Kelompok 3 Kespro Kanker Serviks
Kelompok 3 Kespro Kanker Serviks
Kelompok 3 Kespro Kanker Serviks
“KANKER SERVIKS ”
Oleh :
Kelompok 3
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ kanker serviks ” tepat waktu. disusun guna
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Dosen selaku mata kuliah
keperawatan Reproduksi Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
3
B. Saran.......................................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................48
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
menonjol ke liang senggama (vagina). Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor
ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim
Kanker serviks juga lebih dikenal secara awam sebagai kanker leher rahim, leher
rahim sendiri merupakan bagian rahim terendah yang langsung berhubungan dengan vagina
yang hanya dapat dilihat dengan alat (spekulum) (Mulyani. E, dkk, 2020). Kanker serviks
merupakan tumor ganas di leher rahim yang dapat menyebar (metastasis) ke organ-organ lain
dan dapat menyebabkan kematian (Hoffman. L. B., dkk, 2012). Kanker serviks menempati
urutan kedua terbanyak dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker di
Indonesia (Handayani. N., 2022). Data dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN)
meninggal dalam waktu dua tahun (Susilawati. D & Dwinanda. R., 2022). Hal tersebut
relevan dengan teori yang menyatakan bahwa pasien kanker serviks mengeluhkan gejala pada
stadium lanjut, sehingga peluang hidup yang dimiliki penyintas kanker serviks menjadi
HPV (Human Papilloma Virus) dan Herpes Simpleks Virus tipe 2 dikatakan dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya karsinoma (kanker) leher rahim. Demikian juga sperma
yang mengandung komplemen histone yang dapat bereaksi dengan DNA (Deoxyribonucleic
Acid) sel leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan
5
neoplasia sel leher rahim. Kanker leher rahim ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel
pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal) (Ahmad, 2020). Proses terjadinya kanker ini
dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga
terjadi kelainan epitel yang disebut dysplasia. Dimulai dari dysplasia ringan, dysplasia
sedang, dysplasia berat, dan akhirnya menjadi KIS (Karsinoma In Situ), kemudian
berkembang lagi menjadi karsinoma invasive. Tingkat dysplasia dan KIS (Karsinoma In Situ)
dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari dysplasia menjadi karsinoma in situ 2
diperlukan waktu 1-7 tahun sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasive
Menurut World Health Organization (2018), hampir semua kasus kanker serviks
(99%) terkait dengan infeksi HPV (Human Papillomaviruses), virus yang sangat umum
ditularkan melalui kontak seksual. Kanker serviks adalah kanker keempat yang paling umum
pada wanita. Pada tahun 2018, diperkirakan 570.000 wanita didiagnosis menderita kanker
serviks di seluruh dunia dan sekitar 311.000 wanita meninggal akibat penyakit tersebut. Data
dari GLOBOCAN (Global Cancer Observatory), (2020) menyebutkan bahwa terdapat 36.633
(9,2%) kasus baru kanker serviks di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (2021), disebutkan bahwa angka kejadian kanker di Indonesia berada
pada urutan ke 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian kanker
leher rahim/serviks di Indonesia sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kanker di Provinsi Bali sebanyak 2,3 per mil, kejadian ini meningkat dibandingkan hasil
Riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 2,0 per mil. Di Kabupaten Buleleng terdapat 5.766 orang
perempuan usia 30-50 tahun telah dilakukan pemeriksaan kanker leher rahim dan payudara
selama tahun 2018. Adapun yang dinyatakan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) positif
6
sebanyak 107 orang, curiga kanker sebanyak 9 orang, dan tumor/benjolan sebanyak 9 orang
(Profil Kesehatan Kabupaten Bueleleng, 2018). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Banjar I, jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) yang
melakukan deteksi 3 dini metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) pada tahun 2020 adalah
sebanyak 117 orang (1,6%), jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu
sebanyak 240 orang (3,2%). Prevalensi kejadian kanker serviks di Puskesmas Banjar I
sebesar 0,06% atau sebanyak 5 orang. Indonesia saat ini terkena dampak pandemi virus baru,
bahkan bukan hanya di Indonesia tetapi secara global di berbagai Negara telah terkena
WHO (World Health Organization) memberi nama virus ini Severe Acute Respiratory
meresahkan masyarakat saja, tetapi juga berdampak pada pelayanan kesehatan yang
merupakan ujung tombak penanganan Covid-19 ini (Putri, 2020). Apabila seorang wanita
telah terinfeksi HPV (Human Papilloma Virus) dan tidak ditangani segera, maka akan
menimbulkan dampak yang cukup serius, salah satunya dapat menyebabkan pendarahan
pervaginam dan komplikasi. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pencegahan dan
pengendalian kanker yaitu dengan melakukan deteksi dini kanker leher rahim pada wanita
usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat).
Menurut Rasjidi (dalam Pulungan et al., 2020), menjelaskan bahwa deteksi dini
adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas,
dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara
tepat, untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya
menderita kelainan. Deteksi dini kanker serviks bertujuan untuk mengetahui adanya
pertumbuhan sel-sel yang abnormal pada leher rahim/serviks. Menurut Surudani &
7
serviks cenderung terjadi pada wanita yang berusia 30-55 tahun. Oleh karena itu, deteksi dini
kanker serviks sangat dianjurkan untuk kelompok PUS (Pasangan Usia Subur). Kementerian
Kesehatan RI juga mengembangkan program penemuan dini kanker pada anak, pelayanan
paliatif kanker, deteksi dini faktor risiko kanker paru, dan sistem registrasi kanker nasional
Penanggulangan Kanker Nasional) ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
yang terintegrasi, melibatkan semua unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat (Pusat Data
dan Informasi, 2015) Penelitian yang dilakukan oleh Fauza et al. (2019), yang berjudul
“Faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA (Inspeksi
Visual Asam Asetat) di Puskesmas Kota Padang” menunjukkan bahwa dari 110 terdapat
sebanyak 62 (56,4%) responden memiliki pengetahuan kurang mengenai kanker serviks dan
deteksi dini kanker serviks metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), sebanyak 68 (61,8%)
responden memiliki sikap negatif terhadap deteksi dini dengan metode tes IVA (Inspeksi
Visual Asam Asetat). Kemudian pada variabel keikutsertaan deteksi dini metode IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat), didapatkan sebanyak 66 (60,9%) responden tidak pernah
ikutserta melakukan deteksi dini dengan tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat).
A. Rumusan Masalah
8
B.Tujuan
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Kanker Serviks
1.Pengertian kanker serviks
Kanker serviks adalah kanker dengan angka kejadian nomor empat
terbanyak yang terjadi pada wanita diseluruh dunia dan kanker yang paling sering
epitel serviks yang tidak terkontrol (Mirayashi, 2013). Menurut Setiawati (2014)
kanker serviks 99,7% disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik
yang menyerang rahim. Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim (serviks), yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina (Hartati dkk., 2014). Berdasarkan pemaparan tersebut kanker
serviks atau yang dikenal juga dengan sebutan kanker leher rahim merupakan
kanker ganas yang tumbuh dileher rahim yang disebabkan oleh Human Papiloma
Virus.
1.Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV).
Lebih dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang mengandung
DNA virus Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker servik berhubungan
dengan Human Papilloma Virus tipe 16. Virus HPV dapat menyebar melalui
hubungan seksual terutama pada hubungan seksual yang tidak aman. Virus HPV
menyerang selaput pada mulut dan kerongkongan serta anus dan akan
(Ridayani, 2016).
10
11
Virus HPV akan menempel pada reseptor permukaan sel dengan perantara virus
attachment yang tersebar pada permukaan virus. HPV yang menempel pada reseptor
permukaan sel akan melakukan penetrasi, adanya luka mempermudah virus memasuki
sel. Virus masuk dan mengeluarkan genom setelah itu kapsid dihancurkan. Setelah virus
masuk ke dalam inti sel, virus melakukan transkripsi dengan DNA-nya berubah menjadi
diekspresikan oleh HPV. Protein utama yang terkait dengan karsinogen adalah E6 dan
E7. Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier dan terpotong
diantara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV dengan DNA manusia
Ikatan antara protein E6 dan gen p53 akan menyebabkan p53 tidak berfungsi
sebagai gen supresi tumor yang bekerja di fase G1. Gen p53 akan menghentikan siklus
sel di fase G1 dengan tujuan penghentian siklus sel yaitu agar sel dapat memperbaiki
selanjutnya jika E6 berikatan dengan p53 maka sel terus bekerja sehingga sel akan terus
Protein retinoblastoma (pRb) dan gen lain yang menyerupai pRb (p130 dan
p107) berfungsi mengkontrol ekspresi sel yang diperantarai oleh E2F. Ikatan pRb
dengan E2F akan menghambat gen yang mengatur sel keluar dari fase G1, jika pRb
berikatan dengan protein E7 dari HPV maka E2F tidak terikat sehingga
9
menstimulasi proliferasi sel yang melebihi batas normal sehingga sel tersebut
2.Manifestasi klinis
Pada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan mengalami gejala.
Gejala akan muncul setelah kanker menjadi kanker invasif. Secara umum gejala
menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya serta perdarahan
b. Keputihan
Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan mungkin
c. Nyeri panggul
d. Trias
Berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan tanda kanker
3.Faktor risiko
Predisposisi adalah kondisi yang memicu munculnya kanker. Faktor- faktor
10
a. Perilaku seksual
memiliki mitra seksual multipel atau sama saja ketika pasangannya memiliki
mitra seksual multipel. Selain itu akan sangat berisiko apabila pasangan mengidap
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang
tahun mempunyai risiko lebih tinggi karena pada usia itu epitel atau lapisan
dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna jika melakukan hubungan
seksual pada usia tersebut maka akan sangat mudah terjadi lesi atau luka mikro
yang akan menyebabkan terjadi infeksi salah satunya oleh virus HPV yang
c. Smegma
lekukan kepala kemaluan laki-laki yang tidak disunat. Sebenarnya smegma adalah
secret alami yang dihasilkan kelenjar sabeceous pada kulit penis. Namun ternyata
hal ini berkaitan dengan meningkatnya resiko seorang laki-laki sebagai pembawa
Rokok terbuat dari tembakau dan seperti yang kita ketahui bahwa didalam
tembakau terdapat zat-zat yang bersifat sebagai pemicu kanker baik yang dihisap
heterocyclic amine yang mutagen dan sangat karsinogen, sedangkan jika dikunyah
11
menghasilkan netrosamine. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dijumpai
dalam lendir serviks wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel
(Meihartati, 2017).
e. Paritas
serviks lebih tinggi. Hal ini terjadi karena ibu dengan paritas tinggi akan
mengalami lebih banyak resiko morbiditas dan mortalita. Hal ini dipengaruhi oleh
Tingkat sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan dengan asupan gizi
tubuh menurun dan membuat perempuan berisiko tinggi terinfeksi HPV. Pada
dengan cepat untuk menjadi kanker dari pada normalnya. Pengguna obat
12
h. Riwayat terpapar infeksi menular seksual (IMS)
2018).
atau lebih) akan meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada perempuan
yang terinfeksi HPV, jika penggunaan obat oral kontrasepsi dihentikan maka
j. Kontrasepsi barier
serviks. Hal ini disebabkan karena adanya perlindungan serviks dari kontak
2. Patofisiologi
Perjalanan secara singkat kanker serviks dapat dilihat pada gambar berikut.
13
Perkembangan kanker serviks dimulai dari neoplasia intraepitel serviks
(NIS) 1, NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS) pada lapisan epitel serviks dan
a.Stadium
Stadium kanker serviks yang digunakan adalah menurut The International
pada berikut.
Tabel 1
Stadium Kanker
Serviks
Stadium Deskripsi
IA2 Invasi stroma sedalam > 3 mm namun < 5 mm dan seluas > 7 mm
IB Lesi klinis terbatas pada serviks, atau lesi praklinis lebih besar dari
stadium IA.
14
panggul atau sepertiga bagian bawah vagina.
IIA Keterlibatan hingga 2/3 bagian atas vagina. tidak ada keterlibatan
parametrium
15
Stadium Deskripsi
tidak ada ruang bebas antara tumor dan dinding samping pelvis.
samping pelvis
a. Pencegahan
kondom, menghindari konsumsi tembakau, serta deteksi dini dan pengobatan lesi
pra kanker (Malehere, 2019). Upaya pencegahan kanker serviks dibagi atas
a. Pencegahan primer
Virus (HPV) untuk mencegah infeksi HPV dan pengendalian faktor resiko.
16
panjang >5 tahun, serta menjalani diet sehat (Malehere, 2019).
b. Pencegahan sekunder
(Kemenkes,
17
2016). Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan tes DNA HPV, Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA), tes pap smear, pemeriksaan sitology, colposcopy dan biopsy.
Pemeriksaan IVA direkomendasikan untuk daerah dengan sumber daya rendah dan
c. Pencegahan tersier
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah sebuah tes visual yang
dilakukan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan
iodoium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna putih yang terjadi
Asam Asetat adalah screening kanker serviks dengan melihat secara langsung
Pengolesan asam asetat 3-5% pada serviks pada epitel abnormal akan
muncul oleh karena tingginya tingkat kepadatan inti dan konsentrasi protein.
Wanita dengan lesi acetowhite yang jelas dan berbeda disebut sebagai IVA positif
(memiliki tanda-tanda lesi pra-kanker serviks) dan mereka yang tidak memiliki
18
b. Tujuan dan manfaat pemeriksaan IVA
ii. Jika terdapat kanker leher rahim dapat ditemukan dan diobati pada stadium dini.
iii. Kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim dapat dihindari (Crystianty,
2018).
ii. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman
karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu dan praktis
vi. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih (Katanga dkk, 2019).
19
Tabel 2
No Kategori Ciri-ciri
1 IVA Tidak ada tanda atau gejala kanker mulut rahim atau
20
Gambar 2. Penampakan hasil pemeriksaan IVA
21
e. Jadwal pemeriksaan IVA
2017):
i. Bila skrining hanya dilakukan 1 kali seumur hidup maka sebaiknya dilakukan
ii. Usia perempuan usia 25-45 tahun, bila sumber daya memungkinkan, skrining
iii. Untuk usia diatas 50 tahun, cukup diakukan 5 tahun sekali. Bila 2 kali berturut-
turut hasil skrining sebelumnya negatif, perempuan usia diatas 65 tahun, tidak
setahun sekali
Dalam melaksanakan deteksi dini kanker servik dengan metode IVA diperlukan
litotomi
4) Spekulum vagina
6) Suab-lidi berkapas
7) APD
22
9) Tempat sampah
b. Prosedur Pemeriksaan
1) Atur Pencahayaan
2) Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus, dan kotoran lain pada
servik.
area di sekitarnya.
4) Oleskan larutan asam cuka atau lugol, tunggu 1-2 menit untuk terjadinya
perubahan warna. Amati setiap perubahan warna pada servik, perhatikan dengan
5) Lihat dengan cermat Scuama Collumnar Junction (SCJ) dan yakinkan area ini
dapat semuanya terlihat. Catat apabila servik mudah berdarah. Lihat adanya plak
putih dan tebal atau epitel acetowhite bila menggunakan larutan asam asetat atau
warna kekuningan bila menggunakan larutan lugol. Bersihkan segala darah dan
6) Bersihkan sisa larutan asam asetat dengan lidi kapas atau kasa bersih
a. Definisi
Film pendek adalah film cerita yang berdurasi kurang dari 60 menit. Film
filmmaker untuk memproduksi film panjang ( Havian, 2015). Film adalah alat
media masa yang mempunyai sifat lihat dengar (audio visual) dan dapat mencapai
23
khalayak yang banyak.
Film terdiri atas integrasi jalinan cerita yang terbentuk dan menyatukan
peristiwa atau adegan. Film tidak terikat oleh durasi waktu. Namun, sebuah film
yang biasa tayang di layar lebar berdurasi antara 90-120 menit. Film-film tersebut
termasuk dalam golongan film durasi standar. Film yang berdurasi antara 1-30
24
b. Unsur-unsur teknis dalam film
film tentunya sulit untuk diterima. Sebagai konsumen film, penonton sudah
memiliki patokan tersendiri mengenai unsur apa saja yang ingin mereka dapatkan
saat menonton sebuah film. Tahrun dkk., (2016) memaparkan dua unsur utama
yang harus ada dalam naskah video yaitu unsur visual dan audio. Unsur visual
terdiri atas pemain, setting, properties, lighting, dan gerak. Disusul unsur visual
Sebagai sebuah karya seni yang kompleks, film tentunya dapat digunakan
mempertimbangkan manfaat apa yang didapatkan dari film itu sendiri setelah
dibuat. Selain memberi manfaat kepada pembuat film, film juga bisa bermanfaat
bagi penontonnya. Tahrun dkk., (2016) merumuskan beberapa manfaat film bila
dinilai dari sudut pandang pembuat film. Manfaat-manfaat tersebut antara lain
sebagai berikut:
i. Film dapat digunakan untuk memengaruhi perilaku dan sikap penonton secara
sungguh-sungguh
ii. Dapat dijadikan sebuah alat yang ampuh bila digunakan ditangan yang
iii. Dapat dijadikan alat propaganda dan komunikasi politik yang tiada
tara
25
iv. Film yang dibuat dapat memberikan efek yang kuat terhadap penonton
lain alat hiburan, sumber informasi, alat pendidikan, dan cerminan nilai-nilai
sosial suatu bangsa. Keempat manfaat film yang diutarakan Wright tersebut
tentunya dapat menjadi sebuah acuan, menonton film tentunya bukan hanya untuk
informasi, ilmu, dan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam film tersebut.
pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol dan umumnya disebabkan
oleh Human Papiloma Virus (HPV) (Sabilu dkk., 2018). Penyakit kanker serviks
dilakukan deteksi dini kanker serviks (Setiawati, 2014). Berbagai cara yang dapat
dilakukan untuk deteksi dini kanker serviks, salah satunya adalah dengan
dan pentingnya tes IVA (Sawitri dan Sunarsih, 2018). Seiring dengan
melakukan tes IVA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
serviks dengan
26
keikutsertaan dalam melakukan IVA tes di Puskesmas Tambusai Kabupaten
kesehatan yang diberikan kepada WUS dapat ditambahkan media yang menarik
dan sesuai, salah satunya adalah menggunakan audiovisual berupa vidio atau film.
Film merupakan salah satu media pendidikan kesehatan yang efektif digunakan.
lebih jelas melalui gambar dan suara yang ditampilkan (Setiawati dan Dermawan,
2013). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asyakar
Pendidikan kesehatan dengan cara melihat dan mendengar merupakan cara yang
sesuatu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa isi pesan pada film
melakukan deteksi dini kanker serviks. Penelitian oleh Iasminiantari dkk., (2018)
27
melakukan tes IVA sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan melalui
deteksi dini kanker serviks efektif untuk meningkatkan sikap dan prilaku WUS
untuk berpartisipasi dalam deteksi dini kanker serviks (Kocaoz dkk., 2017).
Penelitian lainnya juga telah dilakukan oleh Hesty dkk., (2019) dan diperoleh
hasil bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang IVA terhadap motivasi
WUS dalam deteksi kanker serviks di Puskesmas Putri Ayu kota Jambi tahun
2018. Sejalan dengan penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa ada pengaruh
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulida (2016) yang
IVA sangatlah penting. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutiara
(2015) terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dan juga motivasi
deteksi dini kanker serviks dengan cara meningkatkan dan mengaktifkan kegiatan
28
Pentingnya untuk memotivasi WUS juga disampaikan oleh Sari (2017)
WUS dengan tindakan deteksi dini kanker serviks. Penelitian tersebut menyatakan
bahwa banyak WUS yang memiliki motivasi rendah karena tidak mendapat
dukungan dari suami. Disisi lain terdapat WUS yang memiliki motivasi tinggi
namun tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Hal tersebut
terjadi karena motivasi yang tinggi tidak diiringi dengan pengetahuan yang tinggi
sehingga masih adanya rasa takut, rasa malu, faktor ekonomi yang masih lemah,
sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim
untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Selain itu faktor
agama atau keyakinan juga turut mempengaruhi WUS untuk tidak malakukan
deteksi dini kanker serviks. Faktor penghambat lainnya yaitu faktor sosial
beberapa faktor seperti faktor sasaran yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat
ketersediaan waktu. Selain itu terapat faktor lain seperti faktor penyaji pendidikan
yang meyakinkan oleh karena itu sangat perlu melakukan persiapan yang matang
29
pendekatan gagal dilakukan maka penyuluhan tidak akan berjalan lancar selain itu
dkk., 2018).
4) Data khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi seperti, Keluhan haid, riwayat haid terakhir,
b. Aktivitas dan Istirahat biasanya pasien mengalami lemah, keletihan, pola tidur
eliminasi, urinalis
ingin sendiri.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien kanker serviks menurut
SDKI (2017) yaitu:
i. D.0080 Ansietass berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai proses
ii. D.0019 Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (stress, keenganan untuk makan)
iii. D.0069 Disfungsi seksual b.d perubahan fingsi dan struktur tubuh
v. D.0129 Gangguan integritas kulit dan jaringan b.d efek samping terapi radiasi
vi. D.0056 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
vii. D.0078 Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit kanker serviks
xi. D.0087 Harga diri rendah b.d perubahan pada citra tubuh.
31
xvi. D. 0142 Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(imunosupresi)
Keperawatan Hasil
32
- Pola tidur membaik perlu
- Keluhan pusing
menurun
- Anoreksia menurun
- Frekuensi nasi
menurun
- Frekuensi tekanan
darah menurun
3. Konseling seksualitas
Disfungsi seksual b.d Setelah dilakukan
tingkat pengetahuan
33
34
struktur tubuh selama 1x24 jam, maka mengenai masalah
- Verbalisasi menceritakan
menurun - Informasikan
pentingnya modifikasi
- Kolaborasi denan
perlu
35
4. Manajemen eliminasi urin
Gangguan eleminasi Setelah dilakukan
Identifikasi tanda dan
urin b.d iritasi tindakan keperawatan -
gejala inkontinensia urin
kandung kemih selama 1x24 jam, maka
Monitor eliminasi urin
eliminasi urin membaik, -
- Catat waktu-waktu
dengan kriteria hasil:
berkemih
- Distensi kandung
- Ambil sampel urine tengah
kemih berkurang
atau kultur
- Urin keluar lancar
Ajarkan terapi modalitas
- Dapat berkemih -
penguatan otot- otot
dengan tuntas
panggul/ berkemih
- Anjurkan mengurangi
5. Perawatan luka
Gangguan integritas Setelah dilakukan
- Monitor karakteristik luka
kulit dan jaringan b.d tindakan keperawatan
- Monitor tanda-tanda
efek samping terapi selama 1x24 jam
infeksi
radiasi integritas kulit dan
- Bersihkan dengan cairan
jaringan meningkat.
- Nyeri menurun
36
- Perdarahan
menurun
- Kemerahan
menurun
- Hematoma
menurun
6. Manajemen energi
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan
- Identidikasi penyebab
b.d tindakan keperawatan
kelelahan
ketidakseimbangan selama 1x24 jam
- Monitor kelelahan fisik
suplai dan kebutuhan toleransi aktivitas
dan emosional
oksigen dan meningkat.
bertahap
meingkatkan asupan
makanan
37
tindakan perawatan karakteristik, durasi,
38
>100 mmhg daerah keterbatasan perfusi
omega 3)
- Lakukan pencegahan
infeksi
dilaporkan
- Monitor TTV
- Identifikasi penyebab
perubahan TTV
- Dokumentasi hasil
pemantauan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan
dengan indikasi
pemberian obat -
39
Pemberian obat prinsip 6B
- Dokumentasikan
terhadap obat
mningkat - Anjurkan
memperbanyak asupan
- Membran
cairan oral
mukosa
- Koaborasi pemberian
membaik
cairan IV isotonis
- Kadar hb
- Kolaborasi pemberian
membaik
produk darah
- Kadar ht
membaik
40
- Status mental
membaik
menurunkan dan
- Perilaku sesuai
meningkatkan motivasi
anjuran
perilaku hidup bersih
- Pengetahuan
dan sehat
tentang suatu
dengan kesehatan
dengan kesepakatan
- Persepsi yang
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
41
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
11 Promosi koping
Harga diri rendah b.d Setelah dilakukan
- Identifiksi kemampuan
perubahan pada citra tindakan perawatan
menurun - Anjurkan
menungkapkan
- Perasaan tidak
perasaan dan persepsi
mampu
- Latih penggunaan
melakukan
teknik relaksasi
apapun menurun
- Latih keterampilan
sosial
Manajemen energy
12 Keletihan b.d kondisi Setelah dilakukan
- Identifikasi gangguan
fisiologis ca serviks tindakan perawatan
fungsi tubuh yang
selama 1x24 tingkat menyebabkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik
keletihan membaik,
42
dengan kriteria hasil: dan emosional
- Sediakan lingkungn yang
- Verbalisasi
nyaman dan rendahh
kepulihan energy
stimulus ( cahaya, suara,
meningkat kunjungan )
- Lakukan latihan rentang
- Tenaga
gerak proregsif
meningkat
- Berikan aktivitas distraksi
- Kemampuan - Fasilitasi duduk ditempat
tidur
melakukan
- Anjurkkan tirah baring
aktivitas
- Anjurkan melakukan
meningkat aktivitas secara bertahap
- Kolaborasi peningkatan
- Verbalisasi lelah
asupan makanan dengan
menurun
ahli gizi
- Lesu menurun
meningkatkan kenyamanan
43
44
mrnutun (mis; pijat, pengaturan
nonfarmakologi lainnya
14 Manajemen mual
Nausea b.d tumor Setelah dilakukan
tulang belakang
45
pencernaan, mengurangi
dengan indikasi
pemberian obat
- Dokumentasikan
terhadap obat
46
- Kelembapan pengontrol perdarahan
- Tekanan darah
membaik
- Suhu tubuh
membaik
16 Pencegahan infeksi
Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan
- Monitor tanda dna
ketidakadekuatan tindakan keperawatan
gejala sistemiik
pertahanan tubuh selama 1x24 jam tingkat
- Cuci tangan sebelum
sekunder infeki menurun
menurun
d. Implementasi keperawatan
melaksanakan implementasi keperawatan ada dua yaitu (Potter & Perry, 2005):
47
48
b) Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum
memulai perawatan.
e. Evaluasi keperawatan
49
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang
tidak dapat diatur. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu
masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut
ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel -
sel serviks dan virus Human Papiloma Virus, kesalahan dalam sikap seperti merokok,
hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 17 tahun) dan berganti -
ganti pasangan seksual, pemakaian DES, pemakaian pil KB, Infeksi herpes genitalis atau
infeksi klamedia menahun, dan lain – lain. Stadium karsinoma kanker serviks dari
stadium IA – IVB sampai yang ganas. Kanker serviks dapat dicegah dengan pengobatan
B. Saran
Disarankan kepada para pembaca khususnya untuk para wanita agar selalu
menjaga kebersihan daerah kewanitaannya selain menjaga para wanita juga bisa
mencegah kanker serviks dengan cara pola hidup sehat, tidak merokok, tidak melakukan
hubungan seksual di usia muda, tidak melahirkan banyak anak, hindari pemakaian DES
tanpa resep dokter, melakukan pap smear ketika sudah memiliki anak. Penulis
mengharapkan agar pencegahan dilakukan oleh setiap wanita supaya angka mortalitas
yang diakibatkan oleh kanker serviks bisa menurun dan juga penyebarannya tidak meluas
50
DAFTAR PUSTAKA
Astrid S. Kupas Tuntas Kanker Payudara Leher Rahim & Rahim. Yogyakarta: Penerbit
Globocan. No Title. Cervical Cancer, Estimate Incidence, Mortality and Prevalence Variabel
p-value POR Lower Upper Tingkat Pengetahuan Akses Dukungan Suami 0,000
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015. DKK Padang. Profil Kesehatan Kota
Soebrachman A. Awas. 7Kanker Paling Mematikan. Yogyakarta: Syura Media Utama; 2011.
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Jakarta: Kemenkes RI; 2010. .
Juanda D, Kesuma H. Pemeriksaan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat ) untuk
Fauziah RM, Wirawan JP, Lorianto R, Utari AP, Cahyanur R, Budiningsih S. Deteksi Dini
Kanker Serviks pada Pusat Pelayanan Primer di Lima Wilayah DKI Jakarta. Journal
51
Sukidjo N. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. . Green L.,
Febriani CA. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim di
Suryani N, Murdani P. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS)
Kesehatan Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat dengan Status Kesehatan Studi Korelasi
Pengetahuan Tentang Faktor Risiko, Perilaku dan Deteksi Dini Kanker Serviks
Dengan Inspeksi Visual Asam Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 1 /
Januari 2019 80 Asetat (IVA) pada Wanita di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
52