada pasien pneumonia tergantung dari tinggkat keparahan gejala yang timbul
dari infeksi pneumonia itu sendiri (Wahyudi, 2020).
a. Bagi Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri : Maka pemberian antibiotik
adalah yang paling tepat. Pengobatan haruslah benar-benar komplit sampai
benar-benar tidak lagi adanya gejala pada pasien. Selain itu, hasil pemeriksaan
X-Ray dan sputum harus tidak lagi menampakkan adanya bakteri pneumonia.
Jika pengobatan ini tidak dilakukan secara komplit maka suatu saat
pneumonia akan kembali mendera si pasien (Wahyudi, 2020).
1) Untuk bakteri Streptococus Pneumoniae : Bisa diatasi dengan pemberian
vaksin dan antibiotik. Ada dua vaksin tersedia, yaitu pneumococcal
conjugate vaccine dan pneumococcal polysacharide vaccine.
Pneumococcal conjugate vaccine adalah vaksin yang menjadi bagian dari
imunisasi bayi dan direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2
tahun dan anak-anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu
pneumococcal polysacharide vaccine direkomendasikan bagi orang
dewasa. Sedangkan antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan
tipe pneumonia ini termasuk penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid,
serta macrolide antibiotics, termasuk erythromycin (Wahyudi, 2020).
2) Untuk bakteri Hemophilus Influenzae : Antibiotik yang bermanfaat dalam
kasus ini adalah generasi cephalosporins kedua dan ketiga, amoxillin dan
clavulanic acid, fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral,
gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim (Wahyudi,
2020).
3) Untuk bakteri Mycoplasma : Dengan cara memberikan antibiotik
macrolides (erythromycin, clarithomycin, azithromicin dan
fluoroquinolones), antibiotik ini umum diresepkan untuk merawat
mycoplasma pneumonia (Wahyudi, 2020).
b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus : Pengobatannya hampir sama
dengan pengobatan pada pasien flu. Namun, yang lebih ditekankan dalam
menangani penyakit pneumonia ini adalah banyak beristirahat dan pemberian
nutrisi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. Sebab
bagaimana pun juga virus akan dikalahkan jika daya tahan tubuh sangat baik
(Wahyudi, 2020).
c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur : Cara pengobatannya akan sama
dengan cara mengobati panyakit jamur lainnya. Hal yang paling penting
adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi pneumonia (Wahyudi,
2020).
d. Penatalaksanaan umum
1) Berikan oksigenasi jika diperlukan : Terapi oksigen dianjurkan pada
pasien dewasa, anak-anak dan bayi ketika menilai saturasi oksigen kurang
dari/ sama dengan 90% saat pasien beristirahat dan bernapas dengan udara
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk
mendeteksi masalah ini. Melakukan pengkajian pada pernafasan lebih jauh
dengan mengidentifikasi manifestasi klinis pneumonia: nyeri, takipnea,
penggunaan otot pernafasan untuk bernafas, nadi cepat, bradikardi, batuk, dan
sputum purulen. Keparahan dan penyebab nyeri dada harus diidentifikasi juga.
Segala perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah sekresi, bau sekresi, dan warna
sekresi, frekuensi dan keparahan batuk, serta takipnea atau sesak nafas harus di
pantau. Konsolidasi pada paru-paru dapat di kaji dengan mengevaluasi bunyi
nafas (pernafasan bronkial, ronki, atau krekles) dan hasil perkusi (pekak pada
bagian dada yang sakit) (Smeltzer dan Bare, 2013).
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan. Sebenarnya, pengkajian
tersebut ialah proses berkesinambungan yang dilakukan pada semua fase proses
keperawatan. Misalnya, pada fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk
menentukan hasil strategi keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan.
Semua fase proses keperawatan bergantung pada pengumpulan data yang lengkap
dan akurat (Herawati, dkk, 2020). Pengkajian meliputi :
a. Identitas pasien : Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis (Herawati, dkk, 2020).
b. Pola kesehatan fungsional :
1) Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan : Penting untuk
mengenal tanda serta gejala umum sistem pernapasan.Termasuk dalam
keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi
sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri dada. Keluhan utama pada
bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, mengi,
wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Herawati et al., 2020).
2) Riwayat kesehatan dahulu : Perawat menanyakan tentang penyakit yang
pernah dialami klien sebelumnya, yang dapat mendukung dengan masalah
sistem pernapasan. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya,
dengan sakit apa, apakah pernah mengalamisakit yang berat, pengobatan
yang pernah dijalanidan riwayat alergi (Herawati, dkk, 2020).
3) Riwayat kesehatan sekarang : Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada
sistem pernapasan seperti menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya
keluhan hingga klien meminta pertolongan.Misalnya sejak kapan keluhan
bersihan jalan napas tidak efektif dirasakan, berapa lama dan berapa kali
keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada
klien dengan sedetail-detailnya dan semua diterangkan pada riwayat
kesehatan sekarang (Herawati , dkk, 2020).
4) Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan adalah hal
yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang
dapat memberikan presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak
napas, batuk dalam jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi
terdahulu (Herawati, dkk, 2020).
5) Pola nutrisi atau metabolisme : Sering muncul anoreksia (akibat respon
sistematik melalui control saraf pusat), mual muntah karena terjadi
dan seimbang antara bagian kiri dan kanan. Tectil biasanya normal.
Perkusi: pasien pneumonia tanpa komplikasi biasanya didapatkan bunyi
ronsen atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup pada pasien
pneumonia biasanya didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi satu
tempat. Auskultasi : Pada pasien pneumonia didapatkan bunyi napas
melemah dan bunyi napas tambahan ronchi pada posisi yang sakit.
8) Jantung : Ada kelainan pada irama jantung.
9) Abdomen : Ada nyeri tekan, terdapat bunyi pekak pada abdomen.
10) Ekstremitas : Ada atau tidak ditemukannya gangguan pada kekuatan otot.
11) Integumen : Akral teraba hangat, keadaan turgor kulit, dan ada atau
tidaknya lesi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan pada klien
pneumonia adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan (D.0001 ) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan pada kasus pneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut :
a. Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama …
x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil :
Batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun, wheezing menurun,
dispnea menurun, sianosis menurun, frekuensi nafas membaik, pola nafas
membaik (SLKI.01001).
b. Intervensi :
1) Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan terbagi menjadi dua yaitu :
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi formatif harus dilaksanakan
segra setelah perencanaan keperawatan telah diimplementasikan untuk
membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi formatif harus
dilaksanakan terus menerus hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.
Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri atas analisis
rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi
klien, dan menggunakan from evaluasi. Ditulis dalam catatan perawatan.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan
perkembangan. Fokus evaluasi sumatif adalah perubahan prilaku atau setatus
kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan
pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam
asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien
menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, tujuan
tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: Jika klien menunjukan perubahan
sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan, dan tujuan tidak
tercapai/ masalah tidak teratasi : Jika klien tidak menunjukan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru. Penentuan masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Perumusan evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan.
1) Subjektif : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2) Objektif : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat
3) Analisis : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau
dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) Perencanaan : Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan pasien.
A. Kasus
By MI usia 3 bulan Jenis kelamin laki-laki masuk dengan keluhan sesak nafas,
riwayat masuk RS adalah rujukan dari puskesmas dengan sesak nafas sejak tadi
malam, sesak nafas terus menerus, tanda bibir biru (-), tanda kaki tangan biru (-),
menyusui ASI (+) terhenti henti, tidur (+) ketika batuk menjadi terbangun,
sebelumnya demam sudah sejak tiga hari, disertai batuk (+) berdahak bersamaan
dengan munculnya demam, pilek (-), muntah (-). BAK tidak ada keluhan, BAB tidak
ada keluhan. BB lahir 2800 gr dan BB sekarang 6300 gr. Pasien di diagnosa dengan
pneumonia berat.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien : By. M usia 3 bulan dengan jenis kelamin laki-laki.
b. Pola kesehatan fungsional :
1) Keluhan utama : Sesak nafas sejak tadi malam secara terus menerus
disertai dengan batuk berdahak.
2) Riwayat kesehatan dahulu : Tidak ada masalah kesehatan.
3) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat demam sejak 3 hari yang lalu
disertai dengan batuk berdahak, perubahan pada pola menyusu yang
terhenti-henti dan tidak lampias.
4) Pengkajian riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada masalah atau riwayat
penyakit keluarga.
5) Pola nutrisi atau metabolisme : Perubahan pada pola menyusu yang
terhenti-henti dan tidak lampias.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Kesadaran compos mentis dengan keadaan umum lemah,
akral hangat dengan berat badan 6300 gr dan tanda-tanda vital frekuensi
3. Perencanaan Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Pasien terbebas dari batuk dan jalan nafas bersih dari sputum dengan
auskultasi suara nafas vesikuler.
b) Pasien terbebas dari sesak dengan irama dan frekuensi pernafasan
dalam rentan normal (30-60 x / menit).
c) Pasien tidak menggunakan otor bantu pernafasan dengan kedalaman
pernafasan yang adekuat.
2) Intervensi :
a) Kaji adanya batuk dan adanya sumbatan jalan nafas.
b) Observasi frekuensi pernafasan, irama pernafasan, kedalaman
pernafasan, dan adanya pengunaan otot bantu pernafasan.
c) Anjurkan keluarga pasien untuk meningkatan asupan cairan peroral
(ASI) untuk memfasilitasi pengeluaran sekret.
d) Beri posisi nyaman pada pasien.
e) Lakukan fisioterapi dada untuk memfasilitasi pengeluaran sekret pada
pasien.
f) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dan pemberian terapi nebulizer
sesuai kebutuhan.
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
hipertermia dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Pasien terbebas dari demam dengan suhu tubuh dalam rentang normal
(36,6 ℃ - 37,6 ℃) dan nadi dalam rentang normal (90-180 x/ menit).
b) Mukosa nampak lembab dan turgor kulit baik dengan CRT kurang dari
2 detik.
c) Kulit tidak berwarna kemerahan dan tidak berkeringat secara
berlebihan.
2) Intervensi :
a) Observasi suhu dan nadi pasien secara berkala.
b) Anjurkan keluarga untuk meningkatkan asupan cairan peroral (ASI)
c) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat.
d) Jaga suhu ruangan tetap sejuk.
e) Beri kompres hangat pada dahi, lipatan ketiak, leher atau area
selangkangan untuk memfasilitasi pengeluaran panas dari dalam
tubuh.
f) Kolaborasi pemberian terapi cairan parenteral dan obat antipiretik
sesuai kebutuhan.
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan
oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan
kimia atau kerusakan fisik paru. Pneumonia dapat menyerang siapa aja, seperti anak-
anak, remaja, dewasa muda dan lanjut usia, namun lebih banyak pada balita dan lanjut
usia.
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh
dunia. Prevalensi pneumonia sebanyak 740.180 (14%) dari keseluruhan kematian
yang terjadi pada balita atau anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2019 di dunia.
Kasus pneumonia banyak terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
Prevalensi pneumonia pada anak di Indonesia tahun 2021 sebesar 31,41% dengan
jumlah kasus sebanyak 278.261 kasus. Jumlahnya turun 10,19% dibandingkan
dengan tahun 2020 sebanyak 309.838 kasus. Tingkat kematian di Indonesia tercatat
sebesar 0,16%, artinya sebanyak 444 balita di Indonesia meninggal karena
pneumonia.
Mikroorganisme penyebab pneumonia akan masuk kedalam jaringan paru-paru
melalui saluran pernafasan atas dan menyebabkan peradangan yang dapat
menimbulkan hipersekresi sputum yang menghalangi saluran pernafasan. Selain
batuk berdahak yang kental dan produktif serta sesak nafas, pneumonia dapat
menimbulkan gejala lain seperti demam, mual, tidak nafsu makan, lemas dan
kelelahan. Jika tidak tertangani dengan cepat dan tepat, pneumonia dapat menyebab
komplikasi seperti empiema, empisema, atelektasis, otitits media akut, efusi pleura,
gagal nafas, dan meningitis.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa pneumonia dapat dilakukan
melalui radiologi (foto), pemeriksaan lab darah, pemeriksaan mikrobiologi melalui
dahak, dan pemeriksaan fungsi paru. Sementara untuk penanganan pneumonia
Karena penyebab pneumonia bervariasi maka penanganannya pun akan disesuaikan
dengan penyebab tersebut.
B. Saran
Mahasiswa sebaiknya memahami konsep dari penyakit Pneumonia sehingga
dapat menerapkannya dalam asuhan keperawatan. Dalam penulisan makalah ini
penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Penulis berharap kritik dan
saran yang membangun dari pembaca agar penulis dapat lebih baik dikemudian hari.