87 646 2 PB
87 646 2 PB
87 646 2 PB
Abstrak
Tanaman kecipir sudah mulai dilupakan orang sehingga perlu dibudidayakan kembali. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi kecipir dengan penggunaan bokashi blotong tebu dan pemberian
pupuk organik cair kulit. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok factorial dengan 2 (dua) faktor perlakuan Faktor bokashi blotong tebu (T) dan Faktor Pupuk Organik
Cair kulit nanas (S). Setiap plot percobaan terdiri dari 8 tanaman dengan 4 tanaman sampel. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwapenggunaan bokashi blotong tebu berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong per
sampel tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang, panjang polong persampel, berat polong
persampel dan produksi perplot, pemberian pupuk organik cair kulit nanas berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah polong persampel, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang, panjang polong persampel,
berat polong persampel dan produksi perplot, kombinasi antara penggunaan bokashi blotong tebu dan pemberian
pupuk organik cair kulit nanas berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kecipir.
Kata Kunci: kecipir, bokashi blotong tebu, POC kulit nanas
Abstract
Cowpeas is becoming rare, hence it has to be planted again to some reasons. This research aims to know the growth
and production of cowpeas with Bokashi use of sugarcane filter cake and liquid organic fertilizer pineapple skin that
have been implemented at the Faculty of Agriculture Experimental Station Road PBSI Area Terrain 1 Terrain Estate,
District Percut Sei Tuan from March to July 2019. Methods the research in this research is a randomized block design
factorial, with 2 (two) treatment factors, namely: 1) factors bokashi cane filter cake (T) and Organic Liquid Fertilizer
Factors pineapple skin (S), each treatment was repeated 2 times so that there are 32 experimental plots. Each
experimental plot consisted of eight plants with four plant samples. The results of this research indicate that the use of
Bokashi blotong cane very significant effect on the number of pods persample but did not significantly affect stem
diameter, length of pods persampel, heavy pods persampel and production perplot, fertilizer liquid organic pineapple
skin very significant effect on the number of pods persampel, but did not significantly affect stem diameter, persampel
pod length, pod weight and production persampel perplot, a combination of the use of sugarcane filter cake bokashi
organic fertilizer liquid and pineapple skin no real effect on the growth and yield of cowpeas.
Keywords: Winged, Bokashi blotong cane, pineapple skin POC
How to Cite: Muhammad, J.S. Syahbudin, H. & Maimunah. (2020). Efektivitas penggunaan bokashi
blotong tebu dan pemberian pupuk organik cair kulit nanas terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.). Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 6 (2): 106-111
*E-mail: [email protected]
133
PENDAHULUAN
Tanaman kecipir (Psophocarpus tertagonolobus L.) merupakan tanaman tropis
yang mudah dibudidayakan. Tanaman kecipir sebenarnya sudah dikenal oleh
masyarakat, karena umumnya buah mudanya dikonsumsi sebagai sayur (Z.N.A, 2018).
Namun saat ini, tanaman ini telah banyak dilupakan dan tidak dimanfaatkan secara
maksimal. Kecipir merupakan tanaman semusim tetapi umumnya dibiarkan menjadi
tahunan dengan cara dipangkas. Tanaman ini mampu tumbuh dari dataran rendah
sampai dataran tinggi, dan dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan yang
kering. Masyarakat menanam kecipir sebagai tanaman pekarangan yang dibiarkan
merambat pada pagar atau tanaman kayu lain (Handayani, 2013).
Kecipir termasuk tanaman yang mempunyai ciri khas yaitu terdapat buah yang
disebut polong, yaitu buah yang berasal dari satu daun dengan atau tanpa sekat semu.
Bila masak dan kering buah akan pecah, sehingga biji terlontar keluar atau buah
terputus-putus menjadi beberapa bagian menurut sekat-sekat semunya. Diantara
anggota yang lain, kecipir banyak mengandung zat gizi yang tinggi karena kandungan
gizi seperti protein, lemak, dan vitamin dalam bijinya. Masyarakat juga memanfaatkan
bagian-bagian tanaman kecipir sebagai bahan obat tradisional, misalnya untuk
penambah nafsu makan, obat radang telinga, obat bisul, dan lain-lain. Sebagai
supermarket on the stalk, kecipir merupakan sumber protein yang baik. Kandungan
protein pada bunga 2,8-5,6; daun 5-7,6; polong muda 1,9-4,3; biji segar 4,6-10,7; biji
kering 29,8-39 dan umbi 3-15, masing- masing dihitung sebagai gram per 100 gram
bobot segar. Tingginya kandungan protein pada semua bagian tanaman kecipir mungkin
berhubungan dengan kemampuan akar tanaman ini untuk mengikat nitrogen dari udara
bebas (Krisnawati, 2010).
Besarnya potensi kecipir memberikan celah atau peluang untuk mengembangkan
secara lebih terarah potensi komoditas ini. Usaha – usaha pengembangan komoditas
tersebut antara lain melalui pemuliaan tanaman dan perbaikan teknik budidaya tanaman
yang keduanya dapat dilakukan secara simultan. Komposisi protein total kecipir
umumnya terdiri atas albumin, globulin, dan glutelin. Jika dilihat dari nilai kandungan
pati dan protein, ubi kecipir memiliki potensi industri yang cukup besar yaitu sebagai
bahan baku tepung kaya protein. Potensi ini jauh melebihi potensi ubi bengkuang yang
hanya mengandung sekitar 0,8% protein dan 3 % pati (Nusifera dan Karuniawan, 2007).
Tanaman kecipir masih terpinggirkan dan belum dibudidayakan secara luas di
Indonesia serta masih dilakukan secara tradisional sehingga ketersediaan benih di pasar
terbatas. Terbatasnya ketersediaan benih ini dikarenakan belum tersedianya budidaya
produksi benih bermutu. Salah satu faktor penting dalam usaha budidaya yang
menunjang keberhasilan hidup dan produksi suatu tanaman adalah masalah
pemupukan. Pupuk adalah material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman
dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Pemberian pupuk organik
dalam tingkat optimum perlu dilakukan secara terus menerus kepada tanaman yang
134
Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(2) 2019: 133-143
akhirnya akan menaikkan potensi pertumbuhan dan produksi (Lingga dan Marsono,
2007).
Dengan meningkatnya limbah di indonesia maka menjadi sasaran untuk mendaur
ulang menjadi pupuk organik karena limbah merupakan salah satu penyebab
pencemaran lingkungan yang membawa dampak memburuknya kesehatan bagi
masyarakat. Limbah yang dihasilkan oleh suatu industri dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap keseimbangan lingkungan apabila dibuang kesuatu badan air penerima
(misalnya sungai) tanpa diolah terlebih dahulu. Apabila jumlah senyawa-senyawa yang
terkandung dalam limbah melebihi kadar yang telah ditetapkan, maka air tersebut tidak
dapat dipergunakan lagi untuk keperluan sebagaimana mestinya. Blotong, Limbah Kulit
Nanas menjadi masalah yang serius bagi lingkungan masyarakat (Muhsin, 2011).
Blotong ampas tebu merupakan limbah yang paling tinggi tingkat pencemarannya
dan menjadi masalah bagi pabrik gula dan masyarakat. Limbah ini biasanya dibuang
kesungai dan menimbulkan pencemaran, karena didalam air bahan organik yang ada
pada blotong akan mengalami penguraian secara alamiah, sehingga mengurangi kadar
oksigen dalam air dan menyebabkan air bewarna gelap dan berbauk busuk
(Purwaningsih, 2011; Ilyasa dkk, 2018).
Menurut Agustina (2008), ampas tebu merupakan limbah pertama yang dihasilkan
dari proses pengolahan industri gula tebu volumenya mencapai 30-34% dari tebu giling.
Pemanfaatan limbah ampas tebu sebagai bahan baku pembuatan kompos merupakan
salah satu alternatif untuk meminimalisir terjadinya polusi estetika. Serat bagas tidak
dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan, lignin dan juga
memiliki kadar bahan organik sekitar 90%, kandungan N 0.3%, P2O5 0.02%, K2O 0.14%,
Ca 0.06%, dan Mg 0.04%. Hasil penelitian Riyanto (1995:2) menunjukkan bahwa
pemberian kompos ampas tebu 4-6 ton/ha dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK
hingga 50%.
Hasil penelitian Hasibuan et al., (2017) menunjukkan bahwa bokashi blotong tebu
dapat meningkatkan tinggi tanaman kedelai umur 6 MST, perlakuan 10 ton ha-1
memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik yaitu tinggi tanaman 52,08 cm, berat biji per
tanaman 14,65 g, produksi per tanaman 40,70 g dan produksi per plot 0,90 kg. Data hasil
penelitian Ilyasa et al., (2016) menunjukkan pemberian bokashi dari limbah ampas tebu
juga dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai rawit umur 6 MST, perlakuan 20 ton ha-1
memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik yaitu tinggi tanaman 102 cm, jumlah cabang
per tanaman 11,6 cabang.
Timbunan limbah kulit nanas yang tidak terkendalikan yang kemudian berdampak
negatif yang akan mempengaruhi berbagai segi kehidupan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada permasalahan di lingkungan yang menjadi sumber bakteri penyakit,
pencemaran udara, tanah, air, dan lebih jauh lagi terjadinya bencana ledakan gas metan,
serta pencemaran udara akibat pembakaran terbuka yang menyebabkan pemanasan
global. Kulit nanas merupakan limbah organik hasil sisa pembuangan produksi buah
nanas yang mengandung beberapa senyawa yang dapat dijadikan produk olahan
bermanfaat. Berdasarkan kandungan nutrisinya, kulit nanas dapat dijadikan sebagai
bahan pembuatan pupuk organik. Menurut hasil penelitian Salim (2008) pupuk organik
135
Muhammad Jusfa Simajuntak, Syahbudin Hasibuan & Maimunah, Efektivitas penggunaan bokashi
blotong tebu dan pemberian pupuk organik cair kulit nanas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)
dari kulit nanas mengandung unsur hara 0,70% N, 19,98% C, 0,08% S, 0,03% Na, dengan
pH 7,9. Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik ingin melakukan
penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Bokashi Blotong Tebu Dan Pemberian
Pupuk Organik Cair Kulit Nanas Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus L.)
METODE PENELITIAN
Rancangan Percobaan
Penelitian dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari
2 faktor perlakukan. Faktor pertama yaitu Bokashi Blotong Tebu (T) dengan 4 tarap
perlakuan. Faktor kedua yaitu konsentrasi POC Limbah Kulit Nanas (S) dengan 4 taraf
perlakuan.
1. Bokashi Blotong Tebu terdiri dari 4 taraf, yaitu : T0 = 0 Kg Bokashi Blotong
Tebu/Plot
T1 = 1 Kg Bokashi Blotong Tebu/Plot
T2 = 2 Kg Bokashi Blotong Tebu /Plot
T3 = 3 Kg Bokashi Blotong Tebu /Plot
2. Pupuk Organik Cair Limbah Kulit Nanas terdiri dari 4 taraf, yaitu : S0 = Kontrol
(Tidak menggunakan pupuk organik cair kulit nanas)
S1 = POC Limbah Kulit Nanas dengan konsentrasi 25% (250 ml/750 ml air)
S2 = POC Limbah Kulit Nanas dengan konsentrasi 50% (500 ml/500 ml air) S3 =
POC Limbah Kulit Nanas dengan konsentrasi 75% (750 ml/250 ml air).
Persiapan Pembuatan Bokashi Blotong Tebu dan POC Limbah Kulit Nanas
Dalam persiapan pembuatan pupuk bokashi dari limbah blotong tebu yaitu
pengambilan bahan blotong tebu di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II, setelah itu
melakukan pengumpulan limbah blotong tebu sebanyak 100 kg, air secukupnya, dan
EM4 1liter untuk mendekomposisi bahan organik, dan gula merah sebanyak 600 g
sebagai bahan makanan mikroorganisme.
Pembuatan pupuk organik cair kulit nanas yang diawali dengan menyediakan
limbah kulit nanas yang sudah dicincang sebanyak 8kg dan air sebanyak 40 liter lalu
diletakkan didalam drum sebagai wadah fermentasi agar berlangsung lancar dan
mencampurkan bahan 600 ggula merahdan EM4 sebanyak 600 ml, aduk sampai rata dan
tercampur sempurna dan tutup dengan rapat. Perawatan dilakukan berupa pengadukan
larutan setiap hari dan pupuk organik cair limbah kulit nanas akan matang setelah satu
bulan dengan bau tape yang siap digunakan pada penelitian.
Persiapan Lahan, Penanaman dan Aplikasi
Pengolahan lahan dilakukan setelah rumput-rumput yang ada diareal pertanian
dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan cangkul, babat dan juga garu. Setelah
keadaan lahan sudah benar-benar bersih maka dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan
tanah dilakukan dengan menggunakan traktor sedalam 20-30 cm kemudian tanah
dibiarkan selama seminggu. Pengolahan tanah kedua dengan menghancurkan gumpalan-
gumpalan tanah yang besar dengan menggunakan cangkul agar diperoleh tanah yang
136
Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(2) 2019: 133-143
gembur. Pemberian Pupuk Bokashi Botong Tebu di aplikasikan 1 minggu sebelum tanam
dengan dosis masing-masing sesuai perlakuan yang telah ditentukan yaitu T0 = 0 Kg
Bokashi Blotong Tebu/Plot, T1= 1 Kg Bokashi Blotong Tebu/Plot, T2= 2 Kg Bokashi
Blotong Tebu /Plot, T3 = 3 Kg Bokashi Blotong Tebu /Plot. Pemberian pupuk bokashi
blotong tebu dengan menaburkan diatas bedengan secara merata dengan tanah.
Sebelum dilakukan penanaman, biji kecipir terlebih dahalu direndam dengan air
selama ±15 menit untuk mendorong proses imbibisi air kedalam biji. Penanaman
dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00 - 18.30 WIB. Penanaman dilakukan dengan
membuat lubang tanam dan dimasukan 1 butir biji, lalu ditutup dengan tanah tipis dari
biji yang telah ditanam. Pengampilkasian POC Kulit Nenas dilakukan pada umur 2
Minggu Setelah Tanam (MST) sampai dengan 7 MST atau 6 kali aplikasi.
Pengamplikasian POC dari kulit nanas dilakukan dengan interval pemupukan 1 minggu
sekali.
Pengamatan dan Analisis Statistika
Adapun data yang diamati dalam penelitian ini adalah diameter batang, jumlah
polong per sampel, panjang polong persampel, bobot polong persampel, bobot polong
per plot. Data tesebut kemudian dianalisis disesuakan dengan kaidah perhitungan RAK
Faktorial 2 faktor.
Penggunaan bokashi blotong tebu (T)tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang
pada umur 2 – 7 MST, dan pemberian POC kulit nanas (S) juga tidak berpengaruh nyata
terhadap diameter batang dari umur 2-7 MST. Kombinasi antara kedua faktor perlakuan juga
tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman kecipir dari umur 2 – 7 MST. Hasil
analisis bokashi blotong tebu yang dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(2019), dengan hasil kandungan : N 1,28%, P205 1,24%, K2O 0,12%, C-organik 13,29%, C/N
10,35% dan pH 6,62. Sedangkan hasil analisis POC kulit nanas dengan hasil kandungan : N
0,76%, P205 0,10%, K2O 0,07%, C-organik 6,30%, C/N 8,29 dan pH 5,92%. Dari analisis yang
dilakukan bahwa C/N dari bokashi blotong tebu belum memenuhi kriteria yang bagus untuk di
137
Muhammad Jusfa Simajuntak, Syahbudin Hasibuan & Maimunah, Efektivitas penggunaan bokashi
blotong tebu dan pemberian pupuk organik cair kulit nanas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)
aplikasikan pada tanaman, maka dari itu bokashi yang diaplikasikan belum sempurna untuk
menambah unsur hara terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan suata tanaman khususnya pada fase
vegetatif seperti pertumbuhan batang dan daun, kandungan yang paling banyak dibutuhkan
adalah kandungan nitrogen (N), sebab unsur nitrogen dalam bokashi dan pupuk cair berperan
penting dalam proses pembentukan klorofil yang berguna dalam proses fotosintesis. Proses
fotosintesis ini berfunsi untuk memperoleh dan juga menghasilkan makanan bagi tanaman,
dengan kandungan klorofil yang cukup dapat memacu pertumbuhan tanaman terutama dalam
merangsang organ vegetatif pada suatu tanaman.
Rangkuman efektivitas dari kedua faktor perlakuan penggunaan bokashi blotong tebu dan
berian POC kulit nanas serta kombinasi kedua faktor perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.
Table 2. Tabel Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Kecipir (cm) Umur 2-7 MST Dan Efektivitas
Setelah Penggunaan Bokashi Blotong Tebu Dan Pemberian POC Kulit Nanas
Dari tabel 4, dapat dijelaskan bahwa untuk faktor penggunaan bokashi blotong tebu (T)
diperoleh bahwa laju pertambahan yang tertinggi terdapat pada perlakuan T2, dengan laju
pertambahan 0,130%, untuk faktor pemberian POC kulit nanas (S) diperolah bahwa perlakuan
S3 merupakan perlakuan dengan laju pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 0,189 dan untuk
kombinasi perlakuan diperoleh bahwa perlakuan T0S3 merupakan kombinasi dengan kelajuan
pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar (0,189%). Sedangkan untuk efektivitas faktor bokashi
blotong tebu diperoleh bahwa perlakuanT2 memiliki efektivitas tertinggi (22,77%), untuk
faktor POC kulit nanas diperoleh perlakuan S3 memilik efektivitas tertinggi (6,93%) dan untuk
kombinasi perlakuan diperoleh bahwa perlakuan T2S3 merupakan kombinasi dengan
efektivitas tertinggi (9,9).
Menurut Djunaedy (2009) bahwa tanaman muda akan dapat menyerap unsur hara dalam
jumlah yang sedikit, sejalan dengan umur tanaman, kecepatan penyerapan unsur hara tanaman
138
Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(2) 2019: 133-143
akan meningkat jika umur bertambah sesuai siklus hidupnya. Kualitas hidup tanaman juga
sangat bergantung dari ketercukupan hara dari lingkungannya serta kemampuan akar tanaman
dalam menyerap unsur hara dalam menunjang fase vegetatif tanaman. Seperti dikemukakan
oleh Musnamar (2003) bahwa pupuk organik memiliki sifat lambat menyediakan unsur hara
bagi tanaman karena memerlukan waktu untuk proses dekomposisinya. Menurut Muhammad
(2014), bahwa pemberian bokasi ampas tebu tidak dapat dimanfaatkan secara efisiensi dan
maksimal sehingga penyerapan unsur hara tidak akan berjalan lancar. Berapapun banyaknya
unsur hara yang diberikan ke dalam tanah tidak akan pernah menjadi tanaman tumbuh subur,
karena efektivitas penyerapan unsur hara sangat dipengaruhi oleh kadar bahan organik didalam
tanah. Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman berkaitan dengan erat dengan proses
fotosintesis, yang akan menghasilkan fotosintat yang digunakan tanaman untuk proses
pertumbuhannya hal ini dikarenakan sifat dari pupuk organik yang lambat terseda bagi
tanaman.
Jumlah Polong Per Sampel (polong)
Rangkuman F. Hitung berdasarkan hasil data sidik ragam jumlah polong kecipir
persampel dengan penggunaan bokashi blotong tebu dan pemberian POC kulit nanas dapat
dilihat pada tabel 3.
Table 3. Rangkuman F.Hitung Jumlah Polong Tanaman Kecipir Persampel Dengan Penggunaan Bokashi
Blotong Tebu dan Pemberian POC Kulit Nanas
Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa perlakuan bokashi blotong tebu (T) berpengaruh sangat
nyata terhadap jumlah polong kecipir persampel dan POC kulit nanas (S) berpengaruh sangat
nyata terhadap jumlah polong tanaman kecipir persampel, tetapi kombinasi antara kedua
perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong tanaman kecipir persampel.
Sangat nyatanya jumlah polong kecipir dari hasi peneliti ini karena tanaman kecipir
merupakan tanaman yang masa berbunga terus menerus. Polong kecipirterbentuk dari ovarium
yang telah terserbuki dengan baik berkisar 2-5 polong per malai dengan rata-rata 3 polong per
malai. Dengan demikian hampir semua bunga mekar dapat berkembang menjadi polong, serta
disebebkan unsur hara yang terkadung didalam perlakuanbokashi blotong tebu dan POC kulit
nanas mencukupi parameter jumlah polong.
Rangkuman efektivitas dari kedua faktor perlakuan penggunaan bokashi blotong tebu dan
pemberian POC kulit nanas serta kombinasi kedua faktor perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.
139
Muhammad Jusfa Simajuntak, Syahbudin Hasibuan & Maimunah, Efektivitas penggunaan bokashi
blotong tebu dan pemberian pupuk organik cair kulit nanas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)
Table 4. Tabel Efektivitas Jumlah Polong Tanaman Kecipir Setelah Penggunaan Bokashi Blotong Tebu
Dan Pemberian POC Kulit Nanas
Dari tabel 4, dapat dijelaskan bahwa untuk efektivitas faktor bokashi blotong tebu
diperoleh bahwa perlakuan T3 memiliki efektivitas tertinggi, yakni 25,62%, untuk faktor POC
kulit nanas diperoleh perlakuan S3 memiliki efektivitas tertinggi, yakni 19,00% dan untuk
kombinasi kedua perlakuan diperoleh bahwa T3S3 merupakan kombinasi dengan efektivitas
tertinggi, yakni 37,19%. Menurut Sondakh, dkk., (2012) bahwa unsur makro N, P, K mempunyai
peranan masing-masing untuk tanaman diantaranya unsur nitrogen dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan pembentukan batang serta cabang. Unsur fosfor diperlukan bagi tanaman
untuk perkembangan biji dan akar. Sementara unsur kalium berfungsi untuk membentuk bunga
dan buah serta membantu tanaman melawan penyakit.
Panjang Polong Persample
Rangkuman F. Hitung berdasarkan hasil data sidik ragam panjang polong kecipir
persampel dengan penggunaan bokashi blotong tebu dan pemberian POC kulit nanas dapat
dilihat pada tabel 5.
Table 5. Rangkuman F.Hitung Panjang Polong Tanaman (cm) kecipir Persampel Dengan Penggunaan
Bokashi Blotong Tebu dan Pemberian POC Kulit Nanas
140
Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(2) 2019: 133-143
Table 6. Rangkuman F.Hitung Bobot Polong Tanaman Kecipir Persampel (g) Dengan Penggunaan
Bokashi Blotong Tebu dan Pemberian POC Kulit Nanas
141
Muhammad Jusfa Simajuntak, Syahbudin Hasibuan & Maimunah, Efektivitas penggunaan bokashi
blotong tebu dan pemberian pupuk organik cair kulit nanas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)
SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut: Penggunaan bokashi blotong tebu tidak berpengaruh nyata terhadap diamater
batang dari umur 2-7 MST, panjang polong, bobot polong persampel dan produksi
perplot, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong kecipir. Pemberian
pupuk organik cair limbah kulit nanas tidak berpengaruh nyata terhadap diameter
batang, bobot polong persampel, dan produksi perlot, tetapi berpengaruh sangat nyata
terdapat jumlah polong kecipir. Perlakuan antara kombinasi penggunaan bokashi
blotong tebu dan pemberian pupuk organik cair kulit nanas berpengaruh tidak nyata
terhadap diameter batang, jumlah polong persampel, panjang polong, bobot polong
persampel dan produksi perplot
142
Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(2) 2019: 133-143
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. Ali Jamil. Rizqi Sari, A. 2008. Potensi Limbah Tebu Hasil Industri Sebagai Bahan Pupuk Organik
Lokal di Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau,
Pekanbaru.
Djunaedy, A. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Bokashi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang
(Vigna sinensis L.). Agrivigor Vol 2(1): 42-46
Fefiani Y, & Barus WA. (2015). Respon pertumbuhan dan produksi tanaman Mentimun (Cucumis sativus
L.) akibat pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk organik padat Supernasa. AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian, 19(1).
Handayani T, Kusmana K, Lukman L, & Hidayat IM. (2016). Karakterisasi morfologi dan evaluasi daya hasil
sayuran polong kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC). Jurnal Hortikultura, 25(2), 126-132.
Harahap, Nigita. 2014. Pembuatan pupuk organik cair Limbah Kulit Nenas. Program Studi Pascasarjana
Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Ilyasa, M., Hutapea, S., & Rahman, A. (2018). Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L) terhadap Pemberian Kompos dan Biochar dari Limbah Ampas Tebu.
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 3(1), 39-49.
Krisnawati A. (2016). Keragaman genetik dan potensi pengembangan kecipir (Psophocarpus
tetragonolobus L.) di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 29(3), 113-119.
Lingga P. (2001). Petunjuk penggunaan pupuk: Niaga Swadaya.
Lubis E, & Barus WA. (2015). Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) akibat
Pemberian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit dan Pupuk Cair Organik. AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian, 18(2).
Muhammad SA, & Noor R. J. 2014. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik kompos Olahan Biogas
terhadap Pertumbuhan dan Hasil tanaman Terung (Solanum melongena L.) Varietas Mustang F-1.
Jurnal Agrifor, 13(1), 59-66.
Muhsin A. (2011). Pemanfaatan limbah hasil pengolahan pabrik tebu blotong menjadi pupuk organik.
Musnamar EI. (2003). Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nusifera S, & Karuniawan A. (2007). Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Ubi 16 Genotip Bengkuang
(Pachyrhizus erosus L. Urban) di Jatinangor pada Dua Musim. Prosiding Simposium PERAGI IX di
Bandung, 15-17.
Purwaningsih C. (2011). Pengaruh pemberian kompos blotong, legin, dan mikoriza terhadap serapan hara
N dan P tanaman kacang tanah. Widya Warta: Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala
Madiun, 35(02), 55-68.
Rahmah, Atikah., Izzati, Munifatul ,. dan Sarjana Parman. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan
Dasar Limbah kulit nenas Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Var.
Saccharata).Semarang : Universitas Diponegoro
Unga NT. (2019). PENGARUH DOSIS PUPUK BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
MELON (Cucumis Melo L.). Universitas Tadulako,
143