Laporan Fitri Rahayaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

JUDUL TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

(DIABETES MELITUS)

Nama: FITRIA RAHAYAAN

NIM:P07120220011

TINGKAT: 3 A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang disebabkan oleh


gagalnya organ pankreas dalam memproduksi hormon insulin secara memadai.
Penyakit ini bisa dikatakan sebagai penyakit kronis karena dapat terjadi secara
menahun. Berdasarkan penyebabnya diabetes melitus di golongkan menjadi tiga
jenis, diantaranya diabetes melitus tipe 1tipe 2 dan diabetes melitus gestasional
(Kemenkes RI. 2020). Diabetes melitus tipe I disebabkan karena reaksi autoimun yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta pada pankreas sehingga
tidak bisa memproduksi insulin sama sekali. Sedangkan diabetes melitus tipe 2
terjadi karena akibat adanya resistensi insulin yang mana sel-sel dalam tubuh tidak
mampu merespon sepenuhnya insulin. Diabetes gestasional disebabkan karena
naiknya berbagai kadar hormon saat hamil yang bisa menghambat kerja insulin
(International Diabetes Federation, 2019). Maka dari ituuntuk mengetahui bahwa
seseorang mengidap penyakit diabetes melitus dapat ditegakkan melalui pemeriksan
klinis berupa pemeriksaan kadar gula darahPemeriksaan klinis merupakan data
penunjang yang dapat digunakan untuk menegakan diagnosa terhadap suatu
penyakit. Salah satunya pada penderita diabetes melitus yang dapat dilakukan
pemeriksaan kadar gula darah dengan glukometer.

Menurut PERKENI (2015) ada empat kriteria dalam menegakkan diagnosis DM.
diantaranya melakukan pemeriksaan kadar gula darah anteprandialkadar gula darah
post prandial, kadar gula darah acak dan pemeriksaan HbAlc. Namun, pemeriksaan
kadar gula darah dengan HbA1c saat ini tidak digunakan lagi sebagai alat diagnosis
ataupun evaluasi dikarenakan tidak semua laboratorium di Indoesia memenuhi
standar. Menurut WHO (2019). seseorang didiagnosis diabetes1 dari 8ila dalam
pemeriksaan kadar gula darah ditemukan nilai pemeriksaan kadar gula darah
anteprandial ≥ 126 mg/dl, dua jam setelah makan≥ 200 mg/dl dan kadar gula darah
acak ≥200 mg/dl.

Pemeriksaan HbAlc. Namun, pemeriksaan kadar gula darah dengan HbA1c saat ini
tidak digunakan lagi sebagai alat diagnosis ataupun evaluasi dikarenakan tidak semua
laboratorium di Indoesia memenuhi standar. Menurut WHO (2019). seseorang
didiagnosis diabetes melitus apabila dalam pemeriksaan kadar gula darah ditemukan
nilai pemeriksaan kadar gula darah anteprandial ≥ 126 mg/dl, dua jam setelah makan
≥200 mg/dl dan kadar gula darah acak ≥ 200 mg/dl.

Menurut International Diabetes Federation (2019) jumlah penderita diabetes melitus


diseluruh dunia mengalami peningkatan menjadi 463 juta jiwa pada tahun 2019 dan
jumlah kematian pada kasus ini yaitu 4.2 juta jiwa yang mana Indonesia menjadi
urutan ke 7 dengan jumlah penderita 10,7 juta. IDIABETIC FOOT juga memperkirakan
bahwa pada tahun 2045 kasus diabetes akan meningkat menjadi 700 juta. Selain itu.
Menurut RISKESDAS (2018) menyebutkan bahwa jumlah prevelensi kasus diabetes
melitus di Indonesia menurut diagnosis dokter pada penduduk umur 15 tahun
sebesar 2%. Angka tersebut menunjukan peningkatan jika dibandingkan pada tahun
2013 dengan prevelensi 1.5%. Selain itu, jumlah kasus tertinggi terjadi di provinsi
Jakarta (3.4) %) dan terendah dimiliki oleh provinsi Nusa Tenggara Timur (0,9%).

Pada tahun 2018, jumlah kasus diabetes melitus di provinsi Bali menduduki urutan ke
14 dari 34 provinsi di Indonesia, yang mana hal tersebut. mengalami peningkatan
pada tahun 2013 dengan prevelensi 1,3 % menjadi 1,7 % pada tahun 2018
(RISKESDAS, 2018)Berdasarkan data yang diperoleh dari jumlah kasus diabetes
melitus pada tahun 2018 sebesar 67.172 kasus diabetes melitus di Bali (Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2018). Khususnya Kabupaten Tabanan, tahun 2018 jumlah
penderita diabetes melitus yang tercatat yaitu 2.744 jiwa (Dinkes Tabanan, 2018).
Menurut data yang diperoleh dari catatan medik BRSU Tabanan bahwa jumlah kunjungan
diabetes melitus di ruang rawat inap terus meningkat dari tahun 2018-2020Pada tahun 2018
kasus DM sebanyak 143 orang, tahun 2019 sebanyak 281 orang dan pada tahun 2020 sebanyak
298 orang (BRSU Tabanan, 2020).

Menurut penelitian dari Trisnadewi et al(2018) di Tabanan mengenai manajemen DM dengan


jumlah sampel 80 orang, mendapatkan hasil bahwa sebanyak 49 orang (61,3%) berpengetahuan
kurang tentang pengobatan DM, dikarenakan kurangnya informasi dari petugas kesehatanSelain
itu, menurut responden hanya obat yang dapat mengendalikan kadar gula darah, diet dan
melakukan aktivitas fisik dianggap tidak terlalu berperan, hal inilah yang mempengaruhi naiknya
kasus DM di Kabupaten Tabanan. Dalam menegakkan diagnosa pada kasus diabetes melitus perlu
dilakukan pemeriksaan kadar gula darah di dalam tubuh. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Tabanan II dengan jumlah sampel 80 orang. status Kadar Gula Durah
Anteprandial pada penderita diabetes melitus menunjukan nilai rata-rata dalam katagori buruk
(ni wayan Trisnadewi & Pramesti, 2020). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ari Rasdini yang tertuang dalam jurnal Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
(2017) dengan jumlah sampel 79 orang pasien diabetes melitus yang dirawat di RSUP Sanglah,
Rata- rata nilai kadar gula darah anteprandial dan nilai kadar gula darah 2 jam pp juga dalam
kategori buruk.

Keadaan kadar gula darah yang meningkat pada pasien diabetes melitus akan berdampak pada
tingginya resiko ulkus kaki yang sulit disembuhkan. Hal ini dikarenakan kemampuan pembuluh
darah dalam berkontraksi maupun relaksasi sehingga mengakibatkan gangguan perfusi jaringan
pada bagian distal (D. Wahyuni et al., 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuni (2016) bahwa adanya hubungan kadar gula darah dengan derajat ulkus diabetik. Hasil
penelitian tersebut memperoleh 10,0% derajat I ulkus kaki diabetik dengan kadar gula darah
<200 mg/dl40,0% derajat 2 ulkus kaki dengan kadar glukosa darah ≥200 mg/dl: 50.0% derajat 3
ulkus kaki diabetik dengan kadar glukosa darah ≥200 mg/dlHal ini dapat disimpulkan bahwa,
apabila kadar gula darah dalam kategori buruk menyebabkan penderita diabetes melitus sangat
rentan terkena ulkus diabetikum yang mengakibatkan gangguan integritas kulit/ jaringan pada
bagian ekstremitas bawahJika hal tersebut tidak segera ditangani maka ulkus pada kaki semakin
sulit disembuhkan sehingga sangat beresiko mengalami amputasi. Menurut Supriyadi (2017)
sekitar 85% pasien diabetes melitus yang memiliki ulkus diabetikum khususnya pada ekstremitas
bawah akan mengalami resiko tinggi terhadap amputasi. Maka dari itu, pentingnya untuk selalu
mengontrol kadar gula darah sehingga dapat mengurangi resiko komplikasi dari kasus diabetes
melitus.

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menekan kasus diabetes melitus di
Indonesia, salah satunya dengan cara mengedukasi. Namun, menurut pusat data dan informasi
kementerian kesehatan RI tingkat ketidakpatuhan penderita diabetes melitus masih memiliki
angka yang cukup tinggi untuk tahun 2018. Hal ini dibuktikan pada data prevelensi konsumsi
makanan dan minuman manis, yang mana 47,8 % responden mengonsumsi makanan manis 1-6
kali/minggu dan hanya 12% responden mengonsumi nya < 3 kali perbulan. Selain itu, prevelensi
aktivitas fisik di Indonesia pada tahun 2018 yaitu 66,5% yang mana mengalami penurunan
dibandingkan pada tahun 2013 dengan jumlah 73.9% (Kemenkes RI2020)Selain itu, adapun upaya
yang dilakukan BRSU Tabanan untuk menekan kasus DM yaitu dengan cara memberikan
penyuluhan serta latihan senam kaki untuk pasien dan keluarga pasien yang dirawat di ruang
dahlia garing (BRSU Tabanan, 2019)

Penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk kasus diabetes melitus dengan mentaati 4 pilar, yang
diantaranya mengatur pola makan, melakukan aktivitas fisik, terapi farmakologi dan edukasi
Pengaturan pola makan dapat dilakukan dengan prinsip 3J (jenis, jumlah, jadwal). Hal ini
dilakukan untuk mengurangi makanan atau minuman manis yang dapat berkontribusi terhadap
tingginya kadar gula darah. Tidak hanya mengatur asupan nutrisimelakukan aktivitas fisik juga
dapat mengontrol kadar gula dan berat badan. Aktivitas fisik dapat dilakukan dengan durasi 30
menit/hariPenderita DM sangat diwajibkan untuk melakukan terapi insulin secara teratur untuk
mencegah tingginya kadar gula darah yang berujung komplikasi. Selain itu, pentingnya edukasi
juga dapat membantu mengendalikan kasus diabetes melitus di Indonesia (Kemenkes RI2020).

Selain mentaati empat pilar penatalaksanaan diabetes melituspasien DM juga diwajibkan


melakukan kontrol kadar gula darah secara teratur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui status
kadar gula darah pada pasien DM berada pada kategori normal, sedang atau buruk sehingga
membantu memutuskan pencegahan atau penatalaksanaan yang sesuai dengan status kadar gula
darah dalam tubuhnyaMenurut penelitian dari Masfufah (2014) terdapat 16.7% responden yang
melakukan pemeriksaan terkontrol dan mengetahui status kadar gula darahnya berada dalam
kategori normal sedangkan 77,8% responden yang jarang kontrol dan tidak mengetahui status
kadar gula darah didalam tubuhnya berada dalam kategori buruk. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
responden dengan kualitas hidup baik dimiliki oleh responden yang mengetahui status kadar gula
darahnya melalui pemeriksaan kadar gula darah yang terkontrolMaka dari itu, pentingnya
mengetahui status kadar gula darah pada pasien DM, karena dapat membantu tenaga kesehatan
dalam menentukan penatalaksaanaan yang sesuai dengan riwayat kesehatan pasien. Selain itu,
tenaga kesehatan juga wajib memahami status kadar gula darah pada pasien DM saat dilakukan
pemeriksaan pertama kali, karena dengan hal itu dapat mengetahui status kesehatan pasien
berada dalam kategori normal, sedang atau buruk sehingga tenaga kesehatan dapat
meningkatkan perannya didalam pemberian intervensi, motivasi dan edukasi dalam menekan
kasus DM (Masfufah, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, pentingnya memahami macam-macam kategori kadar gula darah pada
penderita DM. Maka dari itu, peneliti tertarik melakukan studi tentang "Gambaran Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di BRSU Tabanan Tahun 2021".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini ialah "Bagaimanakah gambaran kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di BRSU
Tabanan Tahun 2021?"

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan um umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus di BRSU Tabanan Tahun 2021.

2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendeskripsikan gambaran karakteristik responden pada pasien diabetes melitus di BRSU


Tabanan Tahun 2021

b. Mendeskripsikan kadar gula darah anteprandial pada pasien diabetes melitus di BRSU Tabanan
Tahun 2021

c. Mendeskripsikan kadar gula darah post prandial pada pasien diabetes melitus di BRSU
Tabanan Tahun 2021
d. Mendeskripsikan kadar gula darah acak pada pasien diabetes melitus di BRSU Tabanan
Tahun 2021

e. Mendeskripsikan kadar gula darah berdasarkan karakteristik responden pada pasien diabetes
melitus di BRSU Tabanan Tahun 2021

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang akan diperoleh, peneliti berharap hal tersebut dapat memberikan manfaat.
Adapun manfaat dari penelitian yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis
1. Manfaat teoritis

7 dari 8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu bentuk
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan medikal bedah khususnya yang
berkaitan pada kadar gula darah pada penderita diabetes melitus, menguatkan penelitian yang
sudah pernah dilakukan sebelumnya, serta dapat dimanfaatkan sebagai data untuk penelitian
selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi tenaga kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bentuk pertimbangan bagi tenaga kesehatan
dalam memberikan layanan kesehatan terutama dalam pemeriksaan kadar gula darah pasien
diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasdinah. Mengenal diabetes mellitus pada orang dewasa dan anak-anak dengan
solusi herbalYogyakarta: Nuha Medika; 2012.

2. Nurrahmi, UStop diabetes mellitusYogyakarta: Familia (Group Relassi Inti Media):


2012.

3. Hasanah, N.U. Manajemen diabetes analisis kuantitatif faktor-faktor psikososial


pada pasien diabetes tipe IIUniversitas Gajah Mada: Disertasi;
2015Psikologi.ugm.ac.id/.../b999cfd58d737b32cab10df67col3172-71590.pdf [diakses
pada 20 Desember 2017 pukul 20.13 WIB)

4. Kholifah. S.NSelf manajemen intervention sebagai upaya peningkatan kepatuhan


pada pasien DM. Jurnal Ners. Vol.9 no.1 April: 143-150; 2014. 5International
Diabetes FederationIDF clinical guidelines task force...
5. brussels: Global Guideline for Type 2 Diabetes; 20116. International Diabetes
Federation. IDF atlas seventh edition. 2015Retrieved form IDF Atlas:
http://www.diabetes.org.pdf [diakses pada 25 Desember 2017 pukul 19.20 WIB).
6. International Diabetes Federation. IDF diabetes fact and figures.
2015;http://www.idf.org/diabetes-fact-and-figures (diakses tanggal 11 November
2017]. 8. WHO. Country and regional data diabetes, WHO South East Asia
Region.2016. http://www.WHO.org/Country-and-regional-data-on-diabetes [diakses
anggal 13 November 2017)9RISKESDASBadan Penelitian dan Perkembangan
KesehatanJakarta: Depkes RI; 2013.
7. Kementrian Kesehatan RL. Infodatin pusat data dan informasi kementrian
kesehatan RI. Jakarta: 2013www.depkes.go.id/resources/.../infodatin-diabetes.pdf
[diakses pada 11 Desember 2017 pukul 10.40 WIB).
8. American Diabetes AssosiationDiagnosis and classification of
diabetesmellitusDiabetes Care 33:562-9; 2010.
9. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Provinsi Jawa
TengahSemarang: Kementrian Kesehatan RI; 2013.

Anda mungkin juga menyukai