Bronkolitis Kep - Ank Kl.o6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

BRONKIOLITIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperwatan Anak


Desem Pengampu : Alvi Ratna Yuliana, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
1) Alvina Dian Puspita Sari (202206002)
2) Dwi Afriyani Aprilia Putri (202206010)
3) Fandy Hendriyono (202206014)
4) Wulan Neha Gusli M (202206048)
5) Nadia Salsabila (202206051)

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bronkiolitis”
dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang Bronkiolitis bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Alvi Ratna Yuliana,


S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 30 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A Latar Belakang................................................................................................................1
B Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C Tujuan.............................................................................................................................2
D Manfaat...........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
KONSEP DASAR......................................................................................................................3
A Konsep Medis..................................................................................................................3
1. PENGERTIAN............................................................................................................3
2. ETIOLOGI..................................................................................................................3
3. KLASIFIKASI............................................................................................................4
4. PATOFISIOLOGI.......................................................................................................5
5. KOMPLIKASI............................................................................................................5
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................5
7. PENATALAKSANAAN............................................................................................6
8. PATHWAY.................................................................................................................7
9. ANATOMI PERNAFASAN.......................................................................................8

B Konsep Keperawatan....................................................................................................11
1. Pengkajian.................................................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................15
3. Intervensi...................................................................................................................16
4. Implementasi.............................................................................................................22
5. Evaluasi.....................................................................................................................23

BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
A Kesimpulan................................................................................................................24
B Saran..........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bronchiolitis merupakan penyakit infeksi yang menyerang saluran pernafasan


bawah akut dengan terjadinya inflamasi pada saluran bronkiolus. Penyebab terjadinya
penyakit ini adalah virus Respiratory Syncytial Virus (RSV) (Rahmayanti, 2020).
Bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak dikarenakan pada usia
tersebut mereka memiliki hidung dan bronkiolus yang mudah terhambat dibandingkan
dengan orang dewasa ( Junawanto dkk, 2016).
Anak dengan usia pra sekolah aktivitasnyameningkat yang sering kali
menyebabkan kelelahan sehingga berbagai penyakit dapat menyerang kapan saja,
akibat daya tahan tubuh yang lemah anak harus menjalani rawat inap (Dini dkk,
2019).
Pada tahun 2020 prevalensi kasus bronkiolitis meningkat sehingga menjadi
penyebab penyakit tersering dengan tingkat kematian dari tingkat ke 6 menjadi
tingkat ke 3. Jumlah kasus bronkiolitis di Amerika Serikat sering terjadi kasus
bronkiolitis akibat kurang tercukupinya pemberian ASI dan makanan yang seimbang
sehingga menimbulkan resiko terkena bronkiolitis Junawanto dkk, 2016).
Di Indonesia sendiri memiliki angka kejadian tertinggi karena infeksi saluran
pernapasan pada tahun 2018 sebesar 9,3% (Kemenkes RI, 2018).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut :

1. Apakah yang Dimaksud Bronkiolitis?


2. Apa Etiologi Bronkiolitis?
3. Bagaimana Klasifikasi Bronkiolitis?
4. Bagaimana Patofisiologi Bronkiolitis?
5. Bagaimana Komplikasi Bronkiolitis?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Bronkiolitis?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Bronkiolitis?
8. Bagaimana Pathway Bronkiolitis?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Bronkiolitis?

1
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Bronkiolitis
2. Untuk Mengetahui Etiologi Bronkiolitis
3. Untuk mengetahui klasifikasi Bronkiolitis
4. Menjelaskan Patofisiologi Bronkiolitis
5. Menjelaskan Komplikasi Bronkiolitis
6. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
7. Mengetahui penatalaksanaan
8. Menjelaskan Pathway Bronkiolitis
9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Bronkiolitis
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah :

A. Bagi Penulis
Dapat melaksanakan dan memperdalam keterampilan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus Bronkiolitis.
B. Bagi Perawat
Agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien penderita Bronkiolitis
dengan benar.
C. Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mendapat kepastian tentang penyakit Bronkiolitis dan
cara perawatan Bronkiolitis dengan benar.

2
II
KONSEP DASAR

A Konsep Medis
1. PENGERTIAN

Bronkiolitis adalah infeksi saluran napas kecil atau bronkiolus


yang disebabkan oleh virus, biasanya terjadi pada bayi yang ditandai
dengan obstruksi saluran nafas dan mengi. Penyebab paling sering
adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV) (Junawanto, dkk 2016).
Bronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratorik bawah
yang disebabkan virus, biasanya lebih berat terjadi pada bayi muda
terjadi epidemik setiap tahun dan ditandai dengan obstruksi saluran
pernafasan dan wheezing. Episode wheezing terjadi selama beberapa
bulan setelah serangan bronkiolitis, namun akan
berhenti (ICHRC, 2016)
Bronkiolitis merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut dengan mekanisme terjadinya inflamasi pada bronkiolus,
yang ditandai gambaran klinis berupa batuk, sesak nafas, whezing,
distres pernafasan and usaha nafas saat ekspirasi. (Bakhtiar, 2009)

2. ETIOLOGI
Penyebab dari bronkiolitis menurut Kliegman, dkk (2019):

a. Respiratory syncitial virus (RSV)

b. Human metapneumovirus (Hmpv)

c. Parainfluenzae virus

d. Adenovirus

e. Influenzae virus

1. Rhinovirus

g. Bocavirus

3
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi pada anak dengan Bronkiolitis menggunakan Bronkiolitis Assesment
Tool (BAT)

Ringan Sedang
Parah
Mengi Tidak ada Ekspirasi
Inspirasi dan

Ekspirasi
Makanan Normal Kurang dari
Tidak tertarik
Biasanya sering
Terengah-engah/
Berhenti makan.
Batuk. Kurang dari
Lebih ½ dari ½
porsi normal
Porsi normal
Oksigen Tidak membutuhkan Mungkin
Membutuhkan
Oksigen membutuhkan
oksigen
Oksigen
Menggambarkan Ada atau Ringan Intercostal atau dan
berat dengan
Trakeostinal
hidung melebar
Perilaku Normal Beberapa sifat
Cepat marah atau
Cepat marah
kelesuan

(sumber : Gavin Raewyn, Starship Kesehatan Anak Pedoman Klinis. 2010)

4
4. PATOFISIOLOGIS
Menurut Axton. S dan Fugate. T (2014) bronkiolitis
merupakan inflamasi dan obstruksi bronkiolus yang tersebar luas
yang terjadi karena infeksi virus pada jalan nafas bagian bawah.
Virus sinsisium respiratori (respiratory syncytial virus, RSV)
merupakan organisme penyebab pada sekitar 50-90% kasus
bronkiolitis yang terdiagnosis. Virus akan menyebar dengan mudah
melalui sekresi pernafasan dan diatasi dalam periode waktu yang
lama. Organisme penyebab lainnya adalah virus parainfluenza,
rinovirus, dan adenovirus. Pada bronkiolitis, organisme virus
menginfeksi epitelium bronkiolar yang selanjutnya menyebabkan
inflamasi dan edema submukosa. Perubahan ini menyebabkan
pembentukan mukus yang mengandung debris selular. Inflamasi,
edema, dan sumbatan mukus menyebabkan area jalan napas distal
yang kecil mengalami obstruksi parsial atau komplet. Pembentukan
makus yang berlebihan selanjutnya akan mengganggu bersihan jalan
nafas penderita. Dampak lain yang muncul akibat proses inflamasi
adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh yang mengarah ke
hipertermi. Pada kondisi ini biasanya bayi akan rewel sehingga pola
tidurnya terganggu.

5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbil dari bronkiolitis menurut Marni, 2014
sebagai berikut :
a. Apnea
b. Penyakit paru kronis
c. Atelektasis
d. Hipoksia
e. Gangguan asam basa asidosis metabolik
f. Alkalosis respiratorik
g. Asidosis respiratorik
h. Asma, dan dapat menimbulkan kematian

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada bronkiolitis menurut Marcdante, dkk
(2018) :
a. Pemeriksaan Laboratorium

5
Sering ditemukan leukositosis ringan 12.000-16.000 sel/uL tetapi tidak bersifat
spesifik.
b. Pemantauan Oksigenasi
Pada klien harus dilakukan penilaian berkala dan pemantauan sistem
kardiorespirasi karena dapat terjadi gagal nafas pada bayi yang lelah bernafas.
c. Pemeriksaan Radiologi
Menunjukkan hiperekspansi paru, termasuk peningkatan radiolusen paru dan
pendataran/penekanan diafragma.
d. Uji Antigen
Dilakukan dengan uji ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) dari sekret
nasofaringeal untuk mendeteksi RSV, virus parainfluenza, virus influenza, dan
adenovirus merupakan test yang paling sensitif untuk mengkonfirmasi terjadinya
infeksi.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan yang dilakukan pada bronkiolitis menurut Marcdante,
dkk (2018) :
a. Pengendalian demam
b. Pemantauan fungsi respiratori
c. Hidrasi yang baik

6
8. PATHWAY
Sumber : Bronkiolitis dikembangkan dari Axton dan Fugate (2014) & SDKI

7
9. ANATOMI PERNAFASAN

Berikut anatomi dan fisiologi sistem pernapasan menurut sumber: Devi, A.K.B. (2019).
Anatomi Fisiologi dan Biokimia Keperawatan, Yogyakarta

A. Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang memiliki fungsi penciuman. Rongga hidung dipisahkan
oleh septum hidung. Pada rongga hidung terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi menyaring
debu dan kotoran yang masuk ke dalam rongga hidung. Struktur hidung bagian luar
terdiri dari kulit, lapisan tengah berisi otot dan tulang rawan. Lapisan dalam hidung terdiri
dari selaput lendir terlipat yang disebut rongga hidung, yang terdiri dari tiga bagian: bawah,
tengah dan atas.
B. Tenggorokan
Faring merupakan penghubung antara saluran pernapasan dengan pipa makanan. Terletak di
bawah tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut di depan tulang belakang leher.
Hubungan antara faring dan organ-organ di atas terhubung ke rongga hidung, melalui lubang
perantara
namanya Koana. Bagian anterior berhubungan dengan rongga mulut, hubungan ini disebut
tanah genting. Bagian bawah mempunyai dua bukaan, di depan laring dan di belakang
kerongkongan.
dibandingkan dengan pangkal tenggorokan
C. Laring
Laring merupakan saluran pernafasan yang menghasilkan suara, terletak dari bagian depan
tenggorokan sampai setinggi vertebra serviks dan masuk ke trakea di bawahnya. Laring
ditutup oleh epiglotis dan terbuat dari tulang rawan yang berfungsi untuk menelan makanan.
Epiglotis menutupi laring. Bunyi dapat merupakan hasil koordinasi antara rongga mulut,
hidung, laring, lidah, dan bibir. Perbedaan bunyi tergantung pada ketebalan dan panjang pita
suara
D.Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk tabung yang terbentuk dari tulang rawan, terletak di antara
vertebra serviks VI dan tepi bawah tulang rawan krikoid vertebra toraks. Panjang trakea
adalah 9 sampai 11 cm. Trakea berfungsi mengalirkan udara antara laring dan bronkus.
Trakea juga berfungsi sebagai penyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang
Anda hirup.
E.bronkus
Bronkus atau cabang-cabang faring mempunyai struktur yang mirip dengan trakea, dilapisi
dengan jenis sel yang sama dengan trakea dan turun ke frenum paru-paru. Bronkus terbagi
menjadi bronkus kanan dan kiri.
Bronkus kanan terbagi menjadi 3 lobus, yaitu lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan
bronkus kiri terbagi menjadi 2 lobus, yaitu lobus atas dan bawah. Bronkus kanan terbagi
menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental

8
F.Bronkiolus
Cabang-cabang bronkus terbagi menjadi bronkiolus. Semua otot mengandalkan melewati
cabang tulang rawan yang semakin sempit yang disebut bronkiolus. Bronkiolus mengandung
kelenjar submukosa yang menghasilkan lendir yang membentuk lapisan terus menerus untuk
melapisi saluran udara. Respirasi bronkus terbuka dengan memperluas ruang-ruang di alveoli
sebagai tempat pertukaran udara

G. alveoli
Di depan alveoli terdapat cabang-cabang bronkiolus, khususnya alveoli, kemudian pada
alveoli terdapat kantung-kantung kecil yang disebut alveoli. Alveoli adalah tempat pertukaran
oksigen dan karbon dioksida. Jumlahnya ada 300 juta, digabungkan menjadi satu lembar
dengan luas 70 m2.
H. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut, dipisahkan oleh mediastinum sentral,
yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai
puncak, dasar, dan paru-paru
Paru-paru kanan lebih besar dari paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki 3 lobus dan celah
interlobar sedangkan paru-paru kiri memiliki 2 lobus. Lobus dibagi menjadi beberapa segmen
tergantung pada segmen bronkusnya
I. Membran pleura
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Ini dibagi
menjadi pleura yang mengelilingi rongga dada dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-
paru. Pleura memiliki dua lapisan: lapisan superfisial, disebut juga permukaan dinding, yaitu
lapisan pleura yang menghubungkan langsung ke paru-paru dan memasuki ruang paru-paru,
memisahkan lobus dari paru-paru. Lapisan kedua yaitu lapisan dalam pleura visceral
merupakan pleura yang menghubungkan dengan endotel toraks, permukaan bagian dalam.
dari dinding dada.

Sumber : Devi, A.K.B. (2019). Anatomi Fisiologi dan Biokimia


Keperawatan, Yogyakarta

9
Menurut Marni (2014), sistem pernafasan dibagi menjadi tiga fase untuk memenuhi
kebutuhan oksigen, meliputi ventilasi, difusi dan transportasi:
A. ventilasi
Ventilasi merupakan proses pertukaran oksigen dari atmosfer ke alveoli dan
sebaliknya dari alveoli ke atmosfer. Pusat pernafasan yaitu medula oblongata dan
pons juga dapat mempengaruhi proses pernafasan, karena CO2 mempunyai
kemampuan untuk merangsang pusat pernafasan.
B. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran oksigen alveolar dan kapiler paru serta CO
kapiler dengan alveoli. Difusi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pertama
oleh permukaan paru, kedua oleh ketebalan/permeabilitas membran pernafasan
yang terdiri dari epitel alveolar dan interstisial, ketiga oleh perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2, dan keempat oleh afinitas gas. D. H. kemampuan menembus
atau mengikat Hb.
C.Transportasi gas
Transportasi gas melibatkan pengangkutan O2 antara kapiler dan jaringan tubuh
dan CO₂ dari jaringan tubuh ke kapiler. Selama proses transpor, O ₂ berikatan
dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%).
kemudian CO2 berikatan dengan Hb selama pengangkutan membentuk
karbaminohemoglobin (30%) dan larut dalam plasma (5%), kemudian bila HCO³
terdapat dalam tonus darah (65%).

10
B Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tindakan awal yang dilakukan perawat untuk berinteraksi


dengan klien. Data yang didapatkan pada tahap pengkajian akan mempermudah dalam
melakukan proses perawatan dan pengobatan. Pengkajian yang baik dan benar akan
mendapatkan data yang berguna untuk proses penyembuhan klien (sumber : Marni.
(2014). Asuhan Keperawatan Anak Sakit dengan Gangguan Pernapasan)

a. Identitas
Identitas klien berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat tempat tinggal,
tanggal lahir, serta pekerjaan orang tua. Nama pada klien dituliskan secara lengkap
agar tidak salah dengan pasien lain. Tanggal lahir juga dituliskan secara lengkap
dengan tujuan yang sama yaitu agar tidak salah dengan pasien lain, jenis pekerjaan
orang tua penting dicantumkan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh terhadap
penyakit yang dialami. Umur penting dituliskan untuk mengetahui angka kejadian
suatu penyakit, pada kasus bronkiolitis usia tersering yang mengalami penyakit
tersebut antara 0-5 tahun.

b. Keluhan Utama
Klien bronkiolitis biasanya mengeluhkan tentang pilek, batuk, pernafasan yang cepat
dan disertai demam.

c. Riwayat penyakit sekarang


Gejala awal yang dirasakan adalah batuk, pilek dan suara pernafasan terdengar
wheezing karena penyempitan saluran pernafasan.

d. Riwayat penyakit keluarga

11
Penyakit bronkiolitis tidak berdasarkan faktor keturunan keluarga tetapi terjadi
karena virus.

e. Riwayat kehamilan
Infeksi yang dialami ibu selama hamil, pemeriksaan kehamilan secara rutin, imunisasi
TT.

f. Riwayat imunisasi
Usia pemberian imunisasi, jenis imunisasi yang diberikan.

g. Riwayat tumbuh kembang


Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi sesuai dengan tahapan normal.

h. Pola pengkajian fungsional Gordon :


1) Pola persepsi – menejemen kesehatan
Biasanya orang tua akan menganggap masalah yang dialami klien belum merupakan
masalah yang serius, biasanya keluarga akan menganggap anaknya mengalami
permasalahan pada saluran pernafasan bila anak tersebut sudah mengalami sesak
nafas.

2) Pola nutrisi-metabolik
Biasanya anak akan mengalami anoreksia, karena terdapat banyak akumulasi sekret
pada mulut yang menyebabkan rasa tidak nyaman untuk makan. Selain itu bayi
biasanya mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak
peningkatan toksik (mikroorganisme).

3) Pola eliminasi
Pada umumya penderita akan mengalami penurunan produksi urine akibat
perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena adanya demam.

4) Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak akan mengalami kesulitan untuk tidur karena
sesak nafas.

12
5) Pola aktivitas-latihan
Biasanya anak akan mengalami penurunan aktifitas sehubungan dengan masalah
yang dialami, anak akan sering rewel dan minta digendong oleh orang tuanya.

6) Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang disampaikan biasanya terjadi sesaat
akibat penurunan asupan nutrisi serta suplai oksigen ke otak.

7) Pola persepsi-konsep diri


Anak lebih sering rewel, dan sering merasa takut pada orang lain.

8) Pola hubungan-peran
Anak tampak malas saat diajak berbocara baik dengan teman sebaya atau orang lain.
Anak akan lebih sering diam dan berada disekitar orang tuanya.

9) Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil hal ini masih sulit terkaji.

10) Pola toleransi stress-koping


Data yang muncul biasanya anak akan sering menangis karena merasa terganggu akan
status kesehatannya saat ini.

11) Pola nilai-keyakinan


Kaji mengenai tanggapan klien atau keluarga klien terhadap penyakit yang dialami
dalam aspek spiritual.

i. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan kesadaran
Pada awal bronkiolitis anak masih dalam keadaan compos mentis atau dengan
kesadaran penuh, namun dapat menurun kesadannya saat terjadi komplikasi yang lebih
parah.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan pada tanda-tanda vital biasanya ditemukan peningkatan suhu akibat
dari infeksi yang terjadi, pola pernafasan takipnea karena terjadi sumbatan pada jalan
nafas, dan denyut nadi abnormal.

13
3) Kepala
Apabila terjadi cekungan pada ubun-ubun maka dapat terjadi dehidrasi ataupun
malnutrisi pada klien.
4) Leher
Inspeksi ukuran, palpasi adanya deviasi, biasanya akan teraba penggunaan otot sekitar
leher ketika bernafas.
5) Mata
Anak dengan bronkiolitis biasanya akan mengalami konjungtiva anemis karena asupan
oksigen ke seluruh tubuh mengalami gangguan.
6) Telinga
Inspeksi adanya serumen pada telinga, kaji adakah pembengkakan pada telinga dan
mengganggu fungsi pendengaran.
7) Hidung
Kaji cuping hidung, sekret yang mengganggu pernafasan dan pola pernafasan klien.
8) Mulut dan tenggorokan
Membran mukosa sianosis sebagai dampak dari terganggunya suplai oksigen ke perifer.
9) Dada
a) Paru-paru
(1) Inspeksi
Inspeksi pada bagian dada lesi, pengamatan dada untuk mengetahui frekuensi seperti
takikardi, bradikardi, apnea. Amati ritme pernafasan, dan lihat penggunaan otot bantu
pernafasan.
(2) Palpasi
Teknik pemeriksaan dengan perabaan pada rongga dada klien digunakan untuk
mengkaji keadaan kulit, mengetahui vocal fremitus, adanya nyei tekan pada rongga
dada.
(3) Perkusi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengetuk area rongga dada klien yang
bertujuan untuk mengetahui suara yang timbul. Biasanya suara yang muncul saat
terdapat cairan dalam rongga dada adalah pekak.
(4) Auskultasi
Perhatikan mengenai suara tambahan pada paru-paru klien, data yang sering mincul
biasanya adanya wheezing serta ronchi. Ronchi biasanya terdengar apabila terdapat
penumpukan sekret pada jalan nafas sedangkan wheezing terjadi akibat adanya

14
penyempitan jalan nafas.
b) Jantung
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Inspeksi
ictus cordis terlihat atau tidak, palpasi letak ictus cordis dan mengetahui waktu
pengisian kapiler dengan cara menekan kulit lalu kaji waktu yang diperlukan untuk
kembali ke warna sebelumnya. Perkusi dilakukan untuk mengetahui batasbatas jantung.
Auskultasi adanya suara jantung tambahan untuk mengetahui kelainan pada jantung.
c) Abdomen
Dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan diakhiri dengan perkusi.
Inspeksi adanya lesi pada bagian abdomen, auskultasi bising usus selama 1 menit,
palpasi untuk mengetahui nyeri tekan pada abdomen, dan terakhir perkusi dengan
mengetuk bagian abdomen.
10) Genetalia
Kaji adanya kelainan atau gangguan pada kelamin.
11) Anus
Periksa keadaan kulit secara umum dan adakah kelainan pada anus.
12) Punggung dan ekstremitas
Inspeksi kesimetrisan tulang belakang. Uji kekuatan tangan dan kaki serta amati
kondisinya.
13) Kulit
Sianosis perifer (vasokonstriksi dan menurunnya aliran darah perifer), sianosis secara
umum (hipoksemia), penurunan turgor kulit akibat dehidrasi.
14) Jari dan kuku
Kaji adanya sianosis pada kuku yaitu sianosis perifer (karena kurangnya suplai oksigen
ke perifer).
(Dikembangkan dari Marmi 2014)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang kemungkinan muncul pada pasien bronkiolitis menurut SDKI :

1. Bersihkan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas


2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

15
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi
perfusi

3. INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak Bersihan Jalan Napas Manajemen jalan napas
efektif b.d spasme jalan L.01001 l.01011
nafas Setelah dilakukan Intervensi :
tindakan keperawatan, Observasi
D.0001
diharapkan bersihan - Monitor pola
jalan napas meningkat napas
dengan kriteria hasil : - Monitor bunyi
A. Batuk efektif napas
membaik - Monitor sputum
b. Produksi sputum Terpeutik
menurun - Posisikan semi
c. Mengi menurun fowler atau
d. Whezzing menurun fowler
e. Mekonium( pada - Lakukan
neonatus) menurun fisioterapi dada,
f. Dispnea menurun jika perlu
g. Ortopnea menurun - Berikan minum
h. Sulit bicara menurun hangat
i. Sianosis menurun - Lakukan
j. Gelisah menurun penghisap an
k. Frekuensi nafas lendir kurang dari
membaik 15 detik
l. Pola nafas membaik - Keluarkan
sumbatan benda

16
padat dengan
forsep McGill
- Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika
tidak
kontraiindikasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

2. HIPERTERMIA b.d proses Termoregulasi Manajemen Hipertermia


penyakit (L.14134) Observasi:
Setelah dilakukan Identifikasi penyebab
(D. 0130) perawatan Diharapkan hipertermia (mis.
suhu tubuh membaik dehidrasi. terpapar
dengan kriteria hasil : lingkungan panas,
a. Konsumsi penggunaan inkubator)
oksigen A. Monitor suhu
meningkat tubuh
b. Kulit merah B. Monitor kadar
Menurun elektrolit
c. Suhu tubuh C. Monitor haluaran
membaik urine Monitor
d. Suhu Kulit komplikasi akibat
membaik hipertermia
Terapeutik:
a. Sediakan

17
lingkungan yang
dingin
b. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
c. Basahi dan kipasi
d. permukaan tubuh
e. Berikan cairan
oral
f. Hindari
pemberian
antipiretik atau
asprin Berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
a. Anjurkan tirah
baring Kolaborasi
Kolaborasi
a. cairan pemberian
elektrolit dan
intravena, jika
perlu
3. Gangguan Pola Tidur b.d Pola Tidur Dukungan Tidur
kurang kontrol tidur (L.05045) (I.05174)
(D.0055) Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan a. Identifikasi pola
diharapkan gangguan aktivitas dan
pola tidur menurun tidur
dengan kriteria hasil: b. Identifikasi faktor
1. Kemampuan pengganggu tidur
beraktivitas meningkat (fisik/psikologis)
2. Keluhan sulit tidur
c. Identifikasi
menurun
makanan dan
3. Keluhan sering terjaga
menurun minuman yang
4. Keluhan tidak puas mengganggu
tidur menurun tidur (mis
5. Keluhan pola tidur kopi,teh, alkohol,
berubah menurun makan mendekati
6. Keluhan istirahat tidak tidur, minum
cukup menurun banyak sebelum
tidur )
D. Identifikasi obat
tidur yang
dikonsumsi
Terapeutik:

18
a. Modifikasi
lingkungan (mis
pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, tempat
tidur)
b. Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum
tidur
c. Tetapkan jadwal
tidur rutin
d. Lakukan
prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
Edukasi:
a. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
b. Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
c. Anjurkan
menghindari
makanan
/minuman yang
mengganggu
tidur
d. Ajarkan faktor
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (mis
psikologis,gaya
hidup)
e. Ajarkan relaksasi
otot autogenik
atau cara
nonfarmakologi

19
lainnya
4. Pola nafas tidak efektif b.d Pola napas Manajemen jalan napas
hambatan upaya nafas ( L.01004) ( I. 01011)
( D. 0005 ) Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan a. Monitor pola
diharapkan pola napas napas
membaik dengan kriteria b. Monitor bunyi
hasil: napas tambahan
a. Dispnea menurun c. Monitor sputum
b. Penggunaan otot
bantu napas Terapeutik :
menurun a. Posisikan semi
c. Frekuensi napas flower atau
membaik flower
b. Berikan minum
hangat
c. Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
d. Lakukan
penghisapan
lendir kurang dari
15 detik
e. Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi:
a. Ajurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b. Ajurkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
a. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
5. Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
b.d ketidakseimbangan (L.01003) (I.01014)
ventilasi-perfusi a. dispnea menurun Observasi:
(D. 0003) b. Bunyi napas tambahan a. Monitor
menurun frekuensi,irama,
c. Takikardia menurun kedalaman, dan

20
d. Pusing menurun upaya napas
e. Penglihatan kabur b. Monitor pola
menurun napas
f. Gelisah menurun ( bradipnea,
g. Napas cuping hidung takipnea,
menurun
hiperventilasi,
h. PCO2 membaik
kussmaul,ataksik)
i. PO2 membaik
j. PH arteri membaik c. Monitor
k. Sianosis membaik kemampuan
l. Pola napas membaik batuk efektif
m. Warna kulit membaik d. Monitor adanya
produksi sputum
e. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
f. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi
napas
h. Monitor saturasi
oksigen
i. Monitor hasil x-
ray toraks

Terapeutik:
a. Atur interval
pemantauan
Respirasi sesuai
kondisi pasien
b. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan
hasil
pemantauan,jika
perlu

21
4. IMPLEMENTASI
Menurut Akbar M. A (2019 ) implementasi keperawatan merupakan
koordinasi aktivitas pasien, keluarga, dan tim pemberi layanan kesehatan
untuk mengawasi dan mencatat respon pasien dalam pemeberian asuhan
keperawatan. Tujuannya adalah untuk membantu status kesehatan pasien.
Dalam intervensi ini juga terdapat tiga tahap sebagai berikut.
A. Persiapan.
Yaitu suatu langkah menentukan cara yang terpat dan menyiapkan semua
hal yang diperlukan dan akan digunakan dalam tindakan keperawatan.
B. Intervensi.
Dalam tahap intervensi ini dilakukan setiap rencana yang sudah didata
pada intervensi sebelumnya. Cakupannya adalah pendekatan berdasarkan
jenis-jenis implementasi.
C. Dokumentasi.
Implementasi secara khusus harus didokumentasikan dalam pencatatan
akurat sesegera mungkin setelah melakukan tindakan keperawatan.
Dalam setiap tindakan, perawat harus memberitahukannya terlebih dahulu.
Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan di waktu dan keadaan yang tepat.

Adapun jenis implementasi keperawatan sebagai berikut:


A. independen.
Merupakan tindakan atau pelaksanaan mandiri oleh perawat dengan
tujuan sebagaimana tujuan implementasi secara umum.
B. Interdependen.
Merupakan tindakan atau pelaksanaan yang dilakukan oleh kolaborsai
atau kerjasama anat petugas pemberi layanan kesehatan. Antara perawat
dengan perawat, dokter, farmasis, petugas laboratorium, dan lain
sebagainya.
C. Dependen.
Tindakan keperawatan rujukan oleh tim pemberi layanan kesehatan lain
untuk melengkapi kebutuhan pasien sesuai yang sudah disepakati bidang
masing- masing.

22
5. EVALUASI

Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan , berkelanjutan, dan terarah


ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi ini
akan menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan
ataupun dirubah(Kozier, 2010).

Evaluasi yang diharapkan menurut SLKI antara lain.


Dalam melakukan evaluasi, perawat juga perlu mendokumentasikan hasil
evaluasi yang didapatkan. Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan
setiap diagnosis keperawatan. Format dokumentasi yang lazim digunakan untuk
mendokumentasikan hasil evaluasi adalah dengan pendekatan SOAP. SOAP
adalah akronim dari subjective, objective, analisys dan planning. Subjective
adalah pernyataan atau keluhan dari pasien, objective adalah data yang
diobservasi oleh perawat atau keluarga, Analisys yaitu kesimpulan dari data
objektif dan subjektif yang umumnya ditulis dalam masalah keperawatan, serta
planning yang merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisys (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, & Chairani, 2013).

23
BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
Bronkiolitis adalah infeksi saluran napas kecil atau bronkiolus yang disebabkan
oleh virus, biasanya terjadi pada bayi yang ditandai dengan obstruksi saluran nafas dan
mengi. Penyebab paling sering adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV) (Junawanto,
dkk 2016).
Bronkiolitis dapat menyebabkan komplikasi kepada anak seperti apnea, asma,
hipoksia , penyakit paru kronis dan penyakit tersebut bisa diketahui melalui
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, oksigenasi, radiologi dan uji
antigen. Jika anak sudah terkena bronkiolitis dapat dilakukan pengendalian demam,
pemantauan fungsi respiratori dan hidrasi yang cukup ( Marcdante, 2018)

B Saran
Diharapkan isi dari makalah ini dapat menginspirasi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan bagi para perawat dan juga dapat
bermanfaat bagi pembaca makalah ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Junawanto, I., Goutama, I. L., & Sylvani. (2016). Diagnosis dan Penanganan Terkini
Bronkiolitis pada Anak. Journal of Paediatrics and Child Health, 43 (6): 427 - 429.

ICHRC. (2016). Penumonia. World Health Organization.

Kementerian Kesehatan RL. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:Kemenkes


RIMahasiswa, Jurnal Ilmu pendidikan, Vol. 15, No.2

Axton, S. dan Fugate, T. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta:
EGC.

Marcdante, K.J., Kliegmen, R.M., Jenson, H.B., dan Behrman, R.E. (2018). Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial Edisi Update Keenam. Singapore: Elseiver

Marni. (2014). Asuhan Keperawatan Anak Sakit dengan Gangguan Pernapasan. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.

Bakhtiar. (2009). RSv Inlrsi jringan Retensi beberapa pasien . Semakin tinggi laju. JURNAL
KEDOKTERAN SYIAH KUALA Yolume, 9(3), 131–138.

Kliegman, Nelson, KAMI, Behrman, RE, MD, dkk. 2019. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15 Vol.1. Jakarta: EGC, 72-75

Gavin, Raewyn. Starship Kesehatan Anak pedoman Klinis. 2010

Tim Prokja SDKI DPP PPNI Edisi I.Cetakan III,Agustus 2017

Tim Proja SLKI DPP PPNI Edisi 1.Cetakan II,Januari 2019

Tim Prokja SIKI DPP PPNI, Edisi 1.Cetakan II, September 2018

25
Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H., & Chairani, R. (2013). Dokumentasi Keperawatan (2nd
ed.). Jakarta: TIM.

Kozier, et al. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 7. Jakarta: EGC

Akbar, M. A., (2019). Buku ajar konsep dasar dalam keperawatan komunitas. Yogyakarta:
Deepubish.

Dini R D, Arena Lestari & Diny Vellyana. (2019). The Effect of Therapy Containing Puzzle
on Decreasing Anxiety of Hospitalized Children’s aged 3-6 years. Journal
Advances in Health Sciences Research, Vol. 27

Rahmayanti. (2020). Diagnosis, Tatalaksana dan Prognosis Bronkhiolitis pada Anak. Jurnal
Kedokteran Nanggroe Medika, Vol. 3, No. 3

Devi, A.K.B. (2019). Anatomi Fisiologi dan Biokimia Keperawatan, Yogyakarta: PT Pustaka
Baru.

26

Anda mungkin juga menyukai