Hubungan Lingkar Perut Terhadap Kadar Gula Darah Menggunakan Tes Toleransi Glukosa Oral Pada Remaja Akhir
Hubungan Lingkar Perut Terhadap Kadar Gula Darah Menggunakan Tes Toleransi Glukosa Oral Pada Remaja Akhir
Hubungan Lingkar Perut Terhadap Kadar Gula Darah Menggunakan Tes Toleransi Glukosa Oral Pada Remaja Akhir
12,DESEMBER, 2020
Jurnal medika udayana
Anak Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan Surudarma2, Desak Made Wihandani2,
I Wayan Gede Sutadarma2, I Nyoman Wande3
1
Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana,
Denpasar, Bali
2
Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
3
Departemen Patologi Klinis Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
Email: [email protected]
ABSTRAK
Obesitas menjadi salah satu faktor utama dari peningkatan penyakit tidak menular secara global. Di
Indonesia sendiri, prevalensi obesitas sentral pada umur 15 tahun ke atas terus mengalami peningkatan,
secara berurutan pada tahun 2007, 2013, 2018 yaitu 18,8; 26,6; dan 31,0. Peningkatan lemak visceral
berkaitan dengan terjadinya metabolik yang abnormal, seperti penurunan toleransi glukosa dan
penurunan sensitivitas insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang mana
merupakan faktor risiko dari terjadinya diabetes. Dalam upaya memprediksi kejadian diabetes mellitus
tipe 2, lingkar perut merupakan predictor yang lebih baik dibandingkan IMT terhadap kejadian dari
diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar perut terhadap
kadar gula darah pada remaja akhir. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
menggunakan metode potong lintang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
consecutive sampling, yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi pada populasi.
Keseluruhan subjek penelitian berjumlah 70 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara lingkar perut terhadap kadar gula darah puasa (p=0,000) dengan korelasi
sedang (r=0,440), dan adanya hubungan yang bermakna antara lingkar perut terhadap kadar gula darah
2 jam pasca pembebanan glukosa (p=0,030) dengan korelasi lemah (r=0,259). Kesimpulan dari
penelitian ini bahwa terdapat hubungan lingkar perut terhadap kadar gula darah menggunakan tes
toleransi glukosa oral pada remaja akhir.
Kata Kunci: lingkar perut, diabetes melitus, tes toleransi glukosa oral
ABSTRACT
Obesity is one of the main factors in increasing non-communicable diseases globally. In Indonesia, the
prevalence of central obesity at the age of 15 years and over continues to increase, sequentially in
2007, 2013, 2018 are 18.8; 26.6; and 31.0. Increased visceral fat is associated with abnormal metabolic
events, such as decreased glucose tolerance and decreased insulin sensitivity results in an increase of
blood sugar level, which are risk factors for diabetes. In an effort to predict the incidence of type 2
diabetes mellitus, abdominal circumference is a better predictor than BMI for the incidence of type 2
diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship of abdominal circumference to blood
sugar levels in adolescent. This study was an observational analytic study using a cross-sectional
method. Samples selected using consecutive sampling, which determined based on inclusion and
exclusion criteria from the population. The total of study subject were 70 respondent. The results of the
study showed a significant relationship between abdominal circumference to fasting blood sugar levels
(p = 0.000) with a moderate correlation (r = 0.440), and a significant relationship between abdominal
circumference and blood sugar levels 2 hours after glucose loading (p = 0.030) with a weak correlation
(r = 0. 259). Conclusion of this study that there is a relationship of abdominal circumference to blood
sugar levels using an oral glucose tolerance test in adolescent.
Keywords: waist circumference, diabetes melitus, oral glucose tolerence test.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 14
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
HUBUNGAN LINGKAR PERUT TERHADAP KADAR GULA DARAH, Anak
Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan Surudarma2, Desak Made
Wihandani2, I Wayan Gede Sutadarma2, I Nyoman Wande3
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 15
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
Anak Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan
Surudarma2, Desak Made Wihandani2, I Wayan Gede
Sutadarma2, I Nyoman Wande3
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 16
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
HUBUNGAN LINGKAR PERUT TERHADAP KADAR GULA DARAH, Anak
Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan Surudarma2, Desak Made
Wihandani2, I Wayan Gede Sutadarma2, I Nyoman Wande3
Berdasarkan Tabel 5, rerata gula darah 2 jam nilai signifikansi (p value) sebesar 0,000
pasca pembebanan glukosa dari 70 responden sehingga nilai tersebut berada dibawah nilai α
pada penelitian ini adalah 115,71 dengan (0,05). Hal ini menunjukan bahwa data yang
standar deviasi 37,02. Nilai minimum gula didapat memiliki hasil yang signifikan.
darah 2 jam pasca pembebanan glukosa yaitu Adapula didapatkan nilai koefisien korelasi R
66 dan nilai maksimum gula darah 2 jam pasca sebesar 0,440. Hal ini juga mengindikasikan
pembebanan glukosa yaitu 358. Nilai median bahwa lingkar perut dan gula darah puasa
dari hasil gula darah puasa responden pada memiliki korelasi sedang.
penelitian ini yaitu 111.
Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rank
Tabel 5. Gula Darah 2 Jam Pasca Pembebanan terhadap Lingkar Perut dengan Gula
Glukosa Responden Darah Puasa
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 17
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
Anak Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan
Surudarma2, Desak Made Wihandani2, I Wayan Gede
Sutadarma2, I Nyoman Wande3
yaitu 0,030) dengan korelasi lemah (koefisien insulin, sehingga menyebabkan terjadinya
korelasi r yaitu 0,259). Berdasarkan kedua keadaan resistensi insulin. Oleh karena itu, sel
hasil yang didapatkan dapat disimpulkan otot memerlukan lebih banyak insulin untuk
bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis ambilan glukosa darah ke dalam otot16. Pada
alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian studi yang dilakukan oleh Rahmadinia15,
dapat dikatakan bahwa ditemukan hubungan dengan judul hubungan lingkar perut dan rasio
lingkar perut terhadap kadar gula darah lingkar perut panggul dengan kadar gula darah
menggunakan tes toleransi glukosa oral pada puasa pada anggota TNI Kodim 0735
remaja akhir. Surakarta, dimana didapatkan sampel
Pada individu obesitas diketahui sebanyak 73 orang responden. Hasil dari studi
mengalami penurunan fungsi sel-β pada ini yaitu pada uji korelasi lingkar perut dan
pankreas. Sel-β memiliki peranan penting gula darah puasa didapatkan nilai p = 0,000
dalam meregulasi pengeluaran insulin. dan r = 0,525 yang menunjukan bahwa
Penurunan fungsi sel-β dikarenakan obesitas terdapat hubungan bermakna antara lingkar
dapat mengakibatkan suatu inflamasi pada perut dengan gula darah puasa dan korelasi
pankreas, dimana inflamasi ini menyebabkan sedang. Pada uji chi-square dengan
proliferasi dari makrofag pada pankreas mengkategorikan obesitas sentral dan non
tersebut. Makrofag tersebut akan berinteraksi obesitas sentral berdasarkan lingkar perut
dengan sel-β, yang mana diketahui bahwa (laki-laki ≥90 cm dan perempuan ≥80 cm
kontak secara langsung antara makrofag dan dikategorikan obesitas sentral, dan diluar itu
sel-β tersebut mengakibatkan kerusakan pada dikategorikan non obesitas sentral). Kadar gula
sel-β.12 Terjadinya kerusakan pada sel-β ini darah puasa dikategorikan menjadi gula darah
dapat mengakibatkan toleransi glukosa puasa normal (<90 mg/dL) dan naik (≥90 mg/dL).
yang abnormal dapat terjadi.13 Hasil pada uji chi-square antara lingkar perut
Pada studi yang dilakukan oleh Nenni dan gula darah puasa yaitu nilai p = 0,038,
dan Santi14 mengenai hubungan IMT (indeks menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
masa tubuh), lingkar perut, dan RLPP (rasio bermakna antara lingkar perut dan gula darah
lingkar pinggang panggul) terhadap kadar gula puasa, dan OR = 3,167, berarti orang dengan
darah, menunjukkan IMT berhubungan dengan obesitas sentral memiliki kemungkinan gula
kadar gula darah (p=0,007; r=0,345), lingkar darah puasa yang meningkat 3 kali
perut berhubungan dengan kadar gula darah dibandingkan orang yang tidak obesitas.
(p=0,001; r=0,424), dan RLPP berhubungan Sensitivitas dari insulin akan
dengan kadar gula darah (p=0,002; r=0,392). terpengaruh pada individu obesitas. Pada
Hal ini menunjukkan adanya hubungan pada individu yang memiliki obesitas, terdapat
antropometrik terhadap kadar gula darah, peningkatan sekresi dari substansi Non-
khususnya lingkar perut memiliki hubungan esterified Fatty Acid (NEFA) yang dapat
paling kuat dengan kadar gula darah dibanding menyebabkan terjadinya suatu resistensi
variabel lainnya. insulin.13 Berdasarkan studi yang dilakukan
Meningkatnya lingkar perut dapat oleh Sun17, mengenai distribusi dari adiposit
berdampak terhadap peningkatan gula darah dan hubungannya dengan diabetes dan
karena terjadi glukogenesis yang dapat resistensi insulin. Studi ini menggunakan
menghambat kerja insulin. Lemak pada desain penelitian cross-sectional, dengan salah
abdomen memiliki produk metabolik berupa satu metode pengukuran distribusi adiposity
asam lemak yang dilepaskan ke vena porta menggunakan lingkar perut. Pada analisis
hepatika. Asam lemak bebas yang beredar menggunakan korelasi Pearson’s antara
berlebihan ke hati akan menyebabkan oksidasi lingkar perut dan kadar gula darah 2 jam pasca
dan menghasilkan Acetyl CoA. Acetyl CoA pembebanan glukosa didapatkan nilai
ini akan mengaktifkan enzim piruvat p<0,0001 dengan nilai r=0,20 sehingga
karboksilase di hati, yang mengubah asam menunjukkan dimana lingkar perut memiliki
piruvat menjadi glukosa di dalam hati, proses hubungan bermakna dengan kadar gula 2 jam
ini disebut glukoneogenesis15. Selain itu, pasca pembebanan glukosa dengan kekuatan
meningkatnya kadar asam lemak bebas yang korelasi yaitu berkorelasi lemah.17
beredar di hati dapat menyebabkan
berkurangnya senstivitas dari sel otot terhadap
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 18
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
HUBUNGAN LINGKAR PERUT TERHADAP KADAR GULA DARAH, Anak
Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan Surudarma2, Desak Made
Wihandani2, I Wayan Gede Sutadarma2, I Nyoman Wande3
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 19
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
Anak Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan
Surudarma2, Desak Made Wihandani2, I Wayan Gede
Sutadarma2, I Nyoman Wande3
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 20
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03