Laporan Kasus: Appendicitis Akut
Laporan Kasus: Appendicitis Akut
Laporan Kasus: Appendicitis Akut
APPENDICITIS AKUT
Disusun oleh :
DR FAUZIAH BIREUEN
2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul, “Appendicitis
Akut”.
Laporan kasus ini disusun dengan segenap kemampuan yang dimiliki oleh
penulis baik dari ilmu, tenaga, waktu bahkan materi yang tujuannya sebagai salah
satu tugas dalam menjalani progam intersip di Rumah Sakit Umum Daerah dr
Pada kesempatan kali ini saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada dr. Zumirda, Sp.B selaku dokter pembimbing.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Penulis
3
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................1
1.1.Latar Belakang..................................................................................1
1.2.Appencitis.........................................................................................2
1.2.1. Definisi............................................................................2
1.2.2. Epidemiologi...................................................................2
1.2.3. Etiologi............................................................................3
1.2.4. Faktor Resiko .................................................................5
1.2.5. Klasifikasi ......................................................................7
1.2.6. Patogenesis......................................................................8
1.2.7. Penegakan Diagnosis......................................................10
1.2.8. Diagnosis Banding .........................................................13
1.2.9. Penatalaksanaan .............................................................14
1.2.10. Komplikasi......................................................................16
1.2.11. Prognosis.........................................................................16
BAB 2 LAPORAN KASUS PASIEN.................................................................17
BAB 4 KESIMPULAN.....................................................................................23
5
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.2. Pneumonia
1
2
1.2.1. Definisi
1.2.2. Epidemiologi
Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan
yang tinggi di seluruh dunia. Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran
napas bawah akut di parenkim baru dijumpai sekitar 15-20%.4
Kejadian Pneumonia nosokomial (PN) di ruang ICU lebih sering daripada
di ruangan umum, yaitu dijumpai pada hampir 25% dari semua infeksi di ICU,
dan 90% terjadi pada saat ventilasi mekanik.4
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa gangguan imunitas yang
jelas, namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati
adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.4
Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia (lansia) dan
sering terjadi pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), juga pada pasien yang
menderita diabetes mellitus (DM), payah jantung, penyakit arteri koroner,
insufisiensi ginjal, keganasan, penyakit saraf kronik dan penyakit hati kronik.
Faktor predisposisi antara lain kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, DM,
keadaan imunodefisensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan
2
3
1.2.3 Etiologi
3
4
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi.Diduga virus penyebabnya adalah
cytomegalivirus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh
jamuropportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup
udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp.,Aspergillus sp.,
Cryptococcus neoformans.
4
5
5
6
1.2.5.Klasifikasi8,9
6
7
7
8
1.2.6. Patogenesis10,11
Pneumonia terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan
tubuh, mikroorganisme dan lingkungan sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Faktor imunitas inang termasuk
mekanisme pertahanan tubuh non spesifik berupa proteksi mekanik untuk refleks
batuk dan koordinasi epiglottis, klirens sekresi lendir dan keutuhan epitel bronkus
serta mekanisme pertahanan tubuh spesifik berupa kemampuan pembentukan
antibodi, adanya komponen komplemen serum dan tingkat kuantitatif /kualitatif
sel-sel fagosit. Faktor lingkungan menunjukkan perbedaan jenis kuman yang ada
di suatu daerah atau dalam dan di luar rumah sakit. Faktor ini juga pengaruh dari
sanitasi dan polusi udara. Faktor kuman adalah sifat/ karakteristik dari jenis
kuman yang menginfeksi penderita yang akan menghasilkan gejala yang khas.
Ada beberapa cara mikroorganisme masuk ke saluran nafas yaitu (1)
inokulasi langsung misalnya pada intubasi trakea dan luka tembus yang mengenai
paru, (2) penyebaran melalui pembuluh darah dari tempat lain di luar paru
misalnya endokarditis, (3) inhalasi dari aerosol yang mengandung kuman serta (4)
8
9
Kuman yang telah masuk ke dalam parenkim paru akan berkembang biak
dengan cepat masuk ke dalam alveoli dan menyebar ke alveoli lain melalui pori
interalveolaris dan percabangan bronkus. Kapiler di dinding alveoli mengalami
kongesti dan alveoli berisi cairan edema. Kuman berkembang biak tanpa
hambatan dan beberapa neutrofil dan makrofag masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor. Selanjutnya, kapiler yang telah
mengalami kongesti disertai dengan diapedesis sel –sel eritrosit. Alveoli dipenuhi
oleh eksudat dan kapiler menjadi terdesak dan jumlah leukosit meningkat. Dengan
adanya eksudat yang mengandung leukosit ini maka perkembang biakan kuman
menjadi terhalang bahkan difagositosis. Pada saat ini juga akan terbentuk
antibodi. Bila tubuh berhasil membinasakan kuman. Makrofag akan terlihat dalam
alveoli beserta sisa-sisa sel. Yang khas adalah tidak adanya kerusakan dinding
alveoli dan jaringan interstitial. Arsitektur paru kembali normal.
Terdapat 4 zona pada daerah reaksi inflamasi, antara lain (1) Zona luar,
alveoli yang terisi bakteri dan cairan edema, (2) zona permulaan konsolidasi yang
terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah, (3) zona konsolidasi
luar, daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang
banyak, dan (4) zona resolusi, daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak
bakteri yang mati, leukosit dan makrofag alveolar, sehingga terlihat dua gambaran
yaitu hepatisasi merah yaitu daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
dan hepatisasi kelabu yaitu daerah konsolidasi yang luas.
9
10
1. Anamnesis
Ditujukan untuk mengetahui kuman penyebab yang berhubungan dengan
factor infeksi:
a. Evaluasi factor pasien/predisposisi: PPOK (H. influenzae), penyakit kronik
(kuman jamak), kejang/tidak sadar (aspirasi Gram negative/anaerob),
penurunan imunitas (kuman Gram negative, Pneumocystic carinii, CMV,
Legionella, jamur, Mycobacterium), kecanduan obat bius (Staphylococcus).
b. Bedakan lokasi infeksi: Pneumonia Komunitas (Streptococcus pneumoniae,
H. influenzae, M. pneumonia), rumah jompo, Pneumonia Nosokomial
(Staphylococcus aureus), Gram negative.
c. Usia pasien: bayi (virus), muda (M. pneumoniae), dewasa (S. pneumoniae).
d. Awitan: cepat, akut dengan rusty coloured sputum (S. pneumoniae);
perlahan, dengan batuk, dahak sedikit (M. pneumoniae). 11
2. Pemeriksaan Fisik
Persentasi bervariasi tergantung etiologi, usia, dan keadaan klinis.
Perhatikan gejala klinis yang mengarah pada tipe kuman penyebab/patogenitas
kuman dan tingkat berat penyakit.
a. Awitan akut biasanya oleh kuman pathogen seperti S. pneumonia,
Streptococcus spp., Staphylococcus. Pneumonia virus ditandai dengan
myalgia, malaise, batuk kering dan nonproduktif;
b. Awitan lebih insidious dan ringan pada orangtua/imunitas menurun akibat
kuman yang kurang patogen /oportunistik, misalnya Klebsiella,
Pseudomonas, Enterobacteriaceae, kuman anaerob, jamur.
c. Tanda-tanda fisik pada tipe pneumoniaklasik bisa didapatkan berupa
demam, sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru yang
pekak, ronki nyaring, suara pernapasan bronchial).Bentuk klasik pada
pneumonia komunitas primer berupa bronkopneumonia, pneumonia lobaris,
atau pleuropneumonia. Gejala atau bentuk yang tidak khas dijumpai pada
pneumonia komunitas yang sekunder (didahului penyakit dasar paru)
ataupun pneumonia nosokomial. Dapat diperoleh bentuk manifestasi lain
10
11
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram(airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae,
bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain Staphylococcus,
virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstitial (interstitial disease) oleh
virus dan mikoplasma.Distribusi infiltrat pada segmen apical lobus bawah
atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi.Tetapi pada pasien
yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrate di lobus atas sering
ditimbulkan Klebsiella spp, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus
bawah dapat terjadi akibat Staphylococcus atau bakteremia.Bentuk lesi
berupa kavitasi dengan air-fluid level sugestif untuk abses paru, infeksi
anaerob, Gram negatif atau amiloidosis.Efusi pleura dengan pneumonia
sering ditimbulkan S. pneumoniae.Dapat juga oleh kuman anaerob, S.
pyogenes, E. coli dan Staphylococcus (pada anak).Kadang-kadang oleh K.
pneumoniae, P. pseudomallei. Pembentukan kista terdapat pada pneumonia
nekrotikans/supurativa , abses, dan fibrosis akibat terjadinya nekrosis
jaringan paru oleh kuman S. aureus, K. pneumoniae,dan kuman-kuman
anaerob (Streptococcus anaerob, Bacteroides, Fusobacterium). Ulangan
foto perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya infeksi
sekunder/tambahan, efusi pleura penyerta yang terinfeksi atau pembentukan
abses.Pada pasien yang mengalami perbaikan klinis ulangan foto dada
dapat ditunda karena resolusi pneumonia berlangsung 4-12 minggu.
11
12
b. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada
infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respon leukosit, orangtua, atau
lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia
pada infeksi kuman gram negative atau S. aureuspada pasien dengan
keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.11
c. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi
jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.untuk tujuan
terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test,
dan Z. Nielsen. Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN
yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan
pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi
selanjutnya.11
d. Pemeriksaan Khusus
Titer antibody terhadap viru, legionella, dan mikoplasma.Nilai diagnostik
bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan
12
13
13
14
paru bagian atas. Jadi dalam menegakkan pneumonia, sangat diperlukan gambaran
radiologis untuk penegakan diagnosis disamping pemeriksaan laboratorium.
1.2.9. Penatalaksanaan
a. Terapi Kausal
Pasien pada awalnya diberikan terapi empiric yang ditujukan pada
pathogen yang paling mungkin menjadi penyebab atau antibiotik yang
berspektrum luas. Bila telah ada hasil kultur dilakukan penyesuaian obat. Pada
pasien rawat inap antibiotik harus diberikan dalam 8 jam pertama dirawat di
rumah sakit.11
Pilihan antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa dengan
pneumonia komunitas adalah golongan makrolida atau doksisiklin atau
fluoroquinolon terbaru.Namun untuk dewasa muda yang berusia antara 17-40
tahun pilihan doksisiklin lebih dianjurkan karena mencakup mikroorganisme
atypical yang mungkin menginfeksi.Untuk bakteri Streptococcus pneumoniae
yang resisten terhadap penicillin direkomendasikan untuk terapi beralih ke
derivate fluoroquinolon terbaru.Sedangkan untuk pneumonia komunitas yang
disebabkan oleh aspirasi cairan lambung pilihan jatuh pada amoksisilin-
klavulanat.Golongan makrolida yang dapat dipilih mulai dari eritromisin,
claritromisin serta azitromisin.Eritromisin merupakan agen yang paling ekonomis,
namun harus diberikan 4 kali sehari.Azitromisin ditoleransi dengan baik, efektif
dan hanya diminum satu kali sehari selama 5 hari, memberikan keuntungan bagi
pasien. Sedangkan klaritromisin merupakan alternatif lain bila pasien tidak dapat
menggunakan eritromisin, namun harus diberikan dua kali sehari selama 10-14
hari.Sedangkan pemilihan antibiotika untuk pneumonia nosokomial memerlukan
kejelian, karena sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotika baik in vitro
maupun in vivo di rumah sakit. Sehingga antibiotika yang dapat digunakantidak
heran bila berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain.Namun secara
umum antibiotika yang dapat dipilih sesuai tabel dibawah ini.13
Tabel 1.1 Antibiotika pada terapi Pneumonia13
Kondisi Patogen Terapi Dosis Anak Dosis
Klinik (mg/kg/hari) Dewasa
(dosis
14
15
total/hari)
Sebelumnya Pneumococcus, Eritromisin 30-50 1-2 g
sehat Mycoplasma Klaritromisin 15 0,5-1 g
Pneumoniae Azitromisin 10 pada hari
1,diikuti5 mg
selama 4hari
Komorbiditas S. pneumoniae, Cefuroksim 50-75 1-2g
(manula, Hemophilus Cefotaksim 50-75 1-2g
DM, gagal influenzae, Ceftriakson 50-75 1-2g
ginjal, gagal Moraxella
jantung, catarrhalis,
keganasan) Mycoplasma,
Chlamydia
pneumoniae dan
Legionella
Aspirasi Anaerob mulut Ampicilin 100-200 2-6g
Community Anaerob mulut, Amoxicillin 100-200 2-6g
Hospital S.aureus, gram(-) Klindamisin 8-20 1,2-1,8g
enterik Klindamisin 8-20 1,2-1,8g
+aminoglikosida .
Nosokomial
PneumoniaRi K. pneumoniae, Cefotaksim 50-75 1-2g.
ngan,Onset P.aeruginosa, Ceftriakson 50-75 1-2g.
<5hari, Risiko Enterobacter Ampicilin- 50-75 1-2g
rendah spp. Sulbaktam 100-200 4-8g
S. aureus, Tikarcilin-klav 200-300 12g
Gatifloksasin - 0,4g
Levofloksasin - 0,5-0,75g
Pneumonia K. pneumoniae, Gentamicin/ 7,5 4-6mg/kg
berat**, P.aeruginosa, Tobramicin -
Onset > 5 Enterobacter atau 150 0,5-1,5g
hari, Risiko spp. Ciprofloksasin ) 100-150 2-6g
15
16
16
17
1.2.12. Komplikasi11
1.2.11. Prognosis11
1. Pneumonia Komunitas
Secara umum angka kematian pneumonia oleh pneumokokus
sebesar 5%, namun dapat meningkat pada orang tua dengan kondisi yang
buruk. Pneumonia dengan influenza di USA merupakan penyebab kematian
no. 6 dengan kejadian sebesar 59%. Sebagian besar pada lanjut usia sebesar
89%.
2. Pneumonia Nosokomial
17
18
BAB II
LAPORAN KASUS PASIEN
18
19
Nomor RM : 355132
Tanggal Masuk: 23Agustus 2021 Dokter IGD:
dr. Miranda
Jam: 15.00 WIB Dokter Intersip:
dr. Muhammad Zakii
Ruang: IGD / Paru Dokter Penanggung Jawab Pasien
dr. Syahril Rusli, Sp. P
ANAMNESIS PRIBADI
ANAMNESIS PENYAKIT
19
20
ANAMNESIS ORGAN
STATUS PRESENS:
20
21
BB 68 TB = 168 cm
BW = x 100 %= %
TB−100 65
BB = 65 kg
BW = 104,6%
KEPALA:
LEHER:
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Ketinggalan bernapas dada kanan (+)
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Fremitus suara : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Iktus : Tidak terlihat, teraba di ICS V LMCS
Perkusi
Paru
21
22
Jantung
Batas atas jantung : ICS II LMCS
Batas kiri jantung : ICS V 1 cm medial LMCS
Batas kanan jantung : ICS IV Linea Parasternal Dextra
Auskultasi
Paru
Suara pernafasan: Bronkial di lapangan parutengah kanan dan menghilang
dilapangan paru bawah kanan.
Suara tambahan: Ronki (+) di lapangan tengah paru kanan.
Jantung
M1 > M2, P2 > P1, T1 > T2, A2 > A1, desah sistolis (-), tingkat (-)
Desah diastolis (-), lain-lain: (-)
HR:118 x/menit, reg / irreg, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan Lambung/Usus :-
Vena Kolateral :-
Caput Medusae :-
Palpasi
Dinding Abdomen : soepel, H/L/R tidak teraba
HATI
Pembesaran :-
Permukaan :-
Pinggir :-
Nyeri tekan :-
LIMFA
Pembesaran : (-), Schuffner: (-), Haecket: (-)
GINJAL
Ballotement : (-), Kiri / Kanan, lain-lain : -
22
23
UTERUS/OVARIUM : -
TUMOR :-
Perkusi
Pekak Hati :+
Pekak Beralih :-
Auskultasi
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain :-
Pinggang
Nyeri Ketuk Sudut Kosto Vertebra (-), Kiri / Kanan
23
24
Rontgen
Thoraks :
RESUME
Keluhan Utama:Dyspnoe
ANAMNESIS
Telaah :
24
25
Thorax Anterior
Inspeksi : simetris fusiformis, ketinggalan bernafas
dada kanan
Palpasi: Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi: Sp: Bronkial di lapangan paru tengah
kanan dan menghilang di lapangan bawah paru kanan.
St: Ronki (+) di lapangan tengah paru kanan.
PEMERIKSAAN FISIK Thorax Posterior
Inspeksi: Simetris fusiformis, pergerakan nafas
tertinggal di lapangan paru kanan
Palpasi: tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi: Sonor memendek, dilapangan bawah paru
kanan
Auskultasi: Sp: Bronkial di lapangan tengah paru
kanan dan menghilang di lapangan
bawah paru kanan
St: Ronki (+) di lapangan tengah paru kanan.
Ekstremitas
Kekuatan motorik :
ESD / EID : 55555 / 55555
ESS / EIS : 55555 / 55555
25
26
26
30
BAB III
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Gejala Klinis Pneumonia Pada pasien ini dijumpai
- Sesak nafas - Sesak Nafas
- Batuk (non produktif maupun - Batuk yang produktif
produktif) - Demam
- Demam
30
31
BAB IV
KESIMPULAN
Bapak Z, usia 42 tahun, mengalami dipsnoe ec pneumonia dan diberi tatalaksana
berupa pemberian antibiotik ceftriaxone 2gram/12 jam/IV + nebule ventolin &
flexotide/8 jam.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
32