Laporan Praktikum
Laporan Praktikum
Laporan Praktikum
APA Citation: Rahmina, W., Nurlaelah, I., & Handayani, H. (2017). Pengaruh Perbedaan Komposisi
Limbah Ampas Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pak Choi (Brassica Rapa L.
Ssp. Chinensis). Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi, 9(2), 32-38. doi:
10.25134/quagga.v9i02.746.
Abstrak: Limbah ampas tahu dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Selama ini limbah ampas tahu
kurang dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, limbah ampas tahu memiliki kandungan protein yang cukup
tinggi serta senyawa-senyawa yang berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman pak choi dengan menggunakan variasi komposisi limbah
ampas tahu serta untuk mengetahui kandungan NPK yang terdapat dalam limbah ampas tahu. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan komposisi limbah ampas tahu masing-masing 25%,
50%, 75% dan 100%. Kontrol positif pupuk kandang dan kontrol negatif tanah. Parameter yang diukur pada
tanaman pak choi, yaitu jumlah daun dan berat basah tanaman. Analisis data diperoleh dengan menggunakan
uji Analisis Varians dan dilanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk parameter jumlah daun
sedangkan uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) digunakan untuk parameter berat basah. Berdasarkan uji
statistik yang telah dilakukan menggunakan uji BNT untuk jumlah daun dan uji DMRT untuk berat basah
menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan diantara variasi komposisi limbah ampas tahu, dalam hal ini
komposisi limbah ampas tahu 100% yang paling efektif dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman pak choi.
Hasil penelitian menunjukan kandungan unsur N,P,K limbah ampas tahu kering ditinjau dari kriteria unsur N
tercatat rendah, yaitu 0,110% sedangkan unsur P dan unsur K tercatat sangat tinggi, yaitu 1,219% dan 0,361%.
Kata Kunci :Limbah Ampas Tahu, Brassica rapa L. ssp. Chinensis
Abstract: Tofu waste can cause environmental pollution. So far, tofu waste has not been fully utilized. In fact,
tofu waste has a high protein content and compounds that have the potential to increase soil and plant fertility.
This study aims to determine the growth of pak choi plants by using variations in the composition of tofu waste
and to determine the NPK content found in tofu waste. This study used a Completely Randomized Design (CRD)
with the composition of tofu waste each 25%, 50%, 75% and 100%. Positive control of manure and negative
control of soil. The parameters measured in the pak choi plant are the number of leaves and the wet weight of
the plant. Data analysis was obtained using the Variance Analysis test and continued with the Smallest
Significant Difference test (LSD) for leaf number parameters while the Duncan Multiple Area test (DMRT) was
used for wet weight parameters. Based on statistical tests that have been carried out using the LSD test for the
number of leaves and DMRT test for wet weight shows that there is a significant difference between the variation
of tofu waste composition, in this case the composition of 100% tofu waste is most effective in influencing the
growth of pak choi plants. The results showed that the content of N, P, K dry tofu waste in terms of the N element
criteria was recorded as low, which was 0.110% while the P element and K elements were very high, namely
1.219% and 0.361%.
Keywords: Tofu Waste, Brassica rapa L. ssp. chinensis
32
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN 2651-5869
Volume 9, Nomor 2, Juli 2017 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
33
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN 2651-5869
Volume 9, Nomor 2, Juli 2017 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
chinensis), ampas tahu kering sebanyak 4 kg, proses pengomposan. Pada temperatur suhu bak
EM4 1 liter, gula merah ¼ kg, bokashi dopilet 1 1 penurunan suhu mendekati suhu awal
kg, dedak 1 kg, kotoran kambing kering 6 kg, pengomposan lebih cepat dibandingkan dengan
tanah kebun dan air sumur secukupnya. penurunan suhu pada bak 2.
Alat yang digunakan adalah box Temperatur maksimum yang dicapai pada
pengomposan serta tutup box pengomposan, kompos limbah ampas tahu bak 1 dan bak 2
baskom yang berdiameter 30 cm, sendok kayu, secara berurutan adalah 34,2°C dan 33,8°C. Pada
trash bag ukuran 50 x 75 cm, termometer air proses pengomposan, faktor suhu sangat
raksa, sensiglove, surgical face mask, polybag berpengaruh terhadap jenis mikroorganisme yang
ukuran 25 x 25 cm, nampan ukuran 30 x 19 x 20 terlibat didalamnya. Pembuatan kompos yang
cm, plastik es ukuran 4,5 x 20 cm, sprayer, berbahan dasar limbah ampas tahu dengan
Neraca digital, Neraca dan alat tulis. penambahan EM4 sebagai aktivator ini
Metode Penelitian merupakan proses pengomposan yang cenderung
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak anaerob. Menurut Yuwono (2006: 77) suhu
Lengkap (RAL) yaitu komposisi kompos limbah optimum untuk pengomposan anaerobik adalah
ampas tahu yang terdiri dari 6 perlakuan. 35-45°C.
Perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali Kematangan kompos ditandai dengan warna
sehingga terdapat 24 unit percobaan. Jumlah coklat kehitaman, tidak berbau, dan penurunan
keseluruhan bibit pak choi yang digunakan suhu sampai sekitar suhu pengomposan.
adalah 48 bibit, dimana tiap unit percobaan Pertambahan Jumlah Daun (Helai)
terdiri dari 2 bibit yang langsung dijadikan Hasil analisis sidik ragam menunjukan
sampel. bahwa pemberian limbah ampas tahu
Adapun komposisi limbah ampas tahu yang berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah
diberikan sebagai perlakuan adalah sebagai daun. Hasil uji lanjut BNT pada taraf 5%
berikut : disajikan pada tabel 1.
A = Komposisi Kompos ampas tahu sebanyak
25% (50 gram) Tabel 1. Hasil uji BNT terhadap Jumlah Daun
B = Komposisi Kompos ampas tahu sebanyak Tanaman Pak Choi
50% (100 gram)
C = Komposisi Kompos ampas tahu sebanyak
75% (150 gram)
D = Komposisi Kompos ampas tahu sebanyak
100% (200 gram)
Kontrol positif (P) = Pupuk Kandang (500 gram)
Kontrol negatif (N) = Tanah (1000 gram)
34
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN 2651-5869
Volume 9, Nomor 2, Juli 2017 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman dengan air) secara merata. Pada saat temperatur
pak choi. Hasil uji lanjut DMRT pada taraf 5% kompos mulai turun dan kompos sudah matang
disajikan pada tabel 2. bau tersebut tidak ada. Menurut Suwahyono dkk
(2015: 32) Effective Microoganism 4 tidak hanya
Tabel 2. Hasil uji DMRT terhadap Berat Basah mempercepat proses pengomposan tetapi juga
Tanaman Pak Choi dapat menghilangkan bau yang timbul selama
proses pengomposan. Hal ini sesuai dengan
kompos yang dihasilkan dari pencampuran EM4
dimana kompos yang matang tidak berbau.
Kenaikan suhu yang terjadi ditimbulkan
akibat aktivitas mikroorganisme yang terdapat
didalam bahan kompos limbah ampas tahu.
Aktivitas mikroorganisme yang terjadi berupa
aktivitas metabolisme dimana senyawa kompleks
Berdasarkan tabel 2. di atas dapat dilihat akan dirombak menjadi senyawa yang lebih
bahwa berat basah tanaman pak choi terjadi sederhana. Aktivitas metabolisme ini akan
peningkatan rata-rata berat basah dari komposisi menghasilkan panas sehingga menyebabkan
25%, 50%, 75%, 100%, perlakuan kontrol positif temperatur meningkat. Pada tahap ini pula,
dan negatif secara berturut-turut 19,58; 33,9; mikroorganisme memperbanyak diri dengan
20,93; 64,53; dan 24,78; 13,25. Rata-rata berat cepat. Pada proses pengomposan terjadi proses
basah tanaman pak choi yang tertinggi terdapat perombakan bahan organik (metabolisme) yang
pada perlakuan D (100% limbah ampas tahu) menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan
sebesar 64,53. Sedangkan rata-rata berat basah inilah yang menyebabkan suhu meningkat. Hal
yang terendah pada perlakuan N (Kontrol ini serupa dialami oleh Nan Djuarnani (dalam
Negatif) sebesar 13,25. Berat Basah pada Ali et al, 2008) dimana peningkatan suhu yang
perlakuan D (100% limbah ampas tahu) terjadi pada awal pengomposan ini disebabkan
menunjukan perbedaan yang signifikan dengan oleh panas yang dihasilkan dari perombakan
perlakuan lainnya. bahan organik oleh mikroorganisme.
Kandungan Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Berdasarkan hasil perhitungan jumlah daun
Kalium (K) pada Limbah Ampas Tahu yang teramati bahwa rata-rata pertambahan
Berdasarkan hasil uji analisis kandungan jumlah daun perlakuan A paling rendah
unsur hara NPK pada limbah ampas tahu dibandingkan perlakuan yang lainnya dan
didapatkan data sebagai berikut (Tabel 3.) perlakuan D memiliki rata-rata pertambahan
daun paling tinggi dibandingkan dengan
Tabel 3. Hasil analisis kandungan unsur hara perlakuan yang lainnya. Kecukupan unsur hara
NPK pada Limbah Ampas Tahu bagi pertumbuhan tanaman sangat berpengaruh.
Unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan
tanaman dapat membuat tanaman tumbuh dengan
optimal. Sedangkan tanaman yang kekurangan
unsur hara akan menyebabkan tanaman tersebut
tidak dapat tumbuh secara optimal. Meskipun
kandungan unsur N yang terdapat pada limbah
Dari tabel 3. Diatas didapat data bahwa ampas tahu berada pada kriteria rendah namun
kandungan unsur NPK yang rendah menurut dikarenakan komposisi kompos limbah ampas
Harjowigeno (dalam Surtinah, 2013) terdapat tahu pada perlakuan D lebih banyak
pada unsur N dengan nilai 0,110%. Unsur P dan dibandingkan perlakuan lainnya menyebabkan
K dengan nilai 1,219% dan 0,361% yang artinya pertambahan jumlah daun pada perlakuan D lebih
unsur hara tersebut bernilai sangat tinggi. baik dibanding perlakuan lainnya. Menurut
Proses pengomposan membutuhkan waktu Hardjadi (dalam Harahap et al, 2015) Unsur N
selama 34 hari. Semua bahan sudah siap, ampas meningkatkan fotosintesa dan hasilnya dapat
tahu, bokashi dopilet dan dedak dicampurkan diakumulasikan pada seluruh bagian tanaman
secara merata serta disiram atau disemprot untuk pertumbuhan, termasuk untuk
dengan larutan A (larutan gula merah) dan pembentukan daun. Sehingga dapat dikatakan
larutan B (hasil pencampuran larutan EM4 bahwa banyaknya komposisi unsur N pada
kompos limbah ampas tahu yang digunakan
35
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN 2651-5869
Volume 9, Nomor 2, Juli 2017 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun penyerapan air dan unsur hara. Semakin dalam
pada tanaman pak choi terutama kompos pada atau jauh akar menembus tanah maka akan
perlakuan D yang komposisinya lebih banyak. semakin banyak air dan unsur hara yang dapat
Menurut Lakitan (dalam Harahap et al, 2015) diserap. Pengaruh unsur K berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan daun memperkuat tubuh tanaman agar daun tidak
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor mudah gugur.
lingkungan. Ketersediaan unsur K yang banyak dapat
Semakin tinggi komposisi kompos ampas membuat tanaman lebih kokoh dan
tahu yang diberikan menyebabkan pertambahan mempertahankan tubuhnya dari penyakit ataupun
jumlah daun semakin meningkat. Peningkatan kekeringan. Berat basah tanaman menunjukkan
tersebut disebabkan pemberian kompos ampas besarnya kandungan air dan bahan organik yang
tahu mampu menyediakan unsur hara yang terkandung dalam jaringan atau organ tanaman.
dibutuhkan oleh tanaman pak choi sehingga Menurut Kaderi (dalam Puspitasari, 2013)
mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman pemberian bahan organik seperti kompos dapat
antara lain pertambahan jumlah daun. Perlakuan membantu akar tanaman menembus tanah lebih
D (100% limbah ampas tahu) mempunyai dalam dan luas sehingga tanaman lebih mampu
kandungan unsur hara yang lebih banyak menyerap unsur hara dan air dalam jumlah
dibandingkan perlakuan yang lainnya. banyak. Semakin banyak unsur hara dan air yang
Berdasarkan hasil perhitungan berat diserap oleh tanaman, akan meningkatkan
basah yang teramati bahwa rata-rata berat basah pertumbuhan tanaman yang akan mempengaruhi
perlakuan N paling rendah dibandingkan ukuran organ tanaman secara keseluruhan. Sesuai
perlakuan yang lainnya dan perlakuan D dengan pernyataan sebelumnya bahwa unsur hara
memiliki rata-rata berat basah paling tinggi yang terdapat pada kompos limbah ampas tahu
dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. mempengaruhi pertambahan jumlah daun.
Perlakuan dengan penambahan kompos Adanya pertambahan jumlah daun yang
ampas tahu dengan komposisi paling banyak meningkat dapat mempengaruhi berat basah
memiliki rata-rata berat basah yang paling tinggi. tanaman pak choi. Hal ini sesuai dengan yang
Hal ini disebabkan karena unsur hara yang diungkapkan oleh Pakaya (2015) bahwa
diberikan mencukupi kebutuhan tanaman pak bertambahnya jumlah daun dapat meningkatkan
choi untuk tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai berat basah tanaman.
dengan pernyataan Kubo (1993) bahwa produk Perlakuan N memiliki rata-rata berat basah
ampas kedelai yang telah di fermentasi oleh yang lebih rendah dibandingkan dengan
mikroorganisme dapat menjadi pupuk yang perlakuan lainnya. Hal ini diakibatkan
efektif bagi tanaman. Unsur hara yang dapat berkurangnya unsur hara yang terdapat pada
mendukung tanaman pak choi untuk tumbuh media tanam. Menurut Campbell (2004: 340)
dengan baik salah satunya yaitu unsur hara menyatakan bahwa kekurangan unsur hara dapat
makro (NPK) dimana unsur ini dibutuhkan dalam melemahkan atau bahkan mematikan tumbuhan.
jumlah yang banyak. Sehingga dengan komposisi Perlakuan unsur N ini mengalami kekurangan
N, P dan K yang paling banyak pada penelitian unsur hara dikarenakan tidak adanya
ini akan lebih mendukung pertumbuhan pak choi penambahan unsur hara dari sumber lain hanya
untuk tumbuh dengan baik karena unsur N memanfaatkan unsur hara yang terkandung
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan didalam tanah saja. Sehingga menyebabkan daun
khususnya akar, batang dan daun. Selain itu, yang lebih tua mati karena kekurangan unsur
unsur N ini berperan dalam membantu proses hara.
pembentukan klorofil yang berguna dalam proses Unsur hara yang tersedia akibat penambahan
fotosintesis. Proses fotosintesis yang terjadi kompos limbah ampas tahu antara lain unsur
menghasilkan nutrisi bagi tanaman. Semakin nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).
banyak unsur N yang terkandung dalam media Kandungan unsur N yang terdapat pada limbah
tanam maka semakin banyak pula klorofil yang ampas tahu berada pada kriteria rendah.
dibentuk untuk proses fotosintesis sehingga Meskipun memiliki kriteria yang rendah namun
menyebabkan semakin banyak pula nutrisi yang keberadaan unsur N ini mampu mempengaruhi
tersedia bagi pertumbuhan tanaman. pertumbuhan tanaman pak choi. Menurut Sutedjo
Unsur P berperan untuk merangsang (2010: 89), unsur N berfungsi meningkatkan
pertumbuhan akar. Pertumbuhan akar yang pertumbuhan tanaman, menyehatkan klorofil,
semakin cepat dan banyak dapat meningkatkan meningkatkan kadar protein dalam tumbuhan,
36
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN 2651-5869
Volume 9, Nomor 2, Juli 2017 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
37
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN 2651-5869
Volume 9, Nomor 2, Juli 2017 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
38